23
Laporan Praktikum Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 November 2015 Pengolahan Limbah Industri Pangan Dosen : Dr. Ir. Mohamad Yani Dr. Purwoko, MSi Asisten : Kartika Sari, STP, MT Derry Dardanella, STP PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK (BUAH DAN SAYURAN) MENJADI ALTERNATIF ENERGI (BIOGAS) Oleh: Kelompok 1 /A P1 Romastania Sinaga J3E113001 Ibnu Cholik J3E113005 Nidya Azetvica J3E113017 Alifah Lailatul Rahmah J3E113018

Laporan praktikum limbah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dhjdhjkjjjjjjjjjjjjjjdhddjjskskkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmsssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

Citation preview

Page 1: Laporan praktikum limbah

Laporan Praktikum Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 November 2015

Pengolahan Limbah Industri Pangan Dosen : Dr. Ir. Mohamad Yani

Dr. Purwoko, MSi

Asisten : Kartika Sari, STP, MT

Derry Dardanella, STP

PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK (BUAH DAN SAYURAN)

MENJADI ALTERNATIF ENERGI (BIOGAS)

Oleh:

Kelompok 1 /A P1

Romastania Sinaga J3E113001

Ibnu Cholik J3E113005

Nidya Azetvica J3E113017

Alifah Lailatul Rahmah J3E113018

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 2: Laporan praktikum limbah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat, memerlukan lebih banyak

energi untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan energi sebenarnya tidak lain adalah energi

yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana

pemenuhan kebutuhan pokok manusia.

Berbagai bentuk energi telah digunakan manusia seperti bahan bakar tradisional (kayu),

batu bara, minyak bumi dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil. Pemakaian bahan bakar

fosil (minyak dan batubara) secara besar-besaran sebagai penyedia sumber daya energi telah

terbukti ikut menambah beratnya pencemaran lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil 

menghasilkan  Karbon dioksida (CO2) yang ikut  memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca

(green house effect) yang  bermuara pada   pemanasan global (global warming).

Biogas memberikan perlawanan  terhadap efek  rumah  kaca. Biogas adalah gas yang

dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi tanpa

oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 %

CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2 dan H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan

dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat

dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas

yang utama yaitu kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda. (Budhipermana 2011).

Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk

mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan

bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas bila

terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara dan menghasilkan energi yang lebih besar

dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit (Anonim 2011). Pemanfaatan biogas memegang

peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih

berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam

biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila

dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan

dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Page 3: Laporan praktikum limbah

Secara prinsip pembuatan biogas sangat sederhana yaitu memasukkan substrat (kotoran

sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan

terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pembuatan biogas, alat dan bahan yang

digunakan dalam pembuatan biogas, tahapan proses fermentasi biogas dari sampah organik, titik

kritis pembuatan biogas dari sampah organik dan mengetahui perbedaan volume gas yang

dihasilkan antara biogas yang berasal dari sampah buah dengan biogas yang berasal dari sampah

sayuran.

Page 4: Laporan praktikum limbah

Alat dan bahan disiapkan

Sampah organik dicampurkan dengan kotoran sapi

Dimasukam ke dalam tabung digester sebanyak 80%

Lubang tabung ditutup hingga rapat dengan plastik PVC

 Selang dipasang untuk

menghubungkan tabung digester dengan botol plastik

Botol plastik 1.5 L diisi dengan air penuh untuk mengetahui terbentuk gas, jika ada gas

tinggi air tersebut akan berbeda

Volume air dihitung

menggunakan gelas ukur

 

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat :

Botol platik 1.5 Liter

Pisau

Gunting

Tabung digester

Selang

Gelas ukur

APD

Plastik PVC

Bahan :

Sampah buah-buahan

Sampah sayuran

Kotoran sapi

Air

2.2 Prosedur Percobaan

Page 5: Laporan praktikum limbah

Perubahan volume diamati setiap hari

Jika terjadi kenaikan volume air pada botol plastik. Gas pada tabung digester dihilangkan dengan cara keran tabung dibuka

Gas Metana

Bagan 1. Prosedur Pembuatan Biogas dari Sampah Organik

Page 6: Laporan praktikum limbah

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Volume Gas dan pH

Tanggal A1 A2 B1 B29 Okt 2015 1300 mL -

10 Okt 2015 - - - -11 Okt 2015 - - - -12 Okt 2015 - - - -13 Okt 2015 - 1500 mL - -14 Okt 2015 300 mL - 1400 mL -15 Okt 2015 300 mL - - -16 Okt 2015 300 mL - - -17 Okt 2015 - - 1300 mL -18 Okt 2015 - - - -19 Okt 2015 300 mL - - -20 Okt 2015 - - - 700 mL21 Okt 2015 300 mL - - 300 mL22 Okt 2015 300 mL - - -23 Okt 2015 - - - -24 Okt 2015 - - - -25 Okt 2015 - - - -26 Okt 2015 300 mL - 1200 mL -27 Okt 2015 - - - -28 Okt 2015 300 mL - - -29 Okt 2015 - - - -30 Okt 2015 300 mL - - 50 mL31 Okt 2015 - - 1000 mL -1 Nov 2015 - - - -2 Nov 2015 300 mL - - -3 Nov 2015 - - - -4 Nov 2015 300 mL - - -5 Nov 2015 - - 1300 mL -6 Nov 2015 300 mL - - -7 Nov 2015 - - - -8 Nov 2015 - - - -

pH 4 6 4 6

Keterangan : ( - ) = Tidak terjadi reaksi

AP1 dan B1 = Limbah Buah-Buahan

AP2 dan B2 = Limbah Sayuran

Page 7: Laporan praktikum limbah

Grafik 1. Volume Gas pada Limbah dari Sampah Buah Kelompok AP1

10 Okt

12 Okt

14 Okt

16 Okt

18 Okt

20 Okt

22 Okt

24 Okt

26 Okt

28 Okt

30 Okt1 Nov

3 Nov5 Nov

7 Nov0

50

100

150

200

250

300

350

Biogas dari Limbah Buah AP1

Tanggal Pengamatan

Volu

me

Gas (

mL)

Grafik 2. Volume Gas pada Limbah dari Sampah Sayuran Kelompok AP2

10 Okt

12 Okt

14 Okt

16 Okt

18 Okt

20 Okt

22 Okt

24 Okt

26 Okt

28 Okt

30 Okt1 Nov

3 Nov5 Nov

7 Nov0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Biogas dari Sampah Sayuran AP2

Tanggal Pengamatan

Volu

me

Gas (

mL)

Page 8: Laporan praktikum limbah

Grafik 3. Volume Gas pada Limbah dari Sampah Buah Kelompok BP1

9 Okt

11 Okt

13 Okt

15 Okt

17 Okt

19 Okt

21 Okt

23 Okt

25 Okt

27 Okt

29 Okt

31 Okt2 Nov

4 Nov6 Nov

8 Nov0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Biogas dari Sampah Buah BP1

Tanggal Pengamatan

Volu

me

Gas (

mL)

Grafik 4.Volume Gas pada Limbah dari Sampah Sayuran Kelompok BP2

9 Okt

11 Okt

13 Okt

15 Okt

17 Okt

19 Okt

21 Okt

23 Okt

25 Okt

27 Okt

29 Okt

31 Okt2 Nov

4 Nov6 Nov

8 Nov0

100

200

300

400

500

600

700

800

Biogas dari Sampah Sayuran BP2

Tanggal Pengamatan

Volu

me

Gas (

mL)

Page 9: Laporan praktikum limbah

3.2 Pembahasan

Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses penguraian

bahan organik oleh bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara (bakteri anaerob) terhadap

limbah-limbah organik baik digester (pencerna) anaerob maupun di tempat pembuangan akhir

sampah (sanitary landfill). Gas ini sering dimanfaatkan untuk pemanas, memasak, pembangkit

listrik dan transportasi. Biogas dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenesis

pada bahan-bahan organik seperti kayu/tumbuhan, buah-buahan, kotoran hewan dan manusia

merupakan gas campuran gas Metana (60-70%), CO2 dan gas lainnya. Komposisi gas bervariasi

tergantung pada limbah organik dan proses fermentasi anaerob.

Pada praktikum kali ini pembuatan biogas menggunakan bahan baku sampah organik

yang berasal dari sampah buah dan sayuran serta kotoran sapi sebagai starter. Kotoran sapi segar

memiliki bakteri yang baik dalam menghasilkan gas metana dan pembentukan asam. Parameter

yang diamati selama proses pembentukan biogas meliputi kenaikan pengumpul gas dan pH. Pada

kenaikan pengumpal gas diamati kenaikan volume air setiap 2 hari sekali. Sedangkan

pemantauan pH selama proses anaerobik dilakukan dengan mengambil sedikit sampel bahan lalu

diukur menggunakan kertas pH atau pH meter.

Pada pembuatan biogas, semua alat dan bahan harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Sampah buah dan sayuran masing-masing dicacah untuk memperluas permukaanya agar

kandungan organik yang terdapat di dalam bahan dapat keluar sehingga mempermudah proses

pencernaan dalam fermentasi pembentukan biogas. Selanjutnya kotoran sapi dicampur ke dalam

sampah buah dan sayuran, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam tabung biogas sambil

ditambahkan air. Setelah semuanya sudah masuk ke dalam tabung, maka lubang corong ditutup

rapat dan kedap dengan menggunakan plastik PVC, hal ini bertujuan agar benda asing tidak

masuk yang dapat mempengaruhi proses dan hasil dari biogas tersebut. Pembentukan biogas

dilakukan pada suhu ruang yang berkisar antara 32-330C sehingga tidak memerlukan suplai

energi tambahan untuk mengkondisikan suhu.

Mekanisme pembentukan biogas sampah organik (buah dan sayuran) seperti layaknya

kotoran ternak yaitu substrat terbaik untuk menghasilkan biogas. Proses pembentukan biogas

melalui pencernaan anaerobik merupakan proses bertahap, dengan empat tahap utama yaitu

hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis.

Page 10: Laporan praktikum limbah

Tahap pertama adalah tahap hidrolisis, bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid,

dan protein didegradasi oleh mikroorganisme hidrolitik menjadi senyawa terlarut seperti asam

karboksilat, asam keto, asam hidroksi, keton, alkohol, gula sederhana, asam-asam amino, H2 dan

CO2. Dalam tahapan hidrolisis terjadi pemecahan enzimatis dari bahan yang tidak mudah larut

seperti lemak, polisakarida, protein, asam nukleat dan lain-lain menjadi bahan yang mudah larut.

Protein dihidrolisis menjadi asam-asam amino, karbohidrat menjadi gula-gula sederhana,

sedangkan lemak menjadi asam rantai pendek.

Tahap kedua adalah tahap asidogenesis, bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa

rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen dan

karbondioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan

berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat bakteri tersebut memerlukan

oksiegen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam

dalam kondisi anaerobik sangat penting dalam pembentukan gas metan oleh mikroorganisme

pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul

rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metan

(Amaru 2004).

Tahap ketiga adalah tahap asetogenesis. Tidak semua produk asetogenesis dapat

dipergunakan secara langsung pada tahap metanogenesis. Alkohol dan asam volatil rantai pendek

tidak dapat langusng dipergunakan sebagai substrat pembentuk metan, tetapi harus dirombak

dulu oleh bakteri asetogenik menjadi asetat, H2 dan CO2. Produk yang dihasilkan ini menjadi

substrat pada pembentukan gas metan oleh bakteri metanogenik. Selain asidogenesis dan

asetogenesis, diperoleh asam asetat, hidrogen, dan karbondioksida yang merupakan hasil

degradasi anaerobik bahan organik.

Tahap terakhir adalah metanogenesis. Pada tahap ini bakteri metanogenik

mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat

molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk

membentuk metanan dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara

simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk beakteri

penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk metana menggunakan asam yang dihasilkan

bakteri penghasil asam. Berikut merupakan prinsip reaksi metanogenik (Juanga 2005).

Page 11: Laporan praktikum limbah

Tabel 2. Prinsip Reaksi Metanogenik

HydrogenAsetatFormatMethanolKarbon MonoksidaTrimetilaminDimetilaminMonometilaminMetil mercaptanLogam

4H2 + CO2 -> CH4 + 2H2OCH3COOH -> CH4 + CO2

4HCOOH -> CH4 + 3CO2 + 2H2O4CH3OH -> 3CH4 + CO2 + 2H2O4CO + 2H2O -> CH4 + 3H2CO3

4(CH3)2N + 6H2O -> 9CH4 + 3CO2 + 4NH3

2(CH3)2NH +2H2O -> 3CH4 + CO2 + 2NH3

4(CH3)NH2 + 2H2O -> 3CH4 + CO2 + 4NH3

2(CH3) 2S + H2O -> 3CH4 + CO2 + H2S4Me0 + 8H + CO2 -> 4Me0 + CH4 + 2H2O

Proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses

pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada

kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami teradapat dalam limbah yang mengandung bahan

organik. Proses anaerobik dapat berlangsung di bawah kondisi lingkungan yang luas walaupun

proses yang optimum hanya terjadi pada kondisi yang terbatas (Hayati 2006). Berikut merupakan

kondisi pengoperasian pada proses anaerobik yang seharusnya terjadi pada pembuatan biogas

(Engler et al. 2000).

Tabel 3. Kondisi Pengoperasian pada Proses Anaerobik Pembuatan Biogas

Parameter NilaiSuhu Mesofilik 350C Termofilik 540CpH 7 - 8Waktu retensi 10 - 30 hariLaju pembebanan 0.07 – 0.16 kg.Vs/m3/hariHasil biogas 0.28 – 0.69 m3/kg.VsKandungan metana 60 – 70%

Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik yaitu bakteri hidrofilik yang memecah

bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri fermentatif yang mengubah gula dan asam

amino menjadi asam organik. Aktivitas metabolisme mikroorganisme penghasil metana

tergantung pada faktor:

Page 12: Laporan praktikum limbah

1. Suhu

Gas metana dapat diproduksi pada tiga kisaran suhu sesuai dangan bakteri yang

hadir. Bakteri psyhrofilik 0-70C, bakteri mesofilik pada suhu 13-400C sedangkan

termofilik pada suhu 55-600C. Suhu yang optimal bagi reaktor adalah suhu 32-350C.

Kisaran suhu ini mengkombinasikan kondisi terbaik untuk pertumbuhan bakteri dan

produksi metana di dalam reaktor dengan lama proses yang pendek (Haryati 2006).

2. Lama proses

Lama proses atau jumlah hari bahan terproses di dalam tabung reaktor juga

mempengaruhi banyaknya metana yang dihasilkan. Pada reaktor tipe kontinyu, bahan

akan bergerak dari inlet menuju outlet selama waktu tertentu akibat terdorong bahan

segar yang dimasukkan, setelah bahan akan keluar dengan sendirinya. Setiap bahan

memiliki karakteristik lama proses tertetu.

a. Derajat keasama (pH)

Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam tabung reaktor biogas bisa

dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri asam yang

menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya

menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik. Kondisi keasaman yang optimum

pada pencernaan anaeorganik yaitu sekitar pH 6.8 sampai 8, laju pencernaan akan

menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah (Wahyuni 2010), sedangkan

kondisi optimum pH pada rentang 7.2 sampai 8.2 (Nguyen 2004).

b. Penghambatan Nitrogen dan ratio carbon nitrogen

Menurut Wahyuni (2010) dan Hayati (2006), bakteri yang terlibat dalam proses

anaerobik membutuhkan beberapa elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup

seperti sumber makanan dan kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob

mengkonsumsi karbon sekitar 30 kali lebih cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara

jumlah karbon dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N). rasio

optimum untuk reaktor anaerobik berkisar 20-30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan

dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya biogas yang

dihasilkan menjadi rendah. Sebaliknya, jika C/N rendah, nitrogen akan dibebaskan dan

berakumulasi dalam bentuk ammonia (NH4) yang dapat meningkatkan pH.

Page 13: Laporan praktikum limbah

Untuk mengetahui volume gas yang terbentuk yaitu dengan pemasangan pipa pada

lubang penghasil gas. Kemudian ujung dari pipa dimasukkan ke dalam botol plastik 1.5 L yang

sudah diisi penuh dengan air. Sebelum dimasukkan pipa ke dalam botol minum tersebut, terlebih

dahulu volume setiap 100 ml diberi tanda dengan menggunakan spidol. Hal ini bertujuan untuk

menghetahui seberapa banyak gas yang keluar. Apabila gas dari tabung keluar, maka air di

dalam botol minum akan berkurang, karena gas akan mendorong air dalam botol minum keluar.

Hasil yang bagus jika air dalam botol minum akan berkurang terus menerus. Pada 7 hari pertama

pengamatan, jika mengalami pertambahan volume maka gas yang terbentuk adalah gas CO2.

Sedangkan pada hari selanjutnya, gas yang terbentuk adalah gas metana.

Pada sampah buah kelompok AP1 berdasarkan data hasil pengamatan, bahwa volume air

yang bertambah dalam botol atau gas CO2 yang terbentuk adalah sebanyak 300 ml pada

pengamatan hari ke-5 sampai dengan hari ke-7 dan gas metana yang terbentuk sebayak 300 ml

pada pengamatan hari ke- 10, 12, 13, 17, 19, 21, 24, 26 dan 28. Sedangkan pH yang dihasilkan

adalah 4. Pada sampah sayuran AP2 berdasarkan hasil pengamatan, bahwa volume air yang

bertambah dalam botol atau gas CO2 yang terbentuk adalah 1500 ml pada pengamatan hari ke-4.

Sementara dari pengamatan hari ke-5 sampai ke-30 tidak ada perubahan yang terjadi atau tidak

terbentuk gas metana. Sedangkan pH yang dihasilkan adalah 6.

Pada praktikum pembentukan biogas menggunakan bahan baku sampah buah dan

sayuran serta kotoran sapi, volume gas metana yang paling banyak terbentuk adalah biogas yang

terbuat dari sampah buah dan kotoran sapi. Hal ini disebabkan pada sampah buah lebih banyak

mengandung senyawa organik dibandingkan sampah sayuran.

Faktor yang mungkin menyebabkan sedikitnya pembentukan gas metana atau tidak

terbentuknya gas metana pada pembuatan gas biogas adalah pH, kebocoran pada botol plastik,

kebocoran pada pipa tabung digester dan adanya bakteri metanogenik. Pada pH, kemungkinan

pH yang ada dalam tabung digester dikategorikan teralu asam yang kemungkinan disebabkan

karena bakteri asam lebih banyak tumbuh di dalam tabung reactor dibandingkan dengan bakteri

metanogenik. Hal ini mengakibatkan bakteri metanogenik tidak dapat tumbuh dengan baik yang

otomatis tidak maksimal dalam pembentukan gas metana. Pada kebocoran botol plastik, apabila

terjadi kebocoran dapat menyebabkan kegagalan pembentukan gas metana. Hal ini mungkin

disebabkan masuknya bakteri asing yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri pembentuk

Page 14: Laporan praktikum limbah

gas metana. Pada kebocoran tabung digester, apabila terjadi kebocoran akan menyebabkan gas

metana yang dihasilkan akan keluar ke udara bebas. Dengan demikian gas yang dihasilkan tidak

dapat diukur dengan berkurangnya volume air dalam botol. Pada bakteri metanogenik mungkin

dapat tumbuh yang disebakan karena beberapa factor seperti temperature, pH, nurtrisi yang

tersedia juga mempengaruhi pembentukan gas metana.

Page 15: Laporan praktikum limbah

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, bahwa prinsip pembuatan biogas yaitu

memasukkan substrat (kotoran sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob dan dalam

waktu tertentu akan menghasilkan gas bio. Alat yang digunakan dalam pembuatan biogas adalah

Botol Plastik 1.5 L, pisau, gunting, taung digester, platik PVC, selang, gelas ukur dan APD

sedangkan bahan yang digunakan adalah sampah buah-buahan, sampah sayuran, kotoran sapi

sebagai starter dan air.

Tahapan fermentasi pada pembuatan limbah dari bahan organik yaitu tahap hidrolisis,

asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. Titik kritis dalam pembuatan biogas dari bahan

organic adalah kondisi pH bahan, perbandingan antara bahan dengan starer yang digunakan serta

kondisi tabung digester dan botol plastik. Volume gas metana yang dihasilkan dari limbah buah

lebih banyak dibandingkan dari limbah sayuran, karena kandungan senyawa organic dari limbah

buah lebih banyak dari limba sayuran.

4.2 Saran

Sebaiknya sebelum peraktikum di mulai, bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan

dalam pembuatan biogas dipersiapkan telebih dahulu. Bahan-bahan yang digunakan sebaiknya

diketahui beratnya dengan pasti, untuk mengetahui perbandigan setiap bahan yang digunakan.

Page 16: Laporan praktikum limbah

DAFTAR PUSTAKAAmaru K. 2004. Rancangan Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik Polyethilene Skala Kecil

(Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan Kab. Garut) [Skripsi]. Bandung: Universitas Padjajaran.

Anonim. 2011. Pedoman Perencanaan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat. NMC CSRRP. Yogyakarta.

Budhipermana. 2011. Proses Pembuatan Biogas. Wordpress [Internet]. [diunduh 21 November 2015]. Terdapat pada :http://budhipermana11.wordpress.com/2011/02/04/25.

Engler CR., ER Jordan, MJ McFarland, dan RD Lacewell. 2000. Economics and Environmental Impact of Biogas Production as a Manure Management Strategy [Internet]. [diunduh 21 November 2015]. Terdapat pada: http://tammi.tamu.edu/Englar2.pdf.

Hayati T. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. J Wartazoa. 16: 160-169.

Juanga JP. 2005. Dry Anaerobic Digestion of Organic Fraction of Municipal Solid Waste [tesis]. Thailand: Asian Institute of Technology, School of Environment, Resource and Development.

Nguyen PHL. 2004. Dry Anaerobic Digestion of Municipal Solid Waste as Pretreatment Prior to Landfill [Tesis]. Thailand: Asian Institute of Technology, School of Environment, Resource and Development.

Wahyuni S. 2010. Biogas. Jakarta : Penerbit Swadaya.

Yadvica S, TR Sreekrishnan, K Sangeta, R Vineet. 2004. Enchancement of Biogas Production From Solid Substrat Using Different Techniques-A Review. J Bioresource Technol. 95:1-10.