Upload
tri-kartika-utomo
View
194
Download
39
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hiperkes
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang MasalahSetiap karyawan yang bekerja sangat membutuhkan perhatian, salah satu
contohnya adalah perhatian tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dalam
bekerja agar karyawan dapat terjamin kesehatan dan keselamatannya pada saat
bekerja, karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut maka karyawan dapat bekerja
lebih baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan dapat meningkat.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan menentukan
baik tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut. Kemampuan
seseorang sangat bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi, kapasitas
fisiologis, psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan aktivitas yang
dilakukan tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang harus dihadapi.
Potensi bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja,
peralatan kerja yang canggih, beban kerja yang berat yang akan mengakibatkan
penyakit akibat kerja, sehingga kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap
potensi bahaya tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin.
Sebagai salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang sarat dengan muatan
Hak Azasi Manusia (HAM) termasuk salah satu syarat dalam memenuhi tuntutan
globalisasi dunia sehingga K3 perlu mendapat perhatian kita untuk lebih
dimasyarakatkan kepada seluruh dunia usaha dan unsur terkait
lainnya. Pengembangan dan peningkatan K3 di sektor kesehatan perlu dilakukan dalam
rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya
saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia
akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan
tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Hal tersebut perlu didukung dengan
tenaga kerja yang kompeten. Oleh karena itu, disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat.
I.2 Dasar HukumDengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha
demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada
beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang
makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja
I.3 Profil Perusahaan
Identitas Perusahaan
1. Nama : P.T. Martina Berto, Tbk.
2. Sektor usaha : Pembuatan kosmetik dan obat tradisional
3. Alamat : Jl. Pulo Kambing II no.1 Kawasan Industri Pulogadung/Jakarta
Industrial Estate Pulogadung Jakarta–13930 , Indonesia Phone : 62-21-
4603717 Fax : 62-21-46826316
4. Jumlah pekerja : ± 1500 orang
Tenaga Kerja di Galangan 1: 777 orang
5. Waktu kerja : pukul 07.30 – 16.30 WIB
6. Dokter perusahaan : 3 orang, Perawat: 1 orang
VISI :
Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa yang terkemuka di dunia
dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan
teknologi modern, penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan
nilai tambah bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya.
MISI :
1. Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan
kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan standar
mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai
segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah dan menengah-
bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek mampu mencapai
posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar yang dimasukinya.
2. Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam porsi
yang seimbang, termasuk konsumen dan para penyalur produk;
3. Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis;
4. Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aset Perseroan;
5. Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang esien dan efektif
di seluruh unit dan fungsi usaha;
6. Menerapkan ‘’Good Corporate Governance’’ secara konsisten demi
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders);
7. Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang saham;
8. Mengembangkan pasar internasional kosmetika, produk spa dan herbal
dengan fokus jangka menengah di kawasan Asia Pacic dan fokus jangka
panjang di pasar global dengan produk danmerek pilihan.
I.4 Landasan Teori
ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kepuasan kerja.
Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,
informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan lingkungan
yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien, selamat
dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa
hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,
2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional
antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-
mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah
baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take dan
aktivitas otot.
8. Desain, dll.
Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
danmendeteksibila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
danyang sudah berumur.
KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan
perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kerja
ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang
kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan
sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif
diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi kerja
menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi,
kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi,
tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak diketahui.
Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut
seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan
untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang
optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi – tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal.Penyakit yang
sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam mengambil
langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
BAB IIPELAKSANAAN
2.1 Tanggal dan waktu pengamatanPengamatan tempat kerja (walkthrough survey) di PT. Martina Berto, Tbk. ini
dilakukan pada hari Kamis, 17 September 2015 pada pukul 13.45 hingga 17.00.
2.2 Lokasi PengamatanPengamatan dilakukan di PT. Martina Berto, Tbk yang beralamatkan di Jl. Pulo
Kambing II no.1 Kawasan Industri Pulogadung/Jakarta Industrial Estate Pulogadung
Jakarta
BAB IIIHASIL PENGAMATAN DAN PEMECAHAN MASALAH
No
.
Unit Kerja Potensi Hazard Dampak yang
ditimbulkan
Pengendalian Standar/PP
1. Fasilitas
pelayanan
kesehatan,
personil
kesehatan
dan sarana
P3K
Petugas
kesehatan
kurang
menguasai
program
kesehatan
Kelangsungan
pelayanan
kesehatan
tidak ada jam
kerja
Tenaga kerja
belum terdaftar
dalam BPJS
Tidak
berjalannya
program
kesehatan
dengan baik
pelayanan
kesehatan
terhambat
tenaga kerja
tidak mendapat
jaminan
pemeliharaan
kesehatan oleh
BPJS
Sosialisasi
dan pelatihan
bagi petugas
kesehatan
tentang
program
kesehatan
Administrative
control, shift
dan jadwal
kerja
Harus
mengikutserta
kan semua
tenaga kerja
dalam jaminan
pemeliharaan
kesehatan
jamsostek
Permenakertrans
kop RI No 1
Tahun 1976
tentang
Kewajiban
Latihan Hiperkes
Bagi Dokter
Perusahaan.
Permenakertrans
RI No 3 Tahun
1982 tentang
Pelayanan
Kesehatan
Tenaga Kerja.
- UU no 24 tahun
2011 tentang
BPJS
- UU no 40 tahun
2004 tentang
sistem jaminan
sosial nasional
2. Penyakit
Akibat Kerja
Tidak adanya
data rinci
mengenai
epidemiologi
10 besar
penyakit
Penggunaan
masker masih
belum baik
tidak dapat
mengetahui
status kesehatan
tenaga kerja
dapat
menyebabkan
penyakit akibat
kerja misalnya
ISPA
Administratif
control. Setiap
terdapat
penyakit
akibat kerja
harus dicatat
secara rinci
dan sosialisasi
sosialisasi tata
cara
penggunaan
masker yang
baik dan
benar ,
substitusi
masker
Permenakertrans
No Per.
01/Men/1981
tentang
kewajiban lapor
penyakit akibat
kerja
Keputusan
menteri tenaga
kerja No.333
tahun 1989
tentang
diagnosis dan
laporan penyakit
akibat kerja
Permenakertrans
No Per
08/Men/VII/2010
tentang alat
pelindung diri
3. Kesesuaian
pekerja
dengan alat
(Ergonomi)
Tidak
disediakan
kursi yang
memiliki
sandaran
meskipun jam
kerja yang
Musculoskeletal
Disorder
Resiko jatuh
akibat ketidak
seimbangan
Substitusi
dengan kursi
yang memiliki
sandaran
Menyediakan
tangga kecil
untuk tenaga
UU no.1 th 1970
ttg keselamatan
kerja
UU RI no. 13 th
2003 ttg
ketenagakerjaan
lama dengan
posisi yang
statis
Tombol
pengendalian
mesin yang
letaknya lebih
tinggi dari
pekerja
kerja
Melakukan
penyuluhan
bagaimana
posisi yang
ergonomis
dalam
melakukan
pekerjaan
serta
menyediakan
alat-alat yang
sesuai dengan
prinsip
ergonomis
demi
meningkatnya
produktivitas
tenaga kerja
pada
perusahaan
PP no.50 th
2012 ttg
penerapan
SMK3
PERMENAKERT
RANS
no.PER.03/MEN/
1982 ttg
pelayanan
kesehatan kerja
4. Gizi tenaga
kerja
(-) (-) (-) Surat Edaran
Menteri Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi No.
SE. 01/
Men/1979
tentang
pengadaan
kantin dan ruang
makan.
5. Pemeriksaa
n kesehatan
(awal,
berkala,
khusus)
(-) (-) (-) - Undang-
undang no 1
tahun 1970
tentang
Keselamatan
Kerja
- Permenaker No
2/ Men/ 1980
tentang
Pemeriksaan
Kesehatan
Tenaga Kerja
dalam
penyelenggaraa
n keselamatan
kerja
6. Program
kesehatan
Perusahaan
belum
mengadakan
penyuluhan
berkala
Perusahaan
belum
mengadakan
jelas tentang 4
program utama
kesehatan
Status kesehatan
tenaga kerja tidak
terjamin dan
sejahtera
Meningkatkan
aspek promotif
serta preventif
(dilakukan
penyuluhan)
dalam
menunjang
pengetahuan
tenaga kerja
tentang
penyakit
akibat kerja
- PP No. 50
tahun 2012
tentang
penerapan
Sistem
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (SMK3)
serta
mencegah
terjadinya
penyakit atau
kecelakaan
akibat kerja.
Menyelenggar
akan program
kuratif dan
rehabilitatif
apabila ada
PAK yang
terjadi
7. Pencegaha
n HIV,
AIDS, dan
narkoba
Perusahaan
belum
mengadakan
program
pencegahan
HIV, AIDS, dan
narkoba
Tingkat
pengetahuan
tenaga kerja
rendah
Menjadwalkan
dan
melakukan
penyuluhan
tentang
narkoba dan
HIV secara
berkala
PER.
11/MEN/VI/2005
tentang
Pencegahan dan
Penanggulangan
Penyalahgunaan
dan Peredaran
Gelap Narkotika,
Psikotropika, dan
Zat Adiktif
Lainnya di
Tempat Kerja
Kep.
68/MEN/2004
tentang
Pencegahan dan
penanggulangan
HIV/AIDS di
tempat Kerja
1. Program pemenuhan gizi pekerja, kantin atau ruang makan
Dari hasil wawancara dan pengamatan menunjukkan bahwa pemenuhan
gizi pekerja dilakukan oleh perusahaan. Penyelenggaraan gizi kerja di PT.
Martina Berto Tbk., meliputi:
Pekerja sehari-hari diberi makan dari supplier catering dengan dilakukan
pengawasan terhadap jasa catering dan menjalin kerja sama dengan jasa
catering yang dinilai sudah memenuhi standard. Pemilihan jasa catering
diganti tiap 6 bulan dan pemilihan ini didasarkan pada proposal yang paling
memenuhi standar.
Disediakan tempat makan yaitu ruang makan karyawan PT. Martina Berto
Tbk. yang berkapasitas kurang lebih 200 orang
Pekerja diberikan air minum dalam bentuk galon yang terletak di ruangan
kerja yang dapat diambil secara bebas.
Untuk mencuci tangan menggunakan tempat cuci tangan yang disediakan di
setiap lantai.
2. Pemeriksaan kesehatan kerja (awal, berkala, dan khusus) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang
diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi- tingginya, tidak mempunyai
penyakit menular, dan cocok dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yanng bersangkutan dan tenaga kerja
lainnya terjamin.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh PT. Martina Berto Tbk. menjalin
kerja sama dengan Rumah Sakit dan laboratorium tertentu yang dianggap paling
memenuhi syarat, dalam hal ini adalah RS Antam Medika dan Laboratorium Prodia
setempat.
a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Pre-Employment)
- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan awal pada setiap
calon tenaga kerja yang melamar pekerjaan ke perusahaan tersebut.
- Pemeriksaan kesehatan ini juga dilakukan pada pekerja yang hendak
dipindahkan ke lokasi kerja yang lain dengan risiko yang berbeda
- Pada pemeriksaan kesehatan awal ini dilakukan pemeriksaan berupa
wawancara tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan status mental, rontgen toraks, laboratorium rutin, dan
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
- PT. Martina Berto Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan berkala minimal
setahun sekali. Prinsip pemeriksaan kesehatan berkala sama dengan
pemeriksaan kesehatan awal.
- Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada para pekerja,
pihak manajemen akan menindak lanjut sesuai kebijakannya.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
PT. Martina Berto Tbk.akan melakukan pemeriksaan kesehatan khusus terhadap
tenaga kerja tertentu apabila dinilai membawa pengaruh dari pekerjaan tertentu.
3. Pelayanan Kesehatan PT. Martina Berto Tbk. memiliki satu unit poliklinik perusahaan yang letaknya
cukup strategis untuk dijangkau semua tenaga kerja, dengan personil kesehatan
sejumlah 4 orang, terdiri dari tiga dokter dan satu paramedis. Program kesehatan
yang ada dalam perusahaan ini sudah meliputi empat besar pokok pelayanan
kesehatan pada umumnya, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,
hanya saja yang disayangkan program ini tidak disosialisasikan dengan baik
pada personil kesehatan sehingga pada saat wawancara personil kesehatan
tidak dapat menjabarkan secara detail tentang program kesehatan tersebut.
Sarana P3K tersedia di seluruh lantai apabila dibutuhkan.
Pendataan 10 besar penyakit akibat kerja pun kurang jelas, sehingga
pada saat kami mewawancara personil kesehatan, kami tidak mendapatkan data
yang cukup jelas untuk menggambarkan status kesehatan para tenaga kerja di
perusahaan tersebut. Menurut pengakuan tenaga medis, beberapa penyakit
yang sering terjadi ialah:
ISPA
Myalgia
Cephalgia
Gastritis
Penyakit alergi
Diare
Hemorrhoid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik
adalah :
Dari aspek fasilitas pelayanan kesehatan, personil kesehatan, sarana P3K
terdapat potensi hazard berupa petugas kesehatan kurang menguasai program
kesehatan, petugas kesehatan tidak ada di tempat pada jam kerja, dan tenaga
kerja belum terdaftar dalam BPJS.
Dari aspek penyakit akibat kerja, tidak ada data yang valid mengenai
epidemiologi penyakit akibat kerja dan 10 terbesar penyakit terbanyak, serta
penggunaan masker masih belum sesuai standar.
Dari aspek ergonomi, kursi dan tombol pengendalian masih belum sesuai
dengan tenaga kerja.
Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja diberi makan dari supplier catering
yang sudah dianggap memenuhi standar, terdapat tempat makan, diberikan air
minum dalam bentuk galon yang dapat diambil secara bebas.
Dari aspek pemeriksaan kesehatan sudah sesuai dengan aturan, yaitu pada
pemeriksaan awal dilakukan pada semua calon tenaga kerja dan meliputi
wawancara tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
status mental, darah rutin, foto rontgen thorax. Pemeriksaan berkala dilakukan
rutin setiap 1 tahun. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan bagi tenaga kerja
tertentu sesuai dengan potensi hazardnya.
Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum rutin mengadakan
penyuluhan berkala, selain itu data mengenai program preventif, kuratif dan
rehabilitative juga tidak jelas.
Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan masih belum
menjalankan program apapun yang terkait.
B. Saran
Dari potensi hazard yang kami temukan, maka kami ajukan beberapa saran yaitu :
Melakukan sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan demi kelangsungan
program kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)
Menggalakan pemenuhan shift kerja bagi tenaga kesehatan.
Mengikutsertakan tenaga kerja dalam program BPJS ketenagakerjaan.
Melakukan penelitian epidemiologi untuk mengetahui 10 penyakit terbanyak dan
penyakit akibat kerja yang ada di perusahaan.
Subtitusi kursi dengan yang memiliki sandaran, menyediakan tangga kecil untuk
memudahkan pekerja mencapai tombol pengendalian.
Penyuluhan tentang penggunaan masker yang baik dan benar, posisi yang
ergonomis dalam melakukan pekerjaan, HIV-AIDS dan narkoba.
BAB VI
PENUTUP
PT. Martina Berto Tbk. adalah sebuah perusahaan manufaktur, pemasaran,
serta penelitian & pengembangan dalam bidang kosmetik dengan sistem semi otomatis
yaitu dengan tenaga mesin dan tenaga manusia. PT. Martina Berto Tbk. sudah memiliki
sertifikasi ISO 9001 tentang quality management, ISO 14001 tentang environmental
management, dan GMP (Good manufacturing practices). Selain itu perusahaan ini juga
telah mengimplementasikan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
(SMK3) dengan membentuk panitia pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja
(P2K3).
Dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan, masih ada beberapa hal
yang belum sempurna dan butuh perbaikan. Semoga makalah ini dapat membantu
dalam menyikapi permasalahan yang ada dan perbaikan perusahaan dalam aspek
kesehatan dan keselamatan kerja.