Upload
ikhwan-kurniawan
View
86
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Elemen mesin
Citation preview
1
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam segala bidang
khususnya bidang permesinan, dikarenakan tuntutan perkembangan teknologi dan
industri yang modern. Pada zaman modern seperti sekarang ilmu permesinan sangat
dibutuhkan khususnya di bidang industri manfaktur.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat ini, para mahasiswa jurusan
mesin dituntut untuk lebih mendalami mengenai ilmu permesinan yang disini bisa disebut
juga sebagai elemen mesin, yang dimana didalam elemen mesin membahas mengenai
komponen-komponen dalam permesinan. Misal, roda gigi, pasak, poros, belt, dan lain
sebagainya.
Pada lingkungan masyarakat khususnya dalam bidang pembangunan, banyak
yang masih menggunakan cara konvensional dalam pengadukan material bangunan. Cara
pengaduknya yaitu masih menggunakan tangan, hal itu menyebabkan banyaknya waktu
dan energi yang terbuang. Dengan berkembangnya teknologi, maka diciptakannya sand
molen yaitu sebuah mesin yang dapat bekerja mengaduk material bangunan secara
otomatis. Dengan menggunakan sand molen dimaksudkan agar mempermudah kinerja
para pekerja, tidak perlu mengeluarkan banyak energi, dan meningkatkan hasil produksi
rata-ratanya. Salah satu pengaplikasian sand molen khususnya dibidang pembangunan
yaitu membuat beton, dimana beton sendiri adalah campuran antara semen, aregat kasar
dan halus, air, dan zat aditif. Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga
bahan penyusun tersebut bisa tersebar merata didalam adukan dengan menggunkan mesin
yang dinamakan sand molen. Untuk transmisi sand molen pada umumnya menggunakan
spur gear.
1.2 Rumusan Masalah
Disini kelompok kami akan merencanakan sistem transmisi sand molen yang ada
pada bidang permesinan.
Perencanaan ini meliputi: Perencanaan poros, perencanaan pasak, perencanaan
bantalan, perncanaan roda gigi, dan perencanaan belt dan pulley.
Yang dimana kelompok kami mempunyai inputan data sebagai berikut:
Putaran motor: 1750 rpm
2
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Daya motor: 2 hp
Serta memiliki output sebagai berikut:
Putaran akhir: 14 rpm
1.3 Batasan Masalah
Sistem transmisi yang direncanakan adalah sistem transmisi yang dimana didalam
itu mencakup semua elemen mesin yang disebutkan di atas. Dan pada perencanaan ini
hanya dibatasi pada aspek geometri dan bahan dari setiap elemen mesin yang ada.
1.4 Tujuan Penulisan
Perencanaan sistem transmisi yang kelompok kami lakukan memiliki beberapa
tujuan, diantaranya adalah:
1. Agar pratikan mampu memberikan gambaran umum mengenai sistem transmisi.
2. Agar pratikan mampu membuat atau merencanakan perancangan mengenai berbagai
komponen yang ada di elemen mesin.
1.5 Manfaat Perancangan
Perencanaan sistem transmisi yang kelompok kami lakukan memiliki beberapa
manfaat, diantaranya adalah:
1. Agar pratikan mampu memberikan gambaran umum mengenai sistem transmisi mesin
pengaduk semen.
2. Agar pratikan mampu membuat atau merencanakan perancangan mengenai berbagai
komponen yang ada di mesin pengaduk semen.
3. Agar pratikan mengerti tentang gambaran umum mengenai sistem transmisi pada
elemen mesin.
3
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Gear (Roda Gigi)
Roda gigi merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dan putaran, mereduksi dan mempercepat putaran.
2.1.1 Klasifikasi Roda Gigi
a. Menurut letak poros
1. Roda Gigi dengan Poros Sejajar
Roda gigi dengan poros sejajar memiliki gigi-gigi yang sejajar pada dua
bidang silinder dan dua bidang silinder tersebut bersinggungan yaitu satu
menggelinding pada ujung lain dengan sumbu tetap sejajar.
Roda Gigi Lurus
Roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros. Pasangan
roda gigi lurus ini digunakan untuk menurunkan putaran dalam arah
berlawanan. Aplikasi roda gigi lurus antara lain pada gearbox.
Gambar 2.1 Roda Gigi Lurus
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1026)
Roda Gigi Miring
Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada
silinder jarak bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang
saling membuat kontak serentak adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus,
sehingga pemindahan momen atau putaran melalui gigi-gigi tersebut dapat
berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan
putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi miring memerlukan
bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur roda gigi
4
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
yang membentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan
poros.
Gambar 2.2 Roda Gigi Miring
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1074)
Roda Gigi Miring Ganda
Gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur yang
berbentuk V tersebut, akan saling meniadakan. Dengan roda gigi ini,
perbandingan reduksi, kecepatan keliling, dan daya yang diteruskan dapat
diperbesar, tetapi pembuatannya sukar.
Gambar 2.3 Roda Gigi Miring Ganda
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1092)
Roda Gigi Dalam dan Pinion
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran
kecil dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak di dalam
roda gigi.
5
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.4 Roda Gigi Dalam dan Pinion
Sumber: Anonymous 01 (2015)
Roda Gigi dan Batang Gigi
Merupakan dasar profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang
gigi dan pinion digunakan untuk mengubah gerakan rotasi menjadi translasi
atau sebaliknya.
Gambar 2.5 Pinion dan Batang Gigi
Sumber: Anonymous 02 (2015)
2. Roda gigi dengan poros berpotongan
Pada roda gigi ini, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang
puncaknya terletak di bidang sumbu poros. Jenis-jenis Roda gigi kerucut antara
lain:
Roda gigi kerucut lurus
Roda gigi ini adalah jenis roda gigi kerucut yang paling mudah dibuat
dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena
perbandingan kontaknya yang kecil dan konstruksinya juga tidak
memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung porosnya.
6
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.6 Roda Gigi Kerucut Lurus
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1105)
Roda Gigi Kerucut Spiral
Roda gigi kerucut spiral pemotongan gigi-giginya juga pada permukaan
harus gigi-gigi roda gigi spiral arahnya membentuk suatu kerucut karena
mempunyai perbandingan kontak yang besar dapat meneruskan tinggi dan
beban besar.
Gambar 2.7 Roda Gigi Kerucut Spiral
Sumber: Anonymous 03 (2015)
Roda Gigi Kerucut Permukaan
Roda gigi ini sama halnya dengan roda gigi lurus yakni berisik karena
perbandingan kontak yang kecil. Roda gigi ini tidak cocok dipakai pada
putaran dan daya yang tinggi.
Gambar 2.8 Roda Gigi Kerucut Permukaan
Sumber: Anonymous 04 (2015)
7
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3. Roda Gigi dengan Poros Silang
Roda gigi dengan poros silang dibagi menjadi 3 jenis, yakni sebagai berikut :
Roda Gigi Cacing Silindris
Mempunyai silinder berbentuk cacing berbentuk silinder dan lebih
umum dipakai. Roda gigi ini dipakai untuk meneruskan putaran dengan
perbandingan reduksi besar.
Gambar 2.9 Roda Gigi Cacing Silindris
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1124)
Roda Gigi Gobloid
Roda gigi gobloid digunakan untuk penerimaan gaya yang lebih
besar karena perbandingan kontak yang besar.
Gambar 2.10 Roda Gigi Gobloid
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1130)
Roda Gigi Kerucut Hypoid
Pada roda gigi ini keduanya mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada
bidang kerucut dan memindahkan gaya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding.
8
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.11 Roda Gigi Kerucut Hypoid
Sumber: Anonymous 05 (2015)
b. Menurut Arah Putarannya
Roda Gigi Dalam
Roda gigi dalam merupakan roda gigi yang gigi-giginya terletak di
bagian dalam dari roda gigi serta arah putarannya sama.
Roda Gigi Luar
Roda gigi luar merupakan roda gigi yang gigi yang gigi-giginya terletak
di bagian luar dari roda gigi serta arah putarannya berlawanan.
Rack dan Pinion
Rack dan Pinion merupakan pasangan antara batang gigi dan pinion roda
gigi. Jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus atau
sebaliknya.
c. Menurut Bentuk Jalur Gigi
Roda Gigi Lurus
Gambar 2.12 Roda Gigi Lurus
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1026)
Roda gigi ini digunakan untuk poros sejajar, dan konstruksinya paling
mudah diantara roda gigi lainnya. Ciri-ciri roda gigi jenis ini adalah:
Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
9
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
Kecepatan keliling < 200 m/s
Rasio kecepatan yang digunakan
Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan
Roda Gigi Miring
Gambar 2.13 Roda Gigi Miring
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1074)
Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak
bagi. Jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak lebih besar
dari pada roda gigi lurus, sehingga pemindahan momen atau putaran melalui
gigi-gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik
untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi
miring memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh,
karena jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang
sejajar dengan poros. Ciri-ciri roda gigi miring adalah :
Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.
Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
Kemampuan pembebanan lebih besar dari pada roda gigi lurus.
Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda gigi
yang kokoh.
10
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Roda Gigi Kerucut
Gambar 2.14 Roda Gigi Kerucut
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1084)
Dalam roda gigi kerucut bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut
yang puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus
dengan gigi lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai.
Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil.
Juga konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua
ujung poros-porosnya
Roda Gigi Cacing
Gambar 2.15 Roda Gigi Cacing
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1112)
Ciri-ciri roda gigi cacing adalah:
Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar Ξ±, biasanya sudut yang
dibentuk sebesar 90o
Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi
Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari
roda gigi cacing ke cacing (mengunci sendiri)
Kapasitas beban besar, karena kontak beberapa gigi
11
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian Roda Gigi
a. Keuntungan
1. Mentransmisikan rasio kecepatan yang tepat
2. Dapat digunakan untuk mengirimkan daya besar
3. Dapat digunakan untuk jarak pusat kecil shaft
4. Memiliki efisiensi yang tinggi
5. Memiliki layanan handal
6. Memiliki susunan compact
b. Kerugian
1. Sejak pembuatan, roda gigi memerlukan peralatan dan perlengkapan khusus,
oleh karena itu roda gigi lebih mahal dibandingkan drive lainnya.
2. Kesalahan dalam memotong gigi dapat menyebabkan getaran dan kebisingan
selama operasi.
3. Hal ini membutuhkan pelumas yang cocok agar roda gigi dapat bekerja dan
berfungsi dengan baik.
2.1.3 Istilah dalam Perencangan Roda Gigi
1. Lingkaran pitch (pitch circle)
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran gigi seperti tebal gigi, jarak antara gigi
dan lain-lain.
2. Pinion
Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.
3. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter)
Merupakan diameter dari lingkaran pitch.
4. Diametral Pitch
Jumlah gigi persatuan pitch diameter
5. Jarak bagi lingkar (circular pitch)
Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau
keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi, secara formula dapat ditulis :
t =
z
d 1b
12
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
6. Modul (module)
Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi
m =
7. Adendum (addendum)
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch
diukur dalam arah radial.
8. Dedendum (dedendum)
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah
radial.
9. Working Depth
Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang roda gigi yang berkontak
dikurangi dengan jarak poros.
10. Clearance Circle
Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari gigi yang
berpasangan.
11. Pitch point
Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang roda gigi yang berkontak
yang juga merupakan titik potong antara garis kerja dan garis pusat.
12. Operating pitch circle
Lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang roda gigi yang berkontak dan
jarak porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis benar.
13. Addendum circle
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.
14. Dedendum circle
Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi.
15. Width of space
Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
16. Sudut tekan (pressure angle)
Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sisi kepala
gigi.
17. Kedalaman total (total depth)
Jumlah dari adendum dan dedendum.
z
d 1b
13
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
18. Tebal gigi (tooth thickness)
Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
19. Lebar ruang (tooth space)
Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran pitch
20. Backlash
Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang.
21. Sisi kepala (face of tooth)
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch
22. Sisi kaki (flank of tooth)
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.
23. Puncak kepala (top land)
Permukaan di puncak gigi
24. Lebar gigi (face width)
Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.
Gambar 2.16 Bagian Roda Gigi
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1025)
2.2 Pulley dan Belt
2.2.1 Pulley
Pulley dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke
poros yang lain melalui sistem transmisi penggerak berupa flat belt, V-belt
atau circular belt. Perbandingan kecepatan (velocity ratio) pada pulley berbanding
terbalik dengan diameter pulley dan secara matematis ditunjukan dengan
persamaan : D1/D2 = N2/N1.
14
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Jenis-jenis pulley berdasarkan pembuatannya yaitu :
a. Puli baja cor (Cast Steel Pulley)
Puli baja cor adalah puli yang terbuat dari lembaran baja yang dipres
yang mempunyai kekuatan yang besar seta bersifat tahan lama. Puli ini
memiliki berat yang lebih ringan 40-60 % jika dibandingkan dengan berat dari
puli besi cor (cast iron) yang mempunyai kapasitas yang sama dan digerakan
dengan kecepatan yang sama.
Gambar 2.17 Cast Steel Pulley
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:717)
b. Puli dari kayu (Wooden Pulley)
Puli dari kayu mempunyai berat yang lebih ringan dan mempunyai
koefisien gesek yang tinggi daripada puli yang terbuat dari cast iron. Puli ini
beratnya 2/3 lebih ringan dari berat puli cast iron yang memiliki ukuran yang
sama.
Gambar 2.18 Wooden Pulley
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:718)
c. Puli besi cor (Cast Iron Pulley)
Puli secara umum terbuat dari cast iron, karena harganya yang lebih murah. Puli
yang digunakan pada motor dan kompresor ini adalah terbuat dari cast iron.
15
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.19 Cast Iron Pulley
Sumber : Anonymous 06 (2015)
Ada bermacam-macam pulley, diantaranya adalah :
1. Belt with idler pulley (penggerak dengan puli penekan) dinamakan juga jockey
pulley drive, digunakan dengan poros paralel dan ketika open belt drive tidak
dapat digunakan akibat sudut kontak yang kecil pada puli terkecil. Jenis ini
diberikan untuk mendapatkan rasio kecepatan yang tinggi dan ketika tarikan
sabuk yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
Gambar 2.20 Belt Drive with idler pulley
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:684)
2. Stepped or cone pulley drive (penggerak puli kerucut atau bertingkat) digunakan
untuk mengubah kecepatan poros yang digerakkan ketika poros utama (poros
penggerak) berputar dengan kecepatan yang konstan.
Gambar 2.21 Stepped or cone pulley drive
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:685)
16
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3. Fast and loose pulley drive (penggerak puli longgar atau bertingkat) digunakan
ketika poros mesin (poros yang digerakkan) dimiliki atau diakhiri kapan saja
diinginkan tanpa mengganggu poros penggerak. Puli yang dikunci ke poros
mesin dinamakan fast pulley dan berputar pada kecepatan yang sama seperti
poros mesin. Loose pulley berputar secara bebas pada poros mesin dan tidak
mampu mentransmisikan daya sedikitpun. Ketika poros mesin dihentikan, sabuk
ditekan ke loose pulley oleh perlengkapan batang luncur (sliding bar)
Gambar 2.22 Fast and loose pulley drive
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:685)
Rumus perhitungan puli:
Perbandingan kecepatan n2
(Robert L. Mott : 2004)
Dimana :
n1 = putaran puli penggerak (rpm)
n2 = putaran puli yang digerakkan (rpm)
d1 = diameter puli penggerak (m)
d2 = diameter puli yang digerakkan (m)
Sudut kontak
Sudut kontak pada puli yang berukuran lebih kecil
Open belt drive :
(Robert L. Mott : 2004)
Crossed belt drive :
2
1
1
2
n
n
d
d
21800
x
rr 21sin
21800
17
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Dimana :
= sudut kontak (0)
= sudut antara sudut vertical puli dengan sabuk (0)
r1 = jari-jari puli yang lebih besar (m)
r2 = jari-jari puli yang lebih kecil (m)
x = jarak antar poros (m)
Ukuran puli dapat dicari dengan kecepatan tangensial, dimana :
V = πππ
1000 (Robert L. Mott : 2004)
Dimana :
V = kecepatan tangensial puli (m/s)
D = diameter puli (mm)
n = putaran puli (rpm)
Besar jarak pusat antara puli 1 dan puli 2 yaitu :
D2 < C < 3 (D2 + D1) (Robert L. Mott : 2004)
Dimana :
D2 = diameter puli 2
D1 = diameter puli 1
C = jarak antar puli
Tegangan Sentrifugal
(Khurmi, Machine Design, hal 719)
Dimana :
Ο = densitas material (7200 kg/m3 untuk besi cor)
v = kecepatan pulley = Ο d N / 60, D adalah diamater pulley dan N adalah
kecepatan
2.2.2 Belt (Sabuk)
Sabuk digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke poros lain
dengan bantuan puli yang berotasi pada putaran sama maupun pada putaran yang berbeda.
Jumlah daya yang ditransmisikan bergantung pada beberapa faktor:
1. Kecepatan sabuk
2. Tegangan bawah dimana sabuk ditempatkan pada puli
3. Sudut kontak antara sabuk dan puli yang lebih kecil
x
rr 21sin
18
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
4. Kondisi dari sabuk yang digunakan.
Kelebihan yang dimiliki oleh transmisi sabuk dan puli antara lain:
1. Pemindahan tenaga berlangsung secara elastik, maka tidak dibutuhkan kopling
elastik.
2. Tidak berisik.
3. Dapat menerima dan meredam beban kejut.
4. Jarak poros tidak tertentu
5. Jarak poros yang lebih besar dapat dicapai.
6. Mudah dan murah dalam pembuatan.
7. Hanya memerlukan sedikit perawatan.
8. Mampu dimodifikasi dalam segi arah pentransmisian
Kekurangan yang dimiliki oleh transmisi sabuk dan puli antara lain:
1. Slip yang terjadi mengakibatkan rasio angka putaran tidak konstan.
2. Diukur dari besarnya tenaga yang ditransmisikan, sistem transmisi sabuk
memerlukan dimensi/ukuran yang lebih besar dari sistem transmisi roda gigi atau
rantai.
Tipe dari penggerak sabuk antara lain:
1. Light drives, digunakan untuk mentransmisikan daya yang kecil pada kecepatan
sabuk sampai 10 m/s seperti pada mesin pertanian dan peralatan mesin kecil
2. Medium drives, digunakan untuk mentransmisikan daya yang tidak terlalu besar atau
terlalu kecil pada kecepatan sabuk lebih dari 10 m/s tapi sampai 22 m/s seperti pada
peralatan mesin
3. Heavy drives, digunakan untuk mentransmisikan daya yang besar pada kecepatan
sabuk lebih dari 22 m/s seperti pada kompresor dan generator
Tipe belt antara lain:
1. Flat belt, dimana daya yang sedang ditransmisikan oleh sabuk ini, dengan jarak
antara titik tengah puli tidak lebih dari 8 meter.
19
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.23 Flat Belt
Sumber: Anonymous 07 (2015)
2. V-belt, dimana sejumlah besar daya ditransmisikan dari satu puli ke puli yang lain
ketika jarak antara titik pusat puli sangat dekat.
Gambar 2.24 V-belt
Sumber: Anonymous 08 (2015)
3. Circular belt or rope, dimana sejumlah besar daya ditransmisikan dengan jarak antar
titik pusat puli lebih dari 8 meter.
Gambar 2.25 Circular Belt
Sumber: Anonymous 09 (2015)
20
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
4. Timing Belt
Timing Belt (Belt-Driven) adalah penggerak camshaft yang menggunakan sabuk
karet fiber (Belt) layaknya yang kita temui pada V-Belt Motor Skutik. Belt tersebut
memiliki gerigi dibagian dalamnya, sehingga mampu memiliki grip yang maksimal.
Gambar 2.26 Timing Belt
Sumber: Anonymous 10 (2015)
Material yang digunakan pada sabuk:
a. Belt kulit
Material paling penting untuk sabuk adalah kulit. Belt kulit paling bagus dibuat
dari 1,2 sampai 1,5 yang dipotong dari kedua sisi tulang belakang kelas atas
Gambar 2.27 Sabuk Kulit
Sumber: Anonymous 11 (2015)
b. Cotton atau Fabrikasi Belt
Sebagian besar sabuk fabrikasi dibuat dari kanvas lipat atau cotton dua dengan
tiga atau lebih lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan.Cotton belt lebih murah
dan cocok di iklim hangat atmosfer lembab dan dalam posisi terbuka.
21
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.28 Sabuk Fabrikasi
Sumber: Anonymous 12 (2015)
c. Belt Karet
Belt karet dibuat dari lapisan-lapisan fabrikasi dicampur dengan komposisi
karet dan mempunyai lapisan tipis dari karet permukaan. Belt ini sangat fleksibel tapi
mudah rusak jika kontak dengan oli panas.
Gambar 2.29 Sabuk Karet
Sumber: Anonymous 13 (2015)
d. Belt Balata
Belt balata mirip dengan belt karet. Belt balata tahan asam dan tahan air dan
tidak dipengaruhi oleh minyak hewan atau alkali. Suhu balata belt tidak boleh lebih
dari 40ΒΊC Karena pada suhu tersebut balata mulai melunak dan menjadi lengket.
Kekuatan belt balata 25% lebih kuat dari belt karet.
Gambar 2.30 Sabuk Balata
Sumber: Anonymous 14 (2015)
Sistem penggerak pada sabuk adalah:
1. Open belt drive (penggerak belt terbuka) sabuk jenis ini digunakan dengan poros
sejajar dan putaran dalam satu arah yang sama. Dalam kasus ini, penggerak A
menarik belt dari satu sisi (yakni sisi RQ bawah) dan meneruskan ke sisi lain (karena
22
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
tarikan kecil). sabuk sisi bawah (karena tarikan lebih) dimana tight side sedangkan
sabuk sisi atas (karena tarikan kecil) dinamakan slack side.
Gambar 2.31 Open Belt Drive
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:683)
2. Crossed atau twist belt drive (penggerak belt silang) seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah, sabuk jenis ini digunakan dengan poros sejajar dari perputaran
dalam arah yang berlawanan. Dalam kasus ini, penggerak menarik sabuk dari sisi
satu (yakni sisi RQ) dan meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM) jadi tarikan pada
sabuk RQ akan lebih besar daripada sabuk LM. sabuk RQ (karena tarikan lebih)
dinamakan tight side sedangkan sabuk LM (karena tarikan kecil) dinamakan slack
side
Gambar 2.32 Crossed atau Twist Belt Drive
Sumber: R.S Khurmi Gupta (2005:683)
3. Quarter turn belt drive (penggerak belt belok sebagian) mekanisme transmisi dapat
dilihat dari gambar berikut. Untuk mencegah sabuk agar tidak keluar/lepas dari puli,
maka lebar permukaan puli harus lebih besar atau sama.
23
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.33 Quarter Turn Belt Drive
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:684)
4. Compound belt drive (penggerak belt gabungan) digunakan ketika daya
ditransmisikan dari poros yang satu dengan lainnya melalui sejumlah puli.
Gambar 2.34 Compound Belt Drive
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:685)
Rumus perhitungan pada belt:
1. Kecepatan linier sabuk
(Robert L. Mott : 2004)
Dimana :
V = kecepatan sabuk linier (m/s)
d = diameter puli (m)
n = putaran (rpm)
2. Panjang sabuk
(Robert L. Mott : 2004)
Dimana :
L = panjang sabuk (m)
d1= diameter puli penggerak(m)
1000
.. ndV
p
x
ddxddL
42)(
2
2121
24
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
d2= diameter puli yang digerakkan (m)
x = jarak antar poros (m)
3. Besar jarak pusat antara puli 1 dan puli 2 yaitu :
D2 < C < 3 (D2 + D1) (Robert L. Mott : 2004)
Dimana :
D2 = diameter puli 2
D1 = diameter puli 1
C = jarak antar puli
4. Kemuluran Belt
(Khurmi, Machine Design, hal 687)
Di mana :
Ο1 = persentase slip antara belt dan penggerak
Ο2 = persentase slip antara belt dan yang digerakkan
E = modulus Young
5. Rasio Tegangan Belt
Gambar 2.35 Menghitung Rasio Tegangan Belt
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:693)
Dari hasil perhitungan didapat :
(Khurmi, Machine Design, hal 694)
Di mana :
T1 = tegangan pada sisi kencang belt (N)
T2 = tegangan pada sisi kendor belt (N)
ΞΌ = koefisien gesek
ΞΈ = sudut kontak
25
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
6. Daya yang Ditransmisikan
(Khurmi, Machine Design, hal 699)
2.3 Sprocket dan Chain
Dalam bab sebelumnya bahwa penggerak belt dapat terjadi slip dengan pulley.
Untuk menghindari slip, maka rantai baja yang digunakan. Rantai dibuat dari sejumlah
mata rantai yang disambung bersama-sama dengan sambungan engsel sehingga
memberikan fleksibilitas untuk membelit lingkaran roda (sprocket).
Sprocket di sini mempunyai gigi dengan bentuk khusus dan terpasang pas ke
dalam sambungan rantai seperti ditunjukkan pada Gambar 2.47. Sprocket dan rantai
dipaksa untuk bergerak bersama-sama tanpa slip dan rasio kecepatan dijamin sempurna.
Gambar 2.36 Sprocket dan Rantai
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:706)
Rantai lebih banyak digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke
poros lain ketika jarak pusat antara poros adalah pendek seperti pada sepeda, sepeda
motor, mesin pertanian (traktor), konveyor, rolling mills, dan lain-lain. Rantai bisa juga
digunakan untuk jarak pusat yang panjang hingga 8 meter. Rantai digunakan untuk
kecepatan hingga 25 m/s dan untuk daya sampai 110 kW. Dalam beberapa kasus,
transmisi daya yang lebih tinggi juga memungkinkan menggunakan rantai.
Kelebihan dari transmisi jenis gear dan rantai adalah:
1. Tidak ada slip yang terjadi, sehingga rasio kecepatannya tepat
2. Tidak memerlukan ruang yang besar
3. Dapat digunakan pada jarak antar pusat poros dekat
4. Efisiensi transmisi tinggi (sampai 98 persen)
5. Beban yang diberikan pada poros sedikit
26
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
6. Dapat mentransmisikan gerkan untuk beberapa poros dengan satu rantai
Kekurangan yang dimiliki transmisi jenis rantai adalah:
1. Biaya produksi yang tinggi
2. Membutuhkan pemasangan yang teliti dan tepat serta membutuhkan perawatan
yang hati-hati
3. Memiliki fluktuasi kecepatan terutama ketika terlalu meregang
4. Tidak bisa diubah sudut porosnya
5. Tidak bisa digunakan pada kecepatan yang terlalu tinggi
Istilah yang digunakan untuk transmisi berpenggerak rantai:
1. Pitch of the chain : Merupakan jarak antara pusat engsel penghubung dan pusat
engsel yang sesuai dari penghubung terdekat.
Gambar 2.37 Pitch of The Chain
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:370)
2. Pitch circle diameter of the chain sprocket : Merupakan diameter lingkaran pada
pusat engsel dari chain lie ketika rantai mengikat sekeliling gir. Poin A, B, C, D
adalah pusat engsel dari rantai dan lingkaran yang tergambar melewati pusat ini
dinamakan lingkaran pitch dan diameternya dinamakan diameter lingkaran pitch
27
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.38 Pitch Circle Diameter of The Chain Sprocket
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:370)
Klasifikasi rantai:
Hoisting and hauling chains
Rantai ini digunakan untuk mengangkat dan mengangkut tujuan dan
beroperasi pada kecepatan maksimum 0,25 m / s. Rantai mengangkat dan
mengangkut (Hoisting and hauling chains) adalah dari dua jenis berikut chains
with oval links dan chains with square links. Chains with oval link merupakan
jenis rantai bentuk oval. Sendi setiap link yang dilas. Jenis seperti rantai ini hanya
digunakan pada kecepatan rendah seperti di kerekan rantai dan di jangkar untuk
bekerja laut. Sementara itu, chains with square links merupakan rantai berbentuk
persegi, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Jenis rantai seperti ini digunakan
dalam kerekan, crane, kapal keruk. Biaya pembuatan jenis rantai adalah kurang
dari rantai dengan link oval.
Gambar 2.39 Hoisting and Hauling Chains
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:373)
28
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Conveyor (or tractive) Chains
Rantai ini digunakan untuk mengangkat dan membawa benda tanpa henti
pada kecepatan hingga 2 m/s. Rantai conveyor terdiri dari dua jenis yaitu,
detachable or hook joint type chain dan closed joint type chain.
Gambar 2.40 Conveyor (or tractive) Chains
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:374)
Power Transmitting (or driving) Chains
Rantai ini digunakan untuk mentransmisi daya, ketika jarak antara pusat
poros pendek. Rantai ini memiliki ketentuan untuk pelumasan efisien. Power
Transmitting (or driving) Chains terdapat tiga jenis yaitu :
a. Block Chain/Bush Chain (Rantai Ring).
Seperti pada gambar di bawah ini, tipe ini menghasilkan suara berisik ketika
bergesekan dengan gigi sprocket. Tipe ini digunakan sedemikian luas seperti
rantai konveyor pada kecepatan rendah.
Gambar 2.41 Block Chain/Bush Chain
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:374)
b. Bush Roller Chain
Seperti pada Gambar di bawah ini, terdiri dari plat luar, plat dalam, pin, bush
(ring) dan rol. Pin, bush dan rol dibuat dari paduan baja. Suara berisik yang
ditimbulkan sangat kecil akibat impak antara rol dengan gigi sprocket. Rantai
ini hanya memerlukan pelumasan yang sedikit.
29
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.42 Bush Roller Chain
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:375)
Gambar 2.43 Bush Roller Chain Pada Sepeda Motor
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:765)
Gambar 2.44 Tipe Roll Chain
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:765)
c. Inverted Tooth or Silent Chain
Seperti pada Gambar di bawah ini, rantai ini dirancang untuk menghilangkan
pengaruh buruk akibat kelonggaran dan untuk menghasilkan suara yang
lembut (tak bersuara).
30
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.45 Inverted Tooth or Silent Chain
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:765)
2.3.1 Keuntungan dan Kerugian Transmisi Rantai dibanding Transmisi Sabuk
a. Keuntungan:
1. Tidak slip selama rantai bergerak, di sini rasio kecepatan yang sempurna dapat
dicapai.
2. Karena rantai dibuat dari logam, maka rantai menempati ruang yang kecil
dalam lebar dari pada belt.
3. Dapat digunakan untuk jarak pusat yang pendek dan panjang.
4. Memberikan efisiensi transmisi yang tinggi (sampai 98%).
5. Memberikan beban yang kecil pada poros.
6. Mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan gerak ke beberapa poros
hanya dengan satu rantai.
7. Mentransmisikan daya yang lebih besar dibanding belt.
8. Rasio kecepatan yang tinggi dari 8 sampai 10 dalam satu tahap.
9. Dapat dioperasikan pada kondisi atmosfir dan temperatur yang lebih besar.
b. Kerugian :
1. Biaya produksi rantai relatif lebih tinggi (harga lebih mahal).
2. Rantai membutuhkan pemasangan yang akurat dan perawatan yang hati-hati,
pelumasan yang istimewa dan memperhatikan kelonggaran.
3. Rantai mempunyai fluktuasi kecepatan terutama ketika terlalu longgar.
2.4 Shaft (Poros)
Poros adalah suatu bagian stasioner yang biasanya berpenampang bulat dimana
terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan
elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban
tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya
Material yang digunakan untuk pembuatan poros diharuskan:
1. Memiliki kekuatan yang tinggi
31
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
2. Bagus dalam mampu mesin
3. Memiliki faktor sensitifitas notch yang rendah
4. Sifat perlakuan panas yang baik
5. Sifat tahan pakai dalam waktu yang lama
2.4.1 Klasifikasi Poros
a. Berdasarkan Pembebanannya
1. Transmission shaft merupakan poros yang mentransmisikan daya antara
sumber dan mesin penyerap daya. Shaft akan mengalami beban puntir
berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat
ditransmisikan melalui gear, belt-pulley, rantai-sprocket, dll.
Gambar 2.46 Poros Transmisi
Sumber: Anonymous 15 (2015)
2. Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban
lentur.
Gambar 2.47 Poros Gandar
Sumber: Anonymous 16 (2015)
3. Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek, misalnya pada
poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.
32
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load).
Poros spindle dapat digunakan secara efektif apabila deformasi yang terjadi
pada poros tersebut kecil.
Gambar 2.48 Poros Spindle
Sumber: Anonymous 17 (2015)
b. Berdasarkan Bentuknya
1. Poros engkol (crank shaft) merupakan komponen mesin yang bertugas
mengubah gerak lurus torak menjadi gerak putar. Poros engkol dibuat
sedemikian rupa sehingga gerakan torak tidak bersamaan posisi di dalam
silinder. Bagian poros engkol yang berhubungan dengan batang torak
disebut crank pin, sedangkan yang duduk pada blok silinder disebut crank
journal.
Gambar 2.49 Poros Engkol
Sumber: Anonymous 18 (2015)
2. Poros lurus merupakan bagian dari mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dari pemutar utama ke bagian yang lain.
33
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.50 Poros Lurus
Sumber: Anonymous 19 (2015)
2.4.2 Perencanaan Poros
1. Kekuatan Poros
Poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur. Dan ada juga poros yang mendapatkan beban tarik atau
tekan sehingga poros yang direncanakan harus kuat atau menahan beban-beban
tersebut.
2. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
atau getaran dan suara.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini disebut putaran kritis.
Poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritis.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk proses propeller dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
5. Bahan Poros
Bahan yang digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut :
Memiliki kekuatan tinggi
Memiliki machinability yang baik
Memiliki faktor sensitifitas rendah
Memiliki sifat perlakuan panas yang baik
Memiliki sifat tahan aus yang tinggi.
34
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
2.4.2 Perhitungan
1. Diameter Poros
Diameter poros didapat dari persamaan
Poros pejal
d = β16 π
πππ
3
dimana :
T : momen punter
ππ : tegangan geser
Poros berongga
d = β16 π
πππ (1βπ4)
3
dengan k = di / do
2. Gaya Tangensial
Gaya tangensial adalah gaya yang diperoleh dalam arah keliling atau
tangensial. Gaya yang bekerja pada poros adalah :
Regangan geser maksimum pada poros dapat diperoleh dari :
Οmax = 4V/3A
dimana :
V = gaya geser vertical
A = luas penampang
Dimana faktor konsentrasi pada regangan diasumsikan :
Οmax = Kt (4V/3A)
dengan menggunakan teori distorsi energi, kekuatan daya tahan pada regangan adalah
sβsn = 0,577 sβn
sβsn = N . Οmax
disubstitusikan sehingga didapat
N = 0,577 sβn / Οmax
Sehingga regangan geser pada desain dapat dituliskan
Οd = 0,577 sβn / N
substitusi :
Kt (4V) / 3A = 0,577 sβn / N
Kt= faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar 1,5β 3,0
A = Kt.V.N / 0,433 sin
35
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Untuk luas penampang silinder bisa diperoleh dengan rumus
A = Ο.d2 / 4
Sehingga disubstitusikan dari persamaan diatas diperoleh
D = (2,94.Kt.V.N/sβn)1/2
Sumber:http://www.academia.edu/4077719/Tabel_4.4_Menghitung_Momen_Puntir_Re
ncana_P_daya_perencanaan_W_N_Putaran_rpm
3. Gaya Radial
Gaya radial adalah gaya yang arahnya tegak lurus dengan sumbu poros. Akibat
dari gaya radial ini poros dapat mengalami lenturan yang disebabkan momen
lenturnya.
Gambar 2.51 Gaya Radial
Sumber: Anonymous 20 (2015)
Secara matematis gaya radial dapat dihitung sebagai berikut :
FN = F1 β F2
Dimana :
FB = C . FN
C = (F1 + F2) / (F1 β F2)
F1 = tight side tension
F2 = slack side tension
C = konstanta
FB = bending force
FN = net driving force
4. Beban Puntir
Daya dan perputaran, momen puntir yang akan dipindahkan oleh poros dapat
ditentukan dengan mengetahui garis tengah pada poros.
36
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.52 Poros Transmisi dengan Beban Puntir
Sumber: Anonymous 21 (2015)
Apabila gaya keliling F pada gambar sepanjang lingkaran dengan jari-jari βrβ
menempuh jarak melalui sudut titik tengah a (dalam radial), maka jarak ini adalah βrβ
dan kerja yang dilakukan adalah F.
5. Beban Lentur Murni
Poros dengan beban lentur murni biasanya terjadi pada gandar dari kereta
tambang dan lengan robot yang tidak dibebani dengan puntiran, melainkan
diasumsikan mendapat pembebanan lentur saja. Meskipun pada kenyataannya gandar
ini tidak hanya mendapat beban statis, tetapi juga mendapat beban dinamis.
Gambar 2.53 Beban Lentur Murni Pada Lengan Robot
Sumber: Anonymous 22 (2015)
37
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
6. Beban Puntir dan Lentur
Poros dengan beban puntir dan lentur dapat terjadi pada puli atau roda gigi pada
mesin untuk meneruskan daya melalui sabuk atau rantai. Dengan demikian poros
tersebut mendapat beban puntir dan lentur akibat adanya beban. Beban yang bekerja
pada poros pada umumnya adalah beban berulang. Jika poros tersebut mempunyai
roda gigi untuk untuk meneruskan daya besar, maka kejutan berat akan terjadi pada
saat mulai atau sedang berputar. Selain itu beban puntir dan lentur juga terjadi pada
lengan arbor mesin frais, terutama pada saat pemakanan.
Gambar 2.54 Beban Puntir dan Lentur Pada Arbor Saat Pemakanan
Sumber: Anonymous 23 (2015)
2.5 Bearing (Bantalan)
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros
agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Gambar 2.55 Bearing
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:963)
38
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
2.5.1 Klasifikasi Bantalan
Pada umumya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
1. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas.
Gambar 2.56 Bantalan Luncur
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:965)
2. Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
Gambar 2.57 Bantalan Gelinding
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:996)
b. Berdasarkan Arah Beban Terhadap Poros
1. Bantalan Radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu.
39
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.58 Bantalan Radial
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:997)
2. Bantalan Aksial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
Gambar 2.59 Bantalan Aksial
Sumber : Anonymous 24 (2015)
3. Bantalan Gelinding Khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak
lurus sumbu poros.
Gambar 2.60 Bantalan Gelinding Khusus
Sumber: Khurmi dan Gupta (2005:1004)
2.5.2 Macam-macam Bantalan
1. Single-row, deep-groove ball bearing
Jarak dari bola dipertahankan oleh retainers atau "cage." Dirancang
terutama untuk membawa beban radial, alur memungkinkan beban dorong dapat
40
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
ditahan. Beban dorong akan diterapkan ke satu sisi alur dalam dengan bahu pada
poros. Beban akan melintasi sisi dari alur, melalui bola, ke sisi yang berlawanan
tersebut yang outer race, dan kemudian ke housing.
Gambar 2.61 Single-Row, Deep-Groove Ball Bearing
Sumber: L.Mott (2004:599)
2. Double-Row, Deep-Groove Ball Bearing
Meningkatkan kapasitas beban radial dari jenis deep-groove bearing
dibandingkan dengan desain single-row. Dengan demikian, beban yang lebih besar
dapat dilakukan di ruang yang sama, atau beban yang diberikan dapat dilakukan di
ruang yang lebih kecil.
Gambar 2.62 Double-Row, Deep-Groove Ball Bearing
Sumber: L.Mott (2004:601)
3. Angular Contact Ball Bearing
Satu sisi dari alur di Angular contact ball bearing lebih tinggi untuk
memungkinkan akomodasi beban dorong yang lebih besar dibandingkan dengan
single-row, deep-groove ball bearing. Sudut yang biasa dibentuk adalah 15 Β° sampai
40 Β°
41
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.63 Angular Contact Ball Bearing
Sumber: L.Mott (2004:601)
4. Cylindrical Roller Bearing
Mengganti bola bola dengan rol silinder, dengan perubahan yang sesuai dalam
desain alur, memberikan kapasitas beban radial yang lebih besar. Pola kontak antara
roller dan alur yang secara teoritis berupa garis, kemudian menjadi bentuk persegi
panjang yang mengubah beban dibawah. Sehingga tingkat stres kontak lebih rendah
daripada bantalan bola berukuran setara, yang memungkinkan bantalan kecil untuk
membawa beban yang diberikan atau ukuran yang diberikan bantalan untuk
membawa beban yang lebih tinggi.
Gambar 2.64 Cylindrical Roller Bearing
Sumber: L.Mott (2004:602)
5. Needle Bearings
Needle bearings sebenarnya adalah roller bearing, namun memiliki diameter
roller yang lebih kecil. Tapi, dengan ukuran yang lebih kecil, bantalan ini mampu
membawa beban yang lebih besar daripada tipe roller bearing yang lain.
42
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.65 Needle Bearings
Sumber: L.Mott (2004:603)
6. Spherical Roller Bearing
Spherical roller bearing adalah salah satu bentuk self-aligning bearing, disebut
demikian karena ada rotasi relatif dari alur luar relatif terhadap penggulung dan alur
dalam ketika penyimpangan sudut terjadi. Hal ini memberikan nilai yang sangat baik
untuk kemampuan penyimpangan sementara tetap mempertahankan tingkat yang
sama pada kapasitas beban radial.
Gambar 2.66 Spherical Roller Bearing
Sumber: L.Mott (2004:603)
7. Tapered Roll Bearing
Tapered roll bearing didesain untuk beban dorong yang besar dengan beban
radial yang besar, menghasilkan tingkat yang sangat baik untuk keduanya.
43
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.67 Tapered Roll Bearing
Sumber: L.Mott (2004:603)
8. Thrust Bearing
Sebagian besar bantalan dorong dapat menerima sedikit atau tidak bisa
menerima beban radial. Kemudian desain dan pemilihan bantalan tersebut tergantung
pada besarnya beban dorong dan desain.
Gambar 2.68 Thrust Bearing
Sumber: L.Mott (2004:604)
9. Mounted Bearing
Dalam banyak jenis mesin berat dan mesin-mesin khusus yang diproduksi
dalam jumlah kecil, dipilih mounted bearing daripada unmount bearing. Bantalan
yang terpasang menyediakan cara untuk melampirkan unit bantalan langsung ke
frame mesin dengan baut daripada memasukkan ke suatu lekukan mesin di βrumahβ
seperti yang diperlukan dalam unmount bearing.
44
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.69 Mounted Bearing
Sumber: L.Mott (2004:605)
Pada bantalan terdapat penomoran yang digunakan untuk mengetahui klasifikasi
dari bantalan tersebut. Contoh nomor kode bearing : β 6203ZZ β. Kode bearing di atas
terdiri dari beberapa komponen yang dapat dibagi-bagi antara lain:
6 = Kode pertama melambangkan Tipe /jenis bearing
2 = Kode kedua melambangkan seri bearing
03 =Kode ketiga dan keempat melambangkan diameter bore (lubang dalam bearing)
zz = Kode yang terakhir melambangkan jenis bahan penutup bearing
a. Kode pertama (jenis bantalan)
45
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Tabel 2.1 Kode Bearing Metrik
Sumber: M.F. Spotts (1991:427)
Tabel 2.2 Non- Metric Bearing
Sumber: M.F. Spotts (1991:427)
46
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Dalam kode bearing (bantalan) = 6203ZZ seperti contoh di atas, kode pertama
adalah angka 6 yang menyatakan bahwa tipe bearing tersebut adalah Single-Row
Deep Groove Ball Bearing ( bantalan peluru beralur satu larik).
Untuk kode R8-2RS, maka kode pertama (R) yang menandakan bahwa
bantalan tersebut merupakan bantalan berkode satuan inchi.
b. Kode kedua (seri bantalan)
Kode kedua menyatakan seri bearing untuk menyatakan ketahanan dari
bantalan tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahan paling ringan sampai
paling berat
8 = Extra thin section
9 = Very thin section
0 = Extra light
1 = Extra light thrust
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
Jika kode pertama adalah huruf, maka bantalan tersebut adalah bearing inchi
seperti contoh (R8-2RS ) maka kode kedua ( angka 8 ) menyatakan besar diameter
dalam bantalan di bagi 1/16 inchi atau = 8/16 inchi.
c. Kode ketiga dan keempat (diameter dalam bantalan)
Untuk kode 0 sampai dengan 3, maka diameter bore bearing adalah sebagai
berikut:
00 = diameter dalam 10mm
01= diameter dalam 12mm
02= diameter dalam 15mm
03= diameter dalam 17mm
Selain kode nomor 0 sampai 3, misalnya 4, 5 dan seterusnya maka diameter
bore bearing dikalikan dengan angka 5 misal 04 maka diameter bore bearing = 20
mm
d. Kode terakhir (jenis bahan penutup bantalan)
Pengkodean ini menyatakan tipe jenis penutup bantalan ataupun bahan
bantalan. seperti berikut :
1. Z Single shielded ( bearing ditutuipi plat tunggal)
2. ZZ Double shielded ( bearing ditutupi plat ganda )
47
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3. RS Single sealed ( bearing ditutupi seal karet)
4. 2RS Double sealed ( bearing ditutupi seal karet ganda )
5. V Single non-contact seal
6. VV Double non-contact seal
7. DDU Double contact seals
8. NR Snap ring and groove
9. M Brass cage
2.5.3 Rumus Perhitungan
Tekanan operasi minimum dari bantalan adalah :
π = ππ
4.75 Γ 106 (
π
π)
2
(1
π+1) π/ππ2 (Khurmi , Machine Design, hal 977)
Dimana :
p= tekanan minimal (N/mm2)
Z = viskositas pelumasan (kg/m.s)
N = putaran bearing (rpm)
d = diameter journal (mm)
c = selisih dari diameter journal dan diameter bearing (mm)
Umur rancangan dapat dihitung dengan :
(R. L. Mott, Machine Elements, hal 611)
Beban dinamik pada bearing dapat dihitung dengan :
(R. L. Mott, Machine Elements, hal 611)
Hubungan beban dan umur
(R. L. Mott, Machine Elements, hal 606)
P = Beban (lb)
L = Umur rancangan (h)(rpm)(60min/h) = (putaran)
k = 3.00 untuk ball bearing
k = 3.33 untuk roller bearing
48
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Penyesuaian tingkat umur untuk keandalan
(R. L. Mott, Machine Elements, hal 616)
Dimana :
L10 = Umur dalam juta putaran untuk keandalan 90 %
LaR = Umur disesuaikan untuk keandalan
CR = Faktor peyesuaian untuk keandalan
2.6 Key (Pasak)
Pasak adalah bagian dari elemen mesin yang digunakan menahan elemen mesin
lainnya agar terjaga putaran relatif antara poros dengan elemen mesin lainnya.
Karena distribusi tegangan secara aktual untuk menyambung pasak ini tidak dapat
diketahui secara lengkap maka dalam perhitungan tegangan disarankan menggunakan
faktor keamanan sebagai beruikut :
1. Untuk beban torsi yang konstan (torque steady) N = 1.5
2. Untuk beban yang mengalami beban kejut rendah N = 2,5
3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak-balik N = 4,5
Macam-macam pasak yang digunakan dalam mesin antara lain:
a. Pasak Benam
Merupakan pasak memanjang yang paling banyak digunakan . Pasak ini
dipasang pada konstruksi roda yang dapat digesekkan pada poros alur pasak ini dibuat
sejajar dengan kelonggaran 0,2-0,4 mm.
Gambar 2.70 Pasak Benam
Sumber: Dobrovosky (1995:172)
b. Pasak Belah
Pasak belah mudah dibuat, tetapi membuat poros lebih lemah. Dengan pasak ini
torsi yang diteruskan kecil
49
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.71 Pasak Belah
Sumber: Dobrovosky (1995:170)
c. Pasak Tirus
Pasak Tirus Dibuat dengan kemiringan 1 : 100 dengan satu ujungnya sebagai
kepala untuk memasang dan melepas pasak. Pemasangan pasak ini dengan dipress
sehingga torsi diteruskan melalui gesekan selain pasak ini tidak teliti dan pusat. Dapat
bergeser sehingga sedikit eksentris terhadap poros.
Gambar 2.72 Pasak Tirus
Sumber: Dobrovosky (1995:172)
d. Pasak Tangensial
Memberikan sambungan kuat sekali karena poros dalam arah keliling
(tangensial) tegang. Torsi dan kejutan besar dapat ditahan oleh pasak ini. Pelemahan
akibat alur pasak lebih kecil tapi luas satu sama lain membuat sudut 120 o ukuran tinggi
pasak dan tebal.
Gambar 2.73 Pasak Tangensial
Sumber: Dobrovosky (1995:170)
50
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
e. Pasak Bulat
Dipergunakan untuk torsi yang kecil . pembuatan lubang dibuat setelah dan
poros terpasang.
Gambar 2.74 Pasak Bulat
Sumber: Dobrovosky (1995:169)
Rumus perhitungan untuk merancang pasak adalah sebagai berikut:
Panjang Pasak sesuai dengan kebutuhan dan dimensinya
W = Lebar Pasak
H = Tinggi Pasak
L = Panjang Pasak
Ss = Tegangan Geser
Gaya (F)
πΉ = π
2π· dimana π = πΉ
π·
2
Tegangan Geser
ππ = πΉ
π΄ dimana A= Lw
Tegangan Komposisi
π = ππ .π.πΏ.π·
2
2.7 Kopling (Coupling)
Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan
dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar
kebenda lainnya.
51
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.75 Kopling
Sumber: L.Mott (2004:513)
Pada bidang otomotif ,kopling digunakan untuk memindahkan tenaga
motor keunit transmisi.dengan menggunakan kopling, pemindahan gigi-gigi
trasmisi dapat dilakukan, kopling juga memungkinkan motor juga dapat berputar
walaupun transmisi tidak dalam posisi netral.
2.7.1 Penggunaan Kopling
Secara garis besar penggunaan kopling antara lain sebagai berikut :
a. Untuk menjamin mekanisme dan karakteristik getaran yang terjadi akibat
bagian β bagian mesin berputar.
b. Untuk menjamin hubungan antara poros yang digerakkan yang dibuat secara
terpisah.
c. Untuk mengurangi beban lanjut atau hentakan pada saat melakukan transmisi
dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.
Dalam penggunaan kopling sering kita jumpai beberapa gangguan β
gangguan atau masalah, antara lain :
a. Biasanya pada kopling sering terjadi keausan antara kedua permukaan kontak
dan akan mengakibatkan kehilangan tenaga.
b. Beban yang terlalu besar atau pegas tidak dapat lagi menjadi gigi β gigi yang
tetap tertekan, maka kopling akan menggelincir dan bersamaan dengan
terdengarnya suara menyentak.
52
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
c. Akibat dari penggunaan kopling pada permesinan, poros yang digerakkan
selalu mendapat tekanan yang melewati batas ketentuan dari kemampuan
sebuah kopling dan berakibat kopling akan cacat, patah atau sebagainya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut, maka dalam perencanaan
kontruksi kopling kita harus memperhatikan hal β hal sebagai berikut :
a. Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil
b. Kopling harus dapat dipasang dan dilepas dengan mudah
c. Dapat mencegah pembebanan lebih
d. Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan mempunyai garis
tengah yang sekecil mungkin.
e. Bagian yang menonjol harus dicegah dan ditutupi sedemikian rupa sehingga
tak berbahaya.
f. Garis sumbu yang hendak harus sejajar dan disambung dengan tepat terutama
apabila kopling tidak fleksibel atau tidak elastis.
g. Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada garis sumbu poros,
dan kopling harus mengalami keseimbangan dinamis kalau tidak kopling akan
berayun (apabila titik berat terletak pada garis sumbu maka kopling telah
diseimbangkan secara statik)
h. Pada ukuran β ukuran aksial dan radial harus ditentukan batas β batasnya.
2.7.2 Klasifikasi Kopling
Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :
2.7.2.1 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
dan pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja
antara poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja,
dan sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
53
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
1. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan
dengan sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi
umum di pabrik β pabrik.
kopling ini terdiri dari beberapa macam antara lain :
a. Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut β baut
yang dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak
yang dibenamkan pada ujung β ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya
berada pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat
sederhana dan harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk
mentrasmisikan daya β daya kecil.
Gambar 2.76 Kopling Bus
Sumber: Sularso (2000:30)
b. Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat
dari besi cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi
pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Kopling ini tidak mengizinkan
sedikitpun ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi
tumbukan getaran transmisi. Pada saat pemasangan sumbu kedua poros
harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut β baut
flens dikeraskan.
54
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.77 Kopling Flens Kaku
Sumber: Sularso (2000:30)
c. Kopling Flens Tempa
Pada kopling flens tempa masing β masing ujung poros terdapat
flens yang dilas atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut β baut.
Pada kopling ini momen dipindahkan melalui pergeseran baut atau
pergesaran antara kedua flens.
Gambar 2.78 Kopling Flens Tempa
Sumber: Sularso (2000:30)
d. Kopling Bumbungan Tekan Minyak
Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan
yang bagian dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga
berbentuk tirus yang sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau
gemuk dipres dengan tekanan tinggi melalui tabung berulir ditengah β
tengah bus ( bumbungan ) sehingga batang tertekan. Sambungan jepit yang
ditimbulkan dapat memindahkan momen β momen putaran yang besar
karena gesekan.
55
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.4 Kopling bumbungan tekan minyak
tempat memasukkan minyak
Cincin - o
Silinder luar
Silinder dalam
Gambar 2.79 Kopling Bumbungan Tekan Minyak
Sumber: Sularso (2000:30)
2. Kopling Luwes (Fleksibel)
Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang
baik antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga
kedua ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak
satu sama lain.
Dalam hal ini kita dapat mengenal tiga bentuk kefleksibelan yaitu
dalam arah aksial, radial, dan poros satu sama lain mengepit kedua sudut.
Kopling ini terdiri dari : kopling roda gigi, kopling universal.
a. Kopling Roda Gigi
Kopling roda gigi kedua poros dilengkapi dengan naf bergigi,
dimana sisi gigi dan puncak gigi sedikit banyak berbentuk bulatan. Gigi ini
merangkap didalam sistem gigi dalam sebuah longsongan yang cocok dan
menyambung kedua naf, lubang ulir dalam naf berfungsi untuk melepas
baut.
Kopling seperti pada gambar memperbolehkan kefleksibelan sedikit
arah aksial dan radial, disamping itu poros dapat membuat sudut kecil satu
dengan yang lain dan mampu memindahkan momen yang sangat besar.
56
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.80 Kopling Roda Gigi
Sumber: Sularso (2000:30)
b. Kopling Universal
Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak
terletak dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling
memotong
Gambar 2.81 Kopling Universal
Sumber: Sularso (2000:30)
3. Kopling Elastis
Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja
yang menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak
disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
a. Mengatasi timbulnya kejutan-kejutan pada saat pemindahan momen
putaran.
b. Peredam getaran torsi
c. Koreksi terhadap penyimpangan kecil pada letak poros.
d. Meredam getaran β getaran yang timbul dalam mesin beban.
e. Isolasi listrik untuk poros yang disambung.
57
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Dari kontruksinya kebanyakan kopling β kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros β poros itu
dalam keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan
putaran sudut kecil antara sambungan ujung β ujung poros. Kerugian yang
timbul adalah berupa panas, sehingga sifat β sifatnya berubah atau
elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet,
kopling cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.
a. Kopling Piring Karet
Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yang
berbentuk bintang dari karet. Kedua perubahan kopling adalah identik dan
dilengkapi dengan cakar yang sesuai dalam rumpangan dalam ban
Gambar 2.82 Kopling Piring Karet
Sumber: Sularso (2000:30)
b. Kopling Ban Karet
Kopling ini sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri dari karet
dengan lapisan yang ditenun dan ditekan oleh dua buah cincin penekan pada
flens kedua paruhan kopling. Kopling ini dapat bekerja dengan baik
meskipun sumbu kedua poros yang dihubungkan tidak lurus dan dapat
meredam tumbukan dan gesekan yang terjadi pada transmisi. Di samping
itu pemasangan dan penukaran ban karet dapat dilakukan tampa banyak
kesulitan, jika daya elastisnya telah berkurang dan hubungan listrik antara
kedua poros dapat dicegah.
58
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.83 Kopling Karet Ban
Sumber: Sularso (2000:30)
c. Kopling Selongsong Pena
Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identik dilengkapi dengan
pena penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Dalam lubang ini
dipasang pena dengan selongsong untuk paruhan kopling yang lain.
Keuntungan kopling ini yaitu aman tembusan aliran, artinya bahwa tidak
memungkinkan aliran berjalan dari bagian kopling yang satu ke bagian
kopling yang lain.
Kopling ini juga memiliki keburukan yaitu tidak cocok dalam
lingkungan yang sangat panas. Prinsip kerja kopling ini yaitu mengambil
daya elastis pada perubahan bentuk elemen β elemen yang elastis dan
peredam terjadi oleh gesekan pada waktu terjadi perubahan bentuk.
Gambar 2.84 Kopling Selongsong Pena (Karet Bintang)
Sumber: Sularso (2000:30)
2.7.2.2 Kopling Fluida
Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya
melalui fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat
59
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
hubungan mekanis. Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi
dan daya yang besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak
dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuannya sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.
Gambar 2.85 Kopling Fluida
Sumber: Sularso (2000:44)
2.7.2.3 Kopling Tak Tetap
Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang dapat memutuskan dan
menghubungkan dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan putaran
yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan kedua hubungan
poros tersebut pada keadaan diam maupun berputar.
Sifat β sifat kopling ini adalah :
Poros output relatif bergerak terhadap poros input
Pemutusan hubungan dapat terjadi pada saat kedua poros berputar maupun
tidak berputar.
Klasifikasi kopling ini adalah sebagai berikut : kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut, kopling friwil.
1. Kopling Cakar
Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif
atau tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu
harus dapat disorongkan secara aksial.
60
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.86 Kopling Cakar Spiral
Sumber: Sularso (2000:58)
2. Kopling Pelat
Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih
yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros
tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.
Kontruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam
keadaan berputar kopling plat ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan
kopling plat banyak.yatu berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai,
kopling ini juga dibedakan atas kopling kering dan kopling basah, serta atas
dasar kerjanya yaitu : manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnetik.
Gambar 2.87 Kopling Pelat
Sumber: Sularso (2000:62)
3. Kopling Kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi
sederhana dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil
dapat memindahkan momen yang besar.
61
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Gambar 2.88 Kopling Kerucut
Sumber: Sularso (2000:73)
4. Kopling Friwel
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila
poros penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros
yang digerakkan.
Gambar 2.89 Kopling Friwel
Sumber: Sularso (2000:76)
2.7.3 Komponen Utama Kopling
a. Roda Penerus
Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi
sebagai dudukan hampir seluruh komponen kopling.
b. Pelat Kopling
Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitaas
tinggi. Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefesien
gesek tinggi. Bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan
menggunakan keling (rivet)
c. Pelat Tekan
Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat dan
diameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah satu sisinya (sisi
62
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
yang berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi ini akan menekan plat
kopling dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai bentuk yang disesuaikan
dengan kebutuhan penempatan komponen kopling lainnya.
d. Unit Plat Penekan
Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, pelat penekan dilengkapi
dengan sejumlah pegas spiral atau pegas diaphragma. tutup dan tuas penekan.
Pegas digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan, pelat kopling
dan roda penerus. jumlah pegas (kekuatan tekan) disesuikan dengan besar daya
yang harus dipindahkan
e. Mekanisme Penggerak
Komponen penting lainnya pada kopling ialah mekanisme pemutusan
hubungan (tuas tekan). mekanisme ini di lengkapi dengan bantalan bola, bantalan
bola diikat pada bantalan luncur yang akan bergerak maju/mundur pada
sambungan. Bantalan bola yang dilengkapi dengan permukaan tekan akan
mendorong tuas tekan
f. Rumah Kopling
Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau aluminium. rumah kopling
menutupi seluruh unit kopling dan mekanisme penggerak. rumah kopling
umumnya mempunyai daerah terbuka yang berfungsi sebagai saluran sirkulasi
udara.
63
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Metode Perancangan
Dalam mendesain sebuah komponen mesin, tidak ada aturan yang jelas.
Permasalahan dapat dicoba dengan beberapa cara. Tetapi prosedur umum yang dapat
digunakan untuk memecahkan permasalahan dapat mengikuti beberapa menurut
βGeneral Procedure in Machine Designβ yaitu :
1. Recognition of need (kebutuhan)
Pertama-tama, membuat pernyataan lengkap dari masalah, menunjukkan kebutuhan,
tujuan atau tujuan yang mesin harus dirancang
2. Mekanisme (mechanism)
Pilih mekanisme yang mungkin atau kelompok mekanisme yang akan memberikan
gerakanyang diinginkan.
3. Analisa gaya (Analysis of force)
Cari gaya yang bekerja pada setiap anggota mesin dan energi ditransmisikan oleh
masing-masing anggota.
4. Pemilihan bahan (Material selection)
Pilih bahan yang paling cocok untuk masing-masing anggota dari mesin.
5. Desain komponen (Design of elements)
Cari ukuran masing-masing anggota dari mesin dengan mempertimbangkan gaya
yang bekerja pada anggota dan tekanan yang diperbolehkan untuk material yang
digunakan. Perlu diingat bahwa setiap anggota tidak boleh membelokkan atau
merusak daripada batasyang diperbolehkan.
6. Modifikasi (modification)
Mengubah ukuran anggota yang setuju dengan pengalaman masa lalu dan penilaian
untuk memfasilitasi pembuatan. Modifikasi juga mungkin diperlukan dengan
pertimbangan manufaktur untuk mengurangi biaya keseluruhan.
7. Gambar mesin (Detailed drawing)
Menggambar gambar rinci dari setiap komponen dan perakitan mesin dengan
spesifikasi lengkap untuk proses manufaktur yang disarankan.
8. Produksi (Production).
Komponen, sesuaigambar, diproduksi di bengkel.
64
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3.2 Spesifikasi Transmisi
Gambar 3.1 : Bentuk susunan transmisi sand mollen
Sumber : Dokumentasi pribadi
Tabel 3.1 Elemen Transmisi sand mollen
No
Elemen
Transmisi Jumlah
1 Pasak 4
2 Gear 1
3 poros 2
4 Bevel gear 1
5 Bearing 4
6 Pulley 2
7 Belt 1
8 Pinion 1
9 Motor 1
Mesin sand mollen yang di desain memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1. Beban maksimum yang direncanakan pada proses penggilingan sebesar diabaikan.
2. Besar putaran poros akhir sebesar 14 rpm.
3. Besar putaran motor yang digunakan sand mollen sebesar 1750 rpm dengan daya 2
hp.
4. Jarak antara poros motor dengan poros transmisi tidak boleh lebih dari 15 inci.
Jenis transmisi yang digunakan pada desain mesin sand mollen yaitu transmisi roda
gigi dan sabuk. Transmisi roda gigi dipilih karena dapat memindahkan atau
Pasak
Gear
Pulley 2
Belt
Motor
Bevel gear
Pulley 1
Bearing
Pinion
Poros II
65
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
mentransmisikan daya yang lebih besar dan lebih tepat, keberadaan gigi dan gesekan.
yang kecil/minim dapat mencegah slip, sedangkan transmisi sabuk ini dipilih karena
beban yang tidak besar pada sand mollen dan tidak memerlukan kopling pada sistem
transmisinya.
3.3 Langkah β langkah Perancangan
1. Observasi gaya sand mollen, gaya tangensial untuk sand mollen dan putaran efektif
poros sand mollen.
2. Menentukan diameter sand mollen.
3. Menghitung torsi untuk sand mollen.
4. Menghitung daya untuk sand mollen.
5. Mencari motor yang sesuai dengan daya untuk sand mollen.
6. Mendapatkan daya yang ditransmisikan.
7. Menetukan jenis transmisi yang digunakan.
8. Menentukan elemen β elemen pada transmisi.
9. Menghitung elemen β elemen pada transmisi berdasarkan tenaga motor.
10. Mendapatkan dimensi dan bahan dari elemen β elemen pada transmisi.
66
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3.4 Tahapan Perancangan
Diagram alir perancangan transmisi Sand Mollen
Selesai
Mulai
Diketahui : 1750 rpm input
,875 rpm output, dan 3 Hp
Perancangan belt dan pulley
Perancangan spur gear
Perancangan poros
Perancangan key
Perancangan bevel gear
Data spesifikasi dan desain
transmisi
Perancangan bearing
67
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan transmisi Belt dan Pulley
Mulai
Diketahui n1= 1750 rpm,
n2= 921 rpm ,p=3 Hp
Menghitung disain power
Memilih jenis belt
Menghitung speed nominal ratio
Menghitung driving size
Memilih D1 dan D2
Menentukan rated power
Menentukan trial centre distance
Menghitung panjang belt
Memilih panjang belt
Menghitung sudut kontak belt
A
68
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Menentukan faktor koreksi
Menghitung corrected power dan jumlah belt
Selesai
Data spesifikasi dan desain
belt dan pulley
A
69
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan Spur gear
Mulai
Diketahui p=3Hp, n1= 921
rpm ,n2= 200 rpm
Menentukan trial value diameter pitch
Menentukan jumlah gigi pada pinion kecil
Menghitung nominal velocity ratio
Menghitung perkiraan jumlah gigi
Menghitung rasio kecepatan aktual
Menghitung kecepatan output aktual
Menghitung diameter pitch, jarak antar pusat
Menghitung lebar gear dan pinion
Menentukan material gear
Menentukan quality number
B
70
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Spesifikasi bentuk gigi
Menentukan load distributor factor
Menentukan size factor
Menentukan ketebalan gear
Menentukan faktor layanan SF
Menentukan faktor reaksi kekerasan CH
Menentukan faktor keandalan KR
Menghitung tegangan lengkung perkiraan
Mengatur tegangan lengkung
Menghitung tegangan kontak perkiraan
C
B
71
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
C
Data spesifikasi dan
desain spur gear
Menghitung tegangan kontak untuk pinion dan
roda gigi besar
Menentukan bahan-bahan untuk roda gigi dan
pinion
Selesai
72
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan Poros I
Diketahui
D pulley = 0,267 m
N pulley = 921 rpm
p = 3 Hp
D gear = 0,03 m
Menghitung Torsi
Menghitung gaya pada pulley
Menghitung gaya pada pinion spurs gear
Menghitung dan membuat diagram geser dan
momen
Menghitung Diameter poros
Mulai
Data spesifikasi dan desain
poros
Selesai
73
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan Poros II
Diketahui
D pulley = 0,297 m
N pulley = 200 rpm
P = 3 Hp
D gear = 0,076 m
Menghitung torsi
Menghitung gaya pada gear
Menghitung gaya pada pulley
Menghitung dan membuat diagram geser dan
momen
Menghitung diameter poros
Mulai
Data spesifikasi dan desain
poros
Selesai
74
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan Pasak I
Diketahui :
D poros = 0,5842 inch
T gear =205,337 lb.in
Menghitung standart key dimension
Menentukan bahan pasak
Menghitung panjang pasak minimum
Menentukan tebal gigi
Data spesifikasi dan desain
pasak
Selesai
Mulai
75
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan Pasak II
Diketahui :
D poros = 1 inch
T gear = 106,86 lb.in
Menghitung standart key dimension
Menentukan bahan pasak
Menghitung panjang pasak minimum
Menentukan tebal gigi
Data spesifikasi dan desain
pasak
Selesai
Mulai
76
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan transmisi Bevel gear
Mulai
Diketahui :
n awal = 200 rpm
n akhir = 40 rpm
Pd = 8
Np = 24
Menghitung diameter pitch
Menghitung pitch cone angels
Menghitung face width
Menghitung cone distance
Menghitung mean circular pitch
Menghitung mean worming depth
Menghitung clearance
Menghitung mean whole depth
D
Menghitung outer cone distance
77
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Menghitung mean adendum factor
Menghitung gear mean adendum
Menghitung pinion mean adendum
Menghitung gear mean dedendum
Menghitung pinion mean adendum
Menghitung gear dedendum angle
Menghitung pinion dedendum angle
Menghitung gear outer adendum
Menghitung pinion outer adendum
Menghitung gearoutside diameter
E
D
78
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Menghitung pinion outside diameter
Data spesifikasi dan desain
bevel gear
Selesai
E
79
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diagram alir perancangan Bearing
Menentukan bearing number yang tertera pada
tabel
Menentukan d,D,B,Co, dan c pada baris nomor
yang dipakai
Mulai
Data spesifikasi dan desain
bearing
Selesai
80
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan dan Desain Sand Molen
4.1.1Perhitungan Puli dan Belt
1. Data yang sudah diketahui
Daya motor listrik (Pmotor) : 3hp
Putaran motor listrik (n1) : 1750 rpm
Putaran puli output yang diharapkan (n2) : 875 rpm
2. Menghitung design power
Berdasarkan tabel 4.1 (Terlampir) didapat nilai Sf yaitu sebesar 1.2.
Pdesain = service factor x daya motor (hp)
Pdesain= 1,2 x 3
Pdesain= 3,6 hp
3. Memilih tipe sabuk
Berdasarkan gambar 4.1 (Terlampir) dengan daya 3hp dan putaran motor 1750
rpm maka tipe sabuk = 3V belt
4. Menghitung nominal speed ratio
Rasio = 1750 / 750 = 2,00
5. Menghitung driving sheave size menggunakan rumus
inD
D
n
vD
ftnDv
b
b
46,5
175014,3
250012
12
min12
1
1
1
1
11
Kecepatan belt biasanya berkisar antara 2500-6500 ft/min. Pada rancangan ini
dipilih kecepatan belt (vb = 2500 ft/min).
6. Memilih ukuran puli dan menghitung ukuran output sheave yang diinginkan.
Berdasarkan gambar 4.2 (Terlampir)
D1 (Perkiraan) = 5,46 in (Approximate driving sheave size)
D1 (Standart) = 5,55 (Standart driving sheave size)
D1 (Perkiraan) = 11.1 in (Approximate driven size)
D2 (Standart) = 10,55 (Standart driven size)
81
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Putaran aktual = 921 rpm
7. Menentukan nilai rated power
Berdasarkan gambar 4.3 (Terlampir) digunakan untuk mencari besarnya rated
power, untuk D1 = 5,55 in dan n1 = 1750 rpm maka rated power = 6,5 hp.
8. Memperkirakan jarak antar pusat puli
D2 < C < 3 (D2 + D1)
10,55< C < 3 (10,55 + 5,55)
10,55< C < 48,3
Jadi jarak antar pusat puli yang bisa diterima yaitu antara 11,55, inchi sampai
dengan 49,3 inchi. Pada perhitungan awal ini diasumsikan C = 15 in.
9. Menghitung panjang sabuk yang dibutuhkan
55,7= L
60
5,55) -(10,55 + 25,27) +1,57(10,55 + 30 = L
4C
)D - (D + )D + 1,57(D + 2C = L
2
2
1212
10. Memilih panjang sabuk standar dan menghitung jarak pusat puli actual
Memilih panjang sabuk
Dengan menggunakan tabel 4.2 (terlampir) maka dipilih panjang sabuk standar yang
mendekati dengan panjang sabuk yang dibutuhkan, yaitu 85 inchi
Menghitung jarak antar pusat pulley aktual
B = 4L-6,28 (D2-D1)
= 4 (85) β 6,28 (10,55-5,55)
= 191,4
C = 191,4+β(191,4)2β32(10,55β5,55)2
16
C = 23,79 In
11. Menghitung sudut kontak sabuk pada pulley kecil
Ο΄ = 180o β 2 π ππβ1(π·2βπ·1)
2πΆ
= 180o β 2 π ππβ1(24,95β5,46)
2(23,79)
= 168o
12. Menentukan factor koreksi
Menurut gambar 4.4 (Terlampir), untuk Ο΄ = 168o maka CΞΈ= 0,97 dan berdasarkan
gambar 4.5 (Terlampir) untuk L = 55,7 in, maka nilai. CL=0,95
82
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
13. Menghitung corrected power setiap sabuk dan jumlah sabuk yang dibutuhkan :
Corrected Power = CΞΈ .CL . P = 0,97 . 0,95 . 6,5 = 59,89 hp
Jumlah sabuk = 3,6/59,9 = 0,6 = 1 sabuk
4.1.2 Perhitungan dan Desain Spur Gear
1. Data yang diketahui :
nP = 921 rpm
nG = 200 rpm
P = 3 Hp
K0 = 1,75
Pdes = K0 . P
= 1,75 . 3 Hp
Pdes = 5,25 Hp Sehingga didapat Pd =10 berdasarkan Gambar 4.6
(Terlampir)
2. Menetapkan Jumlah gigi pinion
NP = 24
3. Menghitung Rasio Kecepatan Nominal
VR =nP
nG
=921
200
VR = 4,6
4. Menentukan jumlah gigi pinion
NG = Np (VR)
= 24 (2,91)
NG = 110
5. Menghitung Rasio Kecepatan Sebenarnya
VR =NG
NP
=110
24
VR = 4.58
6. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = np (Np/NG)
= 875(24/70)
nG = 201 rpm
83
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
7. Menghitung Diameter β diameter Jarak bagi, Jarak antar pusat, Kecepatan garis jarak
bagi dan Beban yang ditransmisikan.
Diameter Pitch:
Untuk Pinion:
DP = NP
Pd
= 24/10
Dp = 2,4 in
Untuk Roda Gigi:
DG = NG
Pd
= 110/10
= 11 in
Maka, nilai center distance (jarak antar pusat) :
C = (Np+NG)
2ππ
= (24+110)/2(10)
C = 6,7
Didapat juga pitch line speed :
Vt = Ο Dp ππ
12
= 3,14 . 2 . 921/12
Vt = 482 ft/mm
Didapat juga transmitted load
Wt = 33000(P)
Vt
= 33000(3)
482
= 205,3 lb
8. Menghitung lebar muka pinion dan lebar gigi
Lower Limit = 8/Pd
= 8/10
= 0,8 in
Up Limit = 16/Pd
= 16/10
= 1,6 in
84
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Nominal Value = 12/Pd
= 12/10= 1,2 in
9. Menentukan koefisien elastis (Cp)
Pada perancangan kali iniberdasarkan tabel 4.4 (Terlampir), untuk dua buah roda
gigi baja, dibuat Cp = 2300 (bahan steel)
10. Menentukan Qv dan Kv
Digunakan Qv = 5 berdasarkan Tabel 4.5 (Terlampir)
Untuk menentukan Kv berdasarkan hitungan berikut :
B = (12β Qv)0,667
4
= (12β5)0,667
4
= 0,915
A = 50 + 56 (1-B)
= 50 + 56 (1-0,915)
= 54,76
Kv = [A+βππ‘
A]π΅
= [54,76+β549,5
54,76]0,915
Kv = 1,36
11. Menentukan faktor geometri bending untuk pinion dan gear
Pada perancangan kali ini, untuk roda gigi sudut kontak 20o berdasarkan gambar
4.7 dan 4.8, maka didapat:
JP = 0,365
JG = 0,423
I = 0,116
12. Menentukan Faktor distribusi beban (Km)
Diketahui :
Dp = 2,4
Face Width = 1,2
F/Dp =1,2/2,4
= 0,5
C,,, = 0.125
85
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Cββ, = 0.15
Km = 1.0 + C,,, + Cββ, + 0,042 +0,264
= 1,217
Menentukan size faktor (Ks),berdasarkan tabel 4.6 (Terlampir)
Pada rancangan ini digunakan ks = 1,00 karena modul < 5
13. Menentukan faktor ketebalan rim (KB)
Diketahui :
Addendum = 1/Pd
= 1/10
= 0,1
Dedendum = 1,25/Pd
= 1,25/10
= 0,125
tR = Γ Pinion β Addenum β Dedendum
= 1,67 β 0,1 β 0,125
tR = 1,445
hf = Addenum + Dedendum
= 0,1 + 0,125
hf = 0,225
Sehingga nilai mB bisa di hitung dengan rumus sebagai berikut :
mB = π‘π
βπ
= 1,445/0,225
mB = 6,4
didapat nilai mB > 1,2 sehingga nilai KB = 1 berdasarkan gambar 4.9 (Terlampir) di
cari menggunakan rumus sebagai berikut:
14. Menetapkan factor layanan SF, Lazimnya 1,00 β 1,50
Pada persoalan ini digunakan SF = 1,00 dan Ks = 1,00
15. Menetapkan sebuah faktor rasio kekerasan (CH)
Pada persoalan ini digunakan CH = 1,00
16. Menentukan realibility factor (KR)
Pada perancangan kali ini, digunakan KR = 1,00 berdasarkan tabel 4.7
(Terlampir)
86
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
17. Menentukan masa pakai
Hitung jumlah siklus pinion dan gear. Kemudian tentukan faktor siklus bending
dan pitting untuk pinion dan gear. Diasumsikan umur design 3 Tahun design dan
masa pakai adalah 12 jam/7 hari sehingga (12 . 365 = 4380 . 3 = 13140 hari) maka
jumlah siklus pada pinion dan gear adalah :
NcP = (60) . L . np . q
= (60) . 13140 . 921 . 1
NcP = 7,26 x 108 cycles
NCG = (60) . L . np . q
= (60) . 13140 . 201 . 1
NCG = 1,58 X 108 cycles
18. Menentukan faktor YNp dan YNg dan ZNp dan ZNg
Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11 (Terlampir), maka didapat:
YNp = 0,96
YNg = 0,99
ZNp = 0,90
ZNg = 0,93
19. Menghitung tegangan bending dalam pinion dan roda gigi
StP = Wt .Pd
F . JP . K0 . Ks . Km . KB . Kv
= 205,3 10
1,2.0,365 1,75 . 1,0 . 1,217 . 1,00 . 1,36
StP = 13576 Psi
StG = StP JP
JG
= 13576 0,365
0,423
StG = 11714 Psi
20. Menghitung Tegangan Lengkung untuk Pinion dan Roda Gigi
Untuk Pinion :
Stap = Stp KR (SF)
πππ
Stap = 13576 (1,0) (1,0)
0,96
Stap = 14141 Psi
87
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Untuk Roda Gigi :
StaG = StG KR (SF)
πππ
StaG = 11714 (1,0) (1,0)
0,99
StaG = 11832 Psi
21. Menghitung tegangan kontak perkiraan dalam pinion dan roda gigi besar
sc = Cp β Wt . KO . Ks . KM . KV
F . Dp .I
= 2300 β205,3. 1,75 . 1,0 . 1,217 .1,36
1,2 . 2,4 . 0,116
sc = 97035 Psi = 668,5 MPa
22. Menghitung tegangan kontak suaian untuk Pinion dan Roda Gigi Besar
Untuk Pinion :
SacP = ScP πΎπ SF
πππ
= 97035 1 . 1
0,90
SacP = 107816 Psi
= 742,8 MPa
Untuk Roda Gigi :
SacG = ScG πΎπ SF
ZππΊ . CH
= 97035 1 . 1
0,93 .1
SacG = 104338 Psi
= 718,8 MPa
23. Menetapkan bahan yang digunakan
Berdasarkan Tabel 4.8 (Terlampir) dan dengan mempertimbangkan tegangan
kontak bahan yang dapat digunakan untuk roda gigi ini adalah Baja Pengerasan
dengan Karburasi dan juga kulit : nilai kekerasan 58-64 HRC dengan grade 3.
88
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
4.1.3 Perhitungan Poros 1
Data yang diketahui :
Diameter Pulley = 10,55 in = 0,267 m
N pulley = 921 rpm
P = 3 HP = 2237 watt
Diameter Gear Pinion = 0,03 m
1. Menghitung Torsi
Torsi = 60 π
2π π =
60 π 2237
2 π π 921 = 23,2 Nm
2. Menghitung Gaya pada Gear Pinion
Fc = π
π·ππππ =
23,2
0,03 = 773,3 N
3. Menghitung Gaya pada Pulley
(F1 β F2) . RPulley = TPulley
(5F2 β F2) x 0,133= 23,2
(4F2) = 174,43
F2 = 43,6 N
Untuk transmisi sabuk v rasio ini biasanya diambil sebagai :
F1/F2 = 5
F1 = 5 F2
= 5 x 43,6
= 218 N
FB = F1 + F2
= 218 + 43,6 = 261,6 N
89
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
4. Menentukan Diagram Gaya, Geser dan Momen
Diagram Benda Bebas (skala 1 : 25)
Ξ£MA = 0
= FB x 50 + FC x 250 - RD x 300
= 261,6 x 50 + 773,3 x 250 β 300 RD
= 206300 β 300 RD
RD = 688 N
Ξ£ F = 0
= FB + FC β RA β RD
= 261,6 + 773,3 - RA β 688
RA = 346,9 N
Pada 0 < x < 50 mm
VAB = 346,9 N
Pada 50 mm < x < 250 mm
VBC = RA - FB
= 346,9 β 261,6
= 85,3 N
Pada 250 mm < x < 300 mm
VCD = RA β FB β FC
= 346,9 β 261,6 β 773,3= -688 N
Menghitung momen pada poros :
Pada x = 0 (Momen pada titik A)
MA = 0
90
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Pada x = 50 mm (Momen pada titik B)
Ξ£MB = 0
= RA . x = 346,9 . 50 = 17345 Nm
Pada x = 250 mm (Momen pada titik C)
Ξ£MC = 0
= - RA . x β FB (x-50) = - 346,9. 250 - 261,6 (200)
= 34405 Nm momen maksimum
Pada x = 300 mm (Momen pada titik D)
Ξ£MD = 0
= RA . x β FB (x-50) - FC (x-250)
= 346,9. 300 β 261,6 (250) β 773,3 (50)
= 0 Nm
Diagram Geser dan Momen
5. Menghitung Diameter Poros
Mmax = 34405 Nm
TPulley = 23,2 Nm
Material yang digunakan = AISI 1137 hot-rolled,
Su = 607 MPa
Sy = 331 MPa
Sn = 180 MPa
91
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Diasumsikan :
Reability
CS = 0,8
Bp = 0,81
N = 2
Kt = 2
D = β[32 . N
πβ(
πΎπ‘ x ππππ₯
πβ²π) 2 +
3
4 (
πππ’ππππ¦
ππ¦) 2]
3
= β[32 . 2
πβ(
2 x 34405
116,64) 2 +
3
4 (
23,2
331) 2]
3
= β[20,37 β348023 + 0,003]3
= β[20,37 . 558,362]3
= β12016,973 = 22,9 mm β 23 mm (diameter minimum poros)
Daktual = 2,126 inch (menyesuaikan terhadap bearing)
4.1.4 Perhitungan Bevel
Diketahui:
nP = 200 rpm
nG = 40 rpm
sudut tekan = 20Β°
Dari grafik desain power transmisi diketahui: gambar 4.11 (terlampir)
m = 3
Pd = 8
Np = 24
Rasio pebandingan bevel gear :
mG = nP / nG = 200/ 40 = 5
NG = mG . NP = 5 . 24 = 120
Diameter pitch Pinion :
π =ππ
ππ=
24
8= 3 inch
Gear :
π· =ππΊ
ππ=
120
8= 15 inch
92
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
1. Sudut Kontak pitch :
Pinion :
Ξ³ = π‘ππβ1(ππ / ππΊ) = π‘ππβ1 (24
120) = 11,30β
Gear :
Ξ = π‘ππβ1(ππΊ/ ππ ) = π‘ππβ1 (120
24) = 78,69β
Outer cone distance :
π΄π =0,5 π·
sin Ξ=
0,5 .15
78,69= 7,65 inch
2. Face width :
F = 1,25 inch
Lebar muka nominal
Fnom = 0,30 . Ao
= 0,30 . 6,11
= 2,295 inch
Lebar muka maksimal
Fmax = Ao / 3
= 6,11 / 3
= 2,55 inch atau
Fmax = 10/Pd = 10/8 = 1,25 inch
3. Jarak rata-rata sisi kerucut
Am = AmG =Ao β 0,5 F
= 7,65 β (0,5. 1) = 7,025 inch
Rasio Am / Ao = 7,65/ 7,025= 0,91 (Rasio ini terjadi pada perhitungan selanjutnya)
4. Jarak bagi lingkaran rata-rata :
Pm = (Ο / Pd) .(Am / Ao)
= (3,14 /8) . (0,91)
= 0,357 inch
5. Kedalaman kerja rata-rata :
h = (2 / Pd) .(Am / Ao)
= (2 /8) . (0,91)
= 0,227 inch
93
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
6. Kelonggaran kepala (clearance) :
C = 0,125 . h
= 0,125 . 0,227
= 0,028 inch
7. Kedalaman total rata-rata :
hm = h + C
= 0,227 + 0,028
= 0,255 inch
8. Faktor Addendum rata-rata :
C1 = 0,210 + 0,290 / (mG)2
= 0,210 + 0,290 / (5)2
= 0,221 inchi
9. Addendum rata-rata roda gigi :
aG = C1 . h
= 0,221 . 0,227
= 0,05 inch
10. Addendum rata-rata pinion :
aP = h - aG
= 0,227 - 0,05
= 0,177 inch
11. Dedendum rata-rata roda gigi :
bG = hm - aG
= 0,255 - 0,05
= 0,205 inch
12. Dedendum rata-rata pinion :
bp = hm β aP
= 0,255 - 0,177
= 0,078 inch
13. Sudut dedendum roda gigi :
πΏπΊ = π‘ππβ1(ππΊ / π΄ππΊ) = π‘ππβ1 (0,205
7,025) = 1,67β
14. Sudut dedendum pinion :
πΏπ = π‘ππβ1(ππ / π΄ππΊ) = π‘ππβ1 (0,078
7,025) = 0,636β
94
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
15. Addendum terluar roda gigi :
aoG = aG + 0,5 F tan πΏπ
= 0,05 + 0,5 . 1,25. tan 0,636β
= 0,057 inch
16. Addendum terluar pinion :
aoP = aP + 0,5 F tan πΏπΊ
= 0,177 + 0,5 . 1,25. tan 1,67β
= 0,195 inch
17. Diameter lingkaran kepala roda gigi :
Do = D + 2 . aoG cos Ξ
= 15 + 2. 0,057 cos 78,69β
= 15,02 inch
18. Diameter lingkaran kepala pinion :
do = d + 2 . aoP cos Ξ³
= 3 + 2. 0,195 cos 11,30β
= 3,382 inch
4.1.5 Perhitungan Pasak 1
Diameter poros = 2,126 inch = 2 1/8, berdasarkan table 4.9 (Terlampir) didapat
W = 1/2 dan H= 1/2, Torsi gear = 205,337 lb.in
1. Mendesain tinggi chordal
Y = π·ββπ·2βπ2
2
= 2,126ββ(2,1262β(0,5)2
2
= 0,03 inchi
2. Mendesain depth of shaft key set
S = π·βπ»+βπ·2βπ2
2
= 2,126β0,5+β(2,126)2β(0,5)2
2
= 0,28 inchi
95
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3. Mendesain depth of hub key set
S = π·+π»+βπ·2βπ2
2+ π
= 2,126+0,5+β(2,126)2β(0,5)2
2+ 0,005
= 2,351 inchi
4. Mendesain panjang pasak (L)
AISI 1020 CD Steel
Su = 420 Mpa = 60.103ππ π
Sy = 330 Mpa = 50.103ππ π
Panjang minimal pasak
Td = 0,5.50.103
2
= 12500 Psi
L = 2.π
ππ.π·.π
= 2.205,3
12500.2,126.0,5
= 0,03 inch (panjang minimum pasak)
Laktual = 0,5 inch
4.1.6 Perhitungan Bearing I
1. Menghitung Torsi Pulley
T = 6300x P / n
= 6300 x 3 / 921
= 205,2 lb.n
2. Menghitung Gaya Transmisi Efektif
FN = π Γ· π·/2
=205 Γ· 23/2
=17,8 lb.ft
96
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3. Menghitung Gaya Pelengkungan pada transmisi Sabuk V
FB = Ko x (FN)
=1,75 x 17,8
= 31,15 lb.ft
4. Menghitung Umur Rancangan
LD = (h) (rpm) (60 min / jam)
= 30000 x 921 x 60
= 1,657 x 109 Putaran
5. Menghitung Tingkat Beban Dinamis dasar
C = 688 π₯ (5,52 π₯108
106 )1
3
= 8142 lb
6. Pemilihan Bantalan Bola Alur dalam Baris Tunggal
Berdasarkan Tabel 4.12 (Terlampir) maka di dapat
Nomer Bantalan = 6309 inchi
d Bantalan = 1,7717 inchi
D Bantalan = 3,3970 inchi
B bantalan = 0,9843 inchi
Dynamic load rating = 9150 lb
4.1.7 Perhitungan Poros 2
Data yangdiketahui :
D gear = 11 in = 0,279 m
n = 200 rpm
p = 3 HP = 2237 Watt
D bevel = 3 inch = 60,96 mm = 0,076 m
Ξ³ = π‘ππβ1(ππ / ππΊ) = π‘ππβ1 (24
120) = 11,30β
1. Menghitung Torsi
Torsi = 63000 π
ππ =
63000 π 3
200 = 945 lb.in = 106 Nm
97
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
2. Menghitung Gaya pada Gear
Torsi = πΉπ‘3.π·ππππ
2
Wt = π.2
π·ππππ =
106
0,279 = 380 N
Wr= Wt tan 20o
=3387 tan 20o
=138 N
3. Menghitung Gaya pada Pinion bevel
Torsi = 63000 π
ππ =
63000 π 3
200 = 945 lb.in
Rm = d/2-(F/2) sin y
= 3/2 β 1,25/2 sin 11,30β
= 1,388 in
Wt = Tp /Rm
= 945 / 1,388
= 680,8 lb = 77 N
Wr = Wt tan 20 cos y
= 680,8 tan 20 cos 11,30
= 242 lb = 27,34 N
Wx = Wt tan 20 sin y
= 680,8 tan 20 sin 11,30
=48,55 lb = 5,48 N
4. Menentukan Diagram momen dan Gaya
Ξ£MA = 0
Ft3 x 100 + RC x 250 β Ft4 x 400 = 0
380 x 100 β RC x 250 + 77 x 400 = 0
98
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
38000 β RC x 250 + 30800 = 0
RC X 250 = 38000 + 30800
RC = 68800
250
RC = 275 N
Ξ£ F = 0
RA-Ft3+RC-Ft4 = 0
RA-380+198
RC= 578 N
Pada saat 0 <X< 100 mm (Tegangan geser pada titik A sampai titik B )
VAB = 380 N
Pada saat 100 mm <X< 250 mm (Tegangan geser pada titik B sampai titik C )
VBC = RC- Ft3
= 578 - 380
= 436 N
Pada saat 250 mm <X< 400 mm (Tegangan geser pada titik C sampai titik D )
VCD = RC-Ft3+RD
= V2+RD
= 192 + 275
= 466 N
Diagram Geser pada Poros 2 :
Perhitungan besar momen pada poros :
Pada saat x = 0 (Momen pada titik A)
Ξ£MA= RC.X
= 578. X = 0
Pada saat x = 100 mm (Momen pada titik B)
99
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Ξ£MB= RC.X
= 578. 100 = 57800 Nm
Pada saat x = 250 mm (Momen pada titik C)
Ξ£MC= RC.250-Ft3.150
= 578. 250-380.150
= 87500 Nm
Pada saat x = 400 mm (Momen pada titik D)
Ξ£MD= Ft4.x
= 77.0 = 0
πππ‘ = momen maksimal pada pembebanan tangensial
= 87500 Nm
Diagram Momen pada poros 2 :
Ξ£MA = 0
Fr3 x 100 + RD x 250 β Fr4 x 400 = 0
138 x 100 β RD x 250 + 27 x 400 = 0
13800 - RD x 250 + 10800= 0
RD X 250 = 13800 + 10800
RD = 24600
250
RD = 98,4 N
Ξ£ F = 0
RC- Fr3+RD- Fr4 = 0
RC-138+71
RC=209 N
100
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Perhitungan tegangan geser pada poros :
Pada saat 0 <X< 100 mm (Tegangan geser pada titik A sampai titik B )
VAB = 138 N
Pada saat 100 mm <X< 250 mm (Tegangan geser pada titik B sampai titik C )
VBC = RC- Fr3
= 209 - 138
= 71 N
Pada saat 250 mm <X< 400 mm (Tegangan geser pada titik C sampai titik D )
VCD = RC- Fr3+RD
= V2+RD
= 71 + 98
= 169 N
Perhitungan besar momen pada poros:
Pada saat x = 0 (Momen pada titik A)
Ξ£MA= RC.X
= 209. X = 0
Pada saat x = 100 mm (Momen pada titik B)
Ξ£MB= 209.X
= 209. 100 = 20900 Nm
Pada saat x = 250 mm (Momen pada titik C)
Ξ£MC= RC.250- Fr3.150
= 209. 250-138.150
= 31550 Nm
Pada saat x = 400 mm (Momen pada titik D)
Ξ£MD = Fr4.x
= 27.0 = 0
πππ = momen maksimal pada pembebanan radial
= 31550 Nm
Diagram momen dan geser
5. Mmax = βπππ‘2 + πππ2
= β875002 + 315502
= 93014 N
101
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Tgear = 106,86 Nm
Material yang digunakan AISI 1137 hot rolled, maka di dapat
Su = 607 Mpa
Sy = 331 Mpa
Sn =108 Mpa
Diasumsikan :
Reability
Cs = 0,8
Bp = 0,81
N = 2
Kt = 2
D = (32 π
π±β(
πΎπ‘.ππππ₯
ππ)2 +
3
4(
π
ππ¦)2) 1/3
= (32 π
3,14β(
2.93014
108)2 +
3
4(
106,86
331)2) 1/3
= (32 π
3,14β1487004 + 0,007 1/3
= (12427) 1/3
= 25,9 = 1 inch
Daktual = 1,469 Inch (menyesuaikan terhadap bearing)
4.1.8 Perhitungan Pasak 2
Diameter poros = 1,469 inch = 1 7/16 berdasarkan tabel 4.9 (Terlampir)
didapat W = 3/8 dan H= 3/8, Torsi gear = 106,86 lb.in
1. Mendesain tinggi chordal
Y = π·ββπ·2βπ2
2
= 1,469ββ(1,469)2β(0,375)2
2
= 0,0245 inchi
102
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
2. Mendesain depth of shaft key set
S = π·βπ»+βπ·2βπ2
2
= 1,469β0,375+β(1,469)2β(0,375)2
2
= 1,257 inchi
3. Mendesain depth of hub key set
S = π·+π»+βπ·2βπ2
2+ πΆ
= 1,469 +0,375+β(1,469)2β(0,375)2
2+ 0,005
= 1,637 inchi
4. Mendesain panjang pasak (L)
AISI 1020 CD Steel
Su = 420 Mpa = 60.103ππ π
Sy = 330 Mpa = 50.103ππ π
Panjang minimal pasak
Td = 0,5.50.103
2
= 12500 Psi
L = 2.π
ππ.π·.π
= 2.106,83
12500.1,469.0,375
= 0,003 inch (panjang minimal pasak)
Laktual = 0,5 inch
103
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
4.1.9 Perhitungan Bearing II
1. Menghitung Torsi Pulley
T = 63000 x P / n
= 6300 x 3 / 200
= 945 lb.n
2. Menghitung Gaya Transmisi Efektif
FN = π Γ· π·/2
=945 Γ· 110/2
=17,18 lb.ft
3. Menghitung Gaya Pelengkungan pada transmisi Sabuk V
FB = Ko x (FN)
=1,25 x 57,27
=21,25 lb.ft
4. Menghitung Umur Rancangan
LD = (h) (rpm) (60 min / jam)
= 30000 x 200 x 60
= 3,6 x 108 Putaran
5. Menghitung Tingkat Beban Dinamis dasar
C = ππ π₯ (πΏπ
106)1
π
= 578 π₯ (3,6 π₯ 108
106 )1
3
= 4,111 lb.n
6. Pemilihan Bantalan Bola Alur dalam Baris Tunggal
Berdasarkan Tabel 4.12 (Terlampir) maka di dapat
Nomer Bantalan = 6306
d Bantalan = 1,1811 inchi
D bantalan = 2,8346 inchi
104
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
B bantalan = 0,7480 inchi
Dynamic Load Rating = 4600
105
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil yang diperoleh dari perhitungan belt dan pulley
- Putaran motor : 1750 rpm
- Putaran akhir : 875 rpm
- Desain power : 3,6 HP
- Jenis belt : 3 V
- Speed nominal ratio : 2
- Driving size (D1 ,D2) : 5,55 inch , 10,55 inch
- Rated power : 6,5 HP
- Trial center distance : 23,79 inch
- Panjang belt : 55,7 inch
- Sudut kontak belt : 168Β°
- Jumlah belt : 1 belt
- Corrected power : 5,98
2. Hasil yang diperoleh dari perhitungan roda gigi
a. Roda gigi lurus
- Putaran awal : 921 rpm
- Putaran akhir : 200 rpm
- Daya : 3 HP
- Diameter pitch : 2,4 inch (pinion), 11 inch (gear)
- Jumlah gigi : 24 (pinion) ,110 (gear)
- Rasio kecepatan : 4,58
- Jarak antar pusat : 6,7 inch
- Lebar gear : 1,2 inch
- Material gear : steel
- Design life : 3 tahun
- Tegangan kontak : 97035 psi
b. Roda gigi bevel
- Putaran awal : 200 rpm
- Putaran akhir : 40 rpm
- Diameter pitch : 3 inch (pinion), 15 inch (gear)
106
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
- Sudut kontak pitch : 11,300(pinion), 78,690(gear)
- Outer cone distance : 7,65 inch
- Face width : 1,25 inch
- Lebar muka nominal : 2,295 inch
- Lebar muka maksimal : 1,25 inch
- Jarak rata-rata sisi kerucut : 7,025 inch
- Jarak bagian lingkaran rata-rata : 0,357 inch
- Kedalaman kerja rata-rata : 0,227 inch
- Kelonggaran Kepala : 0,028 inchi
- Mean addendum factor : 0,221 inchi
- Gear mean addendum : 0,05 inch
- Pinion mean addendum : 0,177 inch
- Gear mean dedendum : 0,205 inch
- Pinion mean dedendum : 0,078 inch
- Gear dedendum angle : 1,670
- Pinion dedendum angle : 0,6360
- Gear outer addendum : 0,057 inch
- Pinion outer addendum : 0,195 inch
- Gear outside diameter : 15,02 inch
- Pinion outside diameter : 3,382 inch
c. Poros I
- Torsi yang ditransmisikan : 921 rpm
- Gaya pada pulley : 43,6 N
- Gaya pada pinion gear : 773,3 N
- Diameter poros : 23 mm
d. Poros II
- Torsi yang ditransmisikan : 200 rpm
- Gaya pada spur gear : 138 N
- Gaya pada bevel gear : 77 N
- Diameter poros : 1 inchi
3. Hasil yang diperoleh dari perhitungan pasak
a. Pasak untuk poros I
- Standart key dimension
107
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
- Diameter nominal : 0,5842 inch
- Lebar : 1/8 inch
- Tinggi : 1/8 inch
- Bahan pasak : AISI 1020 CD Steel
- Panjang pasak minimum : 0,45 inch
- Tebal pasak : 1,057 inch
b. Pasak untuk poros II
Standart key dimension
- Diameter nominal : 1 inch
- Lebar : 1/4 inch
- Tinggi : 1/4 inch
- Bahan pasak : AISI 1020 CD Steel
- Panjang pasak minimum : 0,075 inch
- Tebal pasak : 1,4 inch
4. Hasil yang diperoleh dari perhitungan bantalan
a. Bearing untuk bantalan poros I
- Bearing number : 6302
- Diameter lubang : 0,5842 inch
- Diameter luar : 1,6535 inch
- Tebal bantalan : 0,5906 inch
- Beban dinamis rata-rata : 1980 Ib
b. Bearing untuk bantalan poros II
- Bearing number : 6306
- Diameter lubang : 0,9843 inch
- Diameter luar : 2,0470 inch
- Tebal bantalan : 0,6693 inch
- Beban dinamis rata-rata : 1411,76 Ib
5.2 Saran
1. Sebaiknya waktu saat asistensi dibuat lebih lama.
2. Praktikan sebaiknya lebih memahami mengenai tugas besar elemen mesin ini.
3. Sebaiknya jangka waktu sebelum pengumpulan laporan diperpanjang.