26
DARAH LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Matakuliah Anatomi Fisiologi Manusia Yang Dibina Oleh Bapak Drs. H. Soewolo, M.Pd. dan Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si. Oleh kelompok 5: Fadilatus Shoimah 120342400169 Syifa Sundari 120342400173 Lupita Oktaviona 120342422489 Riri Wiyanti R. 120342422498 Sukma Qumain 120342422472 Hikmatunisa Afit R. 120342422501 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Oktober, 2014

Laporan Prak Anfisman Keg VI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semoga bisa bermanfaat. Mohon maaf jika banyak kekurangan. ^_^

Citation preview

  • DARAH

    LAPORAN PRAKTIKUM

    Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum

    Matakuliah Anatomi Fisiologi Manusia Yang Dibina Oleh

    Bapak Drs. H. Soewolo, M.Pd. dan Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si.

    Oleh kelompok 5:

    Fadilatus Shoimah 120342400169

    Syifa Sundari 120342400173

    Lupita Oktaviona 120342422489

    Riri Wiyanti R. 120342422498

    Sukma Qumain 120342422472

    Hikmatunisa Afit R. 120342422501

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN BIOLOGI

    Oktober, 2014

  • A. Tujuan

    Praktikum ini bertujuan:

    1. Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih

    2. Menguji kecepatan pembekuan darah

    3. Menguji golongan darah

    4. Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah

    B. Dasar teori

    Darah merupakan suatu jaringan cair yang tersusun dari sel-sel darah yang

    berada dalam suatu matrik cair yang biasa disebut plasma darah. Isnaeni

    (2006) menjelaskan bawa darah tersusun aatas cairan plasma dan sel darah.

    Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),

    dan keping darah (trombosit). Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang

    terdiri dari suatu matriks cair (plasma) dimana sel-sel berada. Sifat serabut dari

    matriks tersebut akan Nampak apabila darah mengalami pembekuan. Matriks

    tersebut akan berubah menjadi benang-benang firbrin, yang akan membentuk

    dasar structural dari peristiwa pembekuan darah. Pembakuan darah atau

    koagulasi, merupakan bagian dari perlindungan tubuh untuk menghentikan

    kehilangan darah apabila pembuluh darah luka. Proses ini memerlukan

    interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam plasma (faktor

    pembeku, atau prokoagulan) (Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Anfisman,

    2014).

    Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang pada umumnya

    terdiri dari air 9192%; protein 89%, protein yang terdapat dalam plasma

    darah adalah serum albumin, serum globulin, dan fibrinogen; garam-garam

    anorganik 0,9%, garam garam anorganik ini terdiri atas anion Cl, CO3, HCO3,

    SO4, PO4 dan kation Na, K, Ca, Mg, Fe; substansi organik lain kecuali protein

    seperti garam amonium, urea, kreatinin, kreatin; lipid yaitu berupa lemak,

    fosfolipid, kolesterol; karbohidrat seperti glukosa; gas-gas yang larut dalam

    plasma, yaitu O2, CO2, N2 dan gas-gas lain yang dihasilkan oleh usus;

    substansi-substansi lain seperti hormon, enzim (Wulangi, 1993).

    Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat

    oksigen dan sedikit karbon dioksida untuk di dangkut di dalam darah. Sel

  • darah putih berfungsi dalam pertahanan tubuh non spesifik dan system imun.

    Sedangkan trombosit berfungsi dalam pembekuan darah (hemostatis).

    Didalam laboratorium, sel darah dapat dihitung dengan menggunakan alat

    yang terdiri dari pipet sel darah (untuk melakukan pengenceran), dan keping kaca

    dengan kamar-kamar penghitung yang diketahui luasnya (untuk perhitungan).

    Kaca penghitung ini disebut hemasitometer. Ada dua macam pipet sel darah

    merah (yang bertanda butiran merah) dan pipet sel darah putih (yang bertanda

    butiran putih). Untuk melakukan perhitungan sel darah merah secara langsung,

    maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahui volumenya ke dalam suatu

    larutan yang bersifat antikoagukasi yang juga diketahui volumenya. Dengan cara

    ini maka diketahui pengenceran darah yang akan dihitung.

    Penggolongan darah merupakan suatu system klasifikasi darah yang

    berdasar pada keberadaan protein khusus pada permukaan luar plasma membrane

    sel darah merah. Protein semacam ini disebut antigen atau aglutinogen yang

    dikenal bersifat genetic. Antigen-antigen tersebut normalnya ditemani oleh

    protein-protein lain yang berada di dalam plasma, yaitu antibody atau agglutinin,

    ang bereaksu dengan sel darah merah yang memiliki antigen beda, menyebabkan

    darah menggumpal (aglutinasi), dan bahkan hemolysis (Petunjuk Praktikum Mata

    Kuliah Anfisman, 2014).

    Sel darah merah manusia mengandung hemoglobin, yang berfungsi

    mengikat dan mengangkut oksigen. Dalam mengukur kapasitas oksigen yang

    diangkut dalam darah, maka perlu ditentukan kandungan oksigen dalam darah.

    Semakin banyak kandungan hemoglobin dalam sel darah merah, maka semakin

    banyak pula oksigen dapat diangkut. Beberapa teknik telah digunakan untuk

    memperkirakan kandungan hemoglobin dalam darah mulai dari cara lama yang

    kurang akurat sampai menggunakan calorimeter yang sangat akurat. (Petunjuk

    Praktikum Mata Kuliah Anfisman, 2014).

    C. Alat dan Bahan

    Alat

    - Hemasitometer

    - Pipet sel darah merah

    - Pipet sel darah putih

  • - Mikroskop cahaya

    - Blood lancet

    - Kaca benda

    - Stopwatch

    - Jarum pentul

    - Hb meter scale Tallquist

    - Kain lab yang lembut

    Bahan

    - Larutan Hayam untuk sel darah merah

    - Larutan 1% asesat untuk sel darah putih

    - Alkohol 70%

    - Kapas

    - Serum anti A

    - Serum anti B

    - Tusuk gigi

    D. Prosedur kerja

    1. Menghitung sel darah putih

    Mengkocok pipet dengan posisi horizontal selama 2-3 menit, kemudian membuang 2-3 tetes darah dari dalam pipet

    Memasukkan ujung pipet ke dalam larutan asam asetat 1% dan menghisapnya dengan cepat serta hati-hati samapi batas tanda 11.0

    Menempelkan ujung pipet sel darah putih pada darah diujung jari anda, kemudian menghisap darah ke dalam pipet sampai batas 1 ml

    Menghapus tetes darah pertama yang keluar luka pertama dengan kapas bersih

    Menempelkan ujung lancet pada jari dan dengan cepat menekan tombol blood lancet sehingga lancet menusuk jari

    Mengatur panjang lancet sesuai yang dikehendaki (tidak terlalu panjang/tidak terlalu pendek)

    Membersihkan pula blood lancet dengan kapas yang dibasahi alkohol dan membiarkannya sampai kering

    Membersihkan salah satu dari 3 ujung jari tengah dengan kapas yang dibasahi alkohol, kemudian mengayun-ayunkan tangan supaya alkoholnya kering

    Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu kapas, alkohol 70%, asam asetat 1%, blood lancet, pipet sel darah putih, hemasitometer yang sudah dipasang di mikroskop

  • 2. Menghitung sel darah merah

    Mencatat hasil penghitungan

    Menunggu darah dalm bidang pandang tenang (tidak ada aliran), kemudian melakukan penghitungan sel darah merah pada 5 daerah penghitungan sel darah merah

    Memasang hemasitometer pada meja mikroskop dalam posisi mendatar dan dengan perbesaran 10x fokusan bidang pandang ke kotak penghitung sel darah merah

    Jika darah terlalu banyak, maka darah yang lebih dihisap dengan kertas penhisap

    Memasang kaca penutup pada hemasitometer, kemudian meneteskan darah dari pipet ke batas antara hemasitometer dan kaca penutup

    Mengkocok pipet dengan posisi horizontal selama 2-3 menit, kemudian membuang 2-3 tetes darah dari dalam pipet dengan kertas penghisap

    Memasukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem sampai angka 101 untuk mengencerkan

    Menempelkan ujung pipet sel darah merah pada darah diujung jari anda, kemudian menghisap darah ke dalam pipet sampai angka 0,5

    Menghapus tetes darah pertama yang keluar luka pertama dengan kapas bersih

    Menempelkan ujung lancet pada jari dan dengan cepat menekan tombol blood lancet sehingga lancet menusuk jari

    Mengatur panjang lancet sesuai yang dikehendaki (tidak terlalu panjang/tidak terlalu pendek)

    Membersihkan pula blood lancet dengan kapas yang dibasahi alkohol dan membiarkannya sampai kering

    Membersihkan salah satu dari 3 ujung jari tengah dengan kapas yang dibasahi alkohol, kemudian mengayun-ayunkan tangan supaya alkoholnya kering

    Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu kapas, alkohol 70%, larutan Hayem, blood lancet, pipet sel darah merah, hemasitometer yang sudah dipasang di mikroskop

  • 3. Menguji kecepatan pembekuan darah

    4. Menguji golongan darah

    Meneteskan darah berikutnya pada kaca benda. Bersamaan dengan keluarnya darah kedua dari ujung jari, pencet stopwatch

    Menusuk ujung jari dengan lanset, lalu menghapus darah yang keluar pertama dengan kapas

    Membersihkan ujung jari dan lanset yang akan digunakan dengan alkohol 70%, membiarkan sampai kering

    Menyiapkan kaca benda bersih

    Menghentikan waktu dan mencatatanya pada tabel pengamatan

    Melakukan hal sama yaitu dengan menusuk-nusukkan darah sampai darah menenujukkan benang-benang fibril

    Dengan melakukan hal yang sama seperti pada prosedur sebelumnya, darah kedua yang keluar dan diteteskan di kaca benda diberi Na oksalat

    Mencatat waktu yang diperlukan darah untuk membeku, biasanya 5-15 menit untuk pembekuan darah normal.

    Menggunakan jarum pentul untuk menusuk-nusuk darah sampai muncul benang-benang fibril. Bersamaan munculnya benang fibril, stopwatch dihentikan

    Membersihkan ujung jari dan lanset dengan alkohol 70%.

    Meneteskan serum anti A disebelah kiri dan serum anti B disebelah kanan

    Mengambil satu kaca benda dan diberi tanda A disebelah kiri serta tanda B disebelah kanan

    Menyiapkan kaca benda yang bersih, serum anti A, serum anti B, tusuk gigi, lancet, alkohol 70%, dan kapas

  • 5. Memperkirakan kadar hemoglobin

    Setelah warna darah mengkilat darah hilang, memebandingkan dengan hemoglobin scala Tallquist

    Mengambil kertas filter satu lembar dan mendekatkannya dengan jari dan menempelkan tetes darah pada kertas tersebut

    Menusuk jari dengan lanset sampai darah keluar. saar darah pertama keluar segera dihapus dengan kapas

    Memebersihkan ujung jari dan lanset dengan alkohol 70%

    mencatat golongan darah

    Bila keduanya sama-sama menggumpulan makan golongan darahnya adalah AB. Bila masing-masing tidak menggumpal berarti berhasil

    Bila pada A terjadi penggumpalan, sedangkan B tidak, maka golongan darahnya adalah A. Bila terjadi selanjutnya maka golongan B

    Mengamati apakah terjadinya penggumpalan darah (aglutinasi)

    Meneteskan tetes darah berikutnya satu tetes pada serum anti A, dan satu tetes pada serum antMengaduk darah yang telah diteteskan pada anti serum tersebut dengan tusuk

    gigi (masing-masing menggunakan tusuk gigi bari)

    Menusuk ujung jari dengan lanset sehingga keluar darah. Menghapus darah yang pertama keluar dengan kapas

  • E. Data

    1. Menghitung sel darah putih

    Perlakuan Hasil

    Menghitung sel darah putih X1 = 17

    X2 = 15

    X3 = 10

    X4 = 13

    Total 55

    Analisis

    Jumlah/mm = 25 x 55 = 1375 butir/mm3

    2. Menghitung sel darah merah

    Perlakuan Hasil

    Menghitung sel darah putih Total 730

    Jumlah/mm =

    =

    tanpa pengenceran)

    Dengan pengenceran = 50 x 200 x 1000

    = 7.300.000 butir/mm

    3. Menguji kecepatan pembekuan darah

    Perlakuan Waktu

    Dengan Na oksalat Tanpa Na oksalat

    Pembekuan

    darah

    7 menit 22 detik 4 menit 42 detik

    4. Menguji golongan darah

    Perlakuan Jenis Kelamin

    Laki-laki Perempuan

    Menguji

    golongan darah

    O B

    5. Memperkirakan kadar hemoglobin

    Perlakuan Hasil

    1. Memperkirakan kadar hemoglobin

    60% (anemia)

  • F. Analisis Data

    1. Menghitung Sel darah putih

    Pengenceran:

    Volume darah (1ml) x as. Asetat (10) ml = 10 ml

    Volume darah:

    Volume sel darah putih (1 mm2)x 4 daerah (4mm

    2) x tinggi cairan dibawah

    kaca penutp(1 mm) = 0,4 mm3

    Jumlah sel darah putih:

    X1 = 17

    X2 =15

    X3 =10

    X4 =13

    TOTAL = 55

    X.10 = 4/10 mm3

    1mm3

    = 100X/4

    X = 25.55

    X = 1375 butir / mm3

    2. Menghitung sel darah merah

    Pada percobaan yang kedua, yakni di mana praktikan diminta untuk

    menghitung sel darah merah yang ada pada bidang pandang sel darah merah pada

    hemasitometer. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah merah yang

    merupakan akumulasi dari 5 bidang padang yakni 730 sel darah merah. Dan dari

    data tersebut dicari jumlah sel darah merah dalam 1 mm3(cc) dengan rumus:

    Jumlah/mm =

    =

    (tanpa pengenceran)

    Dengan pengenceran = 50 x 200 x 1000

    = 7.300.000 butir/mm

  • 3. Kecepatan pembekuan darah

    Pada percobaan kali ini kami menguji kecepatan pembekuan darah. Kami

    membandingkan kecepatan pembekuan darah yang telah diberi anti koagulan dan

    darah tanpa antikoagulan. Dari percobaan kami mendapatkan data bahwa darah

    tanpa anti koagulan membeku setelah diaduk-aduk setelah 4 menit 42 detik,

    sedangkan darah yang diberi anti koagulan beku setelah diaduk selama 7 menit 22

    detik. Dari data tersebut diketahui bahwa darah yang tidak diberi anti koagulan

    akan membeku lebih cepat daripada darah yang diberi anti koagulan. Pembekuan

    darah ditandai dengan munculnya benang-benang fibril.

    4. Menguji golongan darah

    Dari hasil percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui penggolongan

    darah, kami mendapatkan data dari sampel siswa laki-laki dan perempuan, pada

    laki-laki tidak terjadi penggumpalan pada kedua darah yang ditetesi serum A dan

    serum B. Dari data tersebut dapat disimpulkan darah tesebut golongannya adalah

    O. Sedangkan pada sampel darah siswa perempuan kami mendapat hasil bahwa

    terjadi penggumpalan pada serum anti B sedangkan pada serum anti A tidak

    terjadi penggumpalan, jadi dapat disimpulkan darah siswa perempuan ini

    golongannya B

    5. Memperkirakan kadar Hb

    Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap kadar Hb dari salah satu

    anggota kelompok, kami,kemudian dicocokkan dengan skala Hb, terlihat bahwa

    warna darah anggota kelompok tadi cocok dengan warna merah yang

    menunjukkan kadar Hb dalam darah 60%.

    X2 =15

    X3 =10

    X4 =13

    TOTAL = 55

    X.10 = 4/10 mm3

  • 1mm3 = 100X/4

    X = 25.55

    X = 1375 butir / mm3

    6. Menghitung Sel darah putih

    Pengenceran:

    Volume darah (1ml) x as. Asetat (10) ml = 10 ml

    Volume darah:

    Volume sel darah putih (1 mm2)x 4 daerah (4mm

    2) x tinggi cairan dibawah

    kaca penutp(1 mm) = 0,4 mm3

    Jumlah sel darah putih:

    X1 = 17

    X2 =15

    X3 =10

    X4 =13

    TOTAL = 55

    X.10 = 4/10 mm3

    1mm3

    = 100X/4

    X = 25.55

    X = 1375 butir / mm3

    7. Menghitung sel darah merah

    Pada percobaan yang kedua, yakni di mana praktikan diminta untuk

    menghitung sel darah merah yang ada pada bidang pandang sel darah merah pada

    hemasitometer. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah merah yang

    merupakan akumulasi dari 5 bidang padang yakni 730 sel darah merah. Dan dari

    data tersebut dicari jumlah sel darah merah dalam 1 mm3(cc) dengan rumus:

    Jumlah/mm =

    =

    (tanpa pengenceran)

    Dengan pengenceran = 50 x 200 x 1000

    = 7.300.000 butir/mm

  • 8. Kecepatan pembekuan darah

    Pada percobaan kali ini kami menguji kecepatan pembekuan darah. Kami

    membandingkan kecepatan pembekuan darah yang telah diberi anti koagulan dan

    darah tanpa antikoagulan. Dari percobaan kami mendapatkan data bahwa darah

    tanpa anti koagulan membeku setelah diaduk-aduk setelah 4 menit 42 detik,

    sedangkan darah yang diberi anti koagulan beku setelah diaduk selama 7 menit 22

    detik. Dari data tersebut diketahui bahwa darah yang tidak diberi anti koagulan

    akan membeku lebih cepat daripada darah yang diberi anti koagulan. Pembekuan

    darah ditandai dengan munculnya benang-benang fibril.

    9. Menguji golongan darah

    Dari hasil percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui penggolongan

    darah, kami mendapatkan data dari sampel siswa laki-laki dan perempuan, pada

    laki-laki tidak terjadi penggumpalan pada kedua darah yang ditetesi serum A dan

    serum B. Dari data tersebut dapat disimpulkan darah tesebut golongannya adalah

    O. Sedangkan pada sampel darah siswa perempuan kami mendapat hasil bahwa

    terjadi penggumpalan pada serum anti B sedangkan pada serum anti A tidak

    terjadi penggumpalan, jadi dapat disimpulkan darah siswa perempuan ini

    golongannya B

    10. Memperkirakan kadar Hb

    Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap kadar Hb dari salah satu

    anggota kelompok, kami,kemudian dicocokkan dengan skala Hb, terlihat bahwa

    warna darah anggota kelompok tadi cocok dengan warna merah yang

    menunjukkan kadar Hb dalam darah 60%.

    G. Pembahasan

    Pada praktikum ini perhitungan sel darah merah dan sel darah putih

    menggunakan hemacytometer. Haemacytometer merupakan alat yang didesain

    khusus untuk menghitung sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan

    untuk menghitung sel tipelain yang berukuran mikroskopik (Anonim, 2008).

    Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atasgelas

  • kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang denganlekukan

    yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang

    membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang

    yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.

    Berupa lempeng kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel

    dalam lapisan tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratan-

    guratan terdiri darisegiempat-segiempat dan bujur sangkar yag besar yang

    tersusun dalam baris dankolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar

    di pusatnya dipisahkan lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah

    lempeng lebih rendah daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan

    parit dalam memisahkan bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi.

    Lapisan penutupnya tebalsehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya

    lapisan tipis suspensi seldengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang

    terletak di atas segiempat-segiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel

    diperkirakan dengan menghitung sel dalam bujur-sangkar yang khas. Jenis

    pengaturan dalam guratan tidak akan mempengaruhi penentuan. Yang penting

    adalah penggunaan yang benar dari lempeng-lempeng penghitung (Michael,

    1994).

  • Untuk menghitung jumlah eritrosit maupun leukosit, maka jumlah bujur sangkar

    dalam Bilik hitung hemocytometer type Double Improved Neubeur perlu

    diketahui:

    a. Ukuran seluruh bilik hitung adalah 3x3 mm (9 mm persegi

    yangterbagimenjadi 9 bujur sangkar (masing-masing bersisi 1 mm).

    b. Bujur sangkar terbagi lagi monjadi 9 kotak kecil.

    c. 4 kotak kecil yang terletak dj. bagian pojok (ditandai huruf. W) masing-

    masingterbagi lagi menjadi 16 kotak, (dengan sisi mm) sedangkan kotak

    kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi

    1/5 mm(disebut kotak R) dari kotak R tersebut masing-masing terbagi lagi

    menjadi 16kotak dengan sisi 1/20 mm (tampak lebih rapat dari kotak W)

    d. Leukosit dihitung di dalam bujur sangkar bersisi mm (kotak W)

    Perngamatan yang pertama yaitu menghitung jumlah sel darah putih.

    Perhitungan Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total

    leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti

    tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di

    dalam sistem pertahanan tubuh. Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal,

    leukosit kemudian diangkut dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Leukosit akan

    ditanspor secarakhusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius

    (Guyton 1997).

    Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang

    berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan larutan

    asam asetat sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan cara

    menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga

    darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet

    tersebutdibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas

    haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah

    merah dapatdihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x.

    Perhitungan dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya

    dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989)

  • leukosit = rataan sel terhitung x

    pengencer

    Dari analisis data didapatkan jumlah leukosit yang terhitung dari keempat

    kotak besar sebanyak 55. Dengan menggunakan rumus yang ada, perhitungan

    jumlah leukosit didapatkan 25 x 55 = 1375 butir/mm3. Darah dalam sirkulasi

    mengandung sekitar 4000 sampai 11.000 sel darah putih per mikroliter. Hasil

    menunjukkan bahwa jumlah sel darah tersebut tidak normal, dimana jumlah sel

    darah putih normal pada manusia yaitu berkisar 5-10.000/L. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Sonjaya (2013), yang menyatakan bahwa Jumlah leukosit lebih

    besar daripada jumlah eritrosit tetapi jumlahnya di dalam tubuh jauh lebih sedikit,

    yaitu berkisar 5-10.000/L.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih adalah jenis

    kelamin, dimana pria mempunyai jumlah sel darah merah lebih banyak

    dibandingkan dengan jumlah sel darah putih, aktivitas juga mempengaruhi jumlah

    sel darah putih, meningkatnya jumlah sel darah putih umumnya merupakan

    pertanda adanya infeksi, feukofenia atau berkurangnya jumlah total sel darah

    putih dari yang normal biasanya lebih cenderung bersifat patologis. Sel darah

    putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang melakukan fagositosis terhadap

    virus dan kuman yang masuk.

    Dari hasil tersebut, kandungan leukosit praktikan kemungkinan lebih

    rendah dari normal. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang.

    Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang

    mampu melawan infeksi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa subjek kurang

    memiliki daya antibody yang kuat. Perhitungan sel darah putih dapat mengalami

    kesalahan akibat kekurangtelitian praktikan.

  • Pengamatan yang kedua yaitu menghitung jumlah sel darah merah.

    Eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah

    karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil

    sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer

    dengan bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah

    dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung.

    Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang

    ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak

    dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung

    besi, berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh

    karena itu eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh.

    Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga

    keadaan organ tubuh seseorang (Kimball, 1990).

    Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui

    jumlah eritrosit pada manusia. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan

    dengan alkohol 70%. Larutan alkohol 70% berwarna bening dan bersifat

    disinfektan, yaitu mencegah timbulnya mikroorganisme yang tidak

    dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak

    infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri hal ini

    dikarenakan pada jari tersebut memiliki saraf sedikit. Pada percobaan ini

    digunakan tangan kiri karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih tipis

    dibandingkan tangan kanan sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan

    darah lebih cepat keluar. Jari ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini

    bertujuan untuk membuat luka (merusak) pembuluh darah sehingga darah

    mengucur keluar. Jarum yang digunakan pada masing-masing probandus harus

    baru sehingga tidak terjadi infeksi atau pencampuran darah yang tidak homogen.

    Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini

    dilakukan agar dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah

    bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam

    hemacytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya.

    Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak

    kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5

  • mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W

    (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi

    16 kotak dengan sisi mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan

    eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka ktak pengamatannya juga harus lebih

    besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena

    eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak

    W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar

    sehingga akan menyulitkan perhitungan.

    Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira

    7,8 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau jurang. Volume rata-

    rata sel darah merah adalah 90 samapi 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah

    merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler (Guyton,

    1997). Eritrosit (sel darah merah) memiliki fungsi antara lain mentranspor oksigen

    melalui pengikatan oksihemoglobin dan mentranspor karbondioksida melalui

    pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah (Hidayati, 2005). Sel-

    sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak

    sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan

    air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali

    lipat (Guyton, 1997).

    Hitung eritrosit atau red blood cell count (RBC) adalah menghitung jumlah

    total eritrosit dalam darah. Nilai rujukan normal eritrosit adalah 4-5 juta/mm3.

    Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit yang bertugas mengangkut

    oksigen. Hematokrit (Ht) adalah jumlah eritrosit dalam 100 ml darah. Ketiga

    parameter di atas biasa digunakan untuk menegakkan adanya anemia (Kimball,

    1990).

    Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan

    pipetyang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya

    ditambah Larutan Hayem (Lampiran 3) sampai skala 101. Darah dalam pipet

    diaduk dengan cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5

    menit sehinggadarah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet

    tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas

    haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah

  • merah dapatdihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x.

    Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya

    dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).

    eritrosit = rataan sel terhitung x

    pengencer

    Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah

    penggumpalan darah saat akan dihitung jumlaheritrositnya. Selain itu, larutan

    hayem juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas

    bentuknya. Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang merupakan zat anti

    koagulan yang akan mencegah terjadinya aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5

    gr berfungsi untuk melisiskan leukosit dan trombosit, sehingga yang dapat diamati

    eritrosit sja. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit

    (Syaifuddin,1997). Kandungan lain adalah formalin 40 % yang berfungsi untuk

    mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Kandungan larutan

    Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan Formasitrat.

    Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah :

    1. Isotonis pada eritrosit

    2. Untuk pengencer eritrosit

    3. Merintangi pembekuan

    4. Memperjelas bentuk eritrosit

    5. Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan

    aglutinasi ( Syaifuddin,1997).

    Komposisi larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram

    Na2SO4, 1gram NaCl, 0.5 gram HgCl2, dan 200 ml akuades atau larutan hayem

    terdiri dari HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na2SO4 2,5gram dan Akuades 1000 ml.

    Kotak untuk menghitung sel darah merah

  • Dari praktikum didapatkan jumlah sel darah merah yang terhitung pada 5

    kotak sebesar 730 sel. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus yang ada

    didapatkan total sel darah merah sebesar 7.300.000 butir/mm3. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa jumlah eritrosit subjek lebih tinggi dari normal. Menurut

    Soewolo (2003) menyatakan bahwa konsentrasi eritrosit selalu mendekati normal,

    setiap perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa

    gangguan. Nilai normal konstan konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan

    bahwa laju produksi dan destruksi sel benar-benar seimbang. Pria sehat

    mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah. Wanita sehat

    mempunyai kira-kira 4.5 juta eritrosit dalam mm3 darah. Banyaknya sel darah

    merah dalam praktikum ini dapat disebabkan oleh praktikan kurang teliti dalam

    menghitung jumlah sel pada mikroskop. Selain itu, dalam praktikum yang

    dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x, terlihat banyak sekali

    bercak bercak hitam berkumpul disekitar sel. Selain itu, sel yang kami amati

    sangat berdekatan, ditambah lagi penglihatan yang kurang akurat sehingga sulit

    menghitungnya.

    Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyata-kan

    bahwa sel darah merah merupakan bagian utama dari komponen darah, dimana

    setiap milimeter kubik pada darah pria dewasa mengandung 5.200.000 mm3 sel

    darah merah, sedangkan pada wanita yaitu 4.700.000 mm3 dimana jumlah sel

    darah merah ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan juga mempertahankan

    suhu tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit seseorang

    terdiri atas: jenis kelamin, dimana jumlah eritrosit pada seorang perempuan lebih

    sedikit dibandingkan laki-laki, hal ini terkait siklus menstruasi. Usia seseorang,

    pembentukan eritrosit pada manusia akan dibentuk sampai pada usia 5 tahun pada

    sumsum tulang panjang dan pada usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak lagi

    menghasilkan. Ketinggian tempat, pada daerah yang tinggi, kadar oksigen dalam

    udara berkurang. Untuk memenuhi keperluan oksigen dalam jaringan, produksi

    eritrosit harus dipercepat.

    Jumlah sel eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda beda, hal ini

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

  • a. Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan

    memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan

    nutrisi.

    b. Usia / umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml.

    Ketika bayi tersebut tumbuh eritrositnya berkurag menjadi sampai 4 juta / ml,

    kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta / ml.

    c. Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki

    sel darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan

    oksigen lebih banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit

    lebih banyak agar hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen.

    Hemoglobin merupakan protein yang mengandung senyawa hemin yang

    mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap oksigen dan

    karbondioksida (Kimball , 1996).

    d. Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi

    yang banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.

    e. Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit

    daripada laki laki. Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada

    perempuan ketika menstruasi.

    Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling,

    peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau

    larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran.

    Hasil perhitungan yang dilakukan diketahui jika jumlah eritrosit subyek adalah

    7.300.000 butir/mm3 sesuai dengan jumlah eritrosit normal yaitu 4,2 5,5 juta

    sel/mm3. Eritrosit kedua probandus normal. Jumlah eritrosit pada laki laki

    dewasa sehat kira-kira 4,2 juta-6 juta sel/mm3 dan 3,6 juta-5,6 juta sel/mm

    3 wanita

    sehat.

    Pengamatan selanjutnya adalah menguji kecepatan pembekuan darah Platelets

    atau yang dikenal dengan trombosit merupakan sel darah yang tidak memiliki

    nukleus. Platelets dihasilkan secara terus menerus di dalam sum-sum tulang

    belakang oleh sel yang disebut megakariosit (McKinley,2012).

    Megakariosit adalah sel-selbesar dengan diameter mencapai 80 m yang

    dapat dipecah menjadi beberapa keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa

  • invaginasi membrane sel yang memecah sel besar menjadi bagian-bagian kecil.

    Bila bagian bagian ini memisah, masing-masing adalah keeping darah baru.

    Keeping darah hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari sebab keeping darah

    dipergunakan dalam pembekuan darah dan sangat mudah mengadakan aktivitas

    metabolik. Pembekuan darah adalah bagian berguna dari respon homeostatic

    untuk mencegah kehilangan darah dalam jumlah besar (Soewolo,2005).

    Proses pembekuan darah diawali dari bagian pembuluh darah

    terluka(sobek). Darah yang ada di dalam pembuluh darah akan bersentuhan

    dengan serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Lalu keping darah

    melekat pada kolagen. Karena jumlah yang melekat semakin banyak

    menyebabkan daerah yang sobek tersebut tertutupi oleh keping-keping darah.

    Trombin muncul dan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Adanya molekul fibrin

    dalam jumlah banyak mennyatu membentuk benangyang kuat sehingga

    memperkuat penumpukan keeping darah.

    Berdasarkan hasil pengujian kecepatan pembekuan darah diperoleh waktu

    4 menit 42 detik pada darah yang tidak diberi Natrium oksalat. Sedangkan pada

    darah yang diberi Natrium oksalat memiliki waktu pembekuan yaitu 7 menit 22

    detik. Perbedaan waktu pada kedua perlakuan disebabkan adanya Natrium oksalat

    yang memperlambat proses pembekuan darah yaitu pada proses perubahan

    protombin menjadi trombin.

    Pemberian garam natrium oksalat atau natrium sitrat bertujuan

    mengendapkan ion Ca, sehingga pengubahan protrombin menjadi trombin

    menjadi terhambat ( LIPI,2009).

    Pengamatan selanjutnya menguji golongan darah. Pada membran plasma

    eritrosit terdapat banyak molekul yang disebut antigen permukaan yang

    merupakan penyusun dari permukaan membrane plasma. Sebagian besar antigen

    dari kelompok ini merupakan penggolongan darah ABO. Kelompok ini memiliki

    dua antigen permukaan yaitu antigen A dan B. Keberadaan antigen A dan B

    tersebut menjadi criteria dalam mengelompokkan tipe darah ABO

    (McKinley,2012).

    Sesorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A saja dimasukkan

    sebagai golongan darah A, yang eritrositnya hanya membuat aglutinogen B

  • dimasukkan dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya menbuat

    aglutinogen A dan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak

    membuat aglutinogen adalah golongan darah O ( dibaca nol). Plasma darah orang

    bergolongan A,B, dan O berisi antibodi tertentu yang disebut aglutinin. Antibodi

    A (anti A) yang mengikat aglutinogen A, dan antibodi B (anti B) yang mengikat

    aglutinogen B (Soewolo,2005).

    Pengujian golongan darah yang dilakukan pada praktikum ini dengan

    menggunakan 2 antiserum yaitu A dan B. Hasil pengujian diperoleh golongan

    darah B dan O. Pada golongan darah B , darah yang diberi antiserum B

    menggumpal sedangkan yang diberi antiserum A tidak menggumpal. Pada

    golongan darah O, darah yang diberi anserum A dan B sama hasilnya yaitu tidak

    menggumpal. Penggumpalan pada golongan darah B terjadi karena terjadi reaksi

    yaitu pengikatan aglutinogen B pada permukaan eritrosit oleh antiserum B. Pada

    darah golongan O tidak menggumpal karena golongan darah ini tidak memiliki

    aglutinogen A dan B sehingga antiserum A maupun B tidak dapat mengikat

    aglutinogen A dan B.

    Pengamatan yang terakhir adalah memperkirakan kadar hemoglobin dalam

    darah. Hemoglobin terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut hem

    (heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam

    setiap sel darah merah . Setiap molekul hemoglobin memiliki 4 tempat pengikatan

    untuk oksigen. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihemoglobin.

    Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen secara parsial atau total di

    keempat tempatnya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengikat oksigen, 1

    gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Tugas akhir

    hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hidrogen serta

    membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.

    Hemoglobin diproteksi oleh sel darah merah dengan dibentuknya glutation

    tereduksi (GSH) yang dihasilkan dari nikotinamida adenin dinukleotida fosfat

    (NADPH) (Sadikin, 2001).

    Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam sel darah

    merah adalah dengan menggunakan kertas hb (metode tallquist). Pada metode

  • tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna

    yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua.

    Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar

    diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist

    mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10% di

    tengah-tengah ada bagian yang sengaja dilubangi dimana darah dibandingkan

    dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara langsung sehingga kesalahan

    dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50% (Sadikin, 2001).

    Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan kelompok lain terdapat

    perbedaan keragaman hasil dengan metode kertas Hb. Hal ini sesuai dengan Oktia

    (1999) bahwa keragaman hasil dengan metode kertas Hb secara internal dapat

    disebabkan oleh perbedaan makanan yang dikomsumsi. Perhitungan kadar

    hemoglobin dengan menggunakan kertas skala Hb ternyata lebih baik

    dibandingkan dengan menggunakan sahli, karena nilai pada skala Hb lebih

    mendekati nilai hemoglobin normal.

    Pada praktikum ini, praktikan yang dilihat kadar hemoglobinnya memiliki

    kadar hemoglobin sebesar 60%. Dengan kadar hemoglobin sebesar itu praktikan

    termasuk memiliki kadar hemoglobin rendah. Pada perempuan dewasa normal

    memiliki 12-16 gram/dl atau 15.8 gram yang jika dilihat dengan kertas hb sama

    dengan 100%. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah

    anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah

    perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan

    abnormalitas hemoglobin bawaan.

    Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting

    dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein

    khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut

    O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan

    dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan

    kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut

    anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam

    plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak

  • bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan

    (Sugiarto, 2002).

    H. Simpulan

    1. Jumlah leukosit yang terhitung dari keempat kotak besar sebanyak 55.

    Dengan menggunakan rumus yang ada, perhitungan jumlah leukosit

    didapatkan 1375 butir/mm3. Darah dalam sirkulasi mengandung sekitar

    4000 sampai 11.000 sel darah putih per mikroliter. Hasil menunjukkan

    bahwa jumlah sel darah tersebut tidak normal, dimana jumlah sel darah

    putih normal pada manusia yaitu berkisar 5-10.000/L. Sedangkan hasil

    perhitungan yang dilakukan jumlah eritrosit (sel darah merah) subyek

    adalah 7.300.000 butir/mm3 sesuai dengan jumlah eritrosit normal yaitu

    4,2 5,5 juta sel/mm3. Eritrosit kedua probandus normal. Jumlah

    eritrosit pada laki laki dewasa sehat kira-kira 4,2 juta-6 juta sel/mm3 dan

    3,6 juta-5,6 juta sel/mm3 wanita sehat.

    2. Kecepatan pembekuan darah diperoleh waktu 4 menit 42 detik pada darah

    yang tidak diberi Natrium oksalat. Sedangkan pada darah yang diberi

    Natrium oksalat memiliki waktu pembekuan yaitu 7 menit 22 detik.

    Perbedaan waktu pada kedua perlakuan disebabkan adanya Natrium

    oksalat yang memperlambat proses pembekuan darah yaitu pada proses

    perubahan protombin menjadi trombin. Pemberian garam natrium oksalat

    atau natrium sitrat bertujuan mengendapkan ion Ca, sehingga pengubahan

    protrombin menjadi trombin menjadi terhambat.

    3. Penggolongan darah ABO berdasarkan adanya aglutinogen / antigen yang

    menempel pada permukaan eritrosit. Golongan darah A memiliki

    aglutinogen A, golongan darah B memiliki aglutinogen B sedangkan

    golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A maupun B.

    4. Pada praktikum ini, praktikan yang dilihat kadar hemoglobinnya memiliki

    kadar hemoglobin sebesar 60%. Dengan kadar hemoglobin sebesar itu

    praktikan termasuk memiliki kadar hemoglobin rendah. Pada perempuan

    dewasa normal memiliki 12-16 gram/dl atau 15.8 gram yang jika dilihat

    dengan kertas hb sama dengan 100%.

  • I. Daftar Rujukan

    Anonim. 2008. Haemacytometer. http//id.wikipedia.com/haemacytometer.

    Diakses tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 12.00 WIB

    Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press.

    Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati

    Setiawan(Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

    Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati

    Setiawan(Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

    Guyton dan Hall., 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk.

    Jakarta: EGC.

    Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi

    FMIPA-ITS, Surabaya

    Isnaeni. Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

    Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 2, ed.2. Jakarta: Erlangga.

    Kimball, Jhon W. 1993. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

    McKinley,Michael. Valerie Dean OLoughlin.2012.Human Anatomy. 3rd edition.

    New York: McGraw Hill

    Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan

    Laboratorium. Jakarta: UIPress

    Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. IPB:

    Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

    Oktia. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: Bina Pustaka Indonesia

    Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Anfisman Tahun 2014.

    Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.

    Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peter-nakan.

    Universitas Hasanuddin, Makassar

  • Sugiarto, K. 2002. Kadar Hemoglobin dan Jumlah Sel Darah Merah. Skripsi.

    Purwokerto: Fakultas Peternakan UNSOED.

    Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta

    Wulangi, Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Depatremen pendidikan

    dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan

    Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.