19
LAPORAN KASUS PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK PADA PASIEN PARTIAL EDENTULOUS Oleh Willy Prayudisti 10609049 Pendahuluan Harapan seorang calon dokter gigi adalah agar pasiennya tetap memiliki gigi geligi asli yang berfungsi dengan baik. Meskipun demikian, baik dalam waktu dekat atau lama beberapa pasien akan membutuhkan pembuatan gigi tiruan untuk menggantikan gigi aslinya yang sudah rusak atau hilang, atau disebut kondisi edentulous. Edentulous yaitu keadaan tanpa gigi asli dalam rongga mulut. Kehilangan satu atau lebih gigi, pada rahang atas atau rahang bawah dapat disebut dengan kondisi partial edentulous (Damayanti, 2009). Pada kondisi kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan dapat mengakibatkan migrasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan pendukung, gangguan bicara, estetik yang buruk, terganggunya kebersihan mulut, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak. Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat (Grant dkk., 2005).

Laporan Kasus Gtsl

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Harapan seorang calon dokter gigi adalah agar pasiennya tetap memiliki gigi geligi asli yang berfungsi dengan baik. Meskipun demikian, baik dalam waktu dekat atau lama beberapa pasien akan membutuhkan pembuatan gigi tiruan untuk menggantikan gigi aslinya yang sudah rusak atau hilang, atau disebut kondisi edentulous. Edentulous yaitu keadaan tanpa gigi asli dalam rongga mulut. Kehilangan satu atau lebih gigi, pada rahang atas atau rahang bawah dapat disebut dengan kondisi partial edentulous

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus Gtsl

LAPORAN KASUS

PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK

PADA PASIEN PARTIAL EDENTULOUS

Oleh

Willy Prayudisti 10609049

Pendahuluan

Harapan seorang calon dokter gigi adalah agar pasiennya tetap memiliki gigi geligi

asli yang berfungsi dengan baik. Meskipun demikian, baik dalam waktu dekat atau lama

beberapa pasien akan membutuhkan pembuatan gigi tiruan untuk menggantikan gigi aslinya

yang sudah rusak atau hilang, atau disebut kondisi edentulous. Edentulous yaitu keadaan

tanpa gigi asli dalam rongga mulut. Kehilangan satu atau lebih gigi, pada rahang atas atau

rahang bawah dapat disebut dengan kondisi partial edentulous (Damayanti, 2009).

Pada kondisi kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan dapat mengakibatkan

migrasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada

sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan pendukung, gangguan bicara, estetik

yang buruk, terganggunya kebersihan mulut, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan

lunak. Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan,

memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan

mulut yang masih ada agar tetap sehat (Grant dkk., 2005).

Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu, atau beberapa

gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah, dan dapat dilepas serta dipasang oleh

pasien sendiri. Perawatan dengan gigi tiruan sebagian lepasan adalah perawatan yang dapat

dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar pasien yang kehilangan gigi

sebagian karena biayanya yang lebih terjangkau (Damayanti, 2009).

Page 2: Laporan Kasus Gtsl

Laporan kasus

Pasien laki-laki usia 60 tahun, datang ke RSGM IIK dengan keluhan gigi hilang pada

gigi belakang bawah kanan dan kiri. Pasien mengeluh kurang nyaman saat mengunyah

makanan, karena gigi belakang bawah kanan dan kiri banyak yang hilang.

Anamnesis

Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi bahwa pasien ingin dibuatkan gigi palsu

sebagian agar gigi yang hilang kembali utuh dan dapat mengunyah makanan dengan nyaman

kembali. Kesehatan umum baik, dan pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik.

Pasien belum pernah menggunakan gigi tiruan.

Pemeriksaan klinis

a. Pemeriksaan ekstra oral

Dari hasil pemeriksaan ektra oral diperoleh :

Sendi TMJ : tidak ada kelainan

Bentuk wajah : oval

Mata : simetris

Hidung : simetris

Bibir : kompeten

Kelenjar limfe kiri : tidak teraba, tidak sakit

Kelenjar limfe kanan : tidak teraba, tidak sakit

b. Pemeriksaan intra oral

Dari hasil pemeriksaan intra oral diperoleh :

Gigi geligi :

Gigi hilang pada gigi 18, 15, 14, 12, 23, 24, 25, 26, 27, 38, 37, 36, 35, 32, 46, 47, 48

Karies media pada gigi 16, 45

Jaringan lunak :

Kalkulus pada gigi 31, 41, 42, 43, 44, 16, 17.

Page 3: Laporan Kasus Gtsl

Rencana perawatan

1. Perawatan pendahuluan dan persiapan gigi

Dilakukan penumpatan gigi dengan restorasi komposit klas 5 pada gigi 16 dan 45.

Scalling pada gigi geligi rahang atas dan rahang bawah. Persiapan gigi penyangga

meliputi, preparasi rest seat pada mesial gigi 16, 34, 45.

2. Rancangan gigi tiruan lepasan

Gambar 1. Rancangan gigi tiruan lepasan akrilik

Page 4: Laporan Kasus Gtsl

Tahap pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan

1. Mencetak anatomis rahang

Pencetakan rahang adalah tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang

merupakan jaringan pendukung gigi tiruan. Cetakan dilakukan untuk mendapatkan model

yang merupakan tiruan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan rongga mulut.

Mencetak anatomis rahang ini menggunakan bahan cetak irreversibel hydrocolloid atau

alginat (Jahongiri dkk., 2011).

Gambar 2. Hasil cetakan anatomis rahang atas dan rahang bawah

2. Sendok cetak perorangan (Individual tray)

Sendok cetak perorangan adalah sendok cetak yang dibuat sendiri sesuai dengan

ukuran rahang pasien. Sendok cetak perorangan disebut juga dengan individual tray atau

custom tray. Sendok cetak perorangan atau sendok cetak khusus ini dibuat diatas model

anatomi. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sendok cetak perorangan adalah resin

akrilik, dengan polimerisasi dingin atau panas. Tujuan pembuatan sendok cetak

perorangan ini adalah untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat, terutama pada daerah

tepi sendok cetak (daerah vestibulum, frenulum, dan retromylohioid dari rahang)

(Jahongiri dkk., 2011).

3. Mencetak model kerja

Terdapat dua macam pencetakan untuk model kerja gigi tiruan sebagian lepasan,

yaitu meliputi (Jahongiri dkk., 2011) :

a. Cetakan non fungsional (Mukostatik)

Mencetak tanpa tekanan dengan bahan alginat dan menggunakan stock tray.

Bertujuan untuk mencetak keadaan rongga mulut dalam keadaan statis. Cetakan jenis ini

Rahang atas :

1. Klasifikasi

Klas II modifikasi 2 Kennedy.

2. Jenis dukungan

Dukungan kombinasi.

3. Jenis retairner

Direct retairner : klamer 3 jari pada gigi

16, klamer setengah jackson pada gigi

13 dan klamer gillet pada gigi 22

Indirect retairner : peninggian plat

pada anterior setinggi cingulum.

4. Konektor

Basis akrilik pada palatal.

5. Anasir

Anasir akrilik pada gigi 15, 14, 12, 23,

24, 25, 26 dan 27.

Rahang bawah :

1. Klasifikasi

Klas I modifikasi 1 Kennedy.

2. Jenis dukungan

Dukungan mukosa (mucous borne).

3. Jenis retairner

Direct retairner : klamer 2 jari

modifikasi rest oklusal pada gigi 34 dan

45.

Indirect retairner : peninggian plat

pada anterior setinggi cingulum.

4. Konektor

Basis akrilik pada lingual

5. Anasir

Anasir akrilik pada gigi 35, 36, 32, 46,

dan 47.

Page 5: Laporan Kasus Gtsl

dapat dilakukan pada indikasi kasus klas III dan IV Kennedy, dan kasus free end yang

pendek (kurang dari atau 2 gigi posterior yang hilang).

b. Cetakan fungsional (Mukokompresi)

Mencetak dengan tekanan menggunakan bahan elastomer (light body) dan sendok

individual tray, setelah dilakukan border moulding. Tujuan dari border moulding ini untuk

menentukan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, sehingga didapatkan peripeal seal

yang baik. Menggunakan bahan green stick yang dilunakkan dan dibentuk diatas

individual tray.

Mencetak fungsional ini dapat dilakukan pada indikasi kasus klas I dan II Kennedy, dan

kasus free end panjang (lebih dari 2 gigi posterior yang hilang).

Gambar 3. Cetakan fungsional rahang atasdan rahang bawah

4. Model kerja

Model kerja merupakan replika anatomis dalam rongga mulut pasien yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam tahap pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (Jahongiri

dkk., 2011).

Gambar 4. Model kerja dengan bahan gips keras

Page 6: Laporan Kasus Gtsl

5. Survey dan block out

Tindakan survey merupakan prosedur diagnostik yang dapat menganalisis hubungan

dimensional antara jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut. Idealnya tindakan

survey ini dilakukan dengan alat yang disebut dengan dental surveyor. Manfaat dari survey

ini adalah (Jahongiri dkk., 2011) :

Sebagai panduan menentukan arah pemasangan yang baik sehingga terjadi sangkutan

(interference) pada saat gigi geligi tiruan dipasang dan dikeluarkan.

Menentukan lokasi dan besarnya daerah undercut pada permukaan gigi.

Menentukan kesejajaran bidang.

Menentukan penutupan daerah undercut.

Block out merupakan tindakan penutupan daerah undercut dengan menggunakan

bahan gips lunak atau malam merah, pada daerah yang telah diberi tanda atau garis

lengkung oleh tindakan survey (Jahongiri dkk., 2011).

Gambar 5. Survey dan Block out pada model kerja

6. Lempeng dan galengan gigit

Lempeng dan galengan gigit ini terbuat dari malam merah. Lempeng gigit dibuat

mengikuti outline gigi tiruan. Galengan gigit digunakan untuk menentukan tinggi bidang

oklusal, catatan awal hubungan antar rahang dalam arah vertikal dan horizontal, dan

perkiraan jarak interoklusal (Tamin dkk., 2012).

Page 7: Laporan Kasus Gtsl

Gambar 6. Lempeng dan galengan gigit pada rahang atas dan rahang bawah

7. Penetapan gigit

Penetapan gigit sebagai kunci oklusi yang sesuai dengan rahang. Pada gigi tiruan

sebagian lepasan dengan tinggi gigit yang tetap, galengan gigit rahang atas dimasukkan

terlebih dahulu hingga ada kontak antara galengan dan gigi lawan, kemudian catat kontak

antara gigi lawan yang dapat dipakai sebagai panduan oklusi. Masukkan galengan gigit

yang lain dengan mengurangi galengan yang berkontak dengan galengan lawan, tetapi

tidak dengan gigi lawan hingga didapatkan kontak yang sama dengan gigi yang dipakai

sebagai panduan oklusi (Tamin dkk., 2012).

Gambar 7. Penetapan gigit pada model kerja

8. Klamer

Klamer merupakan bagian dari gigi tiruan lepasan sebagai direct retairner. Beberapa

syarat harus dipenuhi dalam pembuatan klamer pada gigi tiruan sebagian lepasan adalah

(Tamin dkk., 2012):

Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut (dibawah garis survey) pada bagian

bukal dan palatal, atau lingual.

Ujung dari klamer tidak boleh menekan dan menyentuh gigi sebelah.

Lengan dari klamer tidak boleh menyentuh gingiva.

Ujung dari klamer harus dibulatkan.

9. Penyusunan gigi

Sebelum dilakukan penyusunan gigi geligi tiruan, hal yang paling penting adalah

memilih elemen atau anasir gigi. Dalam seleksi elemen gigi anterior dan posterior

beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna,

dan bahan dari elemen. Dalam penyusunan gigi yang dapat menjadi panduan adalah

(Tamin dkk., 2012) :

Page 8: Laporan Kasus Gtsl

Gigi geligi harus disusun tepat pada puncak ridge

Gigi geligi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya, serta gigi antagonis. Sehingga

diperoleh oklusi gigi yang harmonis antara gigi asli dengan anasir gigi tiruan, atau antar

anasir gigi tiruan.

Gambar 9. Penyusunan gigi pada daerah edentulous ridge

10. Percobaan gigi tiruan malam

Percobaan gigi tiruan malam kepada penderita ini sangat penting dilakukan untuk

menentukan kesesuaian basis gigi tiruan terhadap jaringan rongga mulut. Hal yang perlu

diperhatikan seperti estetik penderita meliputi bentuk dan warna gigi, oklusi sentrik, dan

artikulasi rahang (Tamin dkk., 2012).

11. Kontur akhir

Kontur pada malam dilakukan agar mendapatkan bentukan menyerupai anatomis asli

jaringan lunak yang menyangga gigi geligi. Kontur dilakukan saat gigi tiruan siap untuk di

packing akrilik. Pada tahapan ini galengan gigit yang kebanyakan sudah berubah bentuk,

dapat diperbaiki lagi sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalam rongga mulut (Tamin

dkk., 2012).

Page 9: Laporan Kasus Gtsl

12. Hasil kasar akrilik

Setelah dilakukan packing akrilik di laboratorium, didapatkan hasil kasar akrilik. Hal

yang perlu diperhatikan dari hasil kasar akrilik adalah (Tamin dkk., 2012):

Tidak boleh terdapat bagian yang porus.

Tidak boleh terdapat bagian yang kasar dan tajam pada permukaan gigi tiruan yang

menghadap mukosa.

Kontur gingiva termasuk daerah servikal gigi tetap dipertahankan bentuknya.

Dilakukan pembersihan dari sisa-sisa gips yang menempel pada akrilik.

13. Percobaan gigi tiruan akrilik dan selektif grinding

Sebelum dilakukan pemasangan akhir, gigi tiruan akrilik terlebih dahulu dicobakan

kepada pasien. Pada percobaan gigi tiruan akrilik dalam rongga mulut pasien yang perlu

diperhatikan adalah (Tamin dkk., 2012):

Retensi

Diperiksa dengan cara menggerak gerakkan pipi dan bibir pasien. Dapat dilihat

penempatan oklusal rest harus sesuai dengan rest seat, dan lengan retentif klamer pada

bagian undercut gigi penyangga.

Stabilisasi

Diperiksa saat rongga mulut berfungsi. Bagian basis tidak boleh over extended, dan

protesa tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, dan berekspresi.

Oklusi

Diperiksa dengan bantuan articulating paper. Bagian yang mengalami kontak prematur

harus dilakukan selektif grinding.

Selektif grinding dalam mulut bertujuan agar mendapatkan penyesuaian oklusi dan

artikulasi yang seimbang dalam rongga mulut. Pengasahan pada gigi tidak boleh

mengurangi tinggi cusp gigi, dan disesuaikan kontak dari gigi antagonis asli ataupun

anasir gigi tiruan (Tamin dkk., 2012).

14. Insersi

Saat pemasangan akhir atau insersi pada pasien perlu diperhatikan oklusi sentrik,

artikulasi rahang, kenyamanan pasien, estetik, dan fungsi fonetik. Operator mengajarkan

kepada pasien cara memasang dan memakai gigi tiruan sebagian lepasan. Kemudian

pasien diberikan intruksi penggunaan dan pemeliharaan gigi tiruan sebagai berikut (Carr

and Brown, 2011) :

Page 10: Laporan Kasus Gtsl

Bersihkan gigi tiruan dengan sikat halus dan sabun cair sehabis dipakai.

Gigi tiruan direndam dengan air bersih suhu kamar sewaktu dilepas.

Pada malam hari sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot dibawahnya

istirahat.

Sebagai latihan, pertama-tama makan makanan yang lembut dan lunak. Apabila tidak

ada keluhan dan terbiasa, maka boleh makan makanan yang biasa.

Biasakan mengunyah pada kedua sisi rahang secara bersamaan.

Apabila ada rasa tidak nyaman, sakit, gangguan bicara, gigi tiruan tidak stabil,

kerusakan pada kawat atau gigi tiruan, dapat segera menghubungi operator.

Page 11: Laporan Kasus Gtsl

Pembahasan

`Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu, atau

beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah, dan dapat dilepas serta

dipasang oleh pasien sendiri. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memiliki beberapa

tujuan, yaitu merehabilitasi kehilangan gigi serta jaringannya sehingga dapat memperbaiki

fungsi pengunyahan, bicara, estetik, psikis, serta memperbaiki kelainan dan gangguan yang

disebabkan keadaan partial edentulous (Seals and Jones, 2003).

Gigi tiruan lepasan dengan bahan akrilik ini dapat digunakan sebagai pilihan lain,

selain bahan gigi tiruan utama yaitu kerangka logam. Gigi tiruan berbahan akrilik ini dapat

diindikasikan pada kasus dengan keadaan penyakit periodontal parah dan sisa gigi dengan

dukungan tulang yang kurang memadai (Bolouri, 2008).

Indikasi dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah(Grant dkk., 2005) :

1.  Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi.

2.   Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi pegangan.

3.   Keadaan processus alveolaris masih baik.

4.   Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik.

5.   Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.

Dalam proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berlaku suatu prinsip yang

umum dan penting. Pertama-tama seorang dokter gigi perlu mengetahui selengkapnya

tentang keadaan fisik pasien yang akan menerima protesa. Maka dari itu diperlukan

perencanaan desain gigi tiruan yang akan dibuat. Rencana pembuatan desain merupakan

salah satu tahap penting dan salah satu faktor penentu keberhasilan dan kegagalan sebuah

protesa. Selain itu fungsi dari rencana desain ini untuk mencegah terjadinya kerusakan

jaringan dalam mulut, akibat kesalahan yang tidak seharusnya terjadi dan yang tidak dapat

dipertanggung jawabkan.

Sebagai pertimbangan umum desain gigi tiruan sebagian lepasan harus memenuhi

syarat sebagai berikut :

1. Gigi tiruan sebagian lepasan harus sesedikit mungkin menutupi jaringan lunak.

2. Penyaluran beban seluas-luasnya sehingga beban per unit area yang diterima semakin

kecil.

3. Desain harus sesederhana mungkin harus support, stabil, retentif, dan comfort.

Page 12: Laporan Kasus Gtsl

Dalam pembuatan desain meliputi ketentuan tahapan yang dilakukan secara beurutan,

yaitu (Grant dkk., 2005) :

1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.

2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.

3. Menentukan macam penahan (retairner).

4. Menentukan macam konektor.

Pada laporan kasus ini, pasien termasuk dalam klasifikasi klas II modifikasi 1

Kennedy pada rahang atas, dan klas I modifikasi 1 Kennedy pada rahang bawah. Pada rahang

atas digunakan klamer 3 jari pada gigi, klamer setengah jackson pada gigi 13 dan klamer

gillet pada gigi 22. Desain utama basis gigi tiruan yang digunakan pada rahang bawah adalah

gigi tiruan mucosal and tooth borne dengan basis resin akrilik. Dibuat peninggian plat akrilik

sampai setinggi cingulum pada gigi anterior. Peninggian plat akrilik pada bagian anterior

berfungsi untuk meratakan beban kunyah ke mukosa dibawahnya dan mencegah terjadinya

ungkitan. Anasir gigi tiruan yang digunakan yaitu pada Anasir akrilik pada gigi 15, 14, 12,

23, 24, 25, 26 dan 27. Anasir gigi yang dipilih berbahan akrilik agar dapat melekat secara

kimia pada saddle yang juga berbahan akrilik.

Pada dasarnya prinsip desain dari klas I Kennedy dengan atau tanpa modifikasi adalah

sebagai berikut :

1. Mengurangi beban yang diterima penyangga.

Dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah anasir gigi tiruan, memperkecil luas

permukaan gigi yang digantikan, dan memperluas sadel outline.

2. Membagi beban antara gigi dengan ridge.

Dapat dilakukan dengan cara membuat variasi hubungan antara klamer dan sadel berupa

stress breaker, kombinasi rigid connection, dan memperluas sadel outline. Kemudian

dapat dilakukan juga dengan menempatkan rest oklusal lebih ke anterior.

3. Membagi beban seluas-luasnya.

Dapat dilakukan dengan cara penambahan indirect retainer. Fungsi dari indirect retainer

ini adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi mendukung protesa

secara tidak langsung, dengan memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung

melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis.

Pada kasus ini digunakan klamer 2 jari dan mesial rest pada gigi 34 dan 45 pada

rahang bawah pasien. Penggunaan klamer 2 jari dan mesial rest ini berfungsi sebagai retensi

untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan dan juga untuk meneruskan beban kunyah ke

mukosa. Desain utama basis gigi tiruan yang digunakan pada rahang bawah adalah gigi tiruan

Page 13: Laporan Kasus Gtsl

mucosal borne dengan basis resin akrilik. Pada basis gigi tiruan rahang bawah ini dibuat

tambahan bilateral saddle pada bagian posterior gigi 34 dan 45. Fungsi saddle adalah untuk

retensi dan untuk meneruskan beban oklusal, selain itu juga untuk menutup defek jaringan di

bawahnya. Saddle juga mencegah terungkitnya gigi tiruan saat menerima beban kunyah.

Selain saddle pada bagian posterior, juga dibuat peninggian plat akrilik sampai setinggi

cingulum pada gigi anterior. Peninggian plat akrilik pada bagian anterior berfungsi untuk

mencegah gigi tiruan agar tidak terungkit. Anasir gigi tiruan yang digunakan yaitu pada

Anasir akrilik pada gigi 35, 36, 32, 46, dan 47. Anasir gigi yang dipilih berbahan akrilik agar

dapat melekat secara kimia pada saddle yang juga berbahan akrilik.

Page 14: Laporan Kasus Gtsl

Daftar pustaka

Bolouri , A. 2008. “Removable Partial Denture Design for a Few Remaining Natural Teeth“. J. Prostho Dent. 39 ( 3 ): 346 – 348

Carr, A. B and Brown, D. T. 2011. Removable Partial Prosthodontics.12th ed. Elsevisier Mosby: St. Louis

Damayanti, L. 2009. Respon Jaringan Terhadap Gigi Tiruan pada Pasien Lanjut Usia. Bandung: Unpad.

Grant, A. A., Heath, J. R., and Cord, J. F. 2005. Complete Prosthodontics Problem, Diagnosis, and Management. New York: Wolfe, p: 15

Jahongiri, L., Moghadham, M., Choi, M., and Fergusm, M. 2011. Clinical Cases in Prosthodontics (Terj). Singapore: Blackwell Publishing, hal: 200

Jones, J. D. 2009. Removable Partial Denture. Singapore: Blackwell Publishing, p: 210.

Givney, M. C. and Castleberry D. J. 2005. Removable Partial Prosthodontics. 11th Ed. St Louis. Chicago: CV.Mosby, p:154

Rich, B. and Goldstein, G. R. 2002. “New Paradigms in Prosthodontic Treatment Planning”. a literature review . J. Prostho Dent. 88 : 208 – 214

Seals, R .R. and Jones, J. D. 2003. “Evidence Based Practice in Removable Prosthodontics”. Texas Dent. J., 12 ( 12 ):1138

Tamin, H. Z., Zulkarnain, M., dan Ariyani. 2012. Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Medan: Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, hal: 1-8