25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang, dengan semakin majunya teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat semakin meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks juga menyebabkan perlu dicari suatu cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah dalam hal makan dan minum. Banyak produk-produk instan yang dikemas dalam kaleng, botol maupun kemasan lainnya yang ditawarkan untuk memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsinya. Produk instan ini pun tidak luput dari bahan pengawet. Pengawet merupakan bahan yanng ditambahkan untuk mencegah atau menghambat menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan dan meningkatkan umur simpan makanan tersebut. Pengawet yang banyak digunakan di pasaran adalah Benzoat, yang biasa terdapat dalam bentuk Natrium Benzoat karena lebih mudah larut. Natrium Benzoat yaitu garam atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH) secara komersial dibuat dengan sintesis kimia. Rumus kimia Natrium Benzoat yaitu C7H5NaO2. Natrium Benzoat ini banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran, dan termasuk ke dalam zat pengawet organik. Produk pangan yang banyak menggunakan Natrium Benzoat sebagai pengawet adalah minuman rngan serta produk minuman yang terbuat dari buah.

Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Halal dan AOMK

Citation preview

Page 1: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman sekarang, dengan semakin majunya teknologi menyebabkan aktivitas

masyarakat semakin meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan

masyarakat yang semakin kompleks juga menyebabkan perlu dicari suatu cara yang praktis

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah dalam hal makan dan minum.

Banyak produk-produk instan yang dikemas dalam kaleng, botol maupun kemasan lainnya

yang ditawarkan untuk memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsinya.

Produk instan ini pun tidak luput dari bahan pengawet. Pengawet merupakan bahan

yanng ditambahkan untuk mencegah atau menghambat menghambat pertumbuhan mikroba

dalam makanan dan meningkatkan umur simpan makanan tersebut. Pengawet yang banyak

digunakan di pasaran adalah Benzoat, yang biasa terdapat dalam bentuk Natrium Benzoat

karena lebih mudah larut.

Natrium Benzoat yaitu garam atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH) secara

komersial dibuat dengan sintesis kimia. Rumus kimia Natrium Benzoat yaitu C7H5NaO2.

Natrium Benzoat ini banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran, dan termasuk ke dalam

zat pengawet organik. Produk pangan yang banyak menggunakan Natrium Benzoat sebagai

pengawet adalah minuman rngan serta produk minuman yang terbuat dari buah.

Kemampuan suatu zat pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi zat pengawet, jenis, jumlah, umur dan

keadaan mikroba, suhu, waktu, dan sifat-sifat kimia serta fisik dari makanan kadar air , pH,

jenis dan komponen yang ada di dalamnya.

1.2. Tujuan

Menghitung kadar zat pengawet Na-benzoat yang terdapat pada suatu bahan pangan.

Page 2: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

BAB II

LANDASAN TEORI

Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan

pengawet, bahan pangan dpat dibebaskan dari kehidupan mikroba. Baik yang bersifat

pathogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun

microbial yang nonpatogen yang menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya

pembusukan. Namun di sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang

merupakan bahan asing yang masuk bersama dengan bahan pangan yang dikonsumsi.

Apabila macam pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi,

kemungkinan besar menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung

atau komulatif mislanya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik.

Dalam kehidupan sekarang, bahan pengawet seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan

agar sediaan memiliki umur simpan lebih lama sehingga memperluas jangkauan

distribusinya.

Keberadaan bahan pengawet pada bahan makanan tidak bisa

dipungkirikeberadaannya. Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan untuk mencegah

ataumenghambat terjadinya kerusakan atau pembusukkan minuman atau makanan.Dengan

penambahan pengawet tersebut produk pangan tersebut diharapkan dapatterpelihara

kesegarannya.Pengawet yang banayak dijual di pasaran dan digunakan untuk

mengawetkanberbagai bahan makanan adalah benzoat, yang biasa terdapat dalam bentuk

natriumbenzoat karena lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk

mengawetkanberbagai produk pangan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus

tomat,saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain.Garam atau ester dari asam

benzoat secara komersil dibuat dengan sintesiskimia. Natrium benzoat berwarna putih, ranula

tanpa bau, bubuk kristal atau serpihandan lebih larut dalam air dibandingkan dengan asam

benzoat dan juga dapat larutdalma alkohol.Dalam bahan pangan garam benzoat terurai

menjadi lebih efektif dalambentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi

sebagai anti mikroba yangoptimum pada pH 2,5-4,0 untuk mrnghambat pertumbuhan kapang

dan khamir.Penetapan natrium benzoat Dilakukan dengan cara titrasi pada sampel yang

Page 3: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

terlebihdahulu sudah diekstrak dengan bahan-bahan kimia yang setelahnya dititrasi

denganNaOH.

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan

untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan

suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume

dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini

banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.

Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui

konsentrasinya diletakkan di dalam buret (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai

larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya

diletakkan di Erlenmeyer (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai analit.

Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana

titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan

analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen.

Mungkin kamu bertanya apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak

bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik

equivalent?

Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum

adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya

penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan

proses titrasi.

BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Bahan tambahan pangan atau zat aditif bahan pangan didefiniskan sebagai suatu zat

bukan gizi yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan sengaja, yang pada umumnya

dalam jumlah kecil untuk memperbaiki kenampakan, cita rasa, tekstur, atau sifat-sifat

penyimpangannya. Zat yang ditambahkan terutama yang mempunyai nilai gizi, seperti

vitamin dan mineral tidak dimasukkan ke dalam golongan ini.

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88, golongan

Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan diantaranya adalah, sebagai berikut:

1. Antioksidan (Antioxidant)

Page 4: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

2. Antikempal (Anticacking Agent)

3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)

4. Pemanis buatan (Artificial Sweetener)

5. Pemutih dan Pematang tepung (Flour Treatment Agent)

6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental (Emulsifier, Stabilizer,Thickener)

7. Pengawet (Preservative)

8. Pengeras (Firming Agent)

9. Pewarna (Colour)

10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour; Flavour enhancer)

11. Sekuestran (Sequestrant)

Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan menurut Permenkes RI

No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/ Menkes/Per/X/1999 sebagai berikut:

1. Natrium Tetraborat (Boraks)

2. Formalin (Formaldehyde)

3. Minyak nabati yang dibrominasi/brominated vegetable oil

4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)

5. Kalium klorat (Potassium Chlorate)

6. Dietil pirokarbonat (Diethyl Pyrocarbonate, DEPC)

7. Nitrofurazon (Nitrofurazon)

8. P- phenetilkarbamida (P- phenethycarbamide, dulcin, 4- ethoxyphenyl uea)

9. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999,

selain bahan tambahan pangan di atas masih ada tambahan kimia yang dilarang, seperti

Rhodamin B (pewarna merah), Methanyl Yellow (pewarna kuning), Dulsin (pemanis sintesis)

dan Potassium Bromat (pengeras).

Page 5: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

BAHAN PENGAWET

Bahan pengawet makanan adalah bahan (senyawa) yang ditambahkan ke dalam

makanan dan minuman yang bertujuan untuk mencegah atau menghambat terjadinya

kerusakan makanan oleh kehadiran organisme. Tujuan umum pemberian bahan pengawet ke

dalam makanan dan minuman adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan

makanan atau bahan makanan. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses

fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Penggunaan

pengawet dalam bahan pangan harus tepat, baik jenis dan dosisnya.

Berdasarkan Permenkes No. 722/88 terdapat 26 jenis pengawet yang diizinkan untuk

digunakan dalam makanan. Adapun kelompok pengawet tersebut adalah: asam benzoat, asam

propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksi benzoat, kalium benzoat, kalium

bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium

benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metil p-hidroksi benzoat,

natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitri, natrium propionat,

natrium sulfit, nisin, propil -p- hidroksi benzoat.

Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:

1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat

patogen maupun yang tidak patogen.

2. Memperpanjang umur simpan pangan

3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang

diawetkan.

4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.

5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau

yang tidak memenuhi persyaratan.

6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

NATRIUM BENZOAT

Natrium benzoat adalah garam sodium dari asam benzoat dan berada dalam bentuk

garam ketika dilarutkan dalam air. Dapat diproduksi dengan mereaksikan sodium hidroksida

Page 6: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

dengan asam benzoat. Pengawet ini banyak dijual dipasaran dan digunakan untuk

mengawetkan barbagai bahan makanan. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan

berbagai pangan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal,

selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain. Rumus kimia natrium benzoat yaitu C6H5COONa,

dan struktur bangunnya sebagai berikut :

Struktur Natrium Benzoat

Natrium benzoat mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5%

C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak

berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar

larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Penyimpanannya dalam wadah

yang tertutup baik.

Natrium benzoat dapat menghambat pertumbuhan kapang, khamir dan bakteri.

Efektivitas fungsi senyawa benzoat dapat bertambah jika produk yang dibuat mengandung

garam dan gula pasir. Penggunaan pengawet ini diperbolehkan digunakan dalam jumlah

tertentu. Pada produk makanan senyawa benzoat hanya boleh digunakan dengan kisaran

konsentrasi 400-1000 mg/kg bahan. Penambahan benzoat dapat menghasilkan penurunan

kapasitas buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin. Natrium benzoat

lebih disukai penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan dengan asam

benzoat.

Penambahan benzoat dalam minuman ringan dengan konsentrasi tidak lebih dari 0.1%

tidak akan membahayakan tubuh. Tubuh manusia mampu melakukan proses detoksifikasi

terhadap asam benzoat. Melalui reaksi antara asam benzoat dengan asam amino glisin, maka

akan terbentuk asam hipurat. Asam hipurat akan dibuang oleh tubuh misalnya melalui urin.

Na-benzoat efektif digunakan pada pH 2,5 sampai 4. Daya awetnya akan menurun

dengan meningkatnya pH, karena keefektifan dan mekanisme anti mikroba berada dalam

bentuk molekul yang tidak terdisosiasi.

Page 7: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Pengaruh pH pada disosiasi Asam Benzoat

pH Asam yang tidak terdisosiasi (%)

3 93.5

4 59.3

5 12.8

6 1.44

7 0.144

pKa 4.19

Mekanisme kerja asam benzoat atau garamnya berdasarkan pada permeabilitas

membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam yang tidak terdisosiasi. Isi sel mikroba

mempunyai pH yang selalu netral. Bila pH sitoplasma mikroba menjadi asam atau basa,

maka akan terjadi gangguan pada organ-organ sel sehingga metabolisme terhambat dan

akhirnya sel mati. Membran sel mikroba hanya permeabel terhadap molekul asam yang tidak

terdisosiasi, maka untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi sebaiknya asam-asam tersebut

digunakan dalam lingkungan asam. Hal ini juga disebabkan pada pH netral dan basa, asam-

asam organik terurai menjadi ion-ionnya.

Batas penggunaan benzoat yang diijinkan dalam makanan 0,1% di Amerika Serikat,

sedangkan untuk negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa

batas penggunaan benzoat berkisar 0,015-0,5%.

Dampak Negatif Penggunaan Na Benzoat

          Penggunaan natrium benzoat sebagai pengawet  dalam minuman dan makanan harus

mengikuti takaran yang dibenarkan. Penggunaan pengawet yang diizinkan dan takaran yang

benar diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan

penggunaan zat yang mengandung bahaya.  Hak konsumen atas keamanan dan keselamatan

terhadap barang yang dikonsumsi harus dihormati oleh produsen. Lama dan seringnya

mengonsumsi makanan dengan pengawet kemungkinan menimbulkan terjadinya akumulasi

zat-zat tertentu yang bisa memicu reaksi yang menyebabkan sakit.    

Page 8: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Adapun dampak negatif dari penggunaan natrium benzoat berlebih pada tubuh manusia

adalah sebagai berikut:

Penggunaan pengawet natrium benzoat dalam  jangka panjang dapat menimbulkan

penyakit Lupus  (Systemic Lupus Eritematosus/SLE). 

Efek samping lain yang bisa timbul adalah edema (bengkak) akibat dari retensi

(tertahannya cairan di dalam tubuh) dan bias juga karena naiknya tekanan darah

sebagai akibat  bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh natrium.

Dapat menyebabkan kanker karena natrium benzoat berperan sebagai agen

karsinogenik. Misalnya saja pada minuman berisotonik dimana vitamin C (ascorbic

acid)  yang ditambahkan dalam minuman isotonik akan bereaksi dengan natrium

benzoat menghasilkan benzen. Benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan

dapat menyebabkan kanker.

Untuk asam benzoat dan natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan

penyakit saraf.

Berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi benzoat yang

berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala hiperaktif,

sariawan, kencing terus-menerus serta penurunan berat badan.

Dalam riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris terhadap bahan

pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan, menyatakan bahwa natrium

benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini dikemukakan oleh Pete Piper

(professor bidang biologi molekuler dan bioteknologi)  yang telah meneliti natrium

benzoat sejak 1999. Ia pernah menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, yang

akhirnya menemukan bahwa substansi tersebut (natrium  benzoat) dapat merusak

DNA  mitokondria  pada ragi. Di dalam tubuh,  mitokondria berfungsi menyerap

oksigen untuk menghasilkan energi. Dan bila dirusak, seperti terjadi pada sejumlah

kondisi pada saat sakit, maka sel mulai mengalami kegagalan fungsi yang sangat

serius. Sehingga di dalam tubuh akan terjadi kerusakan DNA di dalam mitokondria.

Penanggulangan Terhadap Dampak Pemakaian Natrium Benzoat   

Semakin banyaknya isu terhadap bahaya bahan pengawet khususnya natrium benzoat

menjadikan konsumen lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, dan lebih memilih

Page 9: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

bahan-bahan alami yang aman bagi kesehatan. Konsumsi yang terlalu sering sebaiknya

dihindari karena akan menimbulkan penumpukan bahan pengawet di dalam tubuh.

International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak

terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari.

Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari

secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80%

dalam jangka waktu 6 jam dikeluarkan melalui urine sebagai asam hipurat dan asam benzoil

glukoronat (± 10%), 0.1% melalui paru-paru sebagai CO2 dan 2% tertinggal dikarkas dan

seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan

yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya,

melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di

mulut.

Penetapan Kadar Natrium Benzoat

Natrium benzoat dapat ditetapkan kadarnya secara KCKT dan alkalimetri, sebab

metode KCKT mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah prosesnya yang cepat,

daya pisah baik, peka, detektor unik, kolom dapat dipakai kembali, ideal untuk molekul besar

dan mudah memperolah kembali cuplikan.

Sedangkan alkalimetri merupakan metode yang paling sederhana, hanya memerlukan

biaya yang murah, serta dapat memperoleh hasil yang diteliti, metode ini dilakukan

berdasarkan penetralan asam basa dengan indikator fenolftalein atau pp, sehingga akan

terlihat perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.

Page 10: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

BAB III

METODOLOGI

Alat-alat :

- Neraca analitik

- Labu ukur

- Gelas ukur

- Erlenmeyer

- Gelas piala

- Pipet tetes

- Corong dan kertas saring

- Pipet ukur

- pH universal

- corong pemisah

- buret

Bahan-bahan :

- sampel: sirup markisa

- kloroform

- NaOH 10 %

- NaCl 30 %

- Aquades

- HCl (1:3)

- Alkohol (4:1)

- NaOH 0,05 N

- Indikator PP

Page 11: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Cara kerja :

1. Sampel sirup markisa dimasukkan sebanyak 50 gr dan diencerkan sampai 150 mL

2. Ke dalam sampel ditambahkan 5 mL NaOH 10 % dan 5 mL NaCl 30 % kemudian

ditambahkan air sampai volume 200 mL dan disaring, kemudian dikocok selama 30

menit

3. Ditambahkan air suling ke dalam labu takar sampai volumenya 250 mL kemudian

disaring dengan kertas saring

4. Filtrat hasil saringan dipipet sebanyak 50 mL, kemudian dinetralkan dengan HCl (1:3)

dan dites dengan indikator pH universal

5. Ditambahkan 25 mL kloroform dan dikocok perlahan untuk menghindari terbentuk

emulsi selama 30 menit

6. Sampel dipindahkan ke dalam corong pisah untuk dipisahkan larutannya, kemudian

diambil 12,5 mL cairan melalui kran (bagian bawah), dan dimasukkan ke dalam gelas

piala, didiamkan beberapa waktu hingga kloroform menguap habis

7. Untuk melarutkan residu, ditambahkan 5 mL alkohol (4:1) kemudian ditambah 5 mL

air suling dan dititrasi denga NaOH 0,05 N sampai pH tepat 0,1 atau merah jambu

dengan menggunakan indikator PP

Bagan kerja

penyiapan samp

el

sampel 50 gr diencerkan 150 mL, ditambahkan 5 mL NaOH 10 % dan 5 mL NaCl 30 %, encerkan hingga 200 mL, disaring dan kocokad aquades hingga 250 mL, disaring dan dipipet 50 mL, dinetralkan dengan HCL

Penarikan

Na Benzoat

ditambahkan 25 mL kloroform dan dikocok perlahan untuk menghindari emulsi selama 30 menitpisahkan dengan corong pemisah, diambil 12,5 mL, kloroform diuapkan

titrasi

residu dilarutkan dengan 5 mL alkohol (4:1) + aquades 5 mL titrasi dengan NaOH 0,05 N dengan indikator PP

Page 12: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Titrasi Volume Awal

(ml)

Volume Akhir

(ml)

Volume Titer

(ml)

Sirup Markisa 9,3 10 0,7 ml

Perhitungan

1 ml NaOH 0.05 N = 0.0072 gram Na Benzoat Anhidrat

Na Sirup Markisa dalam 250 mL (sampel+pelarut) = 50 gr

Na Sirup Markisa dalam 50 mL filtrat = 50 g

250 ml= x

50 ml = 10 gr

Na Sirup Markisa dalam 50 mL filtrate + 25 mL Kloroform = Na Benzoat

Sirup Markisa dalam 50 mL filtrate

Na Benzoat dalam 12.5 mL Kloroform = 10 g25 ml

= x12.5 ml

x = 5 gr

( mgkg sampel )=Volume titer

1 ml NaOHx gr Na Benzoat(setara dengan 1 ml NaoH 0.05 N )

Kadar ( mgkg sampel )=0.7 ml

1 mlx0.0072 gr

Kadar ( mgkg sampel )= 0.00504 gr

5 gr sampel

Kadar ( mgkg sampel )= 1, 008 mg

kgsampel

Page 13: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Ppm Na Benzoat Anhidrat

V titer x N NaOH x 144 xV larutan pada persiapan sampel x106

V yangdiambil xberat sampel x1000

0 .7 x 0 . 05 x 144 x50 x 106

5 x 50 x 1000=1 ,008ppm

PEMBAHASAN

Dalam praktikum analisis makanan obat dan kosmetika halal

dilakukan penetapan kadar zat pengawet dalam sampel makanan

maupun minuman. Sampel yang kelompok kami analisis kadar natrium

benzoat adalah minuman syrup markisa. Berdasarkan peraturan kepala

badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia nomor 36 tahun

2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan

pengawet dalam hal ini natrium benzoate dalam sirup buah adalah 600

mg/kg.

Dalam percoobaan kali ini penetapan kadar natrium benzoate

dilakukan dengan metode titrasi asam-basa alkalimetri. Titrasi asam basa

adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi

asam basa. Sebagai titran digunakan larutan baku asam maka penetapan

kadarnya menggunakan metode asidimetri sedang bila larutan standar

yang digunakan bersifat basa maka penetapan kadarnya menggunakan

metode alkalimetri.

Sampel diambil sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur.

Kemudian pindahkan ke erlemeyer dan diencerkan menggunakan

aquadest sampai 150 ml. tambahkan 5 ml NaOH 10% dan 5ml NaCl 30%.

Penambahan NaCl ditujukan untuk mengubah asam benzoate menjadi

natrium benzoate yang larut air dengan penambahan NaOH. Penggunaan

larutan NaoH dan NaCl ditambahkan untuk mendapatkan larutan yang

bersifat alkalis. Jika larutan natrium benzoate diasamkan dengan HCl

berlebih akan terbentuk asam benzoate yang larut dalam air dan dapat

Page 14: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

diekstraksi dengan kloroform. Residu yag mengandung asam benzoat

dilarutkan dalam alkohol dan di titrasi.

Menjenuhkan larutan sampel, NaOH ditambahkan ditujukan untuk

menarik asam benzoate. Asam benzoat yang bersifat lemah dapat

membentuk garam yaitu Natrium benzoate karena penambahan NaOH

yang bersifat basa kuat sehingga terpisah dari bahan-bahan lain yang ada

diminuman syrup tersebut. Adapun reaksinya :

Setelah tercampurkan tambahkan aquadest ad sampai 200 ml dan

saring menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan maupun

pengotor dan filtratnya, kocok sampai tercampur. Kemudian pindahkan ke

dalam labu ukur dan ad dengan aquadest sampai mencapai 250 ml. Pipet

50 ml hasil kocokan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan

HCl beberapa tetes untuk menetralkan sampai pH 6-9, untuk mengecek

pH digunakan indikator universal. Dalam percobaan ini, kami

menambahkan 3 tetes HCl untuk mencapai pH netral. Lalu tambahkan 25

ml kloroform. Penambahan kloroform ini dilakukan untuk menarik natrium

benzoat dari bahan-bahan yang bersifat non polar yang mampu terlarut

dalam air. Natrium benzoate ini bersifat hidrofobik dan dapat terlarut

dalam kloroform.

Page 15: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Kemudian masukkan ke dalam corong pisah untuk di ekstraksi

dengan kloroform dan kocok-kocok sampai 30 menit (sampai larutan

antara kloroform dan sampel terpisah). Setelah terpisah ambil larutan

bagian bawahnya lewat kran bawah dan tampung dengan memakai gelas

beacker. Bagian bawah ini, berisikan kloroform yang mengandung

natrium benzoat. Kloroform memiliki berat jenis yang lebih tinggi daripada

air, sehingga kloroform terletek di bawah pada corong pisah. Lalu ambil

12,5ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam cawan penguap.dan

panaskan hingga kloroform menguap dan hanya meninggalkan residu

(natrium benzoat).

Residu diencerkan dengan 5ml alkohol dan 5ml aquadest dan

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan PP sebagai pewarna yang

akan dikeluarkan saat titrasi mencapai titik akhir titrasi (titik ekivalen)

dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah yang sama.

Perubahan warna yang terjadi adalah dari tak berwarna menjadi merah

muda. PP yang digunakan sebanyak 3 tetes, phenolftalein ini dipilih

karena penggunaan pewarna ini akan menunjukkan hasil warna yang jelas

dan stabil pada kisaran pH 8-9,6. Sampel ini dititrasi dengan

menggunakan NaOH 0,05 N.

Reaksi yang terjadi pada titrasi alkalimetri ini adalah

HCl + NaOH → NaCl + H2O

Reaksi yang terjadi pada netralisasi ini adalah reaksi yang bersifat

eksotermis, reaksi eksotermis adalah reaksi eksoterm adalah reaksi yang

disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor

dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya ); ditandai dengan adanya

kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem.ada yang bersifateksotermis

(the enthalpy of neutralization) seperti reaksi antara natrium hidroksida

dengan asam klorida.

Pada saat titrasi kami hanya melakukan 1 kali titrasi, karena waktu

kurang untuk mengerjakan duplo karena proses penyaringan sampel yang

terlalu lama yaitu 2 jam. Hasil yang didapatkan yaitu 1,008 mg /kg, dimana

Page 16: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

hasil menunjukkan bahawa dalam sirup markisa mengandung natrium

benzoat yang diperbolehkan Peraturan Menteri Kesehatan No.

722/Menkes/Per/IX/1998 maupun SNI 01-354-1994 yaitu 600mg/kg.

BAB V

KESIMPULAN

1. Sirup markisa yang dianalisa mengandung 1,008 mg /kg

2. Kadar natrium benzoat pada sirup markisa dapat dikatakan aman

karena tidak melebihi batas maksimum yaitu 600 mg/kg untuk

minuman ringan

Page 17: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang

Batas Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Department Kesehatan RI

Anonim. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1168/Menkes/per/X/1999 tentang

perubahan atas permenkes No 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan

Pangan. Jakarta: Department Kesehatan RI

Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi

Aksara

Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Winarno F.G. 1994. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Penerbit

Pustaka Sinar Harapan

Page 18: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Day, R.A., Soedoro, R., dan Underood A.L., 1999, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi

V, diterjemahkan oleh A Laysius Handyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta, 461.

Deman, J.M., 1997, Kimia Makanan, Edisi II, diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata, ITB, Bandung, 529.

Fatah, A.M., dan Mursyidi, A., 1978, Pengantar Kimia Farmasi Analitik Volumetri

dan Gravimetri , Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, 34-38

Siaka, I.M.. 2009. Jurnal Kimia Analisis Bahan Pengawet Pada Saos Tomat yang

Beredar di Wilayah Kota Denpasar. Bukit Jambiran: Universitas Udayana

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS OBAT MAKANAN DAN

KOSMETIK

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT

Page 19: Laporan Prak AOMK Na Benzoat

Disusun oleh :

Kelompok II-C

Sutar 1111102000077

Athirotin Halawiyah 1111102000075

Brasti Eka P 1111102000061

Rizza Permana S 1111102000082

Sry Wardiah 1111102000058

Fio Noviany 1111102000074

Erlin Febrianti 1111102000069

Rianisa Karunia D 1111102000064

FARMASI V-C

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014