Upload
guruhmahardhika
View
197
Download
30
Embed Size (px)
Citation preview
PENYEBARAN POPULASI DAN ASOSIASI ANTAR SPESIES
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
OLEH :
NAMA : MEGA MAHARDIKA
NIM : J1C112043
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : INDRA SUSANTI
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
BANJARBARU
APRIL 2014
I. LATAR BELAKANG
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap yang
lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi
biasbermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran,
yaitu : enyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran
berkelompok. Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu–
individu yang kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di
alam, tetapi umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman
atau pohon memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk
menghasilkan produk yang optimal (Wirakusumah, 2003).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar
dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara
geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka
belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan
mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa
air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya. Informasi kepadatan populasi
saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai
keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi
mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan
yang nyata dalam pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu
daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya ( Kimball, 1999).
Populasi cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca,
arus air, faktor kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam
ekosistem yang mempunyai keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang
menjadi sasaran gangguan-gangguan luar yang tidak dapat diduga, sedangkan
dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi, populasi cenderung
dikendalikan secara biologi dan seleksi alam. Faktor negatif ataupun positif bagi
populasi adalah , Ketidaktergantungan pada kepadatan (density independent),
apabila pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya populasi. Contohnya iklim
sering kali, tetapi tidak berarti selalu. Ketergantungan pada kepadatan (density
dependent), apabila pengaruhnya pada populasi merupakan fungsi dari kepadatan.
Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan sebagainya) tetapi tidak
selalu (Odum, 1993).
Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-macam,
pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu:
1. Penyebaran secara acak
Penyebaran secara acak jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya
terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah
dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok
dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ
tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan trmbuhan.
Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam.
Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila faktor lingkunganya
sangat seragam unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu
tidak ada sifat – sifat untuk berkelompok dai organisme tersebut,, dalam
tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk
terjadinya pengelompokan tumbuhan.
2. Penyebaran secara merata
Penyebaran secara merata penyebaran ini umumnya terdapat pada
tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang
kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan
misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
3. Penyebaran secara berkelompok
Penyebaran secara berkelompok penyebaran ini yang paling umum
terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini terutama
disebabkan oleh berbagai hal di antaranya:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal.
b. Respon dari organismeterhadap perubahan cuaca musiman akibat dari
cara atau proses reproduksi atau regenerasi.
c. Sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yng menunjang untuk
terbentuknya kelompok atau koloni (Michael, 1994).
Interaksi antar spesies merupakan “sentral” penting dari ekologi karena
interaksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan upaya dalam melangsungkan
kehidupan. Kumunitas biotik terbentuk dari asosiasi dari populasi–populasi yang
didalamnya terdapat berbagai interaksi anatara populasi-populasi yang ada dalam
suatu komunitas. Interaksi antar spesies dapat saling menguntungkan atau bahkan
tidak mempunyai interaksi sama sekali, sehingga dapat menghasilkan pola
tertentu yang disebut asosiasi interspesifik. Asosiasi ini dapat positif, negatif atau
tidak terdapat asosiasi. Interaksi yang terjadi antara setiap organisme dengan
lingkungannya merupakan suatu proses yang kompleks karena didalam
lingkungan hidup terdapat banyak komponen lingkungan. Berdasarkan konsep
dasar pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang dimaksud tersebut
dinamakan pula komponen ekologi karena setiap komponen lingkungan tak dapat
berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan satu sama lain dan saling
mempengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung (Heddy, 1986).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang
mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi
antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi
lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk
bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di
alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-
kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan
seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok
induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu
membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga
atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperoleh gambaran yang
lengkap mengenai keadaan suatu populasi dalam suatu habitat, khususnya pola
penyebaran populasi dan interaksi di antara spesies-spesies anggotanya.
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 April 2014 yang
bertempat di Laboratorium Biologi, Laboratorium Dasar Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data transek dan
kalkulator. Bahan yang digunakan dalam praktikum tidak ada.
3.3 Prosedur Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Dari data metode transek dihitung nilai index of dipersion, dihitung pola
penyebaran spesies dengan mencari nilai X2.
2. Dari data metode releve dihitung asosiasi antar spesies dengan menghitung
keberadaan spesies dan kontingensi antar spesies.
3. Dianalisis data tersebut dan dibuat pembahasan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. penentuan pola penyebaran populasi dengan Index of Dipersion
Tabel 1. Jumlah individu tiap plot pada vegetasi pohon di hutan arboretum UNLAM
Banjarbaru (data metode transek)
No. SpesiesJumlah Individu Tiap Plot
(xi - x)2
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Jumlah
1. Akasia 5 8 0 13 86,638
2. Spesies B 4 1 4 9 28,174
3. Spesies D 0 1 2 3 0,478
4. Palm botol 1 0 0 1 7,246
5. Spesies A 7 2 0 9 28,174
6. Spesies C 0 1 1 2 2,862
7. Spesies J 0 0 1 1 7,246
8. Spesies K 0 0 2 2 2,862
9. Petai 0 1 0 1 7,246
10. Spesies I 0 0 1 1 7,246
11. Spesies M 0 0 1 1 7,246
12. Spesies E 0 1 0 1 7,246
13. Spesies H 4 0 0 4 0,094
Total 21 15 12 48 192,752
Hipotesis :
Jika X2 hitung > X2 tabel 0,975, maka pola penyebaran mengelompok
Jika X2 tabel 0,025 < X2 hitung < X2 tabel 0,975, maka pola penyebaran acak
Jika X2 hitung < X2 tabel 0,025, maka pola penyebaran seragam.
Contoh perhitungan
=
X2 = I (n-1) = 26,104 (2) = 52,20
Keterangan :
X2 = Chi square
I = indeks penyebaran (Index of dipersion)
n = Jumlan plot
xi = Jumlah spesies i
= rata-rata jumlah spesies
X2 hitung = 52,20
X2 tabel 0,975 = 0,05
X2 tabel 0,025 = 7,38
Kesimpulan
X2 hitung > X2 tabel 0,975, maka pola penyebaran populasi tersebut
mengelompok
4.1.2. Penentuan Asosiasi Antar Spesies
Tabel 2. Lima spesies dengan INP tertinggi pada vegetasi data metode transek
SpesiesKerapatan INP
(%)Plot 1 Plot 2 Plot 3 Jumlah
Akasia 5 8 0 13 64,253
Spesies B 4 1 4 9 53,26
Spesies D 0 1 2 3 31,653
Palm Botol 1 0 0 2 28,337
Spesies A 7 2 0 9 26,357
Total 17 12 6 36 175,523
Hipotesis’
Ho = Tidak ada asosiasi antara spesies A dan spesies B
Ha = Ada asosiasi antara spesies A dan spesies B
Jika X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Perhitungan
X2 = I (n-1) = 58,88 (2) = 117,6
Keterangan :
X2 = Chi square
I = indeks penyebaran (Index of dipersion)
n = Jumlan plot
xi = Jumlah spesies i
= rata-rata jumlah spesies
X2 hitung = 117,6
X2 tabel 0,975 = 0,05
X2 tabel 0,025 = 7,38
Kesimpulan
X2 hitung > X2 tabel pada taraf 0,975
X2 hitung > X2 tabel pada taraf 0,025
Maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat asosiasi antara spesies A dan
spesies B).
Tabel 3. Data Analisis Kehadiran
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Akasia + + -
2 Spesies B + + +
Isian tabel kontingensi A a c
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Akasia + + -
2 Spesies D - + +
Isian tabel kontingensi B a c
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Akasia + + -
2 Palm Botol - + +
Isian tabel kontingensi B a c
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Akasia + + -
2 Spesies A + + -
Isian tabel kontingensi A a d
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Spesies B + + +
2 Spesies D - + +
Isian tabel kontingensi B a a
No. Spesies Hadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Spesies B + + +
2 Palm Botol + - -
Isian tabel kontingensi A b b
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Spesies B + + +
2 Spesies A + + -
Isian tabel kontingensi A a b
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Spesies D - + +
2 Palm Botol + - -
Isian tabel kontingensi C b b
No. Spesies Hadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Spesies D - + +
2 Spesies A + + -
Isian tabel kontingensi C a b
No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-
1 2 3
1 Palm Botol + - -
2 Spesies A + + -
Isian tabel kontingensi A c d
Tabel 4. Tabel Kontingensi
Spesies BJumlah
ada Tidak
Akasiaada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3
Spesies DJumlah
ada Tidak
Akasiaada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3
Palm botol Jumlahada Tidak
Akasia ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Spesies A
Jumlahada Tidak
Akasia ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Spesies D
Jumlahada Tidak
Spesies B
ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Palm Botol
Jumlahada Tidak
Spesies B
ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Spesies A
Jumlahada Tidak
spesies B
ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Palm Botol
Jumlahada Tidak
Spesies D
ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Spesies A
Jumlahada Tidak
Spesies D
ada 2 1 3tidak 0 0 0
Jumlah 2 1 3Spesies A
Jumlahada Tidak
Palm botol
ada 1 2 3tidak 0 0 0
Jumlah 1 2 3
Tabel 5. Hasil Perhitungan X2 & C dan Kesimpulan
Contoh Perhitungan
Contoh Perhitungan X 2 hit pada Akasia & Spesies B
X2 = n (│ad - bc│- 0,5n) 2
(a+c) (b+d) (c+d) (a+b)
= 3 (│0.0 - 0.1│- 0,5 x 3) 2
(3) (0) (1) (2)
= 20,25
0
X2 hit = ∞
X2 tab 0,05 = 3,84
Kesimpulan : Karena X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima artinya terdapat asosiasi antara spesies Akasia dan Spesies B
Contoh Perhitungan C spesies Akasia dan Spesies B
C = (ad – bc)
√(a+c) (b+d) (c+d) (a+b)
= (1.0 – 2.0)
√(3+0) (0+0) (1+0) (2+0)
= 0
0
C = ∞
Keterangan:
X2 = Chi square
C = Koefisien Asosiasi
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang penyabaran populasi dan asosiasi
antar spesies yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai
keadaan suatu populasi dalam suatu habitat, khususnya pola penyebaran populasi
dan interaksi di antara spesies-spesies anggotanya.
Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi
dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum
menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari
makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin,
kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya. Selain dengan Indeks Morisita, pola
penyebaran spasial dari suatu populasi dapat ditentukan dengan Index of
Dispersion (I) yang merupakan nilai variance atau rata-rata kelimpahan. Jika nilai
variance sama dengan rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran spasial dari
populasi tersebut random, jika varience lebih kecil dari rata-rata kelimpahan maka
pola penyebaran populasi teratur, dan jika variance lebih besar dari rata-rata
kelimpahan maka pola penyebaran berkelompok. Data perhitungan praktikum kali
ini diambil dari data transek yang pada data tersebut terdapat 13 spesies tanaman.
Untuk melihat signifikasi dari nilai indeks penyebaran, dilakukan pengujian lebih
lanjut dengan mencari nilai X2 dengan rumus X2 = I (n-1). Dari hasil pengamatan
dan perhitungan, Nilai I yang diperoleh adalah 52,20 dan X2 tabel sebesar 7,38
sehingga dapat disimpulkan bahwa pola penyebaran populasi adalah
mengelompok. Antar masing- masing anggota famili tersebut tidak terdapat
perbedaan pola penyebaran, karena tiap spesies mengelompok pada tiap
familinya.
Menentukan ada tidaknya asosiasi antar spesies maka dilakukan langkah-
langkah, yaitu menyusun hipotesis, membuat tabel kontingensi, menghitung X2
hitung, menbandingkan dengan X2 tabel lalu menghitung koefisiensi asosiasi (C).
Data spesies yang diambil adalah 5 spesies yang memiliki nilai INP tertinggi,
yaitu akasia, spesies B, spesies D, palm botol dan spesies A. Dari hasil
perhitungan sesuai dengan langkah-langkah tersebut, misalnya kita
membandingkan antara akasia dan spesies B, didapat bahwa antara kedua tanaman
ini terdapat asosiasi dengan nilai koefisien asosiasinya ∞. Tipe interaksi yang
terjadi antara akasia dan spesies A adalah neutralisme, yaitu antara tanaman
akasia dan spesies A tidak ada yang dirugikan maupun diuntungkan oleh asosiasi
ini.
Tidak adanya asosiasi antara spesies menunjukkan bahwa kedua spesies
ini bebas satu sama lain (independent). Tidak seperti teori yang menjelaskan
bahwa organisme dalam suatu komunitas adalah bersifat saling bergantungan atau
interdependent, sehingga mereka tidak terikat sekedar berdasarkan kesempatan
saja, dan gangguan satu organisme akan mempunyai konsekuensi terhadap
keseluruhan organisme, namun hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak
adanya saling ketergantungan. Tidak adanya asosiasi bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti kedua spesies tersebut memiliki perbedaan daur hidup dan
peranan ekologis yang berbeda, sebab organisme yang terdapat hubungan
kompetisi memiliki peranan ekologis yang tumpang tindih. Sebab lain tidak
adanya asosiasi, mungkin juga disebabkan karena unsur-unsur hara mineral yang
digunakan oleh tumbuhan tersebut berbeda sehingga tidak menimbulkan
peersaingan atau kompetisi. Faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan hara
pada tanah dan suhu maksimum-minimum pada lingkungan tersebut yang akan
menyeleleksi spesies-spesies apa saja yang dapat tumbuh dengan subur ditempat
tersebut. Tidak adanya asosiasi juga bisa disebabkan lingkungan yang mendukung
untuk pertumbuhan dan reproduksi kedua spesies sehingga kedua spesies dapat
tumbuh dan berkembang bersama-sama tanpa adanya kompetisi sehingga apabila
satu spesies tidak ada, tidak mempengaruhi spesies yang lainnya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulakn
bahwa :
1. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi
dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum
menempatinya.
2. Pola penyebaran yang terjadi pada plot praktikum kali ini adalah pola
penyebaran mengelompok.
3. Asosiasi antar spesies pada praktikum ini contohnya antara akasia dan
spesies A menunjukkan tipe interaksi neutralisme.
4. Menentukan ada tidaknya asosiasi antar spesies maka dilakukan langkah-
langkah, yaitu menyusun hipotesis, membuat tabel kontingensi,
menghitung X2 hitung, menbandingkan dengan X2 tabel lalu menghitung
koefisiensi asosiasi (C).
5.2 Saran
Perlunya keseriusan dan pemahaman terhadap pembuatan perhitungan serta
dalam pembuatan tabel, agar data yang di dapat tidak banyak terdapat kesalahan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Kimball, JohnW.1999. Biology. Edisi kelima jilid tiga. Erlangga: Jakarta.
Heddy, S. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali: Jakarta.
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia: Jakarta.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.