Upload
seandyan-dharma-putra
View
75
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan LBB
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
MODUL VI :
Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus
(ASTM C – 40)
PENANGGUNG JAWAB MODUL
Elza Ramba Malino
Kelompok II :
1. Nesya Graftia D B
2. Irfan Alfatah
3. Andi Eriyanto
4. Mahrumi Abdul Aziz
5. Seandyan Dharma Putra
6. Desprika Pujo H J
7. Raden Luthfi Ahmad
Asisten :
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG – BANTEN
2011
MODUL PRAKTIKUM : Pemeriksaan Zat Organik pada Agregat
Halus (ASTM C – 40)
TANGGAL PRAKTIKUM : 2 November 2011
PENYUSUN MODUL : Seandyan Dharma Putra
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB :
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Maksud dan Tujuan
Maksudnya adalah
Untuk mengetahui kadar zat organik yang terdapat dalam pasir yang dapat
mempengaruhi mutu beton.
Tujuannya adalah
Untuk menentukan adanya bahan organik di dalam pasir alam yang akan digunakan
sebagai bahan campuran beton.
I.2. Dasar Teori
Pasir yang baik adalah pasir yang tidak banyak mengandung zat organik, sebab bila
pasir banyak mengandung zat organik yang berlebihan akan menyebabkan terhambatnya
hidrasi pada semen sehingga akan memperlama proses pengerasan dan mengurangi kekuatan
pada beton dan juga dapat menyebabkan korosi atau karat pada tulangan yang tertanam
dalam beton.
Zat organik dpat menimbulkan efek samping negatif terhadap mutu beton. Dan
sebagai salah satu bahan campuran beton pasir harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar
kekuatan beton sesuai dengan rencana. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah tidak
diperbolehkan mengandung bahan organ terlalu banyak.
Agregat halus (pasir) tidak boleh mengandung lumpur 5%, bisa juga diartikan bahwa
lumpur adalah bagian dari agregat yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Dan apabila kadar
lumpur 55, maka agregat tersebut harus diuji.
Berdasarkan peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 disebutkan bahwa, agregat
halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang harus dibuktikan
dengan percobaan warna dari Abrams-Harder menggunakan alat standar warna (organic
plate).
Pemeriksaan kadar lumpur agregat dengan cara pencucian juga dapat diketahui
adanya bahan organik yang terbuang karena lumpur tetapi cara tersebut belum dapat
memberikan kepastian apakah pasir alam tersebut sudah bebas atau belum dari bahan
organik.
Untuk mengetahui adanya zat organik pada agregat halus (pasir) dapat ditest dengan
percobaan Abrums Harder (dengan larutan NaOH). Pada percobaan warna Abrums Harder
digunakan larutan NaOH 3%, yang diperoleh dengan cara melarutkan Na padat sebanyak 5
gram kedalam air sebanyak 200ml. Larutan NaOH dapat digunakan sebagai indikator bahwa
agregat tersebut mengandung sejumlah zat organik, karena NaOH dapat bereaksi dengan zat
organik yang terdapat dalam agregat.
Pada praktikum ini menggunakan larutan NaOH (3%) sebanyak 6 gram untuk
membantu mengetahui agregat tersebut bebas dari kotoran organik artinya hanya sampai pada
standar no.3. Apabila warna lebih tua atau berwarna kuning tua (sampai standar no.4 dan
no.5), maka pasir tersebut mengandung banyak zat organik dan tidak baik untuk campuran
beton.
Hasil dari percobaan ini adalah terlihat pada warna yang terjadi setelah proses
pengendapan selama 24 jam. Semakin terang warna dari larutan NaOH maka semakin sedikit
zat organik dalam agregat tersebut, begitu pula sebaliknya.
I.3. Peralatan yang digunakan
1. Botol gelas tidak berwarna mempunyai tutup berlapis karet atau lainnya yang tidak
larut dalam larutan NaOH kapasitas 200ml.
2. Standar warna (organic plate).
3. Talam.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
5. Saringan standar ASTM no.4.
I.4. Bahan-Bahan
1. Pasir 70 gram (kira-kira 1/3 isi botol) = berat 1/3 dari isi botol (200cc).
2. Larutan NaOH 3% dari kapasitas botol gelas (200ml) 6 gram.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1. Persiapan percobaan
Pasir yang lolos saringan no.4 (4,75 mm) sebanyak 70 gram 9kira-kira 1/3 iai botol).
II.2. Jalannya percobaan
1. Benda uji dimasukkan ke dalam botol kira-kira 1/3 isi botol.
2. Masukkan larutan NAOH 3% kedalam botol. Lalu isinya dikocok hingga tinggi
cairan mencapai kira-kira ¾ botol.
3. Tutup botol tersebut dan kocoklah kuat-kuat ±10 menit. Kemudian biarkan selama
24 jam.
4. Setelah ±24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat di atas benda uji dengan
standar warna.
1
BAB III
HASIL PERCOBAAN
I II
2
3
4
5
1
2
3
4
5
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Kadar zat organik pada agregat berpengaruh pada mutu monar dan beton.
2. Larutan NaOH 3% dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui adanya
zat organik pada agregat.
3. Larutan NaOH dapat bereaksi dengan zat organik.
4. Kadar zat organik mempunyai persyaratan standar warna Abrams Harder no.1.
IV.2. Saran-saran
1. Perhatikan dengan baik dalam pembuatan NAOH 3%.
2. Perlu diperhatikan dalam penimbangan benda uji, karena diperlukan kecermatan
dan ketelitian dalam membaca angka yang tertera pada timbangan.
3. Praktikan harus serius dalam laboratorium agar kesalahan dalam melakukan
praktikum dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Herlina, Riana L, Ir, 1996, “ Pedoman Praktikum Beton “, Edisi pertama,
Laboratorium Bahan Bangunan dan Beton FTSP-ITI, Serpong.
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, N.I.-2, Cetakan ke Tujuh, Departemen
Pekerjaan Umun.
3. Murdock, L.J, Brook, K.M, 1979, “ Bahan dan Praktek Beton “, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta.
FOTO