Upload
ibnucholik
View
25
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dhjdhjkjjjjjjjjjjjjjjdhddjjskskkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmsssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
Citation preview
Laporan Praktikum Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 November 2015
Pengolahan Limbah Industri Pangan Dosen : Dr. Ir. Mohamad Yani
Dr. Purwoko, MSi
Asisten : Kartika Sari, STP, MT
Derry Dardanella, STP
PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK (BUAH DAN SAYURAN)
MENJADI ALTERNATIF ENERGI (BIOGAS)
Oleh:
Kelompok 1 /A P1
Romastania Sinaga J3E113001
Ibnu Cholik J3E113005
Nidya Azetvica J3E113017
Alifah Lailatul Rahmah J3E113018
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat, memerlukan lebih banyak
energi untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan energi sebenarnya tidak lain adalah energi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana
pemenuhan kebutuhan pokok manusia.
Berbagai bentuk energi telah digunakan manusia seperti bahan bakar tradisional (kayu),
batu bara, minyak bumi dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil. Pemakaian bahan bakar
fosil (minyak dan batubara) secara besar-besaran sebagai penyedia sumber daya energi telah
terbukti ikut menambah beratnya pencemaran lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil
menghasilkan Karbon dioksida (CO2) yang ikut memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca
(green house effect) yang bermuara pada pemanasan global (global warming).
Biogas memberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca. Biogas adalah gas yang
dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi tanpa
oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 %
CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2 dan H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan
dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat
dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas
yang utama yaitu kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda. (Budhipermana 2011).
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan
bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas bila
terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara dan menghasilkan energi yang lebih besar
dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit (Anonim 2011). Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam
biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila
dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan
dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Secara prinsip pembuatan biogas sangat sederhana yaitu memasukkan substrat (kotoran
sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan
terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pembuatan biogas, alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan biogas, tahapan proses fermentasi biogas dari sampah organik, titik
kritis pembuatan biogas dari sampah organik dan mengetahui perbedaan volume gas yang
dihasilkan antara biogas yang berasal dari sampah buah dengan biogas yang berasal dari sampah
sayuran.
Alat dan bahan disiapkan
Sampah organik dicampurkan dengan kotoran sapi
Dimasukam ke dalam tabung digester sebanyak 80%
Lubang tabung ditutup hingga rapat dengan plastik PVC
Selang dipasang untuk
menghubungkan tabung digester dengan botol plastik
Botol plastik 1.5 L diisi dengan air penuh untuk mengetahui terbentuk gas, jika ada gas
tinggi air tersebut akan berbeda
Volume air dihitung
menggunakan gelas ukur
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat :
Botol platik 1.5 Liter
Pisau
Gunting
Tabung digester
Selang
Gelas ukur
APD
Plastik PVC
Bahan :
Sampah buah-buahan
Sampah sayuran
Kotoran sapi
Air
2.2 Prosedur Percobaan
Perubahan volume diamati setiap hari
Jika terjadi kenaikan volume air pada botol plastik. Gas pada tabung digester dihilangkan dengan cara keran tabung dibuka
Gas Metana
Bagan 1. Prosedur Pembuatan Biogas dari Sampah Organik
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Volume Gas dan pH
Tanggal A1 A2 B1 B29 Okt 2015 1300 mL -
10 Okt 2015 - - - -11 Okt 2015 - - - -12 Okt 2015 - - - -13 Okt 2015 - 1500 mL - -14 Okt 2015 300 mL - 1400 mL -15 Okt 2015 300 mL - - -16 Okt 2015 300 mL - - -17 Okt 2015 - - 1300 mL -18 Okt 2015 - - - -19 Okt 2015 300 mL - - -20 Okt 2015 - - - 700 mL21 Okt 2015 300 mL - - 300 mL22 Okt 2015 300 mL - - -23 Okt 2015 - - - -24 Okt 2015 - - - -25 Okt 2015 - - - -26 Okt 2015 300 mL - 1200 mL -27 Okt 2015 - - - -28 Okt 2015 300 mL - - -29 Okt 2015 - - - -30 Okt 2015 300 mL - - 50 mL31 Okt 2015 - - 1000 mL -1 Nov 2015 - - - -2 Nov 2015 300 mL - - -3 Nov 2015 - - - -4 Nov 2015 300 mL - - -5 Nov 2015 - - 1300 mL -6 Nov 2015 300 mL - - -7 Nov 2015 - - - -8 Nov 2015 - - - -
pH 4 6 4 6
Keterangan : ( - ) = Tidak terjadi reaksi
AP1 dan B1 = Limbah Buah-Buahan
AP2 dan B2 = Limbah Sayuran
Grafik 1. Volume Gas pada Limbah dari Sampah Buah Kelompok AP1
10 Okt
12 Okt
14 Okt
16 Okt
18 Okt
20 Okt
22 Okt
24 Okt
26 Okt
28 Okt
30 Okt1 Nov
3 Nov5 Nov
7 Nov0
50
100
150
200
250
300
350
Biogas dari Limbah Buah AP1
Tanggal Pengamatan
Volu
me
Gas (
mL)
Grafik 2. Volume Gas pada Limbah dari Sampah Sayuran Kelompok AP2
10 Okt
12 Okt
14 Okt
16 Okt
18 Okt
20 Okt
22 Okt
24 Okt
26 Okt
28 Okt
30 Okt1 Nov
3 Nov5 Nov
7 Nov0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Biogas dari Sampah Sayuran AP2
Tanggal Pengamatan
Volu
me
Gas (
mL)
Grafik 3. Volume Gas pada Limbah dari Sampah Buah Kelompok BP1
9 Okt
11 Okt
13 Okt
15 Okt
17 Okt
19 Okt
21 Okt
23 Okt
25 Okt
27 Okt
29 Okt
31 Okt2 Nov
4 Nov6 Nov
8 Nov0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Biogas dari Sampah Buah BP1
Tanggal Pengamatan
Volu
me
Gas (
mL)
Grafik 4.Volume Gas pada Limbah dari Sampah Sayuran Kelompok BP2
9 Okt
11 Okt
13 Okt
15 Okt
17 Okt
19 Okt
21 Okt
23 Okt
25 Okt
27 Okt
29 Okt
31 Okt2 Nov
4 Nov6 Nov
8 Nov0
100
200
300
400
500
600
700
800
Biogas dari Sampah Sayuran BP2
Tanggal Pengamatan
Volu
me
Gas (
mL)
3.2 Pembahasan
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses penguraian
bahan organik oleh bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara (bakteri anaerob) terhadap
limbah-limbah organik baik digester (pencerna) anaerob maupun di tempat pembuangan akhir
sampah (sanitary landfill). Gas ini sering dimanfaatkan untuk pemanas, memasak, pembangkit
listrik dan transportasi. Biogas dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenesis
pada bahan-bahan organik seperti kayu/tumbuhan, buah-buahan, kotoran hewan dan manusia
merupakan gas campuran gas Metana (60-70%), CO2 dan gas lainnya. Komposisi gas bervariasi
tergantung pada limbah organik dan proses fermentasi anaerob.
Pada praktikum kali ini pembuatan biogas menggunakan bahan baku sampah organik
yang berasal dari sampah buah dan sayuran serta kotoran sapi sebagai starter. Kotoran sapi segar
memiliki bakteri yang baik dalam menghasilkan gas metana dan pembentukan asam. Parameter
yang diamati selama proses pembentukan biogas meliputi kenaikan pengumpul gas dan pH. Pada
kenaikan pengumpal gas diamati kenaikan volume air setiap 2 hari sekali. Sedangkan
pemantauan pH selama proses anaerobik dilakukan dengan mengambil sedikit sampel bahan lalu
diukur menggunakan kertas pH atau pH meter.
Pada pembuatan biogas, semua alat dan bahan harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Sampah buah dan sayuran masing-masing dicacah untuk memperluas permukaanya agar
kandungan organik yang terdapat di dalam bahan dapat keluar sehingga mempermudah proses
pencernaan dalam fermentasi pembentukan biogas. Selanjutnya kotoran sapi dicampur ke dalam
sampah buah dan sayuran, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam tabung biogas sambil
ditambahkan air. Setelah semuanya sudah masuk ke dalam tabung, maka lubang corong ditutup
rapat dan kedap dengan menggunakan plastik PVC, hal ini bertujuan agar benda asing tidak
masuk yang dapat mempengaruhi proses dan hasil dari biogas tersebut. Pembentukan biogas
dilakukan pada suhu ruang yang berkisar antara 32-330C sehingga tidak memerlukan suplai
energi tambahan untuk mengkondisikan suhu.
Mekanisme pembentukan biogas sampah organik (buah dan sayuran) seperti layaknya
kotoran ternak yaitu substrat terbaik untuk menghasilkan biogas. Proses pembentukan biogas
melalui pencernaan anaerobik merupakan proses bertahap, dengan empat tahap utama yaitu
hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis.
Tahap pertama adalah tahap hidrolisis, bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid,
dan protein didegradasi oleh mikroorganisme hidrolitik menjadi senyawa terlarut seperti asam
karboksilat, asam keto, asam hidroksi, keton, alkohol, gula sederhana, asam-asam amino, H2 dan
CO2. Dalam tahapan hidrolisis terjadi pemecahan enzimatis dari bahan yang tidak mudah larut
seperti lemak, polisakarida, protein, asam nukleat dan lain-lain menjadi bahan yang mudah larut.
Protein dihidrolisis menjadi asam-asam amino, karbohidrat menjadi gula-gula sederhana,
sedangkan lemak menjadi asam rantai pendek.
Tahap kedua adalah tahap asidogenesis, bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa
rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen dan
karbondioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan
berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat bakteri tersebut memerlukan
oksiegen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam
dalam kondisi anaerobik sangat penting dalam pembentukan gas metan oleh mikroorganisme
pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul
rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metan
(Amaru 2004).
Tahap ketiga adalah tahap asetogenesis. Tidak semua produk asetogenesis dapat
dipergunakan secara langsung pada tahap metanogenesis. Alkohol dan asam volatil rantai pendek
tidak dapat langusng dipergunakan sebagai substrat pembentuk metan, tetapi harus dirombak
dulu oleh bakteri asetogenik menjadi asetat, H2 dan CO2. Produk yang dihasilkan ini menjadi
substrat pada pembentukan gas metan oleh bakteri metanogenik. Selain asidogenesis dan
asetogenesis, diperoleh asam asetat, hidrogen, dan karbondioksida yang merupakan hasil
degradasi anaerobik bahan organik.
Tahap terakhir adalah metanogenesis. Pada tahap ini bakteri metanogenik
mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat
molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk
membentuk metanan dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara
simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk beakteri
penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk metana menggunakan asam yang dihasilkan
bakteri penghasil asam. Berikut merupakan prinsip reaksi metanogenik (Juanga 2005).
Tabel 2. Prinsip Reaksi Metanogenik
HydrogenAsetatFormatMethanolKarbon MonoksidaTrimetilaminDimetilaminMonometilaminMetil mercaptanLogam
4H2 + CO2 -> CH4 + 2H2OCH3COOH -> CH4 + CO2
4HCOOH -> CH4 + 3CO2 + 2H2O4CH3OH -> 3CH4 + CO2 + 2H2O4CO + 2H2O -> CH4 + 3H2CO3
4(CH3)2N + 6H2O -> 9CH4 + 3CO2 + 4NH3
2(CH3)2NH +2H2O -> 3CH4 + CO2 + 2NH3
4(CH3)NH2 + 2H2O -> 3CH4 + CO2 + 4NH3
2(CH3) 2S + H2O -> 3CH4 + CO2 + H2S4Me0 + 8H + CO2 -> 4Me0 + CH4 + 2H2O
Proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses
pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada
kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami teradapat dalam limbah yang mengandung bahan
organik. Proses anaerobik dapat berlangsung di bawah kondisi lingkungan yang luas walaupun
proses yang optimum hanya terjadi pada kondisi yang terbatas (Hayati 2006). Berikut merupakan
kondisi pengoperasian pada proses anaerobik yang seharusnya terjadi pada pembuatan biogas
(Engler et al. 2000).
Tabel 3. Kondisi Pengoperasian pada Proses Anaerobik Pembuatan Biogas
Parameter NilaiSuhu Mesofilik 350C Termofilik 540CpH 7 - 8Waktu retensi 10 - 30 hariLaju pembebanan 0.07 – 0.16 kg.Vs/m3/hariHasil biogas 0.28 – 0.69 m3/kg.VsKandungan metana 60 – 70%
Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik yaitu bakteri hidrofilik yang memecah
bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri fermentatif yang mengubah gula dan asam
amino menjadi asam organik. Aktivitas metabolisme mikroorganisme penghasil metana
tergantung pada faktor:
1. Suhu
Gas metana dapat diproduksi pada tiga kisaran suhu sesuai dangan bakteri yang
hadir. Bakteri psyhrofilik 0-70C, bakteri mesofilik pada suhu 13-400C sedangkan
termofilik pada suhu 55-600C. Suhu yang optimal bagi reaktor adalah suhu 32-350C.
Kisaran suhu ini mengkombinasikan kondisi terbaik untuk pertumbuhan bakteri dan
produksi metana di dalam reaktor dengan lama proses yang pendek (Haryati 2006).
2. Lama proses
Lama proses atau jumlah hari bahan terproses di dalam tabung reaktor juga
mempengaruhi banyaknya metana yang dihasilkan. Pada reaktor tipe kontinyu, bahan
akan bergerak dari inlet menuju outlet selama waktu tertentu akibat terdorong bahan
segar yang dimasukkan, setelah bahan akan keluar dengan sendirinya. Setiap bahan
memiliki karakteristik lama proses tertetu.
a. Derajat keasama (pH)
Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam tabung reaktor biogas bisa
dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri asam yang
menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya
menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik. Kondisi keasaman yang optimum
pada pencernaan anaeorganik yaitu sekitar pH 6.8 sampai 8, laju pencernaan akan
menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah (Wahyuni 2010), sedangkan
kondisi optimum pH pada rentang 7.2 sampai 8.2 (Nguyen 2004).
b. Penghambatan Nitrogen dan ratio carbon nitrogen
Menurut Wahyuni (2010) dan Hayati (2006), bakteri yang terlibat dalam proses
anaerobik membutuhkan beberapa elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup
seperti sumber makanan dan kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob
mengkonsumsi karbon sekitar 30 kali lebih cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara
jumlah karbon dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N). rasio
optimum untuk reaktor anaerobik berkisar 20-30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan
dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya biogas yang
dihasilkan menjadi rendah. Sebaliknya, jika C/N rendah, nitrogen akan dibebaskan dan
berakumulasi dalam bentuk ammonia (NH4) yang dapat meningkatkan pH.
Untuk mengetahui volume gas yang terbentuk yaitu dengan pemasangan pipa pada
lubang penghasil gas. Kemudian ujung dari pipa dimasukkan ke dalam botol plastik 1.5 L yang
sudah diisi penuh dengan air. Sebelum dimasukkan pipa ke dalam botol minum tersebut, terlebih
dahulu volume setiap 100 ml diberi tanda dengan menggunakan spidol. Hal ini bertujuan untuk
menghetahui seberapa banyak gas yang keluar. Apabila gas dari tabung keluar, maka air di
dalam botol minum akan berkurang, karena gas akan mendorong air dalam botol minum keluar.
Hasil yang bagus jika air dalam botol minum akan berkurang terus menerus. Pada 7 hari pertama
pengamatan, jika mengalami pertambahan volume maka gas yang terbentuk adalah gas CO2.
Sedangkan pada hari selanjutnya, gas yang terbentuk adalah gas metana.
Pada sampah buah kelompok AP1 berdasarkan data hasil pengamatan, bahwa volume air
yang bertambah dalam botol atau gas CO2 yang terbentuk adalah sebanyak 300 ml pada
pengamatan hari ke-5 sampai dengan hari ke-7 dan gas metana yang terbentuk sebayak 300 ml
pada pengamatan hari ke- 10, 12, 13, 17, 19, 21, 24, 26 dan 28. Sedangkan pH yang dihasilkan
adalah 4. Pada sampah sayuran AP2 berdasarkan hasil pengamatan, bahwa volume air yang
bertambah dalam botol atau gas CO2 yang terbentuk adalah 1500 ml pada pengamatan hari ke-4.
Sementara dari pengamatan hari ke-5 sampai ke-30 tidak ada perubahan yang terjadi atau tidak
terbentuk gas metana. Sedangkan pH yang dihasilkan adalah 6.
Pada praktikum pembentukan biogas menggunakan bahan baku sampah buah dan
sayuran serta kotoran sapi, volume gas metana yang paling banyak terbentuk adalah biogas yang
terbuat dari sampah buah dan kotoran sapi. Hal ini disebabkan pada sampah buah lebih banyak
mengandung senyawa organik dibandingkan sampah sayuran.
Faktor yang mungkin menyebabkan sedikitnya pembentukan gas metana atau tidak
terbentuknya gas metana pada pembuatan gas biogas adalah pH, kebocoran pada botol plastik,
kebocoran pada pipa tabung digester dan adanya bakteri metanogenik. Pada pH, kemungkinan
pH yang ada dalam tabung digester dikategorikan teralu asam yang kemungkinan disebabkan
karena bakteri asam lebih banyak tumbuh di dalam tabung reactor dibandingkan dengan bakteri
metanogenik. Hal ini mengakibatkan bakteri metanogenik tidak dapat tumbuh dengan baik yang
otomatis tidak maksimal dalam pembentukan gas metana. Pada kebocoran botol plastik, apabila
terjadi kebocoran dapat menyebabkan kegagalan pembentukan gas metana. Hal ini mungkin
disebabkan masuknya bakteri asing yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri pembentuk
gas metana. Pada kebocoran tabung digester, apabila terjadi kebocoran akan menyebabkan gas
metana yang dihasilkan akan keluar ke udara bebas. Dengan demikian gas yang dihasilkan tidak
dapat diukur dengan berkurangnya volume air dalam botol. Pada bakteri metanogenik mungkin
dapat tumbuh yang disebakan karena beberapa factor seperti temperature, pH, nurtrisi yang
tersedia juga mempengaruhi pembentukan gas metana.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, bahwa prinsip pembuatan biogas yaitu
memasukkan substrat (kotoran sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob dan dalam
waktu tertentu akan menghasilkan gas bio. Alat yang digunakan dalam pembuatan biogas adalah
Botol Plastik 1.5 L, pisau, gunting, taung digester, platik PVC, selang, gelas ukur dan APD
sedangkan bahan yang digunakan adalah sampah buah-buahan, sampah sayuran, kotoran sapi
sebagai starter dan air.
Tahapan fermentasi pada pembuatan limbah dari bahan organik yaitu tahap hidrolisis,
asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. Titik kritis dalam pembuatan biogas dari bahan
organic adalah kondisi pH bahan, perbandingan antara bahan dengan starer yang digunakan serta
kondisi tabung digester dan botol plastik. Volume gas metana yang dihasilkan dari limbah buah
lebih banyak dibandingkan dari limbah sayuran, karena kandungan senyawa organic dari limbah
buah lebih banyak dari limba sayuran.
4.2 Saran
Sebaiknya sebelum peraktikum di mulai, bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan
dalam pembuatan biogas dipersiapkan telebih dahulu. Bahan-bahan yang digunakan sebaiknya
diketahui beratnya dengan pasti, untuk mengetahui perbandigan setiap bahan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKAAmaru K. 2004. Rancangan Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik Polyethilene Skala Kecil
(Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan Kab. Garut) [Skripsi]. Bandung: Universitas Padjajaran.
Anonim. 2011. Pedoman Perencanaan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat. NMC CSRRP. Yogyakarta.
Budhipermana. 2011. Proses Pembuatan Biogas. Wordpress [Internet]. [diunduh 21 November 2015]. Terdapat pada :http://budhipermana11.wordpress.com/2011/02/04/25.
Engler CR., ER Jordan, MJ McFarland, dan RD Lacewell. 2000. Economics and Environmental Impact of Biogas Production as a Manure Management Strategy [Internet]. [diunduh 21 November 2015]. Terdapat pada: http://tammi.tamu.edu/Englar2.pdf.
Hayati T. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. J Wartazoa. 16: 160-169.
Juanga JP. 2005. Dry Anaerobic Digestion of Organic Fraction of Municipal Solid Waste [tesis]. Thailand: Asian Institute of Technology, School of Environment, Resource and Development.
Nguyen PHL. 2004. Dry Anaerobic Digestion of Municipal Solid Waste as Pretreatment Prior to Landfill [Tesis]. Thailand: Asian Institute of Technology, School of Environment, Resource and Development.
Wahyuni S. 2010. Biogas. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Yadvica S, TR Sreekrishnan, K Sangeta, R Vineet. 2004. Enchancement of Biogas Production From Solid Substrat Using Different Techniques-A Review. J Bioresource Technol. 95:1-10.