35
Laporan Kasus Ujian SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0) DD SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5) Oleh : Aditya Pradipta Hernanda I1A009085 Pembimbing dr. Sherly Limantara, Sp.KJ UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unlam-RSUD Sambang Lihum

Laporan Kasus Baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

baru

Citation preview

Laporan Kasus Ujian

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0) DD SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5)

Oleh :

Aditya Pradipta Hernanda

I1A009085

Pembimbing

dr. Sherly Limantara, Sp.KJ

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unlam-RSUD Sambang Lihum

Banjarmasin

Mei, 2013

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Usia : 28tahun

JenisKelamin : Laki-laki

Alamat : Palangkauw Lama RT.02, Kec. Kapuas Murung,

Kab. Kapuas

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidakbekerja

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : BelumKawin

Berobattanggal : 16Mei 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

- AlloanamnesadenganNy. Siti Aisyah (Ibu kandung) padatanggal16Mei

2013, pukul18.30 WITA

- Autoanamnesapadatanggal16 Mei 2013, pukul 18.30 WITA

1

A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk

KELUHAN TAMBAHAN

Bicara sendiri, tertawa sendiri

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesa

Os berbicara sendiri dan tertawa sendiri sejak 3 tahun yang lalu. Selama

beberapa tahun ini Os tidak pernah marah dan masih bisa beraktivitas untuk

membantu – bantu dirumah. Os tidak pernah berobat ke rumah sakit saat itu. 3

bulan yang lalu (Februari 2013) Os dibawa berobat ke Rumah Sakit Umum di

Kapuas. Os mendapat beberapa macam obat, dan Os hanya mengkonsumsi satu

kali, setelah itu Os tidak mau mengkonsumsi obat lagi. Os sebelumnya pernah

mengkonsumsi obat-obatan seperti mixadin dan mixagrip. Os hanya

mengkonsumsi obat tersebut satu kali sebanyak 8-10 biji. Os juga berjalan

sendirian dan keluyuran ketika Os tidak diberikan obat. Os mendengar suara

bisikan anak kecil dan perempuan. Sekita 3 hari yang lalu (13 Mei 2013) Os

mengamuk dirumah, Os merusak 2 buah lemari baju dari plastik dan Os juga

memecahkan piring dan gelas. Os marah karena kakaknya memukuli anak

kakanya sendiri. Os tidak pernah melakukan hal seperti itu yang sebelumnya.

Sebelum dibawa ke rumah sakit, Os terlebih dahulu dibawa ke puskesmas dan

diberikan obat. Namun, setelah beberapa saat meminum obat mulut pasien terlihat

kaku, dan mulut pasien terlihat menganga. Os tidak pernah mengkonsumsi

alkohol, Os juga tidak pernah mengalami luka yang serius, dan Os pernah

2

mengalami kejang pada usia 2 tahun karena Os mengalami demam yang cukup

tinggi. Os pernah berkata bahwa Os ingin mengakhiri hidupnya.

Autoanamnesa :

OS merasabahwadirinyasakit,Os merasa bahwa penglihatannya kabur. OS

melihat bahwa ada suatu bayangan putih yang merasuki dirinya. Setelah itu Os

kemudian marah – marah dan merusak 2 buah lemari baju dari plastik dan

memecahkan piring serta gelas. Os juga mengaku melihat hantu yang

merasukinya, yaitu seorang hantu wanita. Os juga mengaku bahwa Os juga

mendengar bisikan – bisikan yang di ucapkan hantu yang merasukinya. Os

mengaku mengamuk karena Os tidak suka melihat kakaknya memukuli anaknya

sendiri. Os menyangkal ingin bunuh diri, Os juga menyangkal mengkonsumsi

obat – obatan dan alkohol.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU dan KELUARGA

Ada riwayat demam tinggi hingga terjadi penurunan kesadaran atau

kejang. Tidak ada riwayat trauma kepala. Kedua orangtua,saudara orangtua, kakek

– nenek, sepupu pasien juga tidak ada yang mengalami penyakit serupa.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Os merupakan kehamilan yang diinginkan, Os dilahirkan dengan spontan dan

normal dengan usia cukup bulan.

3

2. RiwayatAnak - anak

Riwayat Usia 0-1,5 tahun

Os tumbuh sebagai anak yang sehat dan tidak ditemukan kelainan pada Os.

Os juga mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya.

Riwayat Usia 1,5-3 tahun

Os mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Os pernah mengalami kejang karena

demam. Os tumbuh dengan sehat dan tidak ada kelainan.

Riwayat Usia 3-6 tahun

Os mulai belajar membaca dan berhitung. Tidak ada kelainan yang tampak.

Riwayat Usia Usia 6-12 tahun

Os mulai banyak teman dan bersosialisasi dengan baik

Riwayat Usia 12- 18

Os bergaul dengan baik, banyak teman, Os taat beribadah, dan Os sering

membantu orangtua.

3. RiwayatPendidikan

Pasien bersekolah di sekolah dasar negeri namun ketika berada di kelas 4 SD,

Os tidak naik kelas, kemudian naik ke kelas 5 SD, setelah itu os tidak naik

lagi dan Os berhenti sekolah karena Os merasa sudah tidak mampu lagi.

4. RiwayatPekerjaan

Saat ini Os tidak bekerja, hanya membantu dirumah.

5. RiwayatPerkawinan :

Os belum pernah menikah / kawin.

4

E. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

Keterangan

Laki-laki :

Perempuan :

Penderita :

Pihakkeluarga yang di alloanamnesis :

Meninggal :

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien sekarang tinggal di rumahkakanya, dengan suami kakaknya serta

anaknya.Keadaan rumah terawat.Keluarga tergolong ekonomi sedang.

G. PERSEPSI OS TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan

5

STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Os datang dengan kaos dan celana panjang, Os tampak sehat dan bersih serta

terawat.

2. Kesadaran

Kompos mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Hipoaktif

4. Pembicaraan

Lambat

5. Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif.

6. Kontak Psikis

Kontakada, wajar, dan dapat dipertahankan.

A. KEADAAN AFEKTIF, EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA

EMPATI

1. Afek (mood) : Hipothym

2. Ekspresi afektif : Datar, tampak binggung

3. Keserasian : Serasi

4. Empati : tidak dapat dirabarasakan

6

B. FUNGSI INTELEKTUAL

1. Kesadaran : Komposmentis

2. Orientasi

a. Waktu :Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang :Baik

3. Konsentrasi : terganggu

4. Pikiranabstrak : terganggu

5. Daya Ingat :

a. Segera : Baik

b. Jangka pendek : Baik

c. Jangka panjang : Baik

C. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi :Auditorik (+) bisikan seorang wanita

Visual (+) melihat hantu wanita berbaju putih.

2. Depersonalisasi dan derealisasi: Tidak ada

D. PROSES PIKIR

1. Arus pikir

a. Produktivitas : Lambat, blocking

b. Kontinuitas : Relevan

c. Hendaya berbahasa : (-)

7

2. Isi Pikir

a. Preocupasi : (-)

b. Waham : (+) waham dikendalikan

E. PENGENDALIAN IMPULS

Terganggu

F. DAYA NILAI

1. Daya nilai sosial : terganggu

2. Uji Daya nilai : Baik

3. Penilaian Realita : terganggu

G. INTELEGENSIA DAN PENGETAHUAN UMUM

Sesuaidenganumurdantarafpendidikan.

H. TILIKAN

Tilikan derajat 2. Sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi

pada sat yang sama juga menyangkut hal itu.

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. STATUS INTERNUS

1. Keadaan umum : tampak baik

2. Tanda vital : TD = 110/70 mmHg

N = 100 x/mnt

8

RR = 24 x/mnt

T = 36,5oC

3. Kepala:

a. Mata: palpebra tidak edema, konjungtivaanemis (-/-), sclera tidak

ikterik, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)

b. Telinga: bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal

c. Hidung: bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor, kotoran

hidung minimal, terdapat kumis tipis.

d. Mulut: bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan tidak

pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah, lidah

tidak tremor.

e. Leher: Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat,

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

4. Thoraks:

a. Inspeksi : bentuk dan gerak simetris

b. Palpasi : fremitus raba simetris

c. Perkusi :

pulmo : sonor

cor : batas jantung normal

d. Auskultasi:

pulmo : vesikuler

cor : S1-S2 tunggal, Bising (-).

9

5. Abdomen :

a. Inspeksi : Simetris

b. Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba

c. Perkusi : timpani

d. Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat

6. Ekstemitas: gerakan bebas, tonus baik, tak ada edem dan atropi, tremor (-).

7. Kulit : Kulit putih, turgor cepat kembali.

STATUS NEUROLOGIKUS

N I – XII : Tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada

Gejala TIK meningkat : Tidak ada

Refleks fisiologis : Normal

Refleks patologis : Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesis:

Mengamuk

Bicarasendiri

Tertawa sendiri

Konsumsi Obat

Keluyuran

Berjalan tidak jelas

10

Autoanamnesis

Mengamuk

Halusianasi Audio dan visual (+)

Status Mentalis

Afek (mood) : Hipothym

Ekspresiafektif : Datar

Keserasian : Serasi

Empati : Tidak dapat dirabarasakan

Halusinasiaudio visual : (+)

Pembicaraan : Lambat

Konsentrasi : Terganggu

Daya Ingat : Baik

Intelegensia : Baik

Tilikan : Derajat 2

Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

Dayanilai : Terganggu

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. AKSIS I : SkizofreniaParanoid(F.20.0) dd Skizofrenia Residual (F.

20.05)

2. AKSIS II : None

3. AKSIS III : None

4. AKSIS IV : Masalah Keluarga

5. AKSIS V : GAF scale 60 - 51

11

VII. DAFTAR MASALAH

1. ORGANOBIOLOGIK

Status interna dan neurologis dalam batas normal

2. PSIKOLOGIK

Perilaku dan aktivitas psikomotor dalam batas normal, ekspresi afektif

inadekuat, kontak ada, wajar, empati tidak dapat dirabarasakan, ada

halusinasi audio dan visual, ada waham, taraf dapat dipercaya dan tilikan

derajat 3.

3. SOSIAL/KELUARGA

Tidak bisa melihat kakaknya memukul ananknya sendiri

VIII. PROGNOSIS

Diagnosa penyakit : dubia ad malam

Perjalanan penyakit : dubia ad malam

Ciri kepribadian : dubia ad malam

Stressor psikososial : dubia ad bonam

Riwayat Herediter : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad malam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Organobiologik : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam

Ketaatan berobat : dubia ad malam

Kesimpulan : dubia ad bonam

12

IX. RENCANA TERAPI

Medikamentosa :

Chlorpromazine 3 x 100 mg

Haloperidol 3 x 5 mg

Trihexilpenidile 3 x 2 mg

Psikoterapi: Psiko terapi suportif terhadap penderita dan keluarga.

Usul pemeriksaan penunjang : tidak ada

X. DISKUSI

Skizofrenia adalah bentuk psikosis fungsional dengan beberapa gejala

neuropsikiatrik. Terdapat gangguan dalam pola pikir, daya ingat dan perhatian

terhadap lingkungan sekitar. Ada yang membagi gejala skizofrenia menjadi gejala

positif dan negatif. Gejala positif yaitu halusinasi, waham, pikiran kacau.

Sedangkan gejala negative yaitu afek datar[1].

Insidensi skizofrenia di seluruh dunia sekitar 1% [2]. Penderita skizofrenia

47,5% memiliki riwayat sering mengalami tekanan terhadap psikis maupun

peristiwa yang mengguncang psikis secara mendadak. Pada kasus skizofrenia,

sekitar 31,2% didahului oleh ketidakmampuan penderita mengatasi kecemasan

yang timbul sehari-hari terutama peristiwa yang mengguncang psikis secara

mendadak [3]. Resiko tinggi menderita skizofrenia berkisar umur 14 – 30 tahun [4].

Skizofrenia dikelompokkan berdasarkan gejala yang paling utama.

Kelompok skizofrenia yaitu skizofrenia simpleks, herbefrenik, katatonik,

paranoid, episode skizofrenia akut, skizofrenia residual, dan jenis skizo-afektif [5].

13

Penderita skizofrenia mengalami gangguan dalam persepsi gerakan visual. Sekitar

40% gangguan persepsi gerakan visual merupakan tanda awal seseorang

menderita skizofrenia [6].

Pada skizofrenia paranoid gejala yang utama adalah waham dan halusinasi.

Skizofrenia paranoid berjalan agak konstan [5]. Diperlukan pemeriksaan yang teliti

untuk mendiagnosa skizofrenia karena berdasarkan beberapa penelitian

didapatkan tingkat kesalahan diagnosa sekitar 60% - 90% [4].

Skizofrenia paranoid tidak jarang sukar dibedakan dari reaksi paranoid akut

dan kadang-kadang dari kepribadian paranoid dan obsesi yang berat [5].

Pedoman diagnostik skizofrenia paranoid, yaitu [7]:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

o Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

a. - ”thought echo’ = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

- ”thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- ” thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga

orang lain atau umum mengetahuinya

b. - ”delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

14

- ”delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

- ”delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ’dirinya” =

secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke

pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

- ”delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik

atau mukjizat.

c. halusinasi auditorik

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. waham-waham menetap ejnis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan

kemampuan di atas manusia biasa ( misalnya mampu

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing

dari dunia lain)

o Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas

15

a. halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus

b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan atau neologisme

c. perilaku katatonik seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;

d. gejala-gejala ”negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

o Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodormal);

o Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek peilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

16

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

2. Sebagai tambahan :

o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung

(humming), atau bunyi tawa (laughing);

b. halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau

lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol;

c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau

”passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas;

o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus

dipenuhi semua :

a) Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang tumpul, sikap pasif, dan

keadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

17

komunikasi non verbal yang buruk seperti pada ekspresi muka, kontak

mata modulasi suara dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja

sosial yang buruk.

b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau

yang memenuhi kriteria untuk didiagnosis skizofrenia

c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas

dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah

sangat berkurang dan telah timbul simbol “negatif” skizofrenia

d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,

depresi kronis atau intutisionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas

negatif tersebut

Pada penderita ini didiagnosa skizoprenia dikarenakan terdapatnya

halusinasi auditorik dan visual yang menyebabkan pasien menjadi sering bicara

sendiri, asosiasi longgar dan perubahan prilaku pribadi yaitu sering bicara sendiri

tanpa alasan yang jelas

Berdasarkan tipe skizoprenia digolongkan kedalam skizoprenia paranoid,

karena adanya gangguanterjadi suara – suara halusinasi yang memberi perintah

pasien, adanya delution of influence, senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau

oleh sikap, bicara yang jarang, gaduh dan gelisah, halusinasi visual ( tidak terlalu

menonjol ) gangguan afektif.

Terapi psikorfarmaka yang dianjurkan kepada penderita ialah

chlorpromazine yang merupakan obat antipsikotik golongan tipikal. Obat tersebut

berguna untuk menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan

18

mental serta kurang tidur. Chlorpromazineyang diberikan kepada penderita berupa

sediaan tablet dosis 3 x 100 mg dan haloperidol 3 x 5 mg.

Efek primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja secara

optimal. Pada skizofrenia dosis terapeutik dipertahankan lebih lama, yaitu kira-

kira 3 bulan sesudah gejala skizofrenia hilang. Mekanisme kerja obat antipsikotik

tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,

khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor

antagonist). Sedangkan obat antipsikosis golongan atipikal disamping berafinitas

terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2 Reseptors

(Serotonin-dopamine antagonist).

Haloperidol mempunyai afinitas yang kuat pada reseptor D2, lebih lemah

antagonis reseptor kolinergik dan histamin. Kadar puncak plasma Haloperidol

dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian oral dan dalam waktu 20 menit setelah

pemberian intramuskular. Waktu paruhnya antara 10-12 jam. Diekskresi dengan

cepat melalui urine dan tinja dan berakhir dalam 1 minggu setelah pemberian. 4

Secara farmakologi, struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi

butirofenon memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada orang

normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan

anti psikotik yang kuat dan efektif untuk fase mania penyaki tmanik deprsif dan

skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif

karena butirofenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn

over ratenya. 5

19

Efek primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja secara

optimal. Pada skizofrenia dosis terapeutik dipertahankan lebih lama, yaitu kira-

kira 3 bulan sesudah gejala skizofrenia hilang. Mekanisme kerja obat antipsikotik

tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,

khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor

antagonist). Sedangkan obat antipsikosis golongan atipikal disamping berafinitas

terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2 Reseptors

(Serotonin-dopamine antagonist).

Berdasarkan hal tersebut, efek samping yang dimiliki oleh obat antipsikotik

antara lain:

sedasi dan inhibisi psikomotor

gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa mulut kering,

kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur

gangguan endokrin

gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson)

sindrom Parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas

hepatotoksik

Efek samping yang dimiliki oleh obat tersebut memiliki tingkat toleransi

yang berbeda-beda. Beberapa penderita memiliki toleransi yang cepat, ada pula

yang lambat, bahkan ada pula yang membutuhkan obat simptomatis untuk

meredakan efek samping yang muncul.

Pada umumnya pemberian obat antipsikosis dipertahankan selama 3 bulan

atau 1 tahun setelah semua gejala psikotik menurun. Penghentian obat ini

20

dilakukan secara bertahap karena penghentian mendadak akan menimbulkan efek

“chlolinegic rebound”. Dalam hal ini dapat diberikan triheksifenidil.

Selain itu, pemberian Triheksifenidyl sebagai profilaksis terjadinya sindrom

Parkinsonisme. Pada pasien ini pemberian triheksifenidil 3 x 2 mg sebagai

profilaksis terhadap sindrom Parkinson, oleh karena dapat mempengaruhi

penyerapan/absorpsi obat anti psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah,

dan dapat menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang dibutuhkan untuk

penyesuaian dosis obat antipsikosis agar tercapai dosis efektif.

Bila terjadi sindrom Parkinson, maka penatalaksanaan yang dilakukan pada

penderita ialah dengan menghentikan obat antipsikotik atau bila obat antipsikotik

masih diperlukan dapat diberikan Trihexyphenidyl tablet 3 x 2 mg/hari atau Sulfat

Atropin dengan dosis 0,5 – 0,75 mg (im). Apabila sindrom Parkinson sudah

terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap untuk menentukan apakah

masih dibutuhkan penggunaan obat anti Parkinson.

Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk

memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda

ikterik, palpasi hepar (2). Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik

dari pemeriksaan fisik.

Terapi lain yang dapat diberikan kepada penderita ialah psikoterapi. Terapi

ini dilakukan bila penderita sudah tampak agak tenang. Tujuan dilakukannya

terapi ini ialah untuk menguatkan mental penderita terutama dalam menghadapi

beban masalah. Selain itu pula, terapi minat dan bakat juga dapat menjadi salah

21

satu komponen terapi. Hal ini dilakukan selama proses rehabilitiasi. Hal yang

paling penting dalam penyembuhan penderita ialah dukungan dari keluarga dan

masyarakat, terutama sekali keteraturan dan kedisiplinan penderita dalam

menjalani terapi.

Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang

dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang

cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. BukuSaku Diagnosis GangguanJiwaRujukanRingkasdari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.

2. Maramis WF, Maramis AA. CatatanIlmuKedokteranJiwaEdisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

3. Maslim R. PanduanPraktisPenggunaanKlinisObatPsikotropik. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

4. Sinaga,RB. Skizofreniadan Diagnosis Banding. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI. 2007

5. Anonymous. Antipsychotic Medications. [online] Available from:URL: http://www.namigc.org/content/fact_sheets/medicationinfo/Antipsychotics/ANTIPSYCHOTIC_MEDS_0106.pdf

6. Anonymous. Psikotropik. [online]. [cited 2008 Okt 24]. Psikofarmaka Mental Health Nursing Eight Club-UniversitasPadjadjaran. Available from: URL:http://antipsikotik-psikofarmaka.blogspot.com/

7. ISFI. ISO Indonesia. Volume 39. Jakarta : PT Anem Kosong Anem, 2004; 128-129, 136-137, 214-215, 350-351

8. Neal.MJ. At a glance farmakologi medis. Edisi kelima. Erlangga Medical Series. Jakarta, 2005.

23