Upload
saadah-munawaroh-hd
View
24
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapkas
Citation preview
LAPORAN KASUS
STASE NEUROLOGI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
“Hernia Nucleus Pulposus”
Pembimbing :
Dr. Darma Imran, Sp. S
Disusun oleh:
Annisah Anggaraini (2011730012)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Ermanto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Binong Permai F 28/17
Tanggal MRS : 26 april 2015
Ruang : Marwah Atas
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pinggang menjalar sampai ke kaki kiri sejak 8 jam yang
lalu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesis )
Pasien datang ke RSIJCP pada tanggal 26 april 2015 dengan keluhan nyeri pinggang menjalar sampai ke kaki kiri sejak 8 jam SMRS. Nyeri terkadang seperti kesetrum dan terkadang tidak terasa namun tidak lama. Nyeri terasa nyut-nyutan, dirasakan setiap hari dalam kondisi tidak menentu. Demam, sakit kepala, mual dan muntah disangkal. Kesemutan dan baal pada ekstremitas disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
OS 2 bulan yang lalu memiliki riwayat keluhan yang sama namun tidak diobati.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
- Tidak ada yang memiliki riwayat yang sama
- Hipertensi (-)
- Diabetes mellitus (-)
2
Riwayat Pengobatan :
Belum pernah berobat
Riwayat Alergi :
Tidak terdapat alergi obat-obatan dan makanan
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak Sakit Sedang
Composmentis
GCS E4M6V5 : 15
Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 80 kali/ menit, regular
Pernapasan : 20 kali/ menit
Suhu : 36.5 °C
Status Generalis :
Kepala dan leher
Kepala : Normochepal
Mata :Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-),
pupil bulat isokor 2 mm, refleks cahaya (+/+)
Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-), deviasi septum (-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
Mulut : Mukosa bibir basah (+) lidah kotor (-), lidah tremor (-),
faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-/-)
3
Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat pada ICS 5 midclavikula sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-),
Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : -
Laseque’s Sign : < 70º nyeri (+) / > 70o
Kernign’s Sign : >135 / >135
Brudzinski I : -
Brudzinski II : -/-
4
Saraf Otak
N. I : Nervus Olfaktorius
Fungsi PenghiduDextra Sinistra
Normosmia Normosmia
N. II : Nervus Optikus
Dextra Sinistra
Visus Baik Baik
Lapang Pandang Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Akomodasi Baik Baik
N. III, IV, VI
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Ukuran Pupil Bulat, isokor ɸ ODS 2 mm
Refleks cahaya direk + +
Refleks cahaya indirek + +
Diplopia - -
Gerak bola mata Normal Normal
5
N. V : Nervus Trigeminus
Motorik
Membuka mulut Simetris, tidak terdapat deviasi rahang
Kekuatan menggigit Kekuatan sama antara rahang kanan
dan kiri
Sensibilitas (sensasi raba dengan sentuhan kapas)
Ramus oftalmik Normal, simetris pada kedua sisi
Ramus maksilaris Normal, simetris pada kedua sisi
Ramus mandibularis Normal, simetris pada kedua sisi
Refleks
Refleks kornea +/+
Refleks bersin Tidak dilakukan
Jaw refleks -
N. VII : Nervus Fasialis
Motorik : Pasif
Lipatan dahi Terdapat pada kedua sisi wajah
Lipatan nasolabialis Simetris pada kedua sisi wajah
Motorik : Aktif
Gerakan menutup mata Kedua kelopak mata tertutup rapat
Mengangkat alis Kedua alis dapat diangkat
Menyeringai Simetris pada kedua sisi wajah
Menggelembungkan pipi Dapat dilakukan oleh OS
6
Sensoris : pengecapan 2/3 anterior lidah
Rasa manis Tidak dilakukan
Rasa asin Tidak dilakukan
Rasa asam Tidak dilakukan
N. VIII : Nervus Vestibulokoklearis
Fungsi Pendengaran
Tes Schwabach Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan
Keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX : Nervus Glosofaringeus
Pengecapan 1/3 posterior lidah Tidak dilakukan
N. X : Nervus Vagus
Uvula Uvula ditengah, letak simetris
Refleks Muntah +
7
Refleks Menelan +
Suara Normal
N. XI : Nervus Asesorius
M. Sternokleidomastoideus Baik
M. Trapezius Baik
N. XII : Nervus Hipoglosus
Sikap lidah Lidah ditengah (tidak ada deviasi)
Fasikulasi -/-
Tremor -/-
Atrophy -/-
Pemeriksaan Motorik
D S
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Tonus : Baik
Atrofi : Tidak Ada
Pemeriksaan Sensorik : Normal
Refleks Fisiologis
Refleks biseps : ++/++
8
Refleks triceps : ++/++
Refleks patella : ++/++
Refleks achilles : ++/++
Refleks Patologis
Babisnski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Gonda : -/-
Keseimbangan dan koordinasi
Romberg sign : tidak dilakukan
Jari ke jari : baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin 26 /4/15
Hasil Nilai rujukan Satuan
Hemoglobin 12,4 13.2-17.3 g/dL
Leukosit 3,82 3.8-10.0 Ribu/µL
Hematokrit 37 40-52 %
Trombosit 150 150-440 Ribu/ µL
Eritrosit 4,44 4.40-5.90 10^6/ µL
MCV / VER 83 80-100 fL
MCH / HER 28 26-34 Pg
MCHC / KHER 34 32-36 g/dL
Elektrolit 26/4/2015
9
Hasil Nilai rujukan Satuan
Natrium 136 135 -147 mEq/L
Kalium 4,0 3.50-5.0 mEq/L
Clorida (Cl) 95 94-111 mEq/L
CT SCAN
Kesan : - Compressie vertebrae L1 dan L2 dengan penyempitan (spondilitis L1 dan L2)
E. DIAGNOSIS
Diagnosis KerjaKlinis : Ischialgia sinistraTopis : Kompresi radiks sinistra vertebra L1- L2Etiologi : Pekerjaan
F. TATA LAKSANA
Non-farmakologis:
Konservatif
• Bed rest total selama 1-6 minggu dengan posisi semi fowler (kepala elevasi dan lutut
flexi);
• Tidur dengan alas kasur keras dan datar, dapat dilandasi dengan papan
Fisioterapi bila nyeri telah hilang, terapi fisik yang meliputi terapi panas (sinar infra
merah,diatermi), traksi pelvis (manual, intermiten) serta terapi okupasi
Mobilisasi: pada permulaan dilakukan dengan bantuan korset
lumbal untuk mencapai kurve fisiologis tulang belakang.
Farmakologis:
Methycobal 250 amp 1x1
Remopain 3x1
10
Myonal 2x1
Strocain 3x1
G. Prognosa
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI VERTEBRA
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33
tulang punggung pada manusia yang dibagi menjadi 8 tulang
cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang
lumbal, 5 tulang bergabung membentuk bagian sacral, dan 4
tulang membentuk tulang ekor (coccyx).
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus
tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna
12
vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi
apofisial (fascet joint).
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis
dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan
columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna
vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
Gambar. Ligamen-ligamen yang terdapat pada vertebre
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu:
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
· Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris
mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per
(coiled spring)
· Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
· Daerah transisi.
13
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada
ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan
mudah terjadinya kelainan didaerah ini.
2. Nucleus Pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic
long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat
higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan
tekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi
yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya
kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri adalah:
Lig. Longitudinale anterior
Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum
Fasia dan otot
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar
dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah,
sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.
14
2.2 Hernia Nukleus Pulposus
DEFINISI
Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya sebagian atau seluruh
bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis akibat degenerasi dari
anulus fibrosus korpus intervertebralis, yang menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat
iritasi akar saraf tersebut. Nama lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy, radiculopathy cervical,
herniated intervertebral disk, intervertebral prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke diskus
berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior menyempit. Jika beban pada
diskus bertambah, annulus fibrosus tidak lagi kuat untuk menahan nukleus pulposus dari
keluar ke kanalis vertebralis yang akhirnya menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.
PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP akan menyebabkan beban pada discus
bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan
timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada dicanalis vertebralis menekan radiks.
Reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis,
termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi
yang akan menimbulkan persepsinyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan
untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk
proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
15
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
16
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:
1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam lingkaran
annulus fibrosus.
3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan berada
dibawah ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.
17
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah
herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi
perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang.
Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi,
nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis
vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus,
biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai
menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis
servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik,
kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara
tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol
keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri
radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
18
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri
dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya
anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya
mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm
0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah
atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong
adalah faktor penyebab yang paling utama.
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, dibagi menjadi faktor
resiko yang dapat dirubah (modifiable) dan tidak dapat dirubah (unmodifiable).
Faktor resiko yang tidak dapat dirubah
1. Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi. Pertambahan usia menyebabkan
terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh pada penurunan kemampuan
menahan air yang dimiliki nukleus pulposus, proteoglikan rusak, komponen mekanik
memburuk yang akhirnya melampaui tekanan maksimal dalam diskus sehingga
mengakibatkan penonjolan annulus.
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.
Faktor resiko yang dapat dirubah
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
19
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong,
paha bagian belakang, dan tungkai bawah bagian atas). Sifat nyeri disebabkan oleh HNP
adalah:
1. Nyeri mulai dari bokong, menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke
tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang
berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis antara
dua krista iliaka).
4. Nyeri spontan
Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat.
Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
20
II. Pemeriksaan fisis
Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.
Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sbb:
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)
Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi. Tes
normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90 derajat. Tes positif
bila timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus sebelum
tungkai mencapai kecuraman 70derajat. Tes ini terutama meregangkan
saraf spinal L5 dan S1, sedangkan yang lain kurang diregangkan.
21
Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan
menyebabkan nyeri bertambah (Bragard’s sign) atau dorsofleksi ibu jari
kaki (Sicard’s sign).
b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes O’Conell).
Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai yang sehat.
Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sehat (biasanya
perlu sudut yang lebih besar untuk menimbulkan nyeri radikuler dari
tungkai yang sakit).
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
a. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau dengan
melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer selama 10 menit
tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien merasakan penuh di kepala.
Dengan penekanan tersebut mengakibatkan tekanan intrakranial
meningkat yang akan diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan
memprovokasi nyeri radikuler bila ada HNP.
b. Tes Valsava
Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri timbul
ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah lumbal.
III. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos vertebrae
Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique. Informasi
yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan adanya
HNP.
Pada HNP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat dan
berkurangnya lordosis lumbalis
22
Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya seperti proses
metastasis, fraktur kompresi.
b. Mielografi
Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat struktur
kanalis spinalis dengan memakai kontras. Bahan kontras dibagi atas kontras negatif
yaitu udara dimana sekarang sudah tidak dipakai lagi dan kontras positif yang larut
dalam air (misal: Dimer-X, Amipaque, Conray 280). Adapun prosedur mielografi
adalah sbb:
Mielografi asendens:
Zat kontras disuntikkan kedalam ruang subarachnoid melalui pungsi lumbal. Pada
fluroskopi kolom zat kontras tampak jelas karena tidak tembus oleh sinar rontgen,
sehingga terlihat radiopak. Dengan merendahkan ujung rostral kolumna vertebralis,
maka kolom zat kontras akan bergerak ke rostral. Apabila ruang subarachnoid
tersumbat oleh karena proses desak ruang ekstradural atau intradural-ekstrameduler
menindih medulla spinalis, maka kolom zat kontras terhalang (berhenti).
Mielografi desendens:
Zat kontras dimasukkan kedalam sisterna serebromedularis melalui pungsi oksipital.
Dengan fluoroskopi kolom zat kontras diikuti pengalirannya kearah kaudal bila ujung
kaudal kolumna vertebralis direndahkan. Blok yang diperlihatkan berarti batas atas
proses desak ruang yang menghasilkan sindrom kompresi medula spinalis. Zat
kontras yang ditindihi oleh masa secara langsung atau tak langsung memperlihatkan
bentuk yang khas sesuai sifat kompresi tersebut. Konfigurasi defek kontras
memberikan informasi mengenai lokasi proses desak ruang yang menindihi medula
spinalis. Foto-foto yang diambil dalam posisi: prone dengan sinar AP, lateral, oblik
(kalau perlu), prone dengan sinar horizontal (kalau perlu).
Gambaran khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi pada kolom zat kontras di
diskus yang mengalami herniasi. HNP yang besar dapat menyebabkan blokade total
kanalis spinalis sehingga sering dicurigai sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan
pada mielografi yaitu HNP, tumor ekstra dan intradural, kelainan kongenital serta
arakhnoiditis.
23
B. Pemeriksaan laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa darah perlu
diperiksa karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang metabolik, tumor
metastasis pada vertebra dan mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala
menyerupai gejala HNP.
PENATALAKSANAAN
a. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien
dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien
akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.
Terapi konservatif untuk HNP meliputi:
- Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
Medikamentosa
· NSAID (ibuprofen, naproxen, diklofenak)
· Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat dipertimbangkan
pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi
- Muscle relaxan
24
3. Terapi fisik
4. Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
5. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk
nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
6. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
7. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga
aliran darah semakin meningkat.
8. Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak
sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan “kencang”. Latihan
untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi
terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-
chest, panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap
25
punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan
gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3
kali gerakan, 2 kali sehari.
9. Latihan penguatan
· Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi
berbaring.
· Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan
dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
· Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung
fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan
ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
· Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian punggung
menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan
dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
· Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot
hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada
anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk,
kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan
ini dapat dilakukan dengan berdiri.
· Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian
berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.
· Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki
yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik.
Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik
untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
26
Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal ini
akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk. Pada
saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi
panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat dengan
bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok, punggung
tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan punggung lurus, beban
diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan
sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur maka
diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%.
b. Terapi Operatif
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit
neurologik.
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
· Defisit neurologik memburuk.
· Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
27
· Paresis otot tungkai bawah.
· Terapi Konservatif gagal
1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi
dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra
4. Disektomi dengan peleburan : Graf tulang (Dari krista illaka atau bank tulang) yang
digunakan untuk menyatukan dengan prosessus spinosus vertebrata. Tujuan peleburan
spinal adalah untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi kekambuhan.
Berdasar lokasi herniasi penatalaksanaan dapat dibedakan menjadi :
a. Hernia Lumbosacralis
Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan dibawahnya.
Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan 10 Kg. pada hernia
ini dapat diberikan analgetik salisilat
b.Hernia Servicalis
Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat
beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur dibagian kepala
harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang
rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
KOMPLIKASI
1) Kelemahan dan atrofi otot
2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3) Kehilangan kontrol otot sphinter
28
4) Paralis / ketidakmampuan pergerakan
5) Perdarahan
6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
DIAGNOSIS BANDING
1. Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/ femoralis)
2. Tumor daerah vertebra
3. Fraktur vertebra
4. Spondilosis
5. Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2 misalnya;
arthritis sakroiliaka atau bursitis m. piriformis.
6. “Entrapment neuritis”dari n.iskhiadikus.
7. Neuritis iskiadikus primer.
PROGNOSIS
Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi rekurensi
dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian orang memerlukan waktu
beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa
nyeri dan tegang pada tulang belakang. Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang
mengharuskan pengangkatan suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk
menghindari rekurensi nyeri pada tulang belakang.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 87-95. 1999
2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT
Dian Rakyat. 182-212.
3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-nyeri-
pinggang-hnp/
7. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. In :
http://www.kalbe.co.id Sidharta, Priguna., 2004.
30