17
Laporan Kasus Anak Di RSIA Zainab STATUS PASIEN Identitas pasien : - No rekam medic : 121.200.355 - Nama anak : An. H - Umur : 4 tahun - Jenis kelamin : Perempuan - Nama Ayah : Tn. S - Alamat : jln. Beringin - Agama : islam - Pekerjaan ayah : - Anamnesis : Alloanamnesis Keluhan Utama : Terkena minyak panas kurang lebih 1 jam yang lalu RPS : - Terkena minyak panas kurang lebih 1 jam yang lalu - Terkena minyak panas di daerah dagu,leher,dada,dan daerah tangan - Nyeri (+), demam (-), pusing (-) RPD : belum pernah mengalami ini sebelumnya 1

Laporan Kasus Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kasus Anak

Citation preview

Laporan Kasus Anak Di RSIA Zainab

STATUS PASIENIdentitas pasien : No rekam medic: 121.200.355 Nama anak: An. H Umur: 4 tahun Jenis kelamin: Perempuan Nama Ayah : Tn. S Alamat : jln. Beringin Agama : islam Pekerjaan ayah : -

Anamnesis : Alloanamnesis Keluhan Utama : Terkena minyak panas kurang lebih 1 jam yang lalu

RPS : Terkena minyak panas kurang lebih 1 jam yang lalu Terkena minyak panas di daerah dagu,leher,dada,dan daerah tangan Nyeri (+), demam (-), pusing (-)

RPD: belum pernah mengalami ini sebelumnya

RPK: tidak ada keluarga mengalami hal serupa dengan iniRSE:-

Pemeriksaan Fisik :Status GeneralisKeadan umum : Tampak sakit berat Kesadaran : composmentis, rewel

Vital sign: Temperatur: 38 OC Nadi: 110x/menit irama teratur, pulsasi kuat Pernafasan : 25x/menit, teratur, Suara: vesikuler BB: 17 kg

Kepala:Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikteri (-)Hidung : Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitasSeptum : terletak ditengah dan simetrisMukosa hidung : tidak hiperemisCavumnasi : tidak ada tanda perdarahan

Telinga : Daun telinga : normalLiang telinga : lapangMembrana timpani : intakeNyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekanSerumen : tidak ada

Mulut dan Tenggorokan : Mulut : terkena minyak panas didaerah daguBibir : mukosa basah, bersihGusi : tidak mudah berdarahGigi geligi : lengkap, ada kariesPalatum : tidak ditemukan torusLidah : bentuk simetris, pucat (-), kotor (-)Tonsil : T1/T1 tenangFaring : tidak hiperemis Leher: terkena minyak panas didaerah leher JVP : tidak terlihat Kelenjar tiroid : tidak teraba membesarTrakea : letak di tengahThorax: Terdapat bula sebesar 3 cmParu-Paru:I:simetris kiri dan kanan Pa:fremitus normal kiri sama dengan kanan Pr:sonor Au:vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Jantung:I : tampak pulsasi ictus cordis Pa: teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V (2 cm) medial linea midclavicula sinistraPr: Atas: ICS II linea parasternalis sinistra Kiri : ICS V, 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra Kanan: ICS II-IV kanan liea sternalis dextra Au:regularAbdomen:I:datar, tidak terdapat pelebaran vena Au:bising usus terdengar meningkat Pe:timpaniPa:nyeri tekan (-), turgor kulit lambat

Paru-Paru:I: simetris kiri dan kanan, normochestPa:fremitus kiri sama dengan kanan Pr:sonor Au:vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-) Jantung:I : tampak pulsasi ictus cordis Pa: teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V (2 cm) medial linea midclavicula sinistraPr: Atas: ICS II linea parasternalis sinistra Kiri : ICS V, 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra Kanan: ICS II-IV kanan liea sternalis dextra Au:regular

Abdomen:I:datar, tidak terdapat pelebaran vena Au:bisng usus 3x/menit Pe:timpaniPa:nyeri tekan (-), Ekstremitas atas: ke dua tangan terkena minyak panas, bula (+), eritema (+)Ekstremitas Bawah: akral hangat (ka /ki)

Pemeriksaan penunjang:Laboratorium : a. Darah Hemoglobin:13,1 g/dl Hematokrit: 37% Trombosit:380/mm3 Leukosit :23,6/mm3 Diff count: eusinofil:1, basofil: 0, stb:7, segmen:63, limposit:23, monosit:6, eritrosit:5,30 juta/mm3,

Diagnosa kerja : Combustio grade II III 10-20%

Diagnosa Banding : Combustio grade III > 20 %

Penatalaksanaan:

Medikamentosa: Infuse RL 300 1 jam makro Infus RL DMP ketorolad ampul Inj ketorolad ampul IVInf total :45 cc 1jam cef 3 x 500 mg 02 1 2 L/menit

Prognosis : dubia ad bonam

COMBUSTIO/LUKA BAKAR

1. Definisi Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika1,2.2. Etiologi1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) Gas Cairan Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)1Fase Luka Bakar Fase akutDisebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Fase Sub AkutBerlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme. Fase LanjutFase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

5. Klasifikasi Luka bakar a. Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya Diare sekretorik terjadi bila gangguan transport elektrolit baik absorbs yang berkurang atau sekresi yang meningkat. Hal ini terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, lacsatif non osmotic.b. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.c. Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.d. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.1,26. Manifestasi Klinis Riwayat terpaparnya Lihat derajat luka bakar

Status pernapasan; tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran urine atau anuri.

7. Komplikasi1. kelainan pada pernafasan akibat hisapan 2. infeksi, insiden infeksi meingkat sejalan dengan peningkatan luas luka bakar. 3. neurovaskular, terjadi karena luka bakar luas 4. pembentukan jaringan parut yang menyebabkan penurunan aliran darah 5. Syok hipovolemik 6. Hypermetabolisme 7. Infeksi 8. Gagal ginjal akut 9. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema. 10. Paru dan emboli 11. Sepsis pada luka 12. Ilius paralitik

8. Pemeriksaan Diagnostik1. LED: mengkaji hemokonsentrasi. 2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. 3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap. 4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal. 5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas. 6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. 7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. 8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. 9. electrolite 10. albumin 11. urine cultures 12. pembekuan darah 13. kultur luka

7.Penatalaksanaan1. Pernafasan: a. Udara panas, mukosa rusak,oedem dan obstruksi. b.Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL 2. Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler,hipovolemi relative syok,ATN,gagal ginjal. a. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. b. Resusitasi cairan Baxter. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun : BB x 100 cc 1 3 tahun : BB x 75 cc 3 5 tahun : BB x 50 cc diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua: Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hr (Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. a. Monitor urine dan CVP. b. Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor. c. Obat obatan:a.Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. c. Analgetik : kuat (morfin, petidine) d. Antasida : kalau perlu2,3

Referensi1. Budi Hartoko, Yandri Wijayanti dkk. Art of Therapi. Pustaka Pres:Yogyakarta. 2. Rusepno Hasan, Husein Alantas dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta. 20073. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman. Nelson Esensi Pediatri. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2010

4