21
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI secara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal,"femur bagian distal dan patella. knee joint terdiri dari tiga bagian persendian medial dan lateral antara condylefemur dan tibia serta persendian intermediate antara patela dan femur. femur distal terdiri dari medialcondyle dan lateral condyle, femoraltrochlear groove dan intercondylar notcth. Ligamen tersebut melewati anterior, medial dan distal sendi dari femur ke tibia. ligamen berputar atas diri membentuk spiral sedikit luar (lateral), melewati bawah ligamentum trans & erse meniscal di ujung tibialisnya. beberapa fasikula mungkin menyatu dengan perlekatan anterior dengan meniskus lateral. ikatan tibialis lebih lebar dan lebih kuat dari perlekatan femoralis. A. Ligamentum Intra Capsular

Laporan pendahuluan Acl Rupture

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp acl rupture ari susanti

Citation preview

I. ANATOMI DAN FISIOLOGIsecara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal,"femur bagian distal dan patella. knee joint terdiri dari tiga bagian persendian medial dan lateral antara condylefemur dan tibia serta persendian intermediate antara patela dan femur. femur distal terdiri dari medialcondyle dan lateral condyle, femoraltrochlear groove dan intercondylar notcth. Ligamen tersebut melewati anterior, medial dan distal sendi dari femur ke tibia. ligamen berputar atas diri membentuk spiral sedikit luar (lateral), melewati bawah ligamentum trans & erse meniscal di ujung tibialisnya. beberapa fasikula mungkin menyatu dengan perlekatan anterior dengan meniskus lateral. ikatan tibialis lebih lebar dan lebih kuat dari perlekatan femoralis.

A. Ligamentum Intra CapsularLigamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.

1. Anterior Cruciate LigamentACL istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya (menyilang) dan crucial (sangat penting). Cruciate ligament saling bersilangan satu sama yang lain. Menyerupai huruf X. ACL adalah stabelizer untuk knee joint pada aktivitas pivot. ACL mula berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi, berukuran sebesar jari kita dan panjangnya rata-rata 38 mm dan lebar rata-rata 10mm, dan dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar 226kg.

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada femur tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga mencegah kemungkinan untuk patologi meniscal. Ini terdiri dari dua bundel, sebuah bundel anteromedial, yang ketat di fleksi, dan bundel posterolateral, yang lebih cembung dan ketat dalam ekstensi.

Suplai vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate middle, serta dari difusi melalui sheath sinovial nya . persarafan dari ACL terdiri dari mechanoreceptors berasal dari saraf tibialis dan memberikan kontribusi untuk proprioseptifnya, serabut rasa nyeri dalam ACL yang hampir tidak ada, ini menjelaskan mengapa ada rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut sebelum pengembangan hemarthrosis yang menyakitkan.2. Posterior Cruciate LigamentLigamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. B. Ligamentum Extracapsular1. Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m.quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. Poplitei.

3. Ligamentum Collaterale TibiaeLigamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. 4. Ligamentum Popliteum ObliquumMerupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. 5. Ligamentum Transversum GenuLigamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari jaringan connective, kadang-kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.C. Cartilago Semilunaris (Meniscus)Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.D. Capsula Articularis

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior. Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi. Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian, berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago, dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.Persyarafan Sendi LututPersarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang - cabang dari nervus yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan berfungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh :

1. N. femoralis 2. N. Obturatorius3. N. Peroneus communis 4. N. TibialisSuflai Darah

Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis.Sistem Limfe

system limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymph node popliteal, dimana aliran limfe berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal lymph node.

II. KONSEP DASARA. Pengertian

Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah. ACL menjaga kestabilan lutut.B. Etiologi

Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera acl terjadi melalui mekanisme non kontak sementara 30 persen adalah hasil dari kontak langsung dengan pemain lain atau object. Mekanisme cedera sering dikaitkan dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau side stepping manuver , pendaratan canggung atau out of control play. Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah kemungkinan penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL menjadi lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari usia 40 tahun.C. Manifestasi Klinis 1. Pasien selalu merasa atau mendengar bunyi pop di lutut pada saat cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi ). Ketidakstabilan mendadak di lutut (Lutut terasa goyah) hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut.

2. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.

3. Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera (Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya merupakan tanda cedera lutut serius).D. Klasifikasi Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai :

1. GRADE 1 : Dengan nyeri ringan dan bengkak tetapi tidak ada perpanjangan permanen atau kerusakan pada ligamen.2. GRADE II : Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula) dan diperpanjang. Ada rasa sakit umumnya lebih dan bengkak dan sering memar. Ligament biasanya akan sembuh tanpa operasi. Ligament akan memiliki beberapa kelemahan (yaitu membuka) dibandingkan dengan normal tetapi sendi akan sembuh dan biasanya dapat berfungsi normal dengan sedikit ketidakstabilan.3. GRADE III : Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua. Sering kali ada rasa sakit yang relatife sedikit. Namun, sendi sangat tidak stabil, dan menahan seringkali sangat sulit bahkan dengan tongkat sekalipun. Lutut akan terlepas atau buckle. Sering memar disekitar lutut, operasi seringkali diperlukan untuk perbaikan.E. Patofisiologi ACL seperti semua ligament lain, terdiri dari tipe 1 kolagen. Ultrastruktur ligament adalah sangat mirip dengan tendon, tetapi serat didalam ligament lebih berfariasi dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi insersinya. vaskularisasi dalam ligament adalah seragam, dan ligament masing-masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umumnya terjadi diantara lapisan fibrocartilage tidak bermineral dan yang bermineral. Rupture ACL yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar.ACL menerima suplai darah kaya, terutama dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL pecah, haemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat.

F. Penatalaksanaan

Penanganan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan pasien. Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktifitas olahraga dan perlu dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan aktifitas yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke kehidupan yang sederhana. Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat berjalan seperti biasa. Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh. Pada perkembangannya pasien akan merasakan bahwa lututnya tidak stabil, gampang goyang dan sering timbul nyeri. Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi Arthroscopy agar pasien dapat pulih seperti sedia kala dengan insisi yang kecil. Operasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari artroskopi adalah kurang invasive, kurang nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat. G. Komplikasi Komplikasi kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka, operasi menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya gerakan .

III. ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian

Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.

1. Pengkajian umum :

a. Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi

b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat

c. Alasan masuk rumah sakit

2. Data riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

b. Riwayat kesehatan sekarang

Perlu diketahui:

1) Lamanya sakit

Lamanya klien menderita sakit kronik / akut

2) Factor pencetus

Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas tertentu

c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

b. TTV

c. Tingkat kesadaran

d. Rambut dan hygiene kepala.

e. Mata

Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil

f. Gigi dan mulut

Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah, peradangan pada tonsil.

g. Leher

h. Dada / thorak

i. Cardiovaskuler

Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung

j. Pencernaan/Abdomen

Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus

k. Genitalia

Kebersihan dan keluhan lainnya

l. Ekstremitas

Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.

m. Aktifitas sehari-hari

n. Data social ekonomi

Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga

o. Data psikologis

Kesadaran emosional pasien

p. Data spiritual

Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri b.d agen injury2. Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan tungkai bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat

3. Resiko infeksi b.d prosedur invasif4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan: gangguan metabolisme sel, kehilangan integritas struktur tulang

5. Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi.

C. Intervensi keperawatan NoDiagnosaRencana keperawatan

Tujuan dan KHIntervensi

1Nyeri b.d agen injurySetelahdilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil:1. Mampu mengontrol nyeri2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.4. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri speerti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan.6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat atau dingin.7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.8. Tingkatkan istirahat9. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lamanyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur10. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali

2Resiko tinggi trauma b.d ketidakmampuan mengerakkan tungkai bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien tidak mengalami trauma dengan criteria hasil:1. Pasien bebas dari trauma fisik1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit teradahulu pasien3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya.4. Memasang side railtempat tidur.5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.6. Menempatkan saklar lampu yang mudah dijangkau pasien.7. Membatasi pengunjung.8. Control lingkungan dari kebisingan.9. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tau pengunjung adnaya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit

3Resiko infeksi b.d prosedur invasif

Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 3x24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan criteria hasil :1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.3. Jumlah leukosit dalam batas normal.4. Menunjukkan perilaku hidup sehatStatus imun, gastrointestinal, Genitourinaria dalam batas normal1. Pertahankan teknik aseptic2. Batasi pengunjung bila perlu3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawata4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum6. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi kandung kemih7. Tingkatkan intake nutrisi8. Berikan terapi antibiotic9. Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local10. Pertahankan teknik isolasi11. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.12. Dorong masukan cairan13. Dorong istirahat14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi15. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.

4Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan: gangguan metabolisme sel, kehilangan integritas struktur tulang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan criteria hasil:1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik2. Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah4. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi1. Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat dan cegah terhadap cedera4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan tentang teknik ambulasi5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi6. Latih pasien dalam pememnuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan7. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

5.Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi.

Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam kecemasan klien teratasi dengan criteria hasil:1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas2. Vital sign dalam batas normal3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan1. Gunakan pendekatan yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut5. Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan prognosis6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi8. Dengarkan dengan penuh perhatian9. Identifikasi tingkat kecemasan10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

Daftar pustaka

Anderson, 1999,Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia,Jakarta, EGCAnderson Silvia Prince. (1996).Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGChinchliff, sue. 1999. kamus keperawatan. Edisi 17. JakartaEGC.Muttaqin, A. 2011.Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakartaLAPORAN PENDAHULUAN ACL RUPTURE (RUPTURE ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT) DI RUANG BEDAH 6

RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA PUSAT

Disusun Oleh :

Siti Hayuni : 1410721037Program Studi Profesi Ners

Fakultas lmu-ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

2014/2015