Upload
mimba-wibiyana
View
217
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
STATUS PASIEN
I. Identitas pasien
Nama : Tn. L
Umur : 35 thn
Alamat : Jl.Rambutan
II. Anamnesis
Keluhan utama
Bahu sebelah kiri sakit dan sulit digerakkan ± 1 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Bahu sebelah kiri sakit dan sulit digerakkan ± 1 hari yang lalu. Os
mengeluhkan jatuh dari sepeda motor ± 1 hari yang lalu. Nyerinya
terus- menurus tidak? Bahunya bengkak dan terdapat perubahan warna
lokal pada kulit? Ada deformitas?
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah operasi dan dirawat. Dulu pernah mengalami patah
tulang? Dulu pernah mengalami trauma?
Riwayat penyakit keluarga
-
Riwayat psikososial
Makannya teratur tidak? Olahraga tidak teratur.
Riwayat alergi dan penggunaan obat
Ada alergi obat-obatan dan makanan? Sebelumnya sudah pernah
diobati belum? Obatnya apa saja? Ada perubahan tidak?
III. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : komposmentis
Vital sign
T : 36,50C
TD : 150/83 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
St. generalisata
Kepala : dbn
Mata : isokor, CA(-), SI (-)
Mulut : mukosa basah
Leher : dbn
Thoraks : bunyi jantung normal, Gallop, irama jantung reguler
Abdomen : dbn
Status Lokalis : Regio clavicula sinistra
Look : Tak tampak luka, tidak terdapat penonjolan
abnormal, oedem, deformitas , tampak pemendekan dibandingkan
dengan clavicula dekstra, angulasi , tak tampak sianosis pada
bagian distal lesi.
Feel : Nyeri tekan setempat , krepitasi, cekungan pada 1/3
mid clavicula, sensibilitas, suhu rabaan hangat, NVD
(neurovaskuler disturbance: kapiler refil, arteri brachialis teraba.
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi
lengan kiri terhambat, gerakan adduksi lengan kiri tidak terhambat,
gerakan rotasi sendi bahu terhambat, sakit bila digerakkan,
gangguan persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas, sendi-
sendi pada pada bagian distal dapat digerakkan.
IV. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb : 14,1 g/dl
Leukosit : 12.100 mm3
Trombosit : 304.000 mm3
Led : 35
Ht : 44,2 %
GDS : 119 mg/dl
Rontgen
EKG
V. Diagnosis kerja
Closed fraktur clavicula kiri
ICD X : S42.0 ( Fraktur klavikula)
ICPC2: L80 ( Dislocation)
Tingkat kemampuan : 3B
VI. Diagnosis banding
Closed fraktur clavicula kiri dengan malunion
VII. Terapi
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ketorolac 1 amp
Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr
Tindakan : operasi
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.
ETIOLOGI
Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah ;
1. Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang . Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah
tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan.
2. Trauma tidak langsung. Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.
KLASIFIKASI FRAKTUR KLAVIKULA
1.Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)
paling banyak ditemui
terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)
mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral
bahu)
2.Fraktur 1/3 lateral klavikula
fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:
type 1: undisplaced jika ligament intak
type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.
type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis. Mekanisme
trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.
3.Fraktur 1/3 medial klavikula
Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma
dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu
yang dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam
posisi abduksi.
KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan
jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.
1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
2. Berdasarkan bentuk patahan tulang
a) Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya
mudah dikontrol dengan pembidaian gips.
b) Spiral
Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak.
c) Oblik
Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang. \
d) Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang
retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai
darah.
e) Kominuta
Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
f) Greenstick
Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana
korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini
sering terjadi pada anak – anak.
g) Fraktur Impaksi
Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
h) Fraktur Fissura
Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,
fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.
3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan,
bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis
pada anak – anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi.
Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat
aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau
fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter – Harris :
a) Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.
b) Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui
tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.
c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis
dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi
anatomi.
d) Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan
terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan
mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.
e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan
pertumbuhan lanjut adalah tinggi.
PATOFISIOLOGI
Trauma langsung dan tidak langsung serta faktor etiologi lain akan
menyebabkan terjadinya tekanan eksternal pada tulang. Tekanan ini lebih besar
dari kemampuan menahan yang dimiliki oleh tulang sehingga timbulah fraktur
salah satunya fraktur tertutup. Pada tulang yang mengalami fraktur tertutup akan
terdapat diskontinuitas tulang dan biasannya disertai cedera jaringan disekitarnya
yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan syaraf. Diskontinuitas tulang
juga dapat mengakibatkan deformitas tulang.Dimana deformitas tulang dan juga
cedera pada ligament, otot, dan tendon akan memunculkan masalah Kerusakan
Mobilitas Fisik.Kerusakan atau cedera yang mengenai pembuluh darah sekitar
akan menimbulkan masalah Risiko terhadap Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
dan PK(Potensial Komplikasi): Emboli Lemak.Dan kerusakan atau cedera yang
terjadi pada ligament, otot,dan tendon serta jaringan syaraf sekitar akan
merangsang reseptor nyeri sehingga dapat memunculkan masalah Nyeri Akut.
Terjadinya fraktur tertutup itu sendiri akan membawa perubahan pada status
kesehatan klien yang mengakibatkan masalah Ansietas.
TANDA DAN GEJALA
Deformitas
Fungsiolaesia
Nyeri tekan.
Nyeri bila digerakkan
Bengkak akibat trauma jar lunak dan perdarahan
Spasme otot
Kadang ada krepitasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam
darah.
Radiologi : Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan
jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis. pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan ´Rules
of Two´ :
Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan
sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).
Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau
angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga
patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah
fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.
Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto
pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
Dua cedera
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat.
Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto
sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.
Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,
sebagai akibatresorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat
memudahkan diagnosis.
KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Komplikasi Awal
Kerusakan Arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan
tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma
melebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan
darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
Sindrom kompartemen. Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf,
dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan
pembebatan yang terlalu kuat.
Fat Embolism Syndrome (FES). Adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak
yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Ditandai dengan
gangguan pernafasan, tahikardi, hipertensi, tahipnea, dan demam.
Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF
& OREF) dan plat.
Nekrosis Avaskular. Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu sehingga menyebabkan nekosis tulang.
Syok. Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.
2. Komplikasi Lama
Delayed Union. Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi
karena suplai darah ke tulang menurun.
Non-union. Adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi
bersama-sama infeksi.
Mal-union. Adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya,
tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi,
pemendekan, atau union secara menyilang, misalnya pada fraktur tibia-
fibula.
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Penatalaksanaan konservatif.
Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada
patah tulang dapat terpenuhi.
Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau
metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan
posisinya dalam proses penyembuhan.
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan
alat utama pada teknik ini.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
Penatalaksanaan pembedahan.
Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-
Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation).
Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction
Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur
terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan
yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk).
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Penerbit. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2. Sudoyo, Aru W et al (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Internal Publishing.