23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL INJEKSI NATRII THIOSULFAS Nama : DIAN EKA NUGRAHA NIM : 31112126 Kelompok : 2 PROGRAM STUDI FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

Laporan Injeksi Natrium Tiosulfas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

INJEKSI NATRII THIOSULFAS

Nama: DIAN EKA NUGRAHANIM: 31112126Kelompok: 2

PROGRAM STUDI FARMASISTIKes BAKTI TUNAS HUSADATASIKMALAYA2015

Judul : Injeksi Natrii ThiosulfasHari/tanggal : Jumat, 15 Mei 2015Tujuan praktikum: 1.Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril2. Untuk menghitung isotonis suatu sediaan steril3. Untuk mengevaluasi sediaan sterilDasar teoriObat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan unutk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat suntikkan. Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik. Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari semua, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril. Bentuk suatu obat yang di buat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat sendiri yang memperhatikan sifat fisika dan kimia serta pertimbangan terapetik tertentu. Pada umumnya jika obat tidak stabil dalam larutan maka kita harus membuatnya sebagai serbuk kering yang bertujuan di bentuk dengan penambahan pelarut yang tepat pada saat akan di berikan. Cara lainnya adalah membuatnya dengan bentuk suspense partikel obat dalam pembawa yang tidak melarutkan obat. Bila obat tidak stabil dengan adanya air maka pelarut dapat dig anti sebagian atau seluruhnya dengan pelarut yag tepat utuk obat agar stabil. Bila obat tidak larut dalam air maka obat suntik dapat di buat sebagai suspensi air atau larutan obat dalam pelarut bukan air, seperti minyak nabati. Bila larutan air yang di inginkan maka kita sering memakai garam yang larut dari obat yang tidak larut untuk memenuhi sifat kelarutan yang di isyaratkan. Larutan air atau larutan yang bercampur dengan darah dapat di suntikkan langsung ke dalam aliran darah. Cairan yang tidak bercampur dengan darah, seperti obat suntik berminyak atau suspensi, dapat menghambat aliran darah normal dalam system peredaran darah dan umumnya di gunakan terbatas untuk pemberian bukan intravena.Menurut Farmakope edisi IV injeksi merupakan sediaan steril untuk kegunaan parenteral yang digolongkan menjadi 5 jenis yang berbeda, yaitu:1. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama, Injeksi.......2. Sediaan padat kering atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahkan bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya,............. Steril3. Sediaan seperti tertera pada (2) tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, ............... untuk Injeksi4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair, yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, suspensi....... Steril5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya,...... Steril untuk SuspensiKlasifikasi injeksi dibagi dalam klasifikasi sebagai berikut:1. Larutan sejati dengan pembawa air, contoh injeksi vitamin C2. Larutan sejati dengan pembawa minyak, contohnya injeksi kamfer3. Larutan sejati dengan pembawa campuran4. Suspensi steril dengan pembawa air5. Suspensi steril dengan pembawa minyak6. Emulsi steril7. Serbuk kering dilarutkan dengan airFaktor-faktor yang memengaruhi pembuatan obat suntik yaitu:1. Pelarut dan pembawa a. Pelarut dan pembawa air untuk obat suntikPelarut yang paling sering digunakan dalam obat suntik secara besar-besaran adalah air untuk injeksi ataun disebut WFI (Water For Injection)b. Pelarut dan pembawa bukan airMinyak: Olea neutralisata ad injectionem. Setiap farmakope mencantumkan jenis minyak tumbuhan nabati yang berbeda-beda, minyak kacang (Oleum arachidis), minyak zaitun (Oleum olivarum), minyak mendel, minyak bunga matahari, minyak kedelai, minyak biji kapuk, dan minyak wijen (Oleum sesami) merupakan jenis minyak yang paling digunakan sebagai pembawa injeksi. Minyak harus netral secara fisiologis dan dapat diterima tubuh dengan baik. Persyaratan untuk ini adalah tingkat kemurnian yang tinggi dan menunjukkan bilangan asam dan bilangan peroksida yang rendah. Sebelum digunakan, netralkan minyak-minyak dari asam lemak bebas melalui pengocokkan dengan etanol, supaya tidak merangsang. Cara pemakaian intravena tidak dimungkinkan karena tidak tercampurkannya dengan serum darah dan dapat menyebabkan terjadnya emboli paru-paru. Oleh karena itu, penggunaannya hanya ditujukan untuk preparat injeksi intramuskular dan subkutan. Larutan atau suspensi minyak mempunyai waktu kerja lama (depo), sering sampai 1 bulan penyerapan obat dan dapat membebaskan bahan aktifnya secara lambat. Minyak hewan, yaitu minyak kaki sapi, diperoleh dari pedang hasil pemurnian lemak kuku sapi atau tulang kaki bawah sapi. Fraksi yang diperoleh melalui pengepresan dingin digunakan sebagai pelarut obat injeksi yang dapat diterima tubuh tanpa ransangan. Setelah disterilkan minyak tersebut disebut sebagai olea netralisata ad injectinem.Bukan minyak, antara lain:Alkohol, propylenglicol, glycerin, paraffin liquid, dan ethyl oleat.Adapun cara pemberian secara intravena menimbulkan efek yang lebih cepat daripada intramuskular, dan lebih cepat dari subkutan. Berikut data-data monografi zat aktif dan exipiennya.Natrii Thiosulfas adalah zat berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Anonim, 1995).Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase,yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan hidroksokobalamin (Olson, 2007). Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti 37 beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan.Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia substansi ini tebatas.Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang, sebaiknyaDiberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12.5 gram i.v. biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas (Meredith, 1993).

4. FormulaNatrii Thiosulfas 10%Obat suntik dalam vial 10 ml no VII.

5. SpesifikasiZat aktifBahan berkhasiat : Natrii ThiosulfasPemerian : hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus.Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol Dosis Dosis lazim : 12.5 gram i.vDaftar obatObat keras : sediaan injeksi (semua obat suntik termasuk obatkeras)Sediaan Obat Pemerian : Larutan beningStabilitas: OTT: Garam-garam logam berat, oksidator, asampH : 8-9,5Pengawet: -Antioksidan : -Stabilisator : Dapar phosphat pH 8 dialiri gas N2Tonisitas:Kelengkapan lihat merk indexDafar fosfat pH 8 (FI III)5 ml larutan NaH2PO4 0,8% = 5/100 x 800 =40 mg/100 ml95 ml larutan Na2HPO4 0,947% = 95/100 x 947 = 900 mg/100 ml

Zat tambahanBahan berkhasiat : NatriumFosfatDibasa ( Na2HPO4 )Pemerian : Serbuk putih ataukristal putih atau hampir putih, tidak berbau.Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih larut dalam air panas, praktis tidak larut dalam etanol.Dosis Dosis lazim : Daftar obatObat keras : sediaan injeksi (semua obat suntik termasuk obatkeras)Sediaan Obat Pemerian : Larutan beningStabilitas : Higroskopis dengan pemanasan pada suhu 100C akan kehilangan air kristal.OTT : Alkaloid, antipirin, kloral hidrat, pirogalol, resorsinol, kalsium glukonat.pH : 9,1Natrium Tiosulfat (FI III,428)Nama resmi : NATRI THIOSULFASNama lain : Natrium tiosulfat/hipoRM : Na2S2O3 .5H2OBM : 248,17Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur kasar. Dalam lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh.Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam etanolKegunaan : Sebagai penitrasiPenyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Aqua steril pro injection (FI III hal. 97)Air steril untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.Keasaman-kebasaan : ammonium, besi, tembaga, timbale, kalsium klorida, nitrat sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada Aquadestillata.Khasiat dan penggunaan : untuk pembuatan injeksi.

ZattbC

NaH2PO40,2020,04

Na2HPO40,1260,9

Na2S2O30,18110

Perhitungan tonisitasW= W= W= -2,45% (Hipertonis)

Sterilisasi a. Alat dan bahanAlatSterilisasiWaktu

Beaker glassOven 1700 C30

Corong & kertas saringOtoklaf 1210 C15

VialOven 1700 C30

Kaca arlojiApi langsung20

Spatel logamApi langsung20

Batang pengadukApi langsung20

syringeOtoklaf 1210 C15

b. SediaanDisterilkan dengan cara sterilisasi A atau C (Fprnas 2, 12)

Formula lengkapNatrii Thiosulfas100 mgNatrii Dihydrogen phosphas0,4 mgDinatrii Hydrogen Phosphas 9 mgAqua pro injectionum ad 1 mL

Perhitungan dan penimbangan volume produksi

BahanSatuanDasarVolume Produksi

10 ml 100 ml

Natrii Thiosulfas1000 mg10 g

NaH2PO40,04 mg4 mg

Na2HPO490 mg900 mg

Satuan dasar= 10 mLVolume produksi= 100 mLBahanNatrii Thiosulfas= x 1000 mg = 10 gNaH2PO4= x 0,4 mg = 4 mgNa2HPO4= x 90 mg = 900 mg

Prosedur pengolahan1. Didihkan 50 ml aqua pro injeksi dalam beaker glass selama 10 menit 2. Buat pengenceran NaH2PO4dalam a.p.i (M1)3. Larutkan Na2HPO4dalam larutan M1 (M2)4. Larutkan Natrii Thiosulfas dalam sebagian a.p.i (M3)5. Masukan larutan M2 kedalam larutan M3, aduk sampai homogen6. Larutan ditambahkan a.p.i ad 100 ml7. Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang8. Larutan kemudian diisikan ke dalam 7 vial @10,5 ml9. Sterilisasi dalam autoklaf 115-1160 C selama 30 menit

Hasil pengamatanNOJenis EvaluasiPenilaian

1Penampilan fiasik wadahBaik

2Jumlah sediaan5 Buah

3Kejernihan sediaanSemua jernih

4Keseragaman volumeSemua seragam

5BrosurLengkap

6KemasanLengkap

7EtiketLengkap

PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan injeksi Natrium thiosulfas. Pada proses penimbangan bahan untuk sediaan injeksi, bahan yang digunakan harus dilebihkan sebanyak 5 ml. Hal ini bertujuan untuk mengantisipiasi terjadinya pengurangan volume bahan pada saat pembuatan sediaan, ataupun penyaringan. Selain itu juga dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada waktu proses sterilisasi dimana menggunakan sterilisasi uap panas yang menyebabkan volume dari sediaan berkurang. Bahan pembawa yang digunakan adalah aqua pro injection bebas CO2 dan O2yang dibuat dengan penambahan carbon aktif membunuh pirogen. Carbon aktif (adsorben) mampu memegang molekul lain pada permukaannya dengan cara fisika ataupun kimia (kemisorpsi). Dengan adanya CO2 dapat bereaksi dengan salah satu bahan obat dalam sediaan, dan bisa membentuk endapan. Hal ini pulalah yang mungkin dapat menyebabkan sediaan yang dibuat terdapat endapan didalamnya, yaitu karena pada waktu pembuatan sediaan, aqua yang digunakan terlalu lama kontak dengan udara sehingga CO2 dalam aqua pro inject akan bereaksi denganzat aktif dari sediaan.Dapar yang digunakan yaitu larutan pendapar yang digunakan adaah kombinasi antara Na2HPO4 dengan NaH2PO4fungsi dari penambahan dapar ini untuk menahan perubahan pH sediaan supaya berada dalam rentang pH stabil dan apabila pH beergeser, pergeserannya tidak jauh dari pH stabilnya. Selain itu larutan pendapar dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan pada saat penyuntikan.Dengan cara membuat pengenceran NaH2PO4dalam a.p.i (M1) kemudian Larutkan Na2HPO4dalam larutan M1 (M2). Dalam gelas kimia yang berbeda Natrii Thiosulfas dilarutkan dalam sebagian a.p.i karena bahan pembawa untuk sediaan injeksi adalah aqua pro injeksi. Setelah terlarutkan maka masukan larutan M2 kedalam larutan M3, aduk sampai homogen pengadukan bertujuan untuk memprcepat proses homogenisasi campuran tesebut dan tumbukan antar partikel akan semakin sering sehingga mempercepat proses homogenisasi. Larutan ditambahkan a.p.i ad 100 ml karena volume satuan dasar adalah 10 ml dan volume yang akan diproduksi adalah untuk 7 vial maka dibuat 70 ml tetapi karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada waktu proses sterilisasi dimana menggunakan sterilisasi uap panas yang menyebabkan volume dari sediaan berkurang maka setiap vial ditambahkan 5 ml sehingga volume produksi yang dibuat adalah 100 ml.Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang penyaringan menggunakan kertas saring fungsi dari penyaringan yaitu untuk menghilangkan pirogen dan pengotor pada air suntik injeksi dan obatobat injeksi, seta membuat sediaan lebih jernih karena beebas dari partikulat yang tidak bisa lolos pada saat penyaringan. Tujuan pembuangan filtrat pertama bertujuan agar menghindari adanya mikroorganisme atau partikulat asing yang dapat lolos pada penyaringan pertama sehingga filtrat pertama dibuang.Larutan kemudian diisikan kedalam 7 vial masing-masing sebanyak 10,5 ml. Wadah yang digunakan adalah berupa wadah dosis tunggal yaitu vial tertutup. Wadah terbuat dari gelas berleher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari wadah. Wadah dosis tunggal hanya untuk penggunaan satu kali. Jenis gelas untuk wadah sediaan parenteral adalah jenis I (gelas borosilikat), jenis II (treated soda-lime glass) dan jenis sods-lime glass ) III, namun yang tahan akan zat kimia adalah jenis I. Wadah yang digunakan harus berbahan kaca karena wadah daribotol kaca dengan dari plastik mempengaruhi proses sterilisasi sediaan obat yangakan dibuat. Berbeda dengan wadah plastik digubakan sebagai wadah untuk infus terbuat dari plastik dengan bahan polipropilen menghasilkan bentuk soft bag yang dapat disterilkan dengan cara overkill.Apabila wadah menggunakan bahan polietilen, maka menghasilkan bentuk plabottle yang tidak dapat disterilkan dengan cara overkill, tetapi dengan carabioburden.Kemudiaan setelah semua proses selesai sediaan dimasukan kedalam otoklaf pada suhu 115-1160 C selama 30 menit untuk mensterilkan sediaan agar bebas dari miksroorganisme asing.efektif untuk sebagian besar mikroorganisme. Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi menggunakan uap panas karena cepat sterilisasinya, panas dan tekanan menghemat waktu sterilisasi. Tidak menyebabkan kekeringan atau gosong untuk media cair atau gel, lebih efisien dari pada oven.Dimana prinsip kerja autoklaf adalah mensterilkan alat dan bahan dengan menggunakan tekanan uap optimum untuk sterilisasi pada tekanan 15 Psi dan suhu 121C. Barulah setelah selesai dilakukan evaluasi.Pada sediaan dilakukan evalusi secara fisika diantaranya uji jumlah sediaan untuk memastikan apakah jumlah sediaan yang dibuat benar jumlahnya sesuai perintah, kemudian uji kejernihan sediaan. Uji kejernihan ini artinya bebas dari semua zat-zat yang bergerak, senyawa yang tidak larut, termasuk pengotor-pengotor seperti debu. Sediaan memenuhi persyaratan jika tidak ditemukan pengotor/kotoran dalam larutan. Pada semua sediaan yang dibuat menunjukan kejernihan yang bagus ketika disinari lampu dari samping.Selanjutnya dilakukan uji keseragaman volume. Uji ini dilakukan untuk mengetahui setiap ampul dari yang dibuat memiliki volume yang seragam dengan ampul yang lainnya. Karena pada tahap awal volume yang dibuat telah ditentukan tiap ampulnya dengan volume yang sama. Jika volume tidak seragam dikhawatirkan kadar zat aktif dalam sediaan tidak sama. Hasil dari penetapan menunjukan bahwa volume pada setiap ampul adalah seragam atau sama. Selanjutnya pada tahap akhir dilakukan penetapan volume injeksi. Uji ini dilakukan untuk memastikan produk kahir memiliki volume yang sama dengan yang telah dikonversikan dalam pembuatannya. Jika dari 7 vial yang diambil volumenya sama atau tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah, maka sediaan memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan menunjukan volume dari 7 vial adalah sama yaitu 10,5 ml.Dalam pembuatan suatu produk parenteral pelarut atau pembawannya harus tepat dan harus mengikuti prosedur aseptic. Pada proses pembuatan larutan parenteral melarutkan bahan banahn yang diperlukan sesuai dengan CPOB atau farmakope. Setelah mencampur zat aktif dengan beberapa zat tambahan menjadi bentuk larutan kemudian kita menyaringnya sampain jernih dengan menggunakan kertas saring. Sesudah penyaringan , pindahkan larutan secepat mungkin dan sesedikit mungkin terjadi pemaparan mikroba dan partikel kedalam wadah akhir, lalu tutup dengan rapat. Hasil produk parenteral ini ditserilkan kembali dengan menggunkan autoklaf. Larutan injeksi ini emngalami sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.Metode sterilisasi ini merupakan metode paling efektif karena uap merupakan pembawa ( carriet) energy termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dan relative mudah dikontrol. Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral ialah kejernihan. Sediaan ini harus jernih seperti lawan dan bebas dari semua zat yang yaitu semua yang bergerak. Senyawa yang tidak larut, yang tanpa disengaja ada. Termasuk pengotoran seperti debu, serat serat baju, serpihan serpihan gelas, kelepsan dari wadah gelas atau plastic atau tutup atau zat yang yang ditemui, yang masuk kedalam produk selama proses pembuatan , penyimpana dan pemberian. Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa kedalam kompartemen tubuh yang paling dalam.Wadah harus dipilih secara teliti, yang secara kimia tahan terhadap larutan yang akn dimasukan dan emempunyai kualitas yang paling baik untuk memperkecil kemungkinan terkelupasnya wadah dan kelupasan wadah masuk kedalam larutan. Telah diakui, kadng kadang ditemui zat-zat tertentu pada produk parenteral yang berasal dari kelupasan wadah gelas atau plastic. Bila wadah telah dipilih untuk dipakai , wadah harus dicuci dengan seksama agar terbebas dari zat asing. Selama pengisisna wadah, harus diperhatikan sungguh-sungguh prose pengisian untuk mencegah masuknya debu yang dikandung udara serat kain tau pengotor lain kedalam wadah. Dalam tubuh manusia, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga misalnya pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis, dan diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis. Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris pada ketinggian.

Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, ditarik kesimpulan evaluasi terhadap sediaan injeksi yang dibuat, telah sesuai dengan persyaratan pengujian yang tercantum pada FI. Ed. IV dan ujui yang diprktikumkan berupa 5 buah sediaan, jernih, seragam.

Daftar Pustaka

Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril Edisi revisi. Yogjakarta: CV. Andi OffsetDEPKES RI.1995.Farmakofe Indonesia Edisi IV.Jakarta: BPOMAnsel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, Terjemahan Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta.