25
ANALISIS VEGETASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUARTER Disusun Oleh: KELOMPOK 2 Tarwinih 140410120001 Risma Restu Winayanny 140410120018 Aya Sofa Novia 140410120022 Syafitri Firmanputri 140410120041 Tiffany Hanik Lestari 140410120042 Kania Aulia Dwiputri 140410120055 Rhodiatun Nissa 140410120060 M Nasrulah Akbar 140410120087 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014

Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

ANALISIS VEGETASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

KUARTER

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

Tarwinih 140410120001

Risma Restu Winayanny 140410120018

Aya Sofa Novia 140410120022

Syafitri Firmanputri 140410120041

Tiffany Hanik Lestari 140410120042

Kania Aulia Dwiputri 140410120055

Rhodiatun Nissa 140410120060

M Nasrulah Akbar 140410120087

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari

ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor

lingkungan dari sejarah dan faktor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan

demikian, analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk

memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya

dari suatu ekosistem. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu

mendeskrisipkan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagai

konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting

adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin

diungkapkan, keahlian dari bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah

pengetahuan dalam sistematik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri.

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis

(Marsono, 1977).

Vegetasi di tempat tersebut mempunyai variasi yang berbeda antara vegetasi

satu dengan vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki oleh suatu

vegetasi akan menudukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu,

untuk menganalisis suatu vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan

variabel kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi

menggunakan metode kuadran (kuarter).

Page 3: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan

mempraktekkan metode kuadran dengan baik di lapangan.

Page 4: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Alat dan Bahan Praktikum Metode Kuadrat

No Alat / Bahan Fungsi/Kegunaan

1. Alat tulis Mencatat data yang diperoleh

2. Meteran Alat pengukur jarak

3. Patok Membatasi luas petak atau plot

4. Tali rafia Menandai luas petak atau plot

2.1 Prosedur

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode titik pusat

kuarter (point center of quarter method) yaitu analisis vegetasi tumbuhan dengan

mengukur diameter batang pohon yang terdekat dengan titik pusat pengamatan.

Teknik yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan mengamati suatu

daerah yang telah ditentukan yang mewakili komposisi tumbuhan pada transek,

sedangkan pengumpulan data digunakan metode kuarter/kuadran. Dengan

mencari pohon yang paling dekat dengan titik plotless kemudian ukur jarak dan

DBH pohon tersebut. Seperti cara Bitterlich, dibuat dulu garis kompas. Pada

setiap titik pengamatan, bayangkan garis-garis kuadran. Dari tiap kuadran dicatat

dan diukur satu pohon yang memiliki DBH > 20 cm yang terdekat dengan titik

pengukuran, diukur jaraknya masing-masing ke titik pengukuran.

2.2 Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap plot yang dibuat, dapat dihitung

dan dianalisis frekuensi mutlak dan relatif, kerapatan mutlak dan relatif,

dominansi mutlak dan relatif, indeks nilai penting, dan indeks Shannon Wiener-

nya.

Page 5: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Frekuensi mutlak (FM) menunjukkan kepadatan suatu spesies tertentu dari

seluruh plot yang dibuat. Sedangkan frekuensi relatif (FR) menunjukkan

kepadatan suatu spesies dari seluruh kepadatan spesies lain dari seluruh plot

dalam satuan persentase.

FM = Jumlah spesies tertentu dalam plot

Jumlah seluruh plot pengamatan

FR = Frekuensi mutlak dari suatu jenis x 100%

Frekuensi mutlak dari seluruh jenis

Kerapatan mutlak (KM) ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu

populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Sedangkan kerapatan relatif (KR)

menunjukkan perbandingan jumlah individu spesies ke-i dengan jumlah total

individu seluruh spesies dalam satuan persentase.

KM = Jumlah total individu untuk spesies ke-i

Luas total pengamatan yang disampling

KR = Kerapatan mutlak suatu spesies ke-i

x 100%Kerapatan mutlak total seluruh spesies

Untuk kerapatan dengan cara perhitungan yang dipakai dalam metode

kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan yang ditulis oleh Braun Blanquet

(1927) yang lebih terperinci dan mudah dilakukan. Kadar kerapatan ada 2 skala

yaitu: 1) kelas pertama merupakan kombinasi dari banyaknya individu suatu jenis

dengan kerimbunan daripada spesies tersebut dan 2) skala kedua membentuk

gambaran tentang pengelompokkannya:

r : sedikit individu sampai beberapa individu, dan penutupannya <1%

+ : satu atau sangat sedikit individu, dan penutupannya 1%

1 : beberapa sampai banyak individu, penutupannya 1-5%

1 : sangat banyak individu, dan penutupannya 5-25%

2 : penutupannya 25-50% ,jumlah individu bebas (independen)

Page 6: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

3 : penutupannya 50-75% ,jumlah individu bebas (independen)

4 : penutupannya 75-100% ,jumlah individu bebas (independen)

Dominansi mutlak (DM) merupakan penutupan (coverage) spesies

terhadap seluruh plot pengamatan. Sedangkan dominansi relatif (DR) adalah

perbandingan luas basal area suatu spesies dengan luas basal seluruh spesies pada

plot pengamatan dalam satuan persentase.

DR = Dominansi mutlak spesies ke-i x100%

Dominansi mutlak seluruh spesies pada plot pengamatan

Nilai penting merupakan suatu harga yang menunjukkan dominansi atau

kekuasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lainnya pada suatu vegetasi tertentu dan

merupakan hasil penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur

(kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif). Jika disusun dalam

bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = KR + DR + FR

Page 7: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan Kuarter

Berdasarkan pengamatan praktikum yang sudah dilakukan,

didapatkan hasil sebagai berikut:

Sampling Point

Quarter Number

Distance (m)

SpesiesDiameter

(cm)Basal Area

1

1 5.25 Cynometra cauliflora (Nam Nam) 18.88 89.112 2.71 Lagerstroemia speciosa (Bungur) 17.83 79.483 3.68 Nephalium lapaseum (Rambutan) 20.48 104.854 3.573 Spathodea campanulata(Ki acret) 66.88 1118.23

2

1 7 Bauhinea purpurea (Bunga Kupu-kupu) 23.72 140.65962 6.47 Averrhoa bilimbii (Belimbing) 22.29 124.213 1.69 Cynometra cauliflora (Nam Nam) 27.86 194.04494 5.142 Cynometra cauliflora (Nam Nam) 34.87 303.979

3

1 2 Flacourtia rukam(Rukem) 20.06 100.60092 9.5 Guazuma ulmifolia (Jati Belanda) 26.11 170.433 8.71 Averrhoa bilimbii (Belimbing) 22.29 124.214 11.7 Bauhinea purpurea (Bunga Kupu-kupu) 23.72 140.659

Rata-Rata 5.61875   27.0825 224.2052833

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Kuarter

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Kuarter Per Spesies Pohon

Averrhoa bilimbii

Bauhinea purpurea

Cynometra cauliflora

Guazuma ulmifolia

Lagerstroemia speciosa

Nephalium lapaseum Flacourtia rukam

Spathodea campanulata

Basal area Jarak

Basal area Jarak

Basal area Jarak

Basal area Jarak

Basal area

Jarak

Basal area Jarak

Basal area Jarak Basal area Jarak

124,21 6,47140,659

6 7 89,11 1,69 170,43 9,5 79,482,71 104,85 3,68

100,6009 2 1118,23 3,573

124,21 8,71140,659

6 11,7 194,0449 5,142                    

124,21  140,659

6   303,979                              195,7113                      

Page 8: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Tabel 3.3 Hasil Analisis Data Kuarter

No Spesies

KSJ KM KR DM DR FM FR INP Pi

LnPi H'

1 Averrhoa bilimbii

3,17

0,53 16,67% 65,57 9,23%

0,67 18,18% 44,08%

0,167 1,79

0,30

2 Bauhinea purpurea0,5

3 16,67% 74,26 10,46%0,6

7 18,18% 45,30%0,16

7 1,790,3

0

3 Cynometra cauliflora0,7

9 25,00%154,9

8 21,82%0,6

7 18,18% 65,00%0,25

0 1,390,3

5

4 Guazuma ulmiflora0,2

6 8,33% 44,99 6,33%0,3

3 9,09% 23,76%0,08

3 2,480,2

1

5Lagerstroemia speciosa

0,26 8,33% 20,98 2,95%

0,33 9,09% 20,38%

0,083 2,48

0,21

6 Nephalium lapaseum0,2

6 8,33% 27,68 3,90%0,3

3 9,09% 21,32%0,08

3 2,480,2

1

7 Flacourtia rukam0,2

6 8,33% 26,55 3,74%0,3

3 9,09% 21,16%0,08

3 2,480,2

1

8Spathodea campanulata

0,26 8,33%

295,17 41,56%

0,33 9,09% 58,99%

0,083 2,48

0,21

Total3,1

7100,00

%710,1

7100,00

%3,6

7100,00

%300,00

%    1,9

8

3.2 Pembahasan

Praktikum kali ini merupakan praktikum mengenai analisis vegetasi dengan

menggunakan metode kuarter (kuadran). Analisis vegetasi merupakan suatu cara

untuk mengetahui komposisi suatu tumbuhan beserta struktur tumbuhan itu

sendiri di suatu area.Terdapat berbagai macam kondisi suatu area ekosistem

seperti hutan, savana, rawa,dan lain-lain sehingga diperlukan metode yang

berbeda pula untuk mengetahui analisis vegetasi yang ada di dalamnya.

Penggunaan metode yang sesuai dengan kondisi area yang ada bertujuan agar data

yang diperoleh dapat secara efektif diambil dan representatif. Untuksuatu kawasan

hutan yang memiliki komposisi yang mendominasi berupa jenis pohon

digunakanlah suatu metode yang disebut dengan metode kuarter (kuadran).

Metode ini digunakan khusus untuk menganalisis vegetasi jenis pohon. Metode

kuarter ini disebut juga sebagai metode ‘plotless’. Ini berarti bahwa metode ini

tidak membutuhkan suatu plot dengan ukuran tertentu. Praktikum analisis vegetasi

dengan metode kuarter ini dilakukan di zona tanaman langka Arboretum

Universitas Padjadjaran, pada tanggal 21 Oktober 2014 pada pukul 06.30 hingga

7.30 WIB.

Page 9: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Metode kuarter ini dilakukan dengan cara menentukan suatu titik (sebanyak

3 titik) pada zona atau area yang telah ditentukan di Arboretum. Titik tersebut

menjadi center atau patok membuat petak bayangan sebanyak 4 buah yang

merupakan area kuadran. Petak bayangan tersebut ditentukan berlawanan arah

jarum jam,selanjutnya pada setiap kuadran diambil suatu spesies pohon yang

memiliki jarak paling dekat dengan point center-nya. Metode ini tentunya

memiliki kelebihan dimana lebih mudah dan cepat untuk dilakukan. Sedangkan,

kekurangannya metode ini hanya mampu mengetahui keragaman atau diversitas

pada tingkat pohon saja, tidak untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan di

suatu area secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 12 individu pada masing-masing

titik kuadran, dan terdapat 9 spesies. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan

nilai KSJ, KR, FR, DR, INP, dan Indeks Shannon-Wiener. Koefisien seluruh jenis

(KSJ), merupakan nilai koefisien dari seluruh jenis yang didapat. Nilai KSJ

diperoleh dari area dibandingkan dengan rata-rata jarak seluruh individu pohon.

Area pengamatan disini bernilai 100 m2. Luas area 100 m2 digunakan untuk

mengetahui berapa KSJ tumbuhan dalam luas area 100 m2. Nilai KSJ yang

diperoleh sebesar 3,1675.

Kerapatan relatif (KR) merupakan nilai yang menunjukan banyaknya

spesies dalam lokasi pengamatan dibandingkan dengan spesies lainnya. Dari hasil

analisis data, diketahui bahwa nilai KR tertinggi adalah Cynometra cauliflora,

yaitu sebesar 25 %. Sedangkan, tumbuhan yang memiliki nilai KR terendah

adalah Guazuma ulmiflora, Lagerstroemia speciosa, Nephalium lapaseum,

Flacourtia rukam, dan Spathodea campabulata, dengan nilai KR sebesar 8,33%.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa Cyanometra cauliflora memiliki

jumlah jenis yang paling banyak pada lokasi pengamatan. Menurut Irwanto

(2007), semakin banyak jumlah dan jenis tumbuhan yang terdata, maka akan

semakin besar nilai KR nya. Cyanometra cauliflora memiliki jumlah paling

banyak karena tumbuhan ini dapat tumbuh baik dan banyak pada dataran rendah

dan tempat-tempat terbuka (Zuhud, 2013).

Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai perbandingan antara frekuensi jenis

ke-1 dengan jumlah frekuensi seluruh jenis (Bengen,2000). Nilai frekuensi relatif

Page 10: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

menunjukan banyaknya tingkat kehadiran spesies pada lokasi pengamatan. Nilai

frekuensi relatif menunjukan banyaknya tingkat kehadiran spesies pada lokasi

pengamatan. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa tumbuhan yang memiliki

nilai FR tertinggi adalah Averhoa bilimbii, Bauhinea purpurea, dan Cynometra

cautiflora, yaitu sebesar 18,18%. Sedangkan tumbuhan yang memiliki nilai FR

terendah adalah Guazuma ulmiflora, Lagerstroemia speciosa, Nephalium

lapaseum, Flacourtia rukam, dan Spathodea campanulata, yaitu sebesar 9.09%.

Nilai FR berkaitan dengan distribusi dan penyebaran, semakin tinggi nilai FR,

maka semakin luas tingkat penyebarannya. Dari nilai FR yang didapat, dapat

diketahui bahwa Averhoa bilimbii, Bauhinea purpurea, dan Cynometra cautiflora

memiliki penyebaran yang paling luas. Menurut Ellenberg dan Dumbas (1974),

jenis-jenis yang menyebar secara luas akan memiliki nilai kehadiran relatif yang

paling tinggi. Tumbuhan Bauhinea purpurea dan Averhoa bilimbii merupakan

tanaman yang dapat tumbuh baik pada lingkungan yang memiliki iklim tropis dan

subtropics sehingga penyebarannya tersebar secara merata (Alamendah, 2011).

Berdasarkan hasil analisis data, nilai DR yang paling tinggi adalah pada

spesies Spathodea campanulata, yaitu sebesar 41.56%. Dimana nilai DR ini

merupakan nilai yang menunjukkan seberapa banyak tingkat dominansi relatif

spesies dari jumlah titik kuadran yang sudah dibuat. Spesies ini memiliki nilai

dominansi yang besar dikarenakan ukuran diameter batang yang cukup besar.

Sehingga tumbuhan ini cukup mendominasi wilayah pengamatan. Tumbuhan

dengan tingkat DR terendah adalah Lagerstroemia speciosa sebesar 2.95%.

berdasarkan tabel hasil pengamatan terlihat bahwa tumbuhan ini memang

jumlahnya 1 saat ditemukan. Namun tumbuhan Lagerstroemia speciosa memiliki

DBH yang cukup kecil, sehingga tidak mampu untuk mendominasi wilayah

pengamatan.

Indeks nilai penting (INP) merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif,

frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300. Indeks

Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis

terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan

kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas (Mueller-Dombois dan

Ellenberg, 1974 dalam Marpaung, 2009). Nilai ini menunjukkan bahwa seberapa

Page 11: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

besar suatu spesies tumbuhan dan hewan mendominasi atau tidak di suatu

vegetasi. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa Cynometra caulifolia

merupakan spesies dengan INP terbesar dibandingkan dengan spesies lain, yaitu

sebesar 65%. Sedangkan, Lagerstroemia speciosa memiliki INP sebesar 20.38%

(terendah). Hal ini menunjukkan bahwa Cynometra caulifolia merupakan spesies

dengan tingkat dominasi yang lebih besar dibandingkan dengan spesies lain.

Artinya, Cynometra caulifolia lebih menguasai vegetasi yang ada di sekitar titik

kuadran. Terlihat jelas mengapa Cynometra caulifolia mendominasi. Hal ini

terjadi berdasarkan hasil pengamatan, dimana Cynometra caulifolia ditemukan

sebanyak 4 spesies. Sehingga nilai kelimpahan relatif (KR) sebesar 25%,

dominansi relatif sebesar 21.82%, walaupun nilai frekuensi relatifnya sebesar

18.18% (sama seperti spesies Bauhinea purpurea dan Averrhoa bilimbii).

Secara keseluruhan, dicari pula tingkat keanekaragaman jenis pohon di zona

tanaman langka plot 4, plot 5, dan plot 6. Digunakan Indeks Shannon Wiener

untuk mengetahuinya. Didapatkan bahwa nilai H’ sebesar 1,98. Menurut Odum

(1993) kriteria indeks keanekaragaman (Indeks Shannon Wiener) dibagi kedalam

3 kategori, yaitu:

Tabel Kriteria Indeks Shannon Wiener

Nilai Indeks Shannon Wiener Kriteria Keanekaragaman

H’ < 1 Keanekaragaman rendah

1 < H’ < 3 Keanekaragaman sedang

H’ > 3 Keanekaragaman tinggi

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman jenis pohon di

zona tanaman langka plot 4, plot 5, dan plot 6 termasuk kriteria sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pohon di zona tanaman langka tidak

terlalu rendah mau pun tidak terlalu tinggi. Menurut Schwab et. al. (2002) dalam

Lorenzo et.al. (2007), keanekaragaman spesies sebagian besar dipengaruhi oleh

efek jangka pendek dari fertilisasi nitrogen dan efek jangka panjang dari

akumulasi fosfor pada tanah. Komposisi spesies juga tidak hanya dipengaruhi

oleh kesuburan tanah dan manajemen lahan, tetapi juga dipengaruhi oleh

topografi.

Page 12: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Selain faktor di atas, faktor yang mempengaruhi keanekaragaman

tumbuhan yaitu secara signifikan berkorelasi dengan topogafi, geografi, sejarah,

dan faktor edafis. Keasaman dan konsentrasi kalsium merupakan fakktor utama

yang dibutuhkan untuk distribusi tumbuhan (Sugier & Czarnecka, 2012).

Kondisi cuaca pada zona tanaman langka saat pengambilan data cukup

cerah. Selain itu, kondisi fisik yang diukur pada plot 4, plot 5, dan plot 6 yaitu

temperatur, pH tanah, kelembaban tanah, cuaca, dan kelembaban udaranya.

Didapatkan bahwa temperatur plot 4 sebesar 28,1, plot 5 sebesar 27,3, dan plot 3

sebesar 28,2. pH tanah pada plot 4 sebesar 5,6, plot 5 sebesar 6,4, dan plot 3

sebesar 6,4. Selain temperatur dan pH tanah, diukur pula kelembaban tanah dan

udaranya. Plot 4 memiliki kelembaban tanah : kelembaban udara 58% : 54%, plot

5 sebesar 25% ; 54%, dan plot 6 sebesar 15% : 51%.

Page 13: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah dianalisis, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Komposisi pada daerah pengamatan di Arboretum Universitas Padjadjaran

transek 1 plot 4,5, dan 6 berupa pohon pohon jenis Averrhoa bilimbii,

Bauhinea purpurea, Cynometra cauliflora, Guazuma ulmiflora,

Lagerstroemia speciosa, Nephalium lapaseum, Flacourtia rukam, dan

Spathodea campanulata. Dominansi relatif tertinggi terdapat pada pohon

jenis Spathodea campanulata.

2. Frekuensi relatif Averrhoa bilimbii, Bauhinea purpurea, dan Cynometra

cauliflora adalah 18,18%. Persentase frekuensi relatif Guazuma ulmiflora,

Lagerstroemia speciosa, Nephalium lapaseum, Flacourtia rukam, dan

Spathodea campanulata adalah 9,09%. Kerapatan relatif Averrhoa bilimbii

dan Bauhinea purpurea adalah 16,67%, Cynometra cauliflora 25%, serta

Guazuma ulmiflora, Lagerstroemia speciosa, Nephalium lapaseum,

Flacourtia rukam, dan Spathodea campanulata dengan persentase 8,33%.

3. Terdapat diversitas di plot 4,5, dan 6 transek 1 zona tanaman langka

Arboretum Universitas Padjadjaran. Tingkat keanekaragaman di daerah

pengamatan ini tergolong sedang karena nilai indeks Shannon Wiener (H’)

yang diperoleh adalah 1,9785.

Page 14: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan

Lautan Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat kajian sumber daya pesisr dan

Laut IPB: Bogor.

Ellenberg, H & D. Mueller-Dumbois. 1974. Aims and Methods of Vegetation

Ecology. John Willey and Scns: Toronto.

Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

Pulau Marsegu, Kabupaten Seram bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis.

Ilmu Kehutanan Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Gadjah Mada:

Yogyakarta.

Lorenzo, Marini; Michele, Scotton; Sebastian, Klimek; Lorenzo, Isselstein

Johannes; Angelo, Pecile. 2007. Effects of Local Factors on Plant Species

Richness and Composition of Alpine Meadows. Journal of Agriculture,

Ecosystems and Environment. Vol 119 : 281-288.

Marpaung. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi, online

http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana

mempelajari-analisa-vegetasi/ diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 06.48

WIB.

Sugier, Piotr & Czarnecka, Bozenna. 2012. Factor Affecting The Diversity of

Vegetation of Chosen Lakeland and Riverine Peatlands of SE Poland.

Journal of Annales Universitatis Mariae Curie. Vol 64. No.1 : 57-67.

Zuhud, E.A.M., Siswoyo, E. Sandra, A.Hikmat dan E.Adhiyanto. 2013. Buku

Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IX. Dian Rakyat: Jakarta.

Page 15: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

LAMPIRAN

1) Kuarter pada titik 1

Kuadran 1 Cynometra cauliflora Kuadran 3 Nephalium lapaseum

Kuadran 2 Lagerstroemia speciosa Kuadran 4 Spathodea campanulata

2) Kuarter pada titik 2

Page 16: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Kuadran 1 Bauhinea purpurea Kuadran 2 Averrhoa bilimbii

Kuadran 3 dan 4 Cynometra cauliflora

3) Kuarter pada titik 3

Kuadran 1 Flacourtia rukam Kuadran 3 Averrhoa bilimbii

Page 17: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Kuadran 4 Bauhinea purpurea

4) Aktivitas di Lapangan

Pengukuran DBH Penghitungan jarak pohon ke titik pusat

Penghitungan jarak pohon ke titik pusat

5) Lokasi Pengamatan

Titik 1 Titik 2

Page 18: Laporan Ektum Metode Kuarter Kelompok 2.doc

Titik 3