Upload
fahmy-fiirrmansyaahh
View
785
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan hewan aquatik yang memiliki keanekaragaman jenis yang
paling banyak dimuka bumi, dari berbagai kriteria masing-masing ikan tersebut,
mempunyai fungsi dan manfaat dalam kehidupannya. Dilihaat dari manfaatnya
ikan yang paling diminati masyarakat adalah ikan hias, salah satunya jenis
ikannya adalah ikan cupang (Betta splendes). Mulanya ikan tersebut hanya
digandrungi oleh para pecinta ikan hias dengan melihat sisi morfogi ikan
tersebut, dimana ikan cupang mempunyai ciri khas yaitu ukuran tubuh yang
ramping, kecil dan mempunyai garis warna yang menarik bagian-bagian sirip
tertentu.
Ikan cupang mempunyai bentuk dan karakter yang unik sehingga
cenderung lebih bersikap agrseif dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Dikalangan penggemar, ikan cupang terbagi menjadi 3 kategori yaitu: cupang
hias, cupang adu, dan cupang liar. Dari ketiga kategori tersebut yang bisa
membedakannya yaitu dilihat dari segi morfologi dan perilaku agonistik yang
dilakukan ikan saat melakukan pertahanan diri demi mendapatkan wilayah
kekuasaanya. Maka dari itu penggemar pun lebih beranjak mencari ikan cupang
yang lebih bersifat agresif selain warna dan bentuk tubuh yang indah,
penggemar ikan cupang adu tidak hanya kalangan dewasa, saat ini anak-anakpun
lebih menyukai cupang adu sebagai koleksi mainannya dengan asumsi bahwa
ikan tersebut mempunyai kemampuan yang hebat dalam arena pertarungan.
Menindak lanjuti hal tersebut perlu dilakukan uji coba perilaku ikan cupang adu
untuk melihat tingkat keagresifan ikan dengan indikator perilaku agonistik
1.2 Tujuan
Mengamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan
1.3 Hipotesis
Ikan cupang jantan yang bersirip lebat lebih bersifat agresif dan
mendominasi dalam berperilaku agonistik dalam pertarungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial,
permintaan yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini
mendorong perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia. Salah satunya adalah
ikan Betta splendens. Regan atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang.
Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila
ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Ikan Betta splendens merupakan ikan yang memiliki banyak bentuk
(Polimorphisme), seperti ekor bertipe mahkota crown tail, ekor penuh full tail dan
bertipe slayer, dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk sirip
dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan hias Betta
splendens. Ikan hias Betta splendens disebut juga ikan laga fighting fish atau ikan
cupang. Ikan jantan memiliki warna mencolok, sirip panjang dan ukuran tubuh
lebih kecil dibanding betinanya (Susanto & Lingga 1997). Ikan Betta splendens
jantan memiliki nilai komersial tinggi sehingga sangat disukai dan diburu oleh
pecinta ikan hias. Salah satu kendala budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan
jantan cenderung lebih sukar, karena jumlah benih jantan yang diperoleh setiap
pemijahan sangat rendah dan kualitasnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Habitat ikan ini di perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi saat ini
sudah banyak dibudidayakan. Perkembangbiakan Betta splendens bersifat
bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum berprjah dan telur-telur
dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994)
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari
famili Anabantidae. Anabantidae merupakan satu-satunya famili
yang mencakup seluruh ikan berlabirin. Betta splendens
memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit
membulat dan memipih pada bagian belakang. Mulutnya dapat
disembulkan dengan lubang mulut terletak serong pada bagian
depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina
berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik
yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun betina memiliki
sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping (Djuhanda, 1981).
Cupang (Betta sp.) awalnya merupakan cupang hasil
persilangan genetik antara spesies cupang alam yang berbeda-
beda yang berasal dari perairan disekitar asia tenggara,
sebagian besar diantaranya berasal dari Thailand, Malaysia,
Indonesia dan Vietnam. Cupang juga dapat ditemukan diperairan
Brunei, Filipina, Myanmar, Laos, Kamboja dan sekitarnya namun
tidak sebanyak 4 negara yang telah disebutkan diatas.
Cupang adu (Betta Splendens) merupakan ikan asli Asia
Tenggara yang kini menjadi andalan ekspor Indonesia. Cupang
merupakan jenis ikan yang agresif, senang memamerkan ekor,
dan keberaniannya. Di kalangan penggemar, ikan cupang
umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang
aduan, dan cupang liar. Cupang mampu hidup di rawa-rawa,
persawahan, dan air dangkal. Hidupnya berkoloni yang
umumnya memiliki pH 6,5 – 7,2 dan suhu air 24○C - 30○C (M,
Herb et al, 2003).
Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan
adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan
menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit.
Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan
bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan. Secara garis
besar cupang jantan memiliki banyak perbedaan dengan
cupang betina. Warna jantan lebih tegas cemerlang dan indah.
sementara betina memiliki warna yang lebih pudar. Lalu tubuh
betina dewasa lebih bulat dan dibagian perut terlihat lebih
besar dan berwarna transparan kekuning-kuningan. sementara
tubuh jantan lebih ramping dan panjang. Dan sifat cupang
jantan lebih berani dan agressif, sementara betina akan
memperlihatkan garis-garis vertikal disepanjang tubuh bila
melihat jantan.
Betta splendens jantan agresif menggigit saat beriteraksi
dengan lawan sesama jantan. Jika dihadapan betina, interaksi
jantan kurang agresif (yaitu kurang menggigit) dan memakan
waktu lebih lama untuk berperilaku agresif. Hal ini menunjukkan
bahwa cupang jantan secara visual membedakan antara lawan
betina dengan lawan jantan (Matos et al, 2002).
Perilaku agonistik adalah perilaku agresif yang pada
dasarnya dilakukan untuk dapat lulus hidup (survival). Perilaku
agonistik ini pada umumnya merupakan ritual, memperlihatkan
kekuatan, dan keindahan (dapat berupa suara, tubuh dan lain-
lain). Sering kali terjadi pula perkelahian yang tidak mematikan,
walaupun pada beberapa spesies perkelahian dapat terjadi
hingga terjadi kematian. Baik secara instinktif maupun perilaku
terlatih, B. splendens memiliki karakteristik respons agresiv.
Dalam suhu air kira-kira antara 24o-29oC, ikan cupang secara
normal merupakan ikan yang berperikau sangat aktif. Beberapa
perilaku agonistic cupang yang diketahui antara lain :
1. Approach (Ap) : mendekat, berenang cepat kemudian
berhenti di dekat bayangannya / ikan lain
2. Bite : menggigit lawan
3. Chase (Ch) : mengejar lawan yang melarikan diri
4. Frontal threat (FT) : mengancam dari depan dengan
membuka operculum, dagu direndahkan dan melebarkan sirip
dada saat berhadapan dengan lawan
5. Side Threat (ST) : mengancam dari pinggir dengan membuka
operculum, dagu direndahkan kea rah lawan dan semua sirip
dikembangkan
6. Mouth to mouth contact (MC) : Kontak mulut ke mulut yaitu
dua individu akan saling mendorong, menarik, dan
mencengkram dengan mulut
7. Flight (Fl) : melarikan diri
8. Tail flagging (TF) : mengibaskan ekor
9. Circle (Cl) : bergerak memutar arah setelah mendekati lawan
10. Explore (Ex) : menjelajah area tanpa arah yang jelas (James,
2009).
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat BahanAquarium (45x25x25 cm³) berisi air
Air secukupnyaCermin
Botol-botol kecil
Ikan Cupang adu (Betta splendens)Stop watch
Tipp-ex
3.1.1 Alat :
1. Aquarium berisi air berukuran 45x25x25 cm3
2. Cermin sebagai kompartemen pemisah.
3. Botol – botol kecil untuk menyiapkan tiap individu ikan
cupang.
4. Stop watch untuk menghitung waktu ikan cupang melakukan
perilaku agonistik.
5. Alat penanda untuk menandakan mana ikan cupang yang adu
dengan cupang yang non adu.
3.1.2 Bahan:
Ikan cupang jantan (Betta splendens) berjumlah 4 ekor untuk
masing–masing kelompok, 2 individu ikan cupang adu bersirip
lebat dan 2 individu cupang adu.bersirip normal.
3.2 Cara kerja
3.2.1 Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi dilakukan untuk tiap individu ikan
cupang jantan meliputi : perbedaan fisik, antara lain warna
tubuh, bentuk sirip (dada, punggung, perut, dubur, ekor) dan ciri
khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk tubuh) tiap
individu.
3.2.2 Persiapan dan tagging
Aquarium yang telah berisi air ± ¾ bagian dibagi menjadi
dua bagian oleh sebuah cermin pemisah sebagai kompartemen
(a) dan kompartemen (b), dan tiap kompartemen diisi oleh
seekor ikan cupang yang telah diidentifikasi ciri-cirinya Beri
penamaan untuk tiap individu ikan cupang adu adu (a) dan (b),
ikan cupang adu (c) dan (d).
3.2.3 Pengamatan I
Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin, amati
perilaku individu ikan cupang (a) dan catat semua perilaku yang
tampak saat individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya
sendiri di dalam cermin. Pengamatan dilakukan dalam waktu 3
menit catat waku latensinya dan ulangi pengamatan untuk
individu ikan (b). Ulangi pengamatan pada individu (c) dan (d).
3.2.3 Pengamatan II
Setelah pengamatan I selesai, angkat kompartemen
cermin pemisah dari aquarium. Saat cermin diangkat dan tidak
ada lagi pembatas diantara kedua individu, lakukan pengamatan
pada individu (a) dan (b) saat mereka memulai perkelahian
selama 3 menit sampai didapatkan individu ikan cupang yang
memenangkan perkelahian dan yang kalah dalam perkelahian.
Ulangi pengamatan pada individu (c) dan (d).
3.2.4 Pengamatan III
Setelah didapatkan ikan cupang pemenang dan ikan
cupang yang kalah dari pengamatan II, pisahkan dan
pertarungkan kembali cupang pemenang dari dari pengamatan II
dengan cupang pemenang dari pengamatan II, dan begitu juga
untuk cupang yang kalah. Lakukan pengamatan saat pekelahian
berlangsung selama 3 menit. Lihat individu yang menjadi
superordinat dan subordinat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan Morfologi
Pada hasil pengamatan cupang, bentuk dan warna sirip
cupang bervariasi. Berdasarkan hasil pengamatan, morfologi
ikan cupang hias bentuk siripnya lebih unik dan berwarna lebih
menarik bila dibandingkan dengan ikan cupang adu. Menurut
Djuhanda (1981), perbedaan antara ikan cupang jantan dengan
ikan cupang betina adalah terletak pada keanekaragaman warna
sirip. Dalam hal ini, ikan cupang jantan memiliki warna tubuh
yang lebih bervariasi
Literatur (Maulana, 2007) Hasil Pengamatan
Gambar 1: Morfologi Ikan Cupang
Warna tubuh pada ikan cupang adu lebih kusam dari warna
tubuh ikan cupang hias. Selain itu, sirip pada cupang adu
cenderung lebih rapat dan pendek, sedangkan sirip pada ikan
hias tidak rapat serta tidak berbentuk kipas seperti ikan adu
(ikan hias ekornya bercabang dan panjang). Selain memiliki
sirip pendek, cupang adu juga memiliki sifat bertarung yang
baik dan memiliki sifat pantang menyerah. Hingga umumnya
bila cupang adu dipertandingan bisa mencapai lebih dari 3 jam
pertarungan. Lain halnya dengan cupang hias ataupun cupang
alam yang tidak akan bertahan melebihi dari 2 jam saja bila
dipertandingkan (Djuhanda, 1981).
Taksonomi ikan cupang adu (Betta spendens) adalah sebagai
berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
ekor
sirip punggungsirip dada
sirip analsirip perut
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Betta Sp.
Dari hasil pengamatan morfologi masing-masing ikan cupang yang
dipertarungkan, setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda
berikut adalah ciri dari masing-masing ikan cupang tersebut:
Ikan Cupang A Karakteristik
Ukuran tubuh lebih besar warna tubuh
biru toska terang, dengan bentuk sirip
jabrik dengan warna sirip biru dan
pada beberapa bagian sirip terdapat
garis berwarna merah, sirip perut sirip
dada dan sirip ekor nampak seperti
menyatu. Kepala lancip dengan mata
bulat. Dan bagian operkulim terlihat
garis berwarna biru.
Ikan Cupang B
Ukuran tubuh lebih kecil warna tubuh
lebih gelap, meskipun ad sedikit garis-
garis warna merah namun tidak
mendominasi. Bagian sirip terlihat
jelas tidak nampak menyatu pada
bagian ujung sirip terdapat garis
berwarna merah. Kepala lebih runcing
dan mata bulat kecil. Bagian
operkulum nampak tersembunyi.
Ikan Cupang C
Bentuk tubuh lebih kecil dengan warna
tubuh lebih gelap, bagian-bagian sirip
telihat dengan jelas dengan waran
merah dan gurat biru dan corak hitam,
bentuk sirip tidak jabrik. Kepala lebih
runcing dengan mata bulat kecil.
Bagian operkulum terlihat garis
berwarna biru.
Ikan Cupang D
Bentuk tubuh lebih besar dengan
warna biru toska dan ada sedikit garis
hitam dibagian tengah tubuh. Bentuk
sirip melebar dengan warna biru toska
kemerahan dan pada bagian sirip ekor
telihat ada garis warna kuning
keemasan, kepala lebih lancip dengan
mata bulat. Belahan operkulum terlihat
dengan jelas dan terdapat garis
keemasan.
4.2 Pengamatan MIS (Mirror Image Simulation)
Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis nol (H0)
yang menyatakan bahwa cupang A, B, C, dan D memiliki
perilaku agonistik yang sama, maka dilakukan uji anova.
Adapun hasil uji tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 1. Tabel Signifikasi MIS (Mirror Image Simulation)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3055.333a 39 78.342 4.481 .000
Intercept 3000.000 1 3000.000 171.592 .000
Individu 340.467 3 113.489 6.491 .001
perilaku 1785.667 9 198.407 11.348 .000
Individu * perilaku 929.200 27 34.415 1.968 .011
Error 1398.667 80 17.483
Total 7454.000 120
Corrected Total 4454.000 119
a. R Squared = ,686 (Adjusted R Squared = ,533)
Berdasarkan uji ANOVA pada perngamatan MIS (mirror image
simulation) dapat diketahui nilai p individu dan perilaku adalah 0.001 dan 0.000.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan nilai p berbeda nyata dan tolak
hipotesis nol (H0) . Dikatakan berbeda nyata karena nilai p atau significant berada
dibawah 0,05 (p < 0.05). Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji lanjut dengan uji
Duncan dan uji Tuckey untuk mengetahui perilaku yang menonjol dari ikan
cupang yang diujikan,
Berdasarkan grafik diatas terlihat perilaku agonistik pada saat melakukan
miror image simulation (MIS) selama 3 menit, ikan A lebih banyak melakukan
perilaku side threat dan lebih kurang melakukan perilaku (bite) menggigit, hal ini
menandakan bahwa ikan tersebut cenderung lebih bersifat aggerisf tetapi tidak
berani mengambil tindakan untuk terus menyerang. Untuk ikan ke 2 (B)
cenderung lebih banyak melakukan perilaku Mengkibaskan ekor (Tail Flagging)
kemudian paling sedikit melakukan perilaku menggit lawan (bite) maka dari itu
ikan tersebut cenderung lebih kurang agresif dalam melakukan perlawanan. Ikan
ke 3 lebih banyak melakukan aktifitas mendekat approach (Ap) dan sedikit
melakukan aktifitas menggigit lawan bite (Bt), maka dari itu ikan tersebut
cenderung kurang aggresif dibandingkan ke tiga ikan sebelumnya, yang terakhir
ikan ke 4 (D) lebih banyak melakukan perilaku mouth to mouth (MC) dan jarang
melakukan perilaku menggigit lawan bite (Bt), dari perilaku tersebut dapat terlihat
ikan tersebut cenderung lebih aggresif dibandingkan ke tiga ikan sebelumnya.
Gambar 2. Grafik Signifikasi MIS
(Mirror Image Simulation)
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan, jika dilihat dari berbagai
macam perilaku agonistik masing-masing ikan memiliki karakteristik dan cara
penyerangan yang berbeda-beda, secara tidak langsung tingkat keagresifan tiap
ikan jelas berbeda, jika dilihat dari cara penyerangan musuh.
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa perilaku agonistk ikan
cupang paling banyak (paling sering muncul) yaitu mengibaskan ekor, Frontal
threat, Side Trheat, Explore, Circle, Mouth to mouth, Approuch, Flight, bite dan
paling sedikit melakukan chase. Dari hasil pengamatan secara keseluruhan
diketahui bahwa cupang lebih banyak atau lebih sering melakukan perkelahian
antara cupang yang satu dengan cupang lainnya. Menurut Djuanda (1981), cupang
adu memiliki sifat bertarung yang baik dan memiliki sifat pantang menyerah
4.3 Perkelahian Sesungguhnya (A Vs B)
Tabel 2. Tabel Signifikasi Perkelahian A vs B
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1066.183a 19 56.115 19.350 .000
Intercept 498.817 1 498.817 172.006 .000
Individu 132.017 1 132.017 45.523 .000
Prilaku 445.017 9 49.446 17.050 .000
Individu * Prilaku 489.150 9 54.350 18.741 .000
Error 116.000 40 2.900
Total 1681.000 60
Corrected Total 1182.183 59
a. R Squared = ,902 (Adjusted R Squared = ,855)
Berdasarkan uji ANOVA pada perngamatan perkelahian ikan
sesungguhnya A VS B dapat diketahui nilai p individu dan perilaku adalah 0.000
dan 0.000. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan nilai p berbeda nyata
dan tolak hipotesis nol (H0) . Dikatakan berbeda nyata karena nilai p atau
significant berada dibawah 0,05 (p < 0.05). Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji
lanjut dengan uji Duncan dan uji Tuckey untuk mengetahui perilaku yang
menonjol dari ikan cupang yang diujikan,
Berdasarkan grafik tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku ikan cupang A
lebih banyak melakukan pendekatan terhadap musuh Approach (Ap) dengan rata-
rata gerakan 13,5 paling sedikit melakukan gerakan Frontal threat (FT) dan mouth
to mouth (MC), sedangkan cupang B lebih banyak melakukan perilaku melarikan
diri dari lawan (Fl) yaitu 14 dan tidak pernah melakukan perilaku Approach, bite,
chase, frontal threat, side threat, dan mouth to mouth., serta paling sedikit
melakukan mengibaskan ekor , circle dan explore.
Berdasarkan pengamatan, dapat diketahui ikan cupang yang dominan
adalah ikan cupang A. Karena cupang tersebut lebih banyak menyerang, dan
melekukan gerakan lainnya. Dengan kata lain cupang A lebih agresif dibanding
cupang B, sehingga cupang A merupakan cupang dominan.
Gambar 3. Grafik Perkelahian Ikan A VS B
4.4 Perkelahian sesungguhnya (C Vs D)
Tabel 3. Tabel Signifikasi Perkelahian C vs D
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 598.983a 19 31.525 6.478 .000
Intercept 421.350 1 421.350 86.579 .000
Individu 20.417 1 20.417 4.195 .047
Prilaku 284.150 9 31.572 6.487 .000
Individu * Prilaku 294.417 9 32.713 6.722 .000
Error 194.667 40 4.867
Total 1215.000 60
Corrected Total 793.650 59
a. R Squared = ,755 (Adjusted R Squared = ,638)
Berdasarkan uji ANOVA pada perngamatan perkelahian ikan
sesungguhnya C VS D dapat diketahui nilai p individu dan perilaku adalah 0.47
dan 0.000. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan nilai p untuk perilaku
adalah berbeda nyata dan tolak hipotesis nol (H0) . Dikatakan berbeda nyata karena
nilai p atau significant berada dibawah 0,05 (p < 0.05). Oleh sebab itu, perlu
dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan dan uji Tuckey untuk mengetahui perilaku
yang menonjol dari ikan cupang yang diujikan, Sedangkan untuk nilai p individu
adalah 0,47 lebih besar dari 0,05. karena nilai p atau significant berada diatas 0,05
(p >0.05). Oleh sebab itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut. Karena tidak terdapat
perbedaan yang nyata
4.5 Perilaku Ikan menang VS menang (A vs D )
Dari grafik ini diketahui bahwa perilaku paling banyak pada ikan cupang
C adalah melakukan pelarian diri dari musuh (Fl), approch, tail flagging, circle,
dan explore. Tidak pernah melakukan bite, chase, frontal threat, dan side threat.
sedangkan ikan cupang D lebih banyak melakukan perilaku approch, frontal
threat, pengibasan ekor, dan tidak pernah melakukan mouth to mouth dan flight.
Dari hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa ikan cupang D merupakan cupang
dominan, karena lebih banyak menyerang dibandingkan ikan cupang C. Dan ikan
cupang D cenderung lebih agressif.
Gambar 4. Grafik Perkelahian Ikan C VS D
Tabel 4. Tabel Signifikasi Perilaku Ikan menang VS menang (A vs D )
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1578.317a 19 83.069 6.744 .000
Intercept 968.017 1 968.017 78.594 .000
individu 25.350 1 25.350 2.058 .159
perilaku 837.483 9 93.054 7.555 .000
individu * perilaku 715.483 9 79.498 6.455 .000
Error 492.667 40 12.317
Total 3039.000 60
Corrected Total 2070.983 59
a. R Squared = .762 (Adjusted R Squared = .649)
Berdasarkan uji ANOVA pada perngamatan perkelahian ikan menang vs
menang A VS D dapat diketahui nilai p individu dan perilaku adalah 0,159 dan
0.000. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan nilai p untuk perilaku
adalah berbeda nyata dan tolak hipotesis nol (H0) . Dikatakan berbeda nyata karena
nilai p atau significant berada dibawah 0,05 (p < 0.05). Oleh sebab itu, perlu
dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan dan uji Tuckey untuk mengetahui perilaku
yang menonjol dari ikan cupang yang diujikan, Sedangkan untuk nilai p individu
adalah 0,159 lebih besar dari 0,05. karena nilai p atau significant berada diatas
0,05 (p >0.05). Oleh sebab itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut. Karena tidak
terdapat perbedaan yang nyata.
Berdasarkan pengamatan sebelumnya, diperoleh cupang pemenang atau
dominan yaitu cupang A dan cupang D. Pada grafik ini menunjukan cupang A
lebih banyak menyerang dengan cara mendekat (Ap), mengejar (Ch), menyerang
dari samping (ST) dari depan (FT). Sedangkan ikan cupang D lebih banyak
melarikan diri (Fl), tidak pernah melakukan bite, chase, frontal threat, side threat
dan mouth to mouth. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa cupang D sama
sekali tidak melakukan penyerangan, bahkan lebih banyak melarikan diri.
Sehingga dapat diketahui cupang A sebagai cupang dominan dalam perkelahian
ini.
Gambar 5. Grafik Perkelahian Ikan Menang VS Menang A VS D
4.6 Perilaku Ikan kalah VS kalah (B vs C)
Tabel 5. Tabel Signifikasi Perilaku Ikan Kalah VS Kalah (B vs C )
Dependent Variable:frekuensi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 101.933a 19 5.365 2.316 0.013
Intercept 29.400 1 29.400 12.691 0.001
individu 0.067 1 0.067 0.029 .866
perilaku 83.600 9 9.289 4.010 .001
individu * perilaku 18.267 9 2.030 .876 .554
Error 92.667 40 2.317
Total 224.000 60
Corrected Total 194.600 59
a. R Squared = .524 (Adjusted R Squared = .298)
Berdasarkan uji ANOVA pada perngamatan perkelahian ikan kalah vs kalah b VS
C dapat diketahui nilai p individu dan perilaku adalah 0,866 dan 0.001.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan nilai p untuk perilaku adalah
berbeda nyata dan tolak hipotesis nol (H0) . Dikatakan berbeda nyata karena nilai p
atau significant berada dibawah 0,05 (p < 0.05). Oleh sebab itu, perlu dilakukan
uji lanjut dengan uji Duncan dan uji Tuckey untuk mengetahui perilaku yang
menonjol dari ikan cupang yang diujikan, Sedangkan untuk nilai p individu adalah
0,86 lebih besar dari 0,05. karena nilai p atau significant berada diatas 0,05 (p
>0.05). Oleh sebab itu, tidak perlu dilakukan uji lanjut. Karena tidak terdapat
perbedaan yang nyata
Grafik ini menunjukan bahwa ikan cupang B banyak melakukan perilaku
agonistik Approach, flight (Fl), tail flaging (TF). Tidak pernah melakukan Frontal
threat (FT), side threat (ST), mouth to mouth (MC) dan explore. Sedangkan ikan
C lebih banyak melarikan diri meskipun ikan tersebut pernah melakukan
approach. Hal tersebut bisa terjadi karena ikan ikan B dan C memiliki ukuran
tubuh lebih kecil, sehingga ikan tersebut terlihat kurang agresif dibanding ikan
yang memiliki tubuh yang lebih besar dan ukuran sirip yang lebih lebat.
Berdasarkan analisis diatas maka dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara jenis ikan cupang yang dipertarungkan dalam arena perkelahian
jika dilihat dari segi morfologi ikan tersebut. Dari pengamatan II terlihat saat ikan
cupang A VS B dengan asumsi ikan A lebih bertubuh besar dan bersirip lebat
dibandingkan ikan B, terbukti ikan A memenangkan pertarungan dengan tingkat
agresifitas yang cukup tinggi dibanding ikan B, ikan A lebih banyak menyerang
dibandingkan ikan B, begitu pula pada pertarungan ikan C dan D dengan asumsi
Individu
Gambar 6. Grafik Perkelahian Ikan Kalah VS kalah B VS C
ikan D lebih besar dan bersirip lebat, dan ternyata ikan D lah yang memenangkan
pertarungan.
BAB V
KESIMPULAN
Perilaku Tail flagging merupakan perilaku agonistik yang paling
banyak dilakukan oleh semua jenis ikan cupang. Ikan cupang
adu bersifat menyerang, lebih agresif dari ikan cupang hias. Ikan
cupang superordinat adalah ikan cupang A dan individu
subordinat adalah ikan cupang C. Ikan cupang yang berbulu
lebat dan berukuran tubuh lebih besar mendominasi dalam
berprilaku agonistik dan cenderung lebih banyak menyerang.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A.. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Bandung: Armico.
James, Raja . 2009. Temporal Costs of Feeding and Predation
Rates in Betta splendens (Regan) in Relation to Body
Weight. Journal Feed Type and Sex. 20, 716.
Linke, H . 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalirnantan. Trubus. No.297 Agustus. hal. 86-89.
M, Herb, Brodie., Suzanne, A, Biron., Michael, R, Kidd. 2003.
Courtship By Subordinatemale Siamese Fighting Fish, Betta
Splendens:Their Response To Eavesdroppingand Naïve
Females, 140, 71-78.
Mansur, Cavalcante, Dos, Santos., Gouveia, Júnior, A. 2012. Effects of
mercury chloride (HgCl2) on Betta splendens aggressive
display, 15, 442-50.
Matos, R.J., McGregor, P.K. 2002. The effect of the sex of an
audience on male-male displays of Siamese fighting fish (Betta
splendens), 139, 1211-1222.
Ostrow, M.E. 1989. Betta's.T. F..H Pub. Inc. Canada. Ii. 91
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
“PREFERENSI SUHU IKAN GUPPY (Poecillia sp) ”
Ditujukan Untuk mata kuliah
Praktikum Biologi Prilaku
Kelompok 4A
Cecep Fahmi H 1210702009
Dosen : Ucu Juliati M.si
Asisten : Rahmat Firmanto
Tanggal Praktikum : 27 Februari 2013
Tanggal Pengumpulan : 06 Maret 2013
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012-2013