45
Gita Asapuri 240210110043 TIP-A IV. HASIL PENGAMATAN 4.1 Karakteristik Fisik Limbah Limbah Warna Bau Suhu pH w kertas saring w kertas saring+endapan W endapan Tahu Kunin g muda keruh Khas tahu 39°C 5,2 8 0,5593 g 0,6007 g 0,0414 g Sungai Ciduria n Kunin g hijau keruh Tanah agak amis 26°C 7,6 7 0,5606 g 0,5639 g 0,0033 g Keran gedung 4 Benin g, jerni h Tidak berba u 24°C 8,0 8 0,5473 g 0,5606 g 0,0133 g Selokan Ciseke Kunin g muda keruh Amoni a 25,5 °C 8,8 7 0,5462 g 0,5716 g 0,0254 g Arboret um Kunin g keruh Logam 27°C 9,3 6 0,546 g 0,5626 g 0,0166 g pH aquades = 8,39

Laporan Limbah Lengkap Fix

  • Upload
    khafauu

  • View
    81

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

Citation preview

Page 1: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Karakteristik Fisik Limbah

Limbah Warna Bau Suhu pH wkertas saring

wkertas

saring+endapan

Wendapan

Tahu

Kuning

muda

keruh

Khas

tahu39°C 5,28 0,5593 g 0,6007 g 0,0414 g

Sungai

Cidurian

Kuning

hijau

keruh

Tanah

agak

amis

26°C 7,67 0,5606 g 0,5639 g 0,0033 g

Keran

gedung 4

Bening,

jernih

Tidak

berbau24°C 8,08 0,5473 g 0,5606 g 0,0133 g

Selokan

Ciseke

Kuning

muda

keruh

Amoni

a25,5°C 8,87 0,5462 g 0,5716 g 0,0254 g

ArboretumKuning

keruhLogam 27°C 9,36 0,546 g 0,5626 g 0,0166 g

pHaquades = 8,39

4.2 COD (Chemical Oxygen Demand)

Limbah V sampel COD

Tahu 8,6 ml 6,720 ppm

Sungai Cidurian 10,9 ml 400 ppm

Keran gedung 4 11,1 ml 240 ppm

Selokan Ciseke 10,5 ml 720 ppm

Arboretum 10,3 ml 880 ppm

Page 2: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

V blanko=11,4 ml

N Na2 SO3=0,1 N

f plimbahtahu=15

f plimbahlain=5

ml sampel=5ml

COD sungaiCidurian=(V blanko−V sampel)∙ N Na2 SO3

∙8.000 ∙ f p

mlsampel

¿(11,4−10,9) ∙0,1 ∙ 8.000 ∙5

5

¿(0,5 ) ∙0,1 ∙ 40.000

5

¿ 2.0005

¿400 ppm

4.3 Total Mikroorganisme dari Limbah

Limbah 10-3 10-4 10-5 SPC

Tahu TBUD 3 5¿3,0 ×107

(5,0 ×106)

Sungai

CidurianTBUD 1 bakteri 1

¿1,0 ×107

(1,0 ×104)

Keran gedung 4 1 bakteri 2 bakteri 3-

(tidak valid)

Selokan Ciseke58 bakteri,

2 khamir

28 bakteri, 2

khamir

14 bakteri,

1 khamir5,8 ×104

Arboretum110 bakteri,

3 khamir- 21 1,1 ×105

4.4 BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan OD (Oxygen Demand)

Page 3: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Limbah DO0 DO5 BOD

Tahu 0,08 mg/L 0,12 mg/L 0,4

Sungai Cidurian 0,208 mg/L 0,16 mg/L 0,24

Keran gedung 4 0,64 mg/L 0,32 mg/L 1,6

Selokan Ciseke 0,16 mg/L 0,32 mg/L 1,6

Arboretum 0,8 mg/L 0,48 mg/L 1,6

V Na2 S2 O3untuk DO0 pada sungai Cidurian=0,13 ml

V Na2 S2 O3untuk DO5 pada sungai Cidurian=0,1ml

F=V sampel

V total

−(V Na2 S2 O3−V alkali iodidaazida )

¿ 60300

−(2−2 )¿0,2 ml

DO=V Na2 S2 O3

∙ N Na2 S2 O3∙ 8.000∙ F

V sampel titrasi

DO0=0,13∙ 0,025 ∙ 8.000 ∙0,2

25¿ 5,2

25

¿0,208DO5=0,1∙ 0,025 ∙ 8.000∙ 0,2

25

¿ 425

¿0,16

Page 4: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

BODsungai Cidurian=|DO5−DO0|

V sampel

∙300¿|0,16−0,208|

60∙ 300¿0,048 ∙5¿0,24

4.5 Bakteri Koliform

4.5.1 Uji Penduga

Limbah LBDS 1 ml LBSS 0,1 ml LBSS MPN

Tahu 2 0 0 91 APM/100 ml

Sungai Cidurian 3 3 3 >2.400 APM/100 ml

Keran gedung 4 3 0 0 230 APM/100 ml

Selokan Ciseke 3 3 3 >2.400 APM/100 ml

Arboretum 3 3 3 >2.400 APM/100 ml

4.5.2 Uji Penguat dan Pelengkap

Limbah Uji PenguatUji

Pelengkap

Tahu - -

Sungai Cidurian Fekal -

Keran gedung 4 Fekal Foto

Selokan Ciseke Fekal -

Arboretum - -

4.6 Bakteri Salmonella dan Shigella

Limbah Salmonella Shigella

Tahu - +

Sungai Cidurian + +

Keran gedung 4 + -

Page 5: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Selokan Ciseke + -

Arboretum + +

Page 6: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Page 7: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

V. PEMBAHASAN

Limbah merupakan kotoran atau buangan dari hasil proses produksi baik

industri maupun rumah tangga yang dapat berupa abu, sampah, dan sebagainya

dan dapat terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik yang tidak

bermanfaat/tidak bernilai ekonomi lagi. Limbah dengan konsentrasi dan kuantitas

tertentu dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan

manusia, sehingga perlu mengetahui karakteristik dari limbah tersebut dan

dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang

ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah: volume limbah,

kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan limbah. Berdasarkan

karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian: limbah

cair, limbah padat, limbah gas dan partikel, limbah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun). Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan

limbah.

Sampel yang digunakan dalam praktikum adalah limbah air tahu, air

sungai Cidurian, air keran gedung 4, air selokan ciseke, dan air arboretum. Sampel

ini dilakukan pengujian karakteristik limbah, pengujian BOD (Biochemical

Oxygen Demand), pengujian DO (Dissolved Oxygen), pengujian COD (Chemical

Oxygen Demand), perhitungan total mikroorganisme dari limbah, pengujian

bakteri koliform, dan pengujian bakteri Salmonella-Shigella.

5.1. Pengujian Karakteristik Fisik Limbah

Mengetahui karakteristik fisik limbah akan sangat membantu dalam

menentukan suatu sistem pengelolaan limbah yang layak dan penetapan metode

penanganan dan atau pembuangan limbah yang efektif. Dalam, pengujian

karakteristik limbah tersebut, parameter-parameter yang harus diamati, yaitu,

warna, bau, suhu, pH, dan endapan.

Pengujian warna dan bau dilakukan dengan membandingkan limbah

dengan kontrol, yaitu aquades. Pengujian suhu dilakukan dengan meletakan

termometer pada sampel limbah yang sudah ditaruh di beaker glass. Pengujian pH

Page 8: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

dilakukan dengan menyimpan limbah didalam beaker glass dan diuji oleh pH

meter. Sedangkan, pengujian endapan dilakukan dengan cara menyiapkan 100 ml

limbah di dalam tabung reaksi, kemudian didiamkan selama 1 jam hingga

terbentuk endapan, setelah itu limbah tersebut disaring menggunakan kertas saring

dan dikeringkan selama 1 hari. Kemudian timbang dan amati kertas saring

tersebut.

a. Suhu

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu tertinggi terdapat

pada sampel limbah tahu, yaitu 390C dan suhu terendah adalah sampel air keran

gedung 4, yaitu 240C. Suhu limbah tahu hangat dikarenakan pada pembuatan tahu

digunakan air hangat dimana tahu tersebut disaring dengan kain blaco atau kain

mori kasar sambil dibilas dengan air hangat agar sari kedelai dapat terekstrak

keluar semua. Air keran gedung empat menunjukkan suhu yang rendah

dikarenakan air tersebut merupakan air keran di dalam ruangan yang tidak terkena

efek lingkunagn, seperti sinar matahari secara langsung. Selain itu, suhu pada

limbah cair dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Suhu tinggi pada limbah

cair menunjukkan karena adanya proses pembusukan Kenaikan suhu

mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Sehingga dapat disimpulkan, air

limbah tahu mengalami proses pembusukan yang lebih tinggi dibandingkan air

limbah lainnya.

b. Warna dan Bau

Dari segi warna dan bau, kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan

menimbulkan bau tidak sedap akibat terjadinya degradasi anaerobik. Berdasarkan

hasil pengamatan bau air limbah yang diamati beraneka ragam, hal ini

dikarenakan limbah-limbah tersebut diambil dari tempat yang berbeda-beda.

Limbah tahu karena merupakan hasil pengolahan dari tahu tentunya akan berbau

khas tahu, selain itu aroma limbah tahu sedikit berbau asam. Bau ini dipengaruhi

oleh senyawa-senyawa organik yang berada di alam limbah tahu. Aroma limbah

umumnya berkaitan dengan jumlah protein di dalamnya yang tinggi sekitar

226,06-434,78 mg/L. Disebabkan protein memiliki gugus amina dalam

Page 9: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

strukturnya, gugus amin ini yang rentan mengalami perubahan menjadi ammonia

(NH3) dan mempengaruhi bau atau aroma limbah yang tidak sedap. Gas amonia

yang tersebntuk menimbulkan bau busuk sedangkan bau asam dipengaruhi oleh

pH tahu yang memang asam. Gas-gas lain yang umumnya diperoleh dari limbah

tahu dan dapat mempengaruhi bau limbah adalah Nitrogen (N2), Oksigen (O2),

Hidrogen Sulfida (H2S), Karbondioksida (CO2), dan metana (CH4). Air sungai

cidurian berbau tanah agak amis mungkin dikarenakan adanya ikan yang hidup di

sungai tersebut atau dapat juga dikarenakan pembusukan akibat mikroorganisme

di sungai tersbeut karena kandungan bahan organik dalam sungai cukup tinggi,

selokan ciseke berbau amonia karena air selokan ciseke berasal dari rumah-rumah

di daerah ciseke dimana limbah tersebut berasal dari kamar mandi-kamar mandi

dimana bau amonia yang mungkin tercium diakibatkan limbah urine yang

mengandung urea. Arboretum berbau logam karena arboretum berada tepat di

pinggir jalan sehingga polusi-polusi berupa timbal hasil pembuangan kendaraan

bermotor mungkin mengkontaminasi air arboretum. Sedangkan bau air keran

gedung 4 tidak berbau karena air tersebut berasal dari pengolahan air terpadu

seperti PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Warna sampel juga berbeda-beda

karena komposisi kimia dalam limbah juga berbeda. Limbah tahu berwarna

kuning keruh karena penggunaan pewarna untuk pembuatan tahu kuning sehingga

air limbahnya berwarna kuning, sedangkan air sungai cidurian sedikit berwarna

hijau mungkin disebabkan lumut yang tumbuh pada sungai tersebut. Kekeruhan

menunjukkan sifat optis di dalam air karena terganggunya cahaya matahari saat

masuk ke dalam air akibat adanya koloid dan suspensi. Semua sampel

menunjukkan kekeruhan, kecuali sampel air gedung 4. Hal ini menunjukkan

bahwa air keran gedung 4 berwarna normal.

c. pH

Berdasarkan hasil pengamatan pula, limbah yang mengandung pH

terendah, yaitu limbah air tahu sehingga limbah ini pun juga mengeluarkan sedikit

bau asam. Limbah yang bersifat asam dalam hasil pengamatan hanya didapat dari

limbah tahu, sedangkan limbah lainnya bersifat basa. pH limbah tahu adalah 3-6,

hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa pH

Page 10: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

limbah tahu ialah 5,28. pH yang rendah ini disebabkan karena limbah ini lebih

banyak mengandung komponen ion hidrogen yang pada akhirnya menimbulkan

sifat asam tersebut. Ion H+ diperoleh dari hasil reaksi senywa-senyawa yang

terdapat di dalam limbah tahu (Hefni, 2003).

Limbah tahu menjadi asam karena proses fermentasi dari mikroorganisme

yang menguraikan protein-protein tahu yang larut dalam air rendamannya dan

menyebabkan limbah tahu mempunyai pH yang rendah dibandingkan limbah

lainnya. Sedangkan, limbah yang memiliki pH tertinggi yaitu air arboretum.

Limbah air selokan, air sungai, air keran dan air kolam bersifat basa.

Menurut Said (1999), limbah selokan cenderung mengandung sampah dan

kotoran yang berasal dari rumah tangga, sehingga air buangan ini mengandung

campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari penguraian tinja, urin, dan

sampah-sampah lainnya sehingga bersifat basa, tetapi jika dibiarkan dalam waktu

yang lama limbah ini akan mengalami pembusukan dan pHnya cenderung

menjadi asam.

Menurut Sumanti (2010), limbah domestik biasanya mempunyai pH

mendekati pH netral dan suhu berkisar antara 15 hingga 25oC. pH akan

mempengaruhi rasa, korosivitas air, dan efisiensi klorinasi. Bau asam ini lama-

kelamaan akan berbau busuk yang berasal dari bau hidrogen sulfida dan amoniak

yang berasal dari proses pembusukan protein serta bahan organik lain. Nilai pH

air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-7,5. Fluktuasi nilai pH

pada air limbah dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain:

a. Bahan organik atau limbah organik. Meningkatnya keasaman dipengaruhi

oleh bahan organik yang membebaskan CO2 jika mengalami proses

penguraian.

b. Bahan anorganik atau limbah anorganik. Air limbah industri bahan anorganik

umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga

kemasamannya juga tinggi.

c. Basa dan garam basa dalam air seperti NaOH2, dan Ca(OH)2,

d. Hujan asam (Siradz dkk, 2008)

Page 11: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

d. Endapan

Jumlah endapan pada limbah merupakan sisa penguapan dari air limbah

pada suhu 103–105°C. Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda yang

mengendap, terlarut dan bercampur. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan

hasil bahwa air limbah tahu mempunyai endapan yang paling besar bila

dibandingkan dengan sampel lainnya yaitu sebesar 0,0414 gram. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pada air limbah tahu mempunyai benda-benda yang paling

banyak mengendap, terlarut dan tercampur.

5.2 Pengujian BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan

DO (DissolvedOxygen)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dalam air berasal dari proses

fotosintesa atau absorbs udara. Oksigen dari udara jumlahnya tidak tetap,

sedangkan kecepatan absorbs udara sangat terbatas. Air limbah yang terpolusi

bahan-bahan organik akan meningkatkan aktivitas aerobik sehingga terjadi

konsumsi oksigen dalam jumlah besar. Akibatnya air akan kekurangan oksigen

terlarut.

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode winkler.

Selain metode yang digunakan ini terdapat beberapa metode lain seperti metode

azida, metode permanganat, metode Pomeroy Kirshman-Alstenberg, metode

Chemtrix Oxygen, metode Membran elektroda (DO meter), atau dengan metode

titrasi lain.

Sebelum dilakukan penentuan kadar BOD dari suatu sampel limbah,

dilakukan penentuan kadar DO atau oksigen terlarut terlebih dahulu. Pengujian

oksigen terlarut ini menggunakan metode Winkler. Prinsip kerja dari metode

pengujian tersebut adalah oksigen akan mengoksidasi Mn2+ dalam suasana basa

membentuk endapan MnO2. Penambahan alkali iodida dalam suasana asam akan

membebaskan iodium. Banyaknya iodium yang dibebaskan ekivalen dengan

banyaknya oksigen terlarut. Rekasinya adalah sebagai berikut :

Mn2+ + 2OH- +1/2O2 MnO2 + H2O

Page 12: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

MnO2 + + 2I- + 4H+ Mn2+ + I2 H2O

I2 + S2O32- S4O6 + 2I-

BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri selama penguraian senyawa organik pada kondisi aerobik.

Parameter BOD digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran oleh senyawa

organik pada kondisi aerobik. Parameter BOD digunakan untuk menentukan

tingkat pencemaran oleh senyawa organik yang dapat diuraikan oleh bakteri.

Indikasi polusi air dapat ditunjukkan berdasarkan peningkatan bahan-

bahan terdekomposisi (organik) ke dalam air sungai atau danau sebagai tempat

pembuangan limbah. Masuknya bahan-bahan tersebut ke dalam bahan air akan

mengubah sifat fisik, kimia, dan biologis air sehingga kandungan oksigen terlarut

dalam air menurun. Ketersediaan oksigen dalam air dapat habis akibat

pertumbuhan mikroba pengurai, sehingga dapat terjadi kondisi anaerobik yang

menyebabkan kematian biota air seperti ikan dan tanaman.

Pertama sampel limbah dimasukan kedalam botol winkler sampai isinya

meluap agar tidak ada gelembung udara di dalam botol, kemudian diinkubasi

selama 5 hari. Sampel tersebut kemudian ditambahkan 2 ml MnSO4 yang

berfungsi mengikat O2. Sebanyak 2 ml alkali iodida azida ditambahkan. Iodium

yang terdapat pada alkali iodida azida dalam suasana asam sangat mudah

menguap sehingga untuk meminimalisasi kehilangan Iodium dilakukan penutupan

labu erlenmeyer dengan kantung platik gelap. Selanjutnya dilakukan pengocokan

dengan tujuan untuk membebaskan iodium dan menghilangkan senyawa reduktor

atau oksidator. Penambahan H2SO4 6N dilakukan dan penghomogenan. Dalam hal

ini penambahan asam sulfat H2SO4 untuk memberikan kondisi asam. Jika masih

terdapat endapan, penambahan H2SO4 terus menerus dilakukan. Sebanyak 25 ml

larutan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian

dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai berwarna bening keunguan, lalu

ditambahkan 10 tetes larutan amilum. Penambahan amilum saat ½ reaksi

dikarenakan amilum akan membungkus iodide saat penambahan di awal dan

menghambat reaksi I2 dengan Na-tiosulfat yang yang menghambat terbentuknya

I-. Titrasi ini akan mengubah I2 menjadi I- kembali. Jumlah I- yang terbentuk setara

dengan O2 yang terdapat pada sampel.

Page 13: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Pengujian DO dan BOD hanya dibedakan oleh adanya faktor mikroba

dalam limbah. BOD merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri

selama penguraian senyawa organik pada kondisi aerobik. DO adalah oksigen

terlarut yang terkandung didalam air, berasal dari udara dan hasil proses

fotosintesis tumbuhan air. Pengujian BOD ditentukan oleh DO sampel yang telah

diinkubasi selama 5 hari dan DO yang diinkubasi 1 hari (Sumanti, 2010).

Nilai DO paling besar pada hari ke-0 adalah pada sampel keran gedung 4,

sedangkan nilai DO terbesar pada hari ke-5 adalah keran gedung 4 dan selokan

ciseke. Nilai DO paling kecil dimiliki oleh sampel air limbah tahu, sedangkan

yang terbesar, yaitu air keran gedung 4. Terjadi penurunan nilai DO pada semua

sampel dari hari ke-0 sampai hari ke-5 kecuali pada air arboretum.

Ketersediaan oksigen terlarut di dalam limbah yang dibutuhkan oleh

bakteri dalam proses penguraian senyawa organik tergantung dari banyaknya

senyawa organik yang terdapat pada limbah tersebut. Semakin banyak jumlah

kandungan senyawa organik, maka jumlah gas oksigen terlarut yang dibutuhkan

akan semakin meningkat pula. Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh

bahan pencemar organik) juga dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. Hal

ini yang menyebabkan semua nilai DO pada sampel air limbah tahu, air sungai

sayang, air selokan ciseke dan air arboretum mengalami penurunan setelah

disimpan selama 5 hari. Mikroorganisme pencemar seperti bakteri aerobik yang

membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa organik pada air limbah

membutuhkan oksigen sehingga ketersediaan oksigen terlarut pada sampel

berkurang disebabkan dipakai oleh bakteri tersebut untuk menguraikan senyawa

organik. Hal ini akan mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalam air.

Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil. Kandungan nilai

BOD dalam air ada batasan tertentu sehingga dalam penanganan air kita harus

memperhatikan kandungan BOD dan oksigen terlarut demi kesehatan dan

keamanan lingkungan sekitar. Nilai DO yang baik adalah antara 5 mg/l – 8 mg/L,

nilai DO di bawah itu dikategorikan buruk.

Batas aman nilai BOD adalah 1-10 ppm. Berdasarkan hasil pengamatan di

atas, air sungai sayang dan air selokan ciseke dapat dikatakan aman karena nilai

BODnya masih di dalam batas aman. Nilai BOD untuk air limbah tahu dan air

Page 14: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

arboretum berada di bawah nilai aman. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan

sampel tersebut tercemar dan mengindikasikan banyak aktivitas mikroorganisme,

sedangkan sampel air limbah tahu dan air arboretum menunjukkan kandungan

mikroorganisme pengurai bahan organik di dalamnya sedikit.

Sampel air arboretum memiliki keanehan pada hasil pengamatan. Nilai

DO untuk sampel air arboretum pada yang diinkubasi selama 5 hari lebih tinggi

dari yang 0 hari. Seharusnya nilai DO akan semakin berkurang semakin lama

diinkubasi karena penggunaan oksigen terlarut untuk penguraian bahan organik

oleh mikroorganisme ataupun untuk oksidasi penguraian senyawa organik. Nilai

BOD untuk sampel limbah tahu, yaitu dari 0,08 mg/L pada hari ke-0 menjadi 0,12

mg/L pada hari ke-5. Sampel yang memiliki nilai BOD paling rendah seharusnya

memiliki ciri-ciri tidak berbau, berwarna bening dan tidak ada endapan sedangkan

sampel limbah tau berbau, berwarna kuning keruh, dan menghasilkan endapan

yang paling besar dibandingkna dengan limbah lainnya. Tentunya hal ini tidak

sesuai dengan literatur. Perbedaan hasil pengamatan dengan literatur ini dapat

disebabkan karena adanya indikasi polusi air dan dapat ditunjukan berdasarkan

peningkatan bahan-bahan terdekomposisi (organik) ke dalam sampel limbah

tersebut. Masuknya bahan-bahan organik tersebut ke dalam badan air akan

mengubah sifat fisik, kimia, dan biologis air, sehingga kandungan oksigen terlarut

dalam air akan menurun.

5.3 Pengujian COD (Chemical Oxygen Demand)

Selain ada pengujian kadar BOD dan DO pada suatu limbah, adapula

pengujian COD / Chemical Oxygen Demand. COD / Chemical Oxygen Demand

adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik

dalam contoh. Parameter COD menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air

yang dapat dioksidasi secara kimia.Oksidator yang umum digunakan adalah

Kalium dikromat. Beberapa metoda pengukuran COD diantaranya adalah metoda

tanpa reflux untuk kadar air tinggi, metoda reflux untuk kadar air rendah, metoda

untuk air garam.

COD (Chemical Oxygen Demand) hampir mirip dengan BOD, yang

menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi kimia oleh bakteri.

Page 15: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

pengujian BOD. Keunggulan itu diantara lainnya adalah :

Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji

dengan BOD karena bakteri akan mati.

Waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.

Makin tinggi nilai dari COD suatu cairan atau limbah maka makin besar

jumlah senyawa organik dalam air limbah tersebut yang dapat dioksidasi secara

kimia. Menurut Laksmi (1990), batas maksimum kandungan zat-zat kimia tertentu

di dalam air yang digunakan dalam proses industri pangan khususnya COD

(Chemical Oxygen Demand) adalah 10 mg/l. Jadi konentrasi COD pada air yang

akan digunakan dalam pengolahan industri pangan tidak boleh lebih dari 10 mg/l.

Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar COD pada berbagai

sampel air. Sampel yang dipakai pada praktikum kali ini masih sama dengan

sampel sebelumnya. Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu pertama-

tama dilakukan persiapan sampel. Untuk sampel limbah tahu, sebanyak 9 ml

aquades dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian ditambahkan 1 ml limbah

tahu, kemudian diambil 5 ml sampel dan dilakukan pengenceran hingga 10 kali.

Sedangkan untuk sample lain, sebanyak 4 ml aquades dimasukkan ke dalam

beaker glass, kemudian sebanyak 1 ml limbah diambil dan dilakukan pengenceran

5 kali.

Setelah persiapan sampel dilakukan, sampel yang telah disiapkan tersebut

diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 5 ml

H2SO4 6N dan 20 ml K2Cr2O7, kemudian dikocok Kemudian panaskan di penangas

air selama 10 menit. Dinginkan samapi suhu kamar, kemudian ditambahkan 10 ml

larutan KI 30% (dalam kresek hitam), kemudian kocok kembali selama 10 menit.

Selanjutnya titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning jerami,

kemudian setelah warna berubah tetesi dengan larutan amilum 1% sebanyak 10

tetes. Lanjutkan titrasi hingga menjadi warna biru muda.

Prinsip kadar COD ini dilakukan menggunakan oksidator kalium dikromat

yang berkadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur tertentu.

Penambahan oksidator ini menjadikan proses oksidasi bahan organik menjadi air

dan CO2, setelah pemanasan maka sisa dikromat diukur. Pengukuran ini dilakukan

Page 16: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

dengan jalan titrasi, oksigen yang ekivalen dengan dikromat inilah yang

menyatakan COD dalam satuan ppm.

Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu

kaliumbikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume

diketahui)yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian

dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromatditera

dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk

oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat

ditentukan. Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan

yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam

kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran

kandungan bahan organik.

Perhitungan COD (ppm)

COD = V Na 2 SO 3(Blanko−sampel )× N NA 2SO 3 ×8000 × Fp

ml Sampel

Berdasarkan hasil pengamatan, sampel cair yang memiliki kadar COD

paling tinggi adalah sampel air limbah tahu, sedangkan yang memiliki kadar COD

paling rendah adalah sampel air limbah keran gedung 4. Kadar COD yang tinggi

pada limbah air tahu menunjukan bahwa limbah air tahu membutuhkan oksigen

yang sangat besar agar limbah cair tersebut dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.

Sedangkan kadar COD yang rendah pada limbah kimia menunjukan bahwa air

limbah kimia membutuhkan oksigen yang sedikit agar limbah cair tersebut dapat

teroksidasi melalui reaksi kimia.Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui

bahwa limbah sampel yang memiliki nilai COD yang tinggi maka volume titrasi

yang dibutuhkan akan semakin rendah sebaliknya limbah sampel yang memiliki

nilai COD yang rendah maka volume titrasi yang dibutuhkan semakin tinggi.

Sampel-sampel yang diambil menunjukkan bahwa pada limbah industri tahu dan

limbah air sungai sayang kadar COD positif dan tergolong tinggi dibandingkan

tiga jenis limbah lainnya yaitu limbah air keran, air selokan ciseke dan air kolam

arboretum, ini menunjukkan bahwa besarnya jumlah senyawa organik dalam air

Page 17: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

limbah industri tahu dan limbah air sungai sayang kolam yang dapat dioksidasi

secara kimia.

Contoh perhitungan air sungai cidurian:

COD sungaiCidurian=(V blanko−V sampel)∙ N Na2 SO3

∙8.000 ∙ f p

mlsampel

¿(11,4−10,9) ∙0,1 ∙ 8.000 ∙5

5

¿(0,5 ) ∙0,1 ∙ 40.000

5

¿ 2.0005

¿400 ppm

Pada analisa BOD dan COD akan didapat nilai yang berbeda karena nilai

kadar COD disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang tahan

terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak terhadap oksidasi kimia, seperti lignin,

bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan peka terhadap oksidasi

biokimia tetapi tidak dalam uji BOD seperti selulosa, lemak berantai panjang, atau

sel – sel mikroba, dan adanya bahan toksik dalam limbah yang akan mengganggu

uji BOD tetapi tidak uji COD.

5.4. Perhitungan Total Mikroorganisme

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode SPC. Prinsip

dari perhitungan dengan menggunakan metode SPC ini adalah jika

mikroorganisme yang masih hidup ditambahkan pada medium agar, maka sel

mikroorganisme tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang

dapat dilihat dan dihitung dengan mata menggunakan mikroskop. Media yang

digunakan adalah PCA karena PCA merupakan media yang dapat menumbuhkan

bakteri, kapang dan khamir.

Prosedur yang dilakukan adalah prosedur sederhana yaitu

pengenceran limbah ke dalam NaCl fis 9 ml pada tiap tabung

raksi hingga 10-5. Kemudian dilakukan metode tuang ke dalam

cawan petri dengan media PCA yaitu media yang dapat

Page 18: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

ditumbuhi oleh semua jenis mikroorganisme.Inkubasi selama 2

hari pada suhu 30° C. Kemudian hitung total perhitungan

mikroorganisme (metode TPC).

Proses pengenceran bertujuan untuk memperluas bidang hidup sampel

agar memudahkan pada saat pengamatan dan perhitungannya. Pengenceran dapat

dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau

memenuhi cawan sebab biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan

sehingga menyebabkan biakan yang tidak bisa dihitung (TBUD).

Teknik penanaman agar tuang merupakan lanjutan dari pengenceran

bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran terakhir, yaitu

10-5 dan 10-6. Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat

tersebar merata pada media agar. Teknik ini memerlukan agar PCA yang belum

padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu

kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-

sel mikroorganisme tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel

terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan

agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu

banyak mengandung oksigen.

Perhitungan jumlah total mikroba pada air limbah penting dilakukan untuk

mengetahui tingkat pencemaran biologis, sehingga dapat ditentukan cara-cara

penanganan limbah yang sesuai dengan karakteristik limbah tersebut. Selain itu

juga perhitungan mikrooganisme sangat penting untuk mengetahui mutu atau

kualitas limbah sebelum mengalami perlakuan lanjutan dan menghitung proses

pengawetan yang akan ditetapkan pada bahan pangan tersebut.

Air limbah perlu dilakukan perlakuan terlebih dahulu agar aman untuk

digunakan. Apabila tidak, maka mikroorganisme akan memecah oksigen, air dan

akseptor hidrogen lain sehingga proses anaerobik menghasilkan bau busuk dan

kondisi untuk kehidupan biologis alamiah menjadi terganggu dan menyebabkan

penyakit bagi yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan hasil pengamatan, limbah yang menunjukkan

jumlah total mikroorganisme terbanyak, yaitu limbah selokan

ciseke, yaitu sebesar 58 bakteri, 2 khamir pada pengenceran 10-

Page 19: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

3, 28 bakteri 2 khamir pada pengenceran 10-4, dan 14 bakteri 1

khamir pada pengenceran 10-5. Namun, berdasarkan hasil

pengamatan tersebut banyak sekali hasil pengamatan yang

terasa ganjil, yaitu pada sampel limbah tahu, sungai cidurian,

dan arboretum semakin tinggi pengenceran justru jumlah

mikroorganisme semakin banyak, hal ini tentunya tidak sesuai

dengan literature, hal ini dimungkinkan karena banyak sekali

kontaminasi yang terjadi pada sampel.

Limbah yang mengandung mikoorganisme berarti

didalamnya terkandung senyawa-senyawa organik, seperti

kandungan karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan

sebagai substrat mikroorganisme. Limbah selokan ciseke

tersebut memiliki jumlah total mikroorganisme yang cukup tinggi

disebabkan sumber-sumber limbah domestik sangat beragam

seperti yang sudah disebutkan seperti dari WC, tempat cuci, dan

memasak dimana setiap tempat memiliki atau mengandung total

mikroorganisme yang berbeda-beda yang kemudian

terakumulasi dalam limbah domestik atau limbah rumah tangga.

Limbah rumah tangga adalah air yang telah dipergunakan yang

berasal dari rumah tangga atau permukiman termasuk di

dalamnya buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat

cuci, dan tempat memasak (Sugiharto, 1987).

Perhitungan total mikroorganisme pada limbah ini menggunakan metode

SPC. Menurut Fardiaz (1992), suatu standar SPC yaitu :

1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 30 dan 300.

2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan

koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai

satu koloni.

3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung

sebagai satu koloni.

Keuntungan dari metode ini adalah :

Page 20: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

(1) Hanya sel yang masih hidup yang dihitung.

(2) Beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus,

(3) Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroorganisme karena koloni

yang terbentuk mungkin berasal dari mikroorganisme yang mempunyai

penampakan pertumbuhan spesifik.

Selain keuntungan tersebut terdapat juga beberapa kelemahan yaitu :

(1) Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya.

(2) Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda.

(3) Mikroorganisme yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat

dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.

(4) Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan

koloni dapat dihitung.

5.5. Pengujian Bakteri Koliform

Bakteri koliform adalah golongan bakteri yang dijadikan sebagai indikator

polusi kotoran karena bakteri koliform merupakan spesies bakteri yang paling

banyak terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri koliform

adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan

termasuk dalam golongan Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat tumbuh pada

suhu sampai 400C, dengan suhu optimum 370C. Pertumbuhan optimum terjadi

pada pH 7,0-7,5 dengan kisaran antara 4,0 dan 9,0. Nilai Aw minimum untuk

pertumbuhan bakteri ini adalah 0,96. Bakteri ini relatif sangat sensitif terhadap

panas. Bakteri koliform bersifat aerobik serta anaerobik fakultatif yang

memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam

pada suhu 350C. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui keberadaaan

bakteri E.coli dalam sampel limbah yang digunakan dalam pengujian.

Berdasarkan sumbernya, bakteri koliform ini dapat dibedakan menjadi

dua, yang pertama koliform fekal, yaitu bakteri yang ditemukan pada kotoran

hewan dan manusia, seperti jenis Escherichia Coli, dan yang kedua koliform

nonfekal, yaitu bakteri yang ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati,

seperti jenis Enterobacter aerogenes, dan lain – lain. Keberadaan bakteri koliform

pada air makanan atau minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroba yang

Page 21: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

bersifat enteropatogenik atau enterotoksigenik yang berbahaya pada kesehatan.

Keberadaan bakteri koliform pada air, makanan atau minuman menunjukkan

kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau

enterotoksogenik yang berbahaya pada kesehatan.

Beberapa metode untuk mengetahui jumlah koliform pada sampel

diantaranya adalah metode MPN, metode cawan hitung (SPC), metode Milipore

Membrane Filter (MF), dan lain-lain. Metode yang digunakan pada praktikum

kali ini adalah metode MPN karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform

dalam jumlah yang rendah pada sampel.

Pengujian koliform dilakukan dengan melalui tahapan uji penduga, uji

penguat, dan uji pelengkap. Setelah didapatkan pengujian penduga yang positif,

maka dilanjutkan dengan uji penguat dengan menginokulasikan hasil yang positif

pada media EMB yang merupakan media selektif untuk pertumbuhan bakteri

koliform. Jika terdapat koloni yang tumbuh, maka dilakukan pengujian akhir yaitu

uji pelengkap dengan membuat kultur murni bakteri koliform dalam media agar

miring NA.

a. Uji Penduga

Tahapan uji penduga membutuhkan tabung reaksi yang telah diisi tabung

durham dan media LBDS/LBSS, kemudian sebanyak 10 ml sampel dimasukkan

ke dalam 3 tabung reaksi berukuran besar yang telah berisi 10 ml media LBDS

(Lactose Broth Double Strenght), selanjutnya 1 ml sampel dimasukkan ke dalam

tiga tabung reaksi berukuran kecil yang telah berisi 10 ml media LBSS (Lactose

Broth Single Strenght), serta 10 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kecil yang telah berisi 0,1 ml LBSS. LBDS dan LBSS mempunyai komposisi

yang sama yaitu Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan

Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Perbedaan antara LBDS dan LBSS hanya

terdapat pada kadar laktosanya. Kadar laktosa LBSS setengah dari LBDS yaitu 5

gram. Perbedaan konsentrasi yang dibuat menyebabkan LB-DS lebih pekat

dibanding LB-SS, karena LB-DS dibuat dengan dua kali konsentrasi seharusnya.

Dengan begitu nutrisi yang terkandung dalam LB-DS akan lebih banyak dan

memberi kondisi yang baik bagi mikroorganisme untuk tumbuh (Pelczar, 1986).

Page 22: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Metoda MPN pada prinsipnya adalah metoda penentuan tingkat

pencemaran mikroorganisme pada air minum dan air permukaan yang umum

dilakukan pada saat ini dengan teknik filter untuk penentuan bakteri coliform dan

fekal coli (coli tinja). Karena sifatnya lebih cepat dan lebih reprodusibel, metoda

ini lebih unggul bila dibandingkan dengan metoda SPC. Kelemahannya pada

metode membran filter terletak pada kepekaannya terhadap gangguan yang

disebabkan oleh kekeruhan air. Kekeruhan air yang disebabkan oleh partikel –

partikel zat organik yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme.

Selain itu hasil analisa dapat pula terganggu apabila dalam sampel terdapat zat

beracun atau bakteri jenis lainnya dalam jumlahnya besar (Safitri, 2009).

Sampel kemudian diinkubasi selama 2 hari dengan suhu 37oC. Penggunaan

suhu 37oC karena bakteri koliform tumbuh optimum pada suhu tersebut.

Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya

perubahan warna dan terbentuknya gas di dalam tabung durham yang diletakkan

dalam posisi terbalik, yaitu untuk mikroorganisme pembentuk gas.

Selama inkubasi, bakteri akan tumbuh dan menunjukan perubahan-

perubahan pada tabung reaksi, akan tetapi jika tabung reaksi tidak menunjukan

perubahan berarti pada sampel itu tidak mengandung bakteri atau disebut negatif.

Tabung positif ditentukan berdasarkan adanya perubahan warna dan timbulnya

gas. Namun, bila dalam suatu tabung hanya terjadi perubahan warna tanpa adanya

gelembung gas, tabung tersebut dinyatakan negatif. Berdasarkan sifat coliform,

maka bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa menjadi asam dan gas yang

dideteksi oleh berubahnya warna atau adanya kekeruhan dan timbulnya

gelembung-gelembung gas dalam tabung durham. Nilai MPN ditentukan dengan

kombinasi jumlah tabung positif (ada gelembung gas) tiap serinya setelah

diinkubasi (Penn, 1991).

Berdasarkan hasil pengamatan uji penduga di atas dapat dilihat bahwa

hampir semua sampel menunjukkan hasil yang positif. Sampel yang menunjukkan

hasil positif mengandung bakteri koliform adalah air sungai cidurian, air selokan

ciseke, dan air arboretum. Tabung positif ditentukan berdasarkan adanya

perubahan warna dan timbulnya gas. Gelembung udara yang dihasilkan pada

tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas yang respirasi mikroorganisme,

Page 23: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

sehingga dapat dilihat hasil dari respirasi mikroorganisme tersebut berupa

gelembung gas (Pelczar, 1986). Kekeruhan atau perubahan warna yang terdapat

pada tabung reaksi juga disebabkan karena adanya aktivitas dari suatu

mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi pada tabung-tabung reaksi tersebut

berbeda, ada yang mengalami kekeruhan pada bagian permukaannya saja dan juga

ada yang mengalami kekeruhan merata pada seluruh media dan sampel.

Kekeruhan yang terjadi merata pada media disebabkan karena adanya

mikroorganisme anaerob fakultatif, yaitu mikroorganisme yang mampu hidup

ataupun tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen. Kekeruhan yang terjadi pada

permukaannya saja disebabkan karena adanya mikroorganisme aerob (Pelczar,

1986).

Disini sampel air sungai cidurian, air selokan ciseke, dan air arboretum

menunjukkan jumlah koloform yang sama, yaitu >2400 APM/100 ml, sedangkan

air limbah tahu memiliki kandungan sebanyak 91 APM/100 ml dan air keran

gedung 4 sebesar 230 APM/100 ml. Menurut Kepmenkes RI No:

907/Menkes/VII/2002 kadar maksimum total coliform yang diperbolehkan dalam

air minum adalah 0 MPN/100 ml, yang artinya bahwa keberadaan bakteri ini

dalam air minum benar-benar tidak diizinkan.

b. Uji Penguat

Uji penguat dilakukan ketika pada uji penduga didapatkan bahwa tabung

dinyatakan positif mengandung gelembung-gelembung gas atau berubah

warnanya. Uji penguat dilakukan untuk menguji lebih lanjut mikroorganisme

yang terkandung pada limbah karena diduga limbah tersebut mengandung bakteri

fekal atau non fekal. Uji ini bertujuan untuk lebih meyakinkan apakah dalam

limbah yang positif ditumbuhi E. coli pada uji penduga benar-benar ditumbuhi E.

coli. Pengujian penguat ini dilakukan dengan cara mengambil sampel pada tabung

yang diduga ditumbuhi E. coli yaitu dengan memilih tabung yang menghasilkan

gelembung paling besar banyak dan medianya berwarna kuning. Sampel diambil

menggunkan ose dan digores pada media EMB (Eosin Methylen Blue) yang telah

membeku.EMB merupakan media selektif yang digunakan untuk menumbuhkan

jenis enterobakteria, khususnya koliform yaitu E. coli.

Page 24: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Prinsip isolasi mikroorganisme dalam EMB adalah dengan menghambat

pertumbuan bakteri gram positif yang kemudian bekerja sama dengan EMB yang

akan menghasilkan warna yang berbeda-beda ketika lakosa atau sukrosa

difermentasi oleh bakteri. Bakteri yang menfermentasi laktosa akan menghasilkan

koloni dengan bagian tengah biru kehitam-hitaman. Koloni E. coli akan

menghasilkan koloni berwarna biru kehitaman, dengan warna tengah koloni hijau

tua dan menghasilkan kilau metalik (Holt-Harris dan Teague, 1916). Sedangkan,

bakteri non fekal (Enterobacteria) akan menghasilkan koloni berbentuk

bulat/melebar berwarna pink, merah, dan kuning.

Berdasarkan hasil pengamatan pada uji penguat, EMB yang menghasilkan

koloni hijau metalik adalah pada sampel air sungai, air selokan dan air keran. Hal

ini menunjukkan bahwa pada air keran positif mengandung E. coli. Untuk sampel

lain yang tidak tumbuh E. coli kemungkinan adalah bakteri koliform lain yang

terdeteksi pada uji penduga, yaitu pada air limbah yang lain ditumbuhi bakteri

Enterobacter karena perubahan warna menjadi ungu atau merah muda. Air keran

yang diasumsikan sebagai air bersih ternyata masih mengandung bakteri E. coli

hal ini menunjukkan bahwa air keran tetap harus dilakukakan proses pemanasan

supaya E.coli tidak dapat hidup kembali. Kontaminasi E.coli pada air keran

diduga berasal dari tempat penyulingan, dimana E.coli yang umumnya berada di

tempat-tempat pembuangan kotorang mudah mengontaminasi air pada saat

pengylingan air. Menurut Suriawiria (1995), perairan alami memang merupakan

habitat atau tempat yang sangat parah terkena pencemaran.

c. Uji Pelengkap

Untuk memastikan kandungan koliform dalam sampel maka dilakukan uji

pelengkap.Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasikan bakteri fekal dan

non-fekal dalam medium NA dan diinkubasikan selama 3 hari pada suhu 370C.

Dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna dan dilakukan pewarnaan gram

pada koloni bakteri yang tumbuh pada medium NA.Koloni bakteri yang

menunjukkan pewarnaan gram negatif berbentuk batang dan membentuk asam

merupakan uji lengkap adanya koloni koliform dalam sampel.

Page 25: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Berdasarkan hasil pengematan pada uji pelengkap, hanya bakteri pada air

gedung 4 sajalah yang dapat teramati.

5.6. Pengujian Salmonella dan Shigella

Air berpotensi menjadi salah satu media pertumbuhan bakteri Salmonella-

Shigella dan dapat terkontaminasi oleh kedua bakteri tersebut, bahkan air minum

sekalipun.Bakteri Salmonella-Shigella merupakan salah satu jenis bakteri

enteropogenik yang dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal atau penyebab

penyakit pada saluran pencernaan seperti tipus dan disentri.Kedua jenis bakteri

tersebut bisa terdapat dalam air limbah dan dapat juga mengkontaminasi air

minum.Bakteri enteropatogenik umumnya terdapat dalam sampel air, makanan

dan minuman dalam jumlah sedikit, namun jumlah itu cukup dapat menimbulkan

penyakit.

Uji kuantitatif terhadap bakteri Salmonella-Shigella pada makanan dan

minuman kadang-kadang tidak dapat terdeteksi karena pertumbuhannya tertutup

oleh mikroba lain dalam makanan tersebut. Untuk mengetahui adanya aktivitas

bakteri Salmonella-Shigella dalam sampel air maka perlu dilakukan uji kualitatif

yang melalui beberapa tahapan untuk memperbanyak jumlah bakteri tersebut

sehingga memudahkan untuk mendeteksi dan mengisolasinya. Tahapan-tahapan

tersebut adalah : tahapan perbanyakan dengan menggunakan media perbanyakan,

tahapan seleksi dengan menggunakan medium selektif, tahapan isolasi,

identifikasi primer, dan identifikasi lengkap. Dalam praktikum kali ini dilakukan

pengujian dan pengamatan terhadap bakteri Salmonella-Shigella dalam sampel air

limbah tahu, air limbah rumah tangga, air limbah kimia dan air keran.

Tahap pengujian Salmonella-Shigella yang pertama yakni tahap

perbanyakan dengan cara memasukkan 1 ml sampel air limbah ke dalam tabung

reaksi yang berisi 9 ml TTB (Tetra Tionat Broth) kemudian diinkubasi selama 16

jam pada suhu 37oC. Waktu inkubasi haruslah selama 16 jam, jika waktu inkubasi

melebihi 16 jam maka akan tumbuh bakteri lain seperti bakteri koliform yang

akan mengganggu pertumbuhan bakteri Salmonella-Shigella.

Tahap pengujian selanjutnya yakni tahap seleksi dengan metode gores

kuadran dengan jalan mengambil mencelupkan ose dari kultur yang telah

Page 26: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

mengalami perbanyakan kemudiankan digoreskan di atas media SSA yang telah

membeku secara kuadran dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Media

SSA merupakan media spesifik untuk pertumbuhanbakteri Salmonella-Shigella.

Tahap ketiga adalah tahap isolasi dengan agar miring untuk kemudian

diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam dan dilakukan pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan, sampel yang ditumbuhi bakteri

Salmonella, yaitu air arboretum, air keran gedung 4, air selokan ciseke, dan air

sungai cidurian. Sedangkan, sampel yang ditumbuhi bakteri Shigella, yaitu limbah

tahu, air sungai cidurian, dan air arboretum.

Salmonella merupakan nama genus bakteri dengan ciri-ciri berbentuk

batang, motil (kecuali S. gallinarum dan S. pullorum yang non-motil), tidak

membentuk spora, dan Gram-negatif. Bakteri ini tersebar luas di dalam tubuh

hewan, terutama unggas dan babi. Lingkungan yang menjadi sumber organisme

ini antara lain air, tanah, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran

hewan, daging mentah, daging unggas mentah, dan makanan laut mentah. Warna

koloni Salmonella berwarna hitam akibat gas sulfur yang diprodusi oleh

mikroorganisme tesebut.

Shigella merupakan bakteri berbentuk batang, Gram-negatif, tidak motil,

tidak membentuk spora.Kurang dari 10% kasus-kasus keracunan makanan

disebabkan oleh Shigella (shigellosis).Shigella jarang ditemui pada hewan;

penyakit ini pada dasarnya hanya ditemui pada manusia dan primata lain seperti

monyet dan simpanse. Organisme ini sering ditemukan dalam air yang tercemar

kotoran manusia.

Page 27: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

VI. KESIMPULAN

6.1. Pengujian Karakteristik Fisik Limbah

1. Air Limbah yang mempunyai pH terendah adalah air limbah tahu dengan

5,28 sedangkan yang mempunyai pH tertinggi adalah air kolam arboretum

dengan 9,36

2. Suhu terendah ada pada sampel limbah air keran gedung 4 dengan 24oC

dan suhu tertinggi ada pada sampel air limbah tahu dengan 39oC

3. Keempat sampel menunjukkan warna yang keruh kecuali air keran yang

menunjukkan warna bening.

4. Warna keruh pada limbah dapat ditimbulkan oleh kehadiran mikroba

bahan-bahan tersuspensi oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta

tumbuh-tumbuhan.

5. Pada pengujian Bau, sampel yang berbau beda karena limbah di ambil dari

tempat yang berbeda-beda pula.

6.2. Pengujian BOD

1. Kadar BOD tertinggi adalah pada air keran gedung 4, air selokan, dan air

kolam arboretum. Ketiga sampel ini menunjukkan hasil yang sama, yaitu

sebesar 1,6 ppm. Sedangkan BOD terendah adalah air sungai cidurian

yaitu 0,24 ppm.

2. Makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan

DO akan semakin rendah.

3. Besar kecilnya BOD maka semakin banyak petunjuk tentang banyaknya

sampah organik yang terdapat dalam air. Semakin besar harga BOD maka

Page 28: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

akan semakin banyak sampah organiknya dan semakin sedikit jumlah

oksigen yang terlarut.

6.3. Pengujian COD

1. Kadar COD tertinggi adalah air limbah tahu yaitu 6720 ppm, sedangkan

kadar COD terendah adalah air keran gedung 4 yaitu 240 ppm.

2. Semakin rendah kadarCOD, maka semakin bagus kualitas air tersebut.

6.4. Perhitungan Total Mikroorganisme

1. Total mikroorganisme tersebesar didapatkan pada sampel air selokan

ciseke meggunakan perhitungan SPC, sebesar 5,8 x 104.

2. Sedangkan nilai SPC yang paling rendah terdapat pada sungai cidurian

yakni sebesar 1,0 x 104. Sedangkan, pada sampel air keran gedung 4,

perhitungan tidak valid.

3. Perhitungan total mikrooganisme penting untuk mengetahui seberapa

mikroorganisme hidup yang ada pada sampel limbah tersebut.

6.5. Pengujian Bakteri Koliform

1. Sampel dengan MPN tertinggi ada 3, yaitu air kolam arboretum, air sungai

cidurian dan air selokan ciseke, yaitu lebih dari >2400 APM/100 ml.

2. Sampel dengan nilai MPN terkecil yaitu air limbah tahu.

3. Pada uji penguat, hanya sampel air sungai cidurian, keran gedung 4, dan

air ciseke yang mengandung koliform, selain itu pada sampel lain tidak.

4. Berdasarkan uji penguat, sampel sungai cidurian, selokan ciseke, dan air

gedung 4 menunjukkan bakteri yang tumbuh adalah bakteri fekal.

5. Berdasarkan uji pelengkap, hanya air keran gedung 4 yang dapat teramati.

6.6. Pengujian Bakteri Salmonella-Shigella

1. Sampel yang mengandung bakteri Salmonella adalah air selokan ciseke,

air sungai cidurian, air arboretum, dan air keran gedung 4.

2. Sampel yang mengandung bakteri Shigella adalah air limbah tahu, air

sungai cidurian, dan air arboretum.

Page 29: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. 1987. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta-IPB: Bogor.

Hefni, Mauli. 2003. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. YogyakartaRavina, Louis. 1993. Coagulation and Flocculation. Zeta-Meter, Inc. Virginia.

Holt-Harris dan Teague. 1916. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerjemah Hadiutomo, R.S.. Jakarta: UI Press.Marlina, Singgih Wibowo. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme. Available Online at: http://download.fa.itb.ac.id/ (Diakses pada Minggu, 5 Januari 2014 pukul 5.08 WIB).

Pelczar, Jr et al. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University, Milton Keynes.

Safitri, R., dkk. 2009. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Said N. I. dan H.D.Wahjono. 1999. Alat Pengolah Air Limbah Rumah Tangga Semi Komunal Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Siradz, Syamsul A., dkk. 2008. “Kualitas Air Sungai Code, Winongo dan Gajahwong, Daerah Istiewa Yogyakarta”. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8,. No. 2 (2008) p: 121-125

Page 30: Laporan Limbah Lengkap Fix

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

S.L Betty dan Winiati P.R. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Bogor.

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sumanti, D dan Tita, R. 2010. Penanganan Limbah Industri Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor.