Upload
kkaa-iss-ochie
View
781
Download
82
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Berdasarkan penyerapan (absorpsi) energi sinar oleh molekul-molekul
tereksitasi dalam daerah ultraviolet.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Membuat kurva kalibrasi dari serangkaian larutan standar zat aktif
2. Menentukan kadar bahan baku dan sampel ketoprofen secara
spektrofotometri UV-Vis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Spektrofotometri UV-Visible
Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak biasa
disebut spektroskopi UV-Vis. Dari spectrum absorpsi dapat diketahui panjang
gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Konsentrasi suatu unsur atau senyawa juga dengan mudah dapat dihitung dari
kurva standar yang diukur pada panjang gelombang dengan absorbans maksimum.
Untuk berbagai bahan farmasi pengukuran spektrum dalam daerah
ultraviolet dan cahaya tampak dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan
yang lebih baik dari pada dalam daerah inframerah. Apabila larutan diamati dalam
kuvet 1 cm, kadar lebih kurang 10 µg specimen per ml, sering menghasilkan
serapan sebesar 0.2 – 0.8 didaerah ultraviolet atau cahaya tampak. Di daerah
inframerah atau inframerah dekat, diperlukan kadar masing-masing sebesar 1
mg/ml – 10 mg/ml dan hingga 100 mg/ml untuk menghasilkan serapan yang
memadai, untuk daerah spectrum ini biasanya dipakai sel dengan panjang 0.01
mm – 3 mm.
Spectrum ultraviolet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak
mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spectrum
tersebut bermanfaat sebagai tambahan untuk identifikasi.
Daya dari suatu berkas radiasi akan berkurang sehubungan dengan jarak yang
ditempuhnya melalui medium penyerap. Daya tersebut juga akan berkurang
sehubungan dengan kadar molekul atau ion yang terserap dalam medium tersebut.
Kedua factor tersebut menentukan proporsi dari kejadian total energi yang timbul.
Penurunan daya radiasi monokromatis yang melalui medium penyerap yang
homogeny dinyatakan secara kuantitatif oleh hokum Beer. Log 10 (1/T) = A = abc,
istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut :
A = serapan ( logaritma dasar 10 dari dari kebalikan transmitans (T).
Serapan jenis (A) adalah serapan dari larutan 1 % zat terlarut dalam sel
dengan ketebalan 1 cm. harga serapan jenis pada panjang gelombang tertentu
dalam suatu pelarut merupakan sifat dari zat terlarut.
Daya serap (a) adalah hasil bagi serapan dibagi dengan hasil perkalian
kadar yang dinyatakan dalam g/L zat (c) dan panjang sel dalam cm (c).
a = A
b c
Untuk sebagian besar sistem yang digunakan dalam spektrofotometri
serapan, serapan jenis suatu zat merupakan konstanta yang tidak tergantung dari
intensitas radiasi datang panjang sel bagian dalam dan kadar. Dengan demikian
kadar dapat ditetapkan secara fotometri.
Hukum Beer tidak menunjukkan adanya pengaruh suhu, panjang
gelombang, atau jenis pelarut. Untuk sebagian besar analisis pengaruh variasi
suhu yang normal dapat diababikan.penyimpangan dari hukum Beer dapat
disebabkan oleh variabel kimia atau instrument. Kegagalan hukum Beer dapat
disebabkan oleh perubahan kadar molekul terlarut sebagai akibat asosiasi
molekul terlarut atau asosiasi antara molekul terlarut dan molekul pelarut, atau
disosiasi atau ionisasi. Penyimpangan lain dapat disebabkan oleh pengaruh
instrument seperti radiasi polikromatis, pengaruh lebar celah atau cahaya yang
menyimpang. Bahkan pada suhu tertentu dalam pelarut yang tetrtentu, serapan
jenis tidak benar-benar konstan. Walaupun emikian dalam hal specimen hanya
mempunyai satu komponen yang menyerap, tidak perlu system serapan tersebut
memenuhi hukum Beer untuk digunakan dalam analisi kuantitatif. Kadar yang
tidak diketahui dapat diperoleh dengan membandingkan dengan kurva baku yang
ditetapkan secara eksperimental.
Meskipun dalam pengertian yang eksak, hukum Beer tidak berlaku dalam
spektrofotometri serapan atom karena kurang pastinya panjang sel dan kadar.
Proses penyerapan yang terjadi dalam nyala api pada kondisi aspirasi yang
berulang kembali, pada prinsipnya mengukiti hukum Beer tersebut. Secara
khusus serapan atau logaritma negative dari transmitan langsung berbanding
lurus dengan banyaknya atom yang menyerap. Atas dasar ini kurva kalibrasi
dapat di rancang untuk evaluasi nilai serapan yang tidak diketahui dalam arti
kadar zat dalam larutan. Spectrum serapan merupakan suatu penampilan dalam
bentuk grafik dari serapan atau fungsi dari serapan terhadap panjang gelombang
atau suatu fungsi dari panjang gelombang. Transmitan merupakan hasil bagi daya
radiasi yang ditransmisikan oleh specimen dengan daya radiasi yang jatuh pada
specimen tersebut.
Penggunaan Baku Pembanding
Dengan beberapa perkecualian, pengujian dan penetapan kadar secara
spektrofotometri memerlukan baku pembanding, hal ini untuk memastikan
bahwa pengukuran dilakukan pada kondisi yang sama untuk specimen uji dan zat
pembanding. Kondisi tersebut mencakup penetapan panjang gelombang,
pengaturan lebar celah, penempatan sel dan koreksi sel serta atas transmitannya.
Perlu dicatat bahwa sel yang menunjukkan transmitan yang identik pada panjang
gelombang tertentu dapat sangan berbeda transmitannya pada panjang
gelombang ynag lain. Harus ditetapkan dan dilakukan koreksi sel yang tepat
apabila diperlukan.
Pernyataan “ sediaan yang serupa” dan “larutan yang serupa” seperti yang
digunakan dalam pemgujian dan penetapan kadar secara spektrofotometri,
menunjukkan bahwa bahan pembanding tersebut adalah baku pembanding FI.
Harus disiapkan dan dilakukan dan pengamatannya dengan cara yang praktis
sama dengan yang digunakan untuk specimen uji. Biasanya dalam membuat
larutan baku pembanding yang ditentukan, larutan disiapkan dengan kadar ± 10
% seperti yang diinginkan dan serapan jenis dihitung berdasarkan jumlah tepat
yang ditimbang, jika tidak digunakan bahan baku pembanding yang telah
dikeringkan sebelumnya, seraoan jenis dihitung terhadap serapan zat anhidrat,
Pernyataan “tetapkan secara bersamaan” dan “ukur bersamaan” seperti yang
digunakan dalam pengujian dan penetapan kadar secara spektrofotometri,
memberikan petunjuk bahwa serapan larutan zat uji dan larutan zat pembanding,
yang ditetapkan terhadap blangko, harus diukur berturut-turut dengan segera.
Spektrofotometri yang sesuai untuk pengukuran di daerah spectrum
ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu system optic dengan kemampuan
menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm – 800 nm. Kedua
sel yang digunakan untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus
mempunyai karakteristik spectrum yang sama. Bila digunakan instrument berkas
ganda dengan perekam, sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas
pembanding. Skala panjang gelombang dikalibrasi dengan menggunakan serapan
maksimum holmium perklorat LP. Spectrum garis lampu hydrogen atau
deuterium atau spectrum garis lampu busur uap raksa. Toleransi yng
diperkenankan ± 1 nm untuk jangkauan 200 nm – 400 nm dan ± 3 nm untuk
jangkauan 400 nm – 600 nm. Periksa serapan dengan menggunakan larutan
Kalium bikromat P pada panjang gelombang yang ditunjukkan dalam table
berikut, yang memberikan harga A (1 %, 1 cm) secara tepat untuk tiap panjang
gelombang serta batas-batas toleransinya.
Panjang gelombang (nm) A (1%, 1 cm) Toleransi maksimum
235 124.5 122.9 – 126.2
257 144.0 142.4 – 145.7
313 48.6 47.0 – 50.3
350 106.6 104.9 – 108.2
Batas jumlah cahaya yang menyimpang dapat dideteksi pada suatu
panjang gelombang tertentu dengan filter atau larutan yang sesuai.
Instrument spektofotometri secara garis besar terdiri dari :
1. Sumber sinar
Sumber sinar ini berfungsi memberikan energi yang diabsorbsi suatu
cuplikan sehingga terjadi eksitasi. Pada spektrofotometri UV sebagai
sumbersinar digunakan lampu deuterium, sedangkan pada
spektrofotometri Visible sebagai sumber sinarnya dugunakan lampu
wolfram.
2. Selector
Selector adalah alat yang digunakan untuk memilih panjang gelombang
yang diinginkan. Pada spektrofotometer UV-Vis selector yang digunakan
adalah monokromator berupa prisma atau kisi (gratting). Monokromator
ini dapat menguraikan cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis pada panjang gelombang yang diinginkan.
3. Sel atau kuvet
Sel atau kuvet ini berfungsi sebagai wadah larutan yang akan dianalisis
dan terbuat dari bahan transparan.
4. Detector
Detector adalah alat yang dapat merubah energi cahaya menjadi energy
listrik atau isyarat listrik. Pada spektrofotometer UV-Vis detector yang
digunakan adalah detector Phototube (PT) atau Photo Multiplier (PMT).
5. Recorder / alat pencatat
Recorder ini berfungsi untuk menerjemahkan isyarat listrik yang berasal
dari detector. Recorder ini bisa berupa jarum penunjuk yang bergerak
karena adanya isyarat listrik atau dapt pula berupa meter digital yang
menunjukkan besarnya serapan yang ditunjukkan oleh molekul-molekul
yang tereksitasi.
Ada dua macam instrument spektofotometer UV-Vis, yaitu :
1) Spektrofotometer Mono beam/Single beam (cahaya tunggal)
Spektrofotometer jenis moonbeam hanya memiliki sati sel atau kuvet
sebagai wadah larutan, sehingga pengukuran larutan cuplikan dan larutan
blanko dilakukan secara terpisah.
Simber sinar monokromator kuvet detector recorder
2) Spektrofotometer Double beam (cahaya rangkap)
Pada spektrofotometer jenis double beam terdapat chopper yang dapat
memisahkan sinar monokromatis yang berasal dari monokronator sebagian
menuju sel yang berisi larutan blanko dan sebagian lagi menuju sel yang
berisi laritan cuplikan. Spektrofotometer jenis double beam memiliki
keuntungan disbanding jenis mono beam, yaitu :
a. Memungkinkan untuk mencatat secara otomatis serapan (A)
ataupun transmitansi (%T) suatu cuplikan sebagai fungsi panjang
gelombang.
b. Perubahan intensitas sinar yang dilepaskan lampu sumber sinar
dapat diatasi.
c. Memungkinkandilakukankoreksi terhadap kesalahn yang
disebabkan adanya fluktuasi sinar yang dipancarkan oleh sumber
sinar.
d. Dapat diketahui ada atau tidaknya gugus fungsi tertentu, missal
gugus karbonil, aromatic, nitro, diena terkonjugasi dalam satu
molekul senyawa organic, sehingga sangat baik untuk analisis
kualitatif senyawa dengan gugus fungsi tersebut.
Cermin Cermin
Sel blanko
Sumber sinar monokromator chopper cuplikan chopper detector recorder
Analisis kualitatif dan kuantitatif
1. Analisi Kualitatif
Analisis kualitatif pada spektrofotometer UV-Vis berdasarkan :
a. Kurva absorpsi
Melalui kurva absorpsi yang terdiri dari jumlah, letak, serapan,
panjang gelombang maksimum (λmaks) dapat memberikan petunjuk
adanya gugus kromofor dan auksokrom (substituent) yang ada
pada suatu senyawa.
b. Absorsivitas molar (ε)
Nilai absorptivitas dapat digunakan untuk identifikasi suatu
senyawa. Perbandingan absorptivitas molar suatu molekul pada 2
panjang gelombang yang berbeda selalu tetap walaupun
konsentrasinya berubah-ubah.
ε λ1 pada c1 = ε λ1 pada c2
ε λ2 pada c1 ε λ2 pada c2
2. Analisi Kuantitatif
Analisi kuantitatif pada spektrofotometri UV-Vis berdasarkan hokum
lambert-Beer, dimana banyaknya sinar yang diabsorpsi tergantung dari
konsentrasi larutan dan panjang jalan sinar (lewat kuvet).
T = I . 100%
I0
A = - log T
A = log I0
IKeterangan :
T = transmitan
A = absorbans
I = intensitas sinar yang diteruskan
I0 = intensitas sinar yang dilewatkan semula
Absorbansi (A) dapat dinyatakan dalam 2 persamaan :
1. Bila konsentrasi dinyatakan dalam satuan molar (mol/L)
A = ε . b . c
Keterangan :
ε = absorptivitas molar (L.mol-1.cm-1)
b = tebal larutan/tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan (mol/L atau molar)
2. Bila konsentrasi dinyatakan dalam persen b/v (g/100 ml)
A = E1% . b . c
Keterangan :
E1% = ekstingsi spesifik (ml.g-1.cm-1)
b = tebal larutan/tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan (g/100 ml)
E1% = 10 . ε Mr
Pengukuran serapan (A) yang paling baik dilakukan pada panjang
gelombang maksimum (λmaks), yaitu panjang gelombang dimana terjadi
serapan maksimum sinar elektromagnetik oleh suatu larutan tertentu.
Pengukuran serapan pada panjang gelombang maksimum memberikan
kepekaan yang lebih tinggi, artinya dengan perubahan konsentrasi yang
kecil dapat memperlihatkan perubahan serapan yang besar dan hokum
Lambert-Beer terpenuhi.
Galat dalam Spektrofotometri Serapan
Dalam beberapa kejadian teramati penyimpangan semu dari hukum Beer.
Penyimpangan ini hanya semu. Hukum Beer selalu berlaku bagi molekul tertentu
dan setiap penyimpangan disebabkan oleh sejumlah proses lain atau beberapa
proses. Proses ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu galat alat dan
galat faktor kimia.
Galat kadar relatif akan terjadi pada setiap analisis spektofotometri, dan
dalam spektrofotometer serapan modern terutama disebabkan oleh kegaduhan dan
ketidaktentuan dalam kalibrasi alat. Kedipan di dalam sumber, cahaya sesat dan
sumber galat lain pada kebanyakan alat modern tidak bermakna dibandingkan
dengan galat tersebut di atas. Jangka ideal pengukuran kadar bagi kebanyakan alat
adalah pada persentase transmitans diantara 15 % dan 60 %, dengan ragam
persentase optimum tergantung alat dan beberapa macam pengganggu yang
menjadi kendala. Karena kurva kadar relatif terhadap persentase transmitans
hampir datar untuk kebanyakan alat ( antara 20 % - 60 %) daya serap antara 0.2 –
0.8, maka pengukuran kadar akan menjadi cukup seksama jika persentase
transmitan terletak pada jangka ini. Alat yang mempunyai kemampuan untuk
mengubah pembacaan dengan skala penuh akan meningkatkan keseksamaan
pengukuran alat yang terletak di luar jangka ini.
Penerapan dalam Farmasi
Penentuan Kinetika Degradasi Obat
Kinetika degradasi obat dapat diikuti hanya jika produk mempunyai
spektrum serapan yang berbeda dari obat yang tak rusak. Degradasi cepat
paling baik diikuti dengan spektrofotometer payaran cepat. Alat dengan
rangkaian fotodiode sebagai detektor sangat menguntungkan karena waktu
untuk memperoleh spektrumnya cepat.
Penyidikan dalam Kromatografi
Penyidikan pada kromatografi yaitu pada kromatografi lapis tipis terutama
HPLC karena banyak obat menyerap radiasi UV-Vis.
Penetapan Tetapan Keseimbangan
Penetapan tetapan keseimbangan dengan spektrofotometri serapan
mempunyai keuntungan dibanding dengan potensiometri yaitu dapat
menetapkan tetapan pada kadar total ~10-5 M, sedangkan pada
potensiometri kadarnya harus ~10-3 M, sehingga senyawa yang kurang
larut atau tersedia dalam jumlah sedikit dengan mudah dapat dikaji dengan
spektofotometri.
Penetapan Stoikhiometri Kompleks
Stoikhiometri kompleks dengan mudah dapat pula ditetapkan secara
spektofotometri. Dua metode yang paling umum digunakan adalah metode nisbah
mol dan metode Job.
II.2 Ketoprofen
Ketoprofen adalah turunan asam propionat yang mempunyai beberapa
kemampuan menghambat siklooksigenase dan lipooksigenase. Obat ini cepat
diabsorbsi, tetapi waktu paruhnya pendek. Obat ini dimetabolisme secara lengkap
di hati, meskipun 90% terikat dengan protein plasma. Obat ini tidak mengubah
aktivitas warfarin atau digoksin. Sebaliknya pemberian bersama probenesid akan
meningkatkan kadar ketoprofen dan memperpanjang waktu paruh plasmanya.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
III.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Spektrofotometer UV-Visible
2. Labu takar 50 ml, 100 ml
3. Pipet volume
4. Pipet tetes
5. Spatel logam
6. Gelas ukur
7. Beaker glass
III.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Ketoprofen
2. Aquadest
Dilarutkan dalam air hingga 500,0 mL
Di encerkan dengan pelarut yang sama ad 50,0mL.
(100,0 ppm)
III.3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Zat Standar
Ketoprofen
.
III.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Ditimbang 50,0 mg zat standar Ketoprofen kemudian ditetesi etanol hingga larut, dimasukkan ke dalam labu ukur 500,0 mL.
Dipipet larutan sebanyak 3,0mL.
Kemudian diukur serapannya pada λ antara 400 – 800 nm.
Ditimbang seksama sampel Ketoprofen 50,0 mg.
Ditetesi etanol hingga larut. Diencerkan ad 500,0 mL dengan pelarut aquadest lalu dibuat serangkaian larutan dengan konsentrasi :
Dipipet 1 mL. Dipipet 2 mL.
Dipipet4mL. Dipipet5mL.
Dipipet 3 mL.
ad 50 mL
150
x100 ppm=2 ppm
ad 50 mL
250
x100 ppm=4 ppm
ad 50 mL
450
x100 ppm=8 ppm
ad 50 mL
550
x100 ppm=10 ppm
ad 50 ml
350
x100 ppm=6 ppm
Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal.
Dipipet 2 mL.
III.5 Penetapan Kadar
Ditimbang seksama sampel Ketoprofen sebanyak 50 mg, ditetesi etanol, dilarutkan dalam 500 mL air (100 ppm).
ad 50 mL
250
x100 ppm=4 ppm
Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Analisis kualitatif Penentuan λ maks
Menggunakan kurva kalibrasi dari larutan standar baku pembanding
ketoprofen
Dengan mengukur serapan dari serangkaian larutan standar yang dibuat
dengan konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian dibuat grafik hubungan
antara serapan dengan konsentrasi dengan cara memplot serapan dari
sampel ketoprofen, pada kurva kalibrasi, maka konsentrasi sample
ketoprofen dapat ditentukan:
Konsentrasi ketoprofen
(ppm)
Pada λ maks = 259,8 nm
A =
2 0,123
4 1,253
6 1,394
8 0,535
10 0,654
Pada λ maks = 259,8 nm, didapatkan persamaan kurva kalibrasi :
y = 0,0672x – 0,0114; r =
Penetapan kadar sample
Setelah didapatkan nilai absorban atau serapan dari sample ketoprofen
yakni sebesar :
Sampel 1 = 0,307
Sampel 2 = 0,315
maka kadar sampel dapat ditentukan dengan memasukan nilai absorban
kedalam persamaan garis kurva kalibrasi :
o Sampel 1
y (A) = 0,307
y = 00672x – 0,0114
0,307 = 00672x – 0,0114
x = 4,738 µg/ml
o Sampel 2
y (A) = 0,315
y = 00672x – 0,0114
0,315 = 00672x – 0,0114
x = 4,857 µg/ml
o Rata-rata x
x= x1+x 22
x=4,738 µg/mL+4,857 µg /m L2
=4,7975 µg/m L
o Berat zat aktif ketoprofen
¿4,7975 µg
mLx
1005
=95,95 µg
m Lx500 mL=¿ 47975 µg = 47,975
mg
o Kadar ketoprofen dalam sampel
¿ 47,975 mg50 mg
x 100 %=95,95 %
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum pertama ini, kami melakukan percobaan mengenai
spektrofotometri UV-Visible, dengan menggunakan sampel ketoprofen. Tujuan
dari percobaan ini adalah ............... Spektro adalah ......... Ketoprofen
merupakan ......................
Pertama dibuat kurva kalibrasi dari baku pembanding ketoprofen dengan beberapa
konsentrasi, yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Menurut literatur, ketoprofen memiliki
sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam etanol. Oleh karena itu untuk
melarutkan ketoprofen kami menambahkan etanol beberapa tetes hingga
ketoprofen terlarut, kemudian ditambahmekan air hingga 500 mL. Penambahan
etanol sebenarnya tidak dianjurkan karena dapat merusak sel/kuvet pada
instrumen spektrofotometer. Tetapi dalam hal ini dapat ditolerir, karena kadar
etanol yang ditambahkan dalam larutan sangat kecil (5 tetes) dan dapat hilang
dengan penambahan aquadest yang volumenya jauh lebih besar daripada
penambahan etanol (hingga 500mL).
Dari pengenceran di atas, didapatkan konsentrasi 100 ppm. Kemudian dibuat
beberapa seri pengenceran, yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm, lalu diukur dengan
spektrofotometer untuk mendapatkan persamaan kurva kalibrasi pada panjang
gelombang maksimum 259,8 nm. Pada penggunaan instrumen ini, nilai serapan
yang dihasilkan tidak boleh kurang dari -1 dan tidak boleh lebih dari 1. Kemudian
didapatkan kurva kalibrasi yaitu y=0,0672x – 0,0114.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar pada sampel ketoprofen sebanyak 50 mg
dalam 500 mL dengan perlakuan yang sama seperti baku pembanding. Kemudian
dibuat pengenceran dengan konsentrasi dalam range konsentrasi pada baku
pembanding yaitu 2-10 ppm. Diambil 5 mL dalam 100 mL aquadest. Pengenceran
tersebut dilakukan dua kali (duplo) agar mendapatkan perbandingan hasil yang
lebih akurat.
Hasil pengukuran tersebut diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Kemudian
serapan yang dihasilkan disubstitusikan pada persamaan kurva kalibrasi yang
telah didapat. Hasil perhitungan yang didapat, yaitu pada sampel 1 adalah 4,738
µg/mL dan sampel 2 adalah 4,857 µg/mL, kemudian dirata-ratakan, didapatkan
hasil 4,7975µg/mL, dan dikalikan dengan faktor pengenceran untuk mendapatkan
bobot ketoprofen dalam sampel yaitu, 47,975 mg.
Kemudian setelah didapatkan bobot ketoprofen dalam sampel, dicari kadar
ketoprofen yaitu dibandingkan antara 47,975 mg dengan 50 mg dikalikan dengan
100%. Didapat kadar ketoprofen yaitu 95,95%. Setelah dibandingkan dengan
pustaka yaitu Farmakope Indonesia IV, kadar ketoprofen seharusnya berkisar
antara 98-105%. Maka kadar sampel ketoprofen tidak memenuhi syarat dengan
selisih 2,05%. Hal ini dikarenakan adanya pengotor pada pelarut yang digunakan.
BAB V
KESIMPULAN
Panjang gelombang maksimum (λmax) dari Ketoprofen adalah 259,8 nm.
Data kurva kalibrasi :
Konsentrasi
ketoprofen (ppm)
Pada λ maks = 259,8 nm
A =
2 0,123
4 1,253
6 1,394
8 0,535
10 0,654
Persamaan kurva kalibrasi :
y = 0,0672x – 0,0114
r =
Besarnya absorban sampel pada panjang gelombang maksimum (λmax)
adalah:
Sampel 1 = 0,307
Sampel 2 = 0,315
maka kadar sampel ketoprofen sebesar 95,95 % b/v, dan tidak memenuhi
syarat Farmakope Indonesia IV, yaitu berkisar 98-105% b/v.
DAFTAR PUSTAKA
Munson, James W. Analisis Farmasi Metode Modern , Vol 11, Airlangga
University Press, Surabaya, 1991, BAB VIII, hal 333.
Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979.
Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995.
Willard,M., Instrumental Methods of Analysis , 7th, Wadsworth Pub.Co.,
Calofornia, 1998.
Tony Owens, Fundamental of UV-visible Spectroscopy, Agilent Technology,
2000
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK
KELOMPOK 6A
Nurrina Dwi Larasati 3311091011
Nurlaila Sukmawati 3311091017
Rizky Wangiyulandari 3311091031
Disya C Wiyanti 3311091043
Agung Setiawan Yahya 3311091037
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
CIMAHI
2012