Upload
aris-ar-ar
View
53
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pakcoy
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PENGANTAR USAHA TANI
“Analisis Usaha Tani tanaman pakcoy di desa Sumberejo, Batu”
Diusulkan oleh:
Moch. Ikbal Sholehudin 115040201111269
Miftakul Hadi S. 115040201111191
M. Hasan Suhaedi 115040200111020
Mega Lazuardini 115040200111144
Mega Apriliyanti 115040201111332
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan
analisis usaha tani tanaman pakchoy yang disusun dalam memenuhi laporan akhir
praktikum Pengantar usaha tani.
Karya tulis ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang diberikan.
2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan dalam
pembuatan karya tulis ini.
3. Dr. Ir. Budi Prasetya, MP selaku Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
4. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dorongan yang tidak
ternilai hingga terselesaikannya karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan karya tulis di masa mendatang.
Malang, 03 Desember 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani.......................................................................................................3
2.1.1 Sejarah Usahatani di Indonesia.........................................................................3
2.1.2 Sejarah Usahatani Pakcoy (Sawi daging)..........................................................6
2.2 Transek Desa..............................................................................................................7
1. Metode Line Intercept (line transect).....................................................................7
2. Metode Belt Transect.............................................................................................8
3. Metode Strip Sensus...............................................................................................8
2.3 Profil Usahatani........................................................................................................10
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani Di Indonesia......................................10
2.3.2 Tinjauan Tentang sawi Pakcoy (Brassica rapa L).....................................11
2.4.Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntunga (Pendapatan) Usahatani.....................13
2.4.1 Analisis Biaya Usahatani..........................................................................13
2.4.2 Analisis Penerimaan Usahatani................................................................14
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani.................................................................................14
2.5.1 R/C Ratio.........................................................................................................14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Usahatani.....................................................................................................17
3.2 Transek Desa............................................................................................................18
3.3 Profil Petani Responden...........................................................................................18
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan Dan Keuntungan Usahatani........................................19
3.5 Analisis Kelayakan Usaha Tani...............................................................................21
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian.......................................................................................21
3.7 Kelembagaan Petani.................................................................................................22
ii
3.8 Kendala Usahatani...................................................................................................23
BAB IV Kesimpulan
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................25
BAB V Lampiran
Daftar Pustaka
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sawi Pakcoy.......................................................................................................6Gambar 2. Kurva BEP Produksi.......................................................................................16Gambar 3. Transek lahan.................................................................................................26PolsekGambar 4. Denah DesaBatu...................................................................................27Gambar 5. Dokumentasi..................................................................................................28
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi......................................................................12Tabel 2. Kalender budidaya pakcoy dalam 1 musim........................................................29Tabel 3. Kalender Musim tanam dalam 1 tahun...............................................................29Tabel 4. Data anggota keluarga (dalam 1 rumah tangga petani).......................................31Tabel 5. Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian.............................................................31Tabel 6. Data Kepemilikan Ternak..................................................................................32Tabel 7. Kegiatan Bercocok Tanam.................................................................................32
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia masih disebut negara pertanian dimana sektor
pertanian merupakan sektor yang sangat banyak membantu dalam
memberikan mata pencaharian masyarakat di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari banyaknya penduduk Indonesia yang bekerjan
pada sector pertanian (Mubyanto,1984). Selain itu, perkembangan
penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan, berimplikasi pada
peningkatan akan kebutuhan pangan terutama sayuran bagi masyarakat. Namun,
petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sayuran tersebut baik secara
kuantitas maupun kualitas. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut harus
mendatangkan dari negara lain. Berdasarkan kondisi tersebut maka sayuran
merupakan komoditas yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Upaya
pemenuhan kebutuhan sayuran tersebut mengalami hambatan, karena pemerintah
memandang komoditas kurang menguntungkan, bila dibandingkan dengan
tanaman pangan (padi dan palawija).
Salah satu jenis tanaman yang sering dan mudah dalam
pembudidayaan yaitu tanaman jenis sayuran sawi-sawian. Tanaman
sayuran sawi-sawian merupakan jenis sayuran yang banyak
digemari oleh masyarakat Indonesia, hal ini berjalan seiring dengan
permintaan akan sayuran sawi-sawian yang cenderung meningkat.
Selain itu, hal ini juga dapat dilihat dari hampir setiap hari
masyarakat membeli sayuran sawi-sawian sebagai makanan
sayuran dirumah. Jenis sawi-sawian yang sekarng muali digemari
masyarakat untuk dibudidayakan ialah pak choy. Tanaman ini tidak
hanya mendukung dari segi penyediaan sayuran bagi masyarakat
tetapi juga digunakan sebagai petani sebagai pilihan yang cukup
menguntungkan jika ditinjau dari analisis usaha tani. Oleh karena
itu, penulis memilih tanaman pak choy untuk dianalisis dari segi
usaha tani. Penulis melakukan pengamatan usaha tani tanaman
pakchoy di desa Bumi aji, batu. Harapannya dengan analisis ini,
1
dapat dijadikan reerensi untuk bisa memilih tanaman pakchoy
sebagai pilihan yang lebih menguntungkan daripada tanaman
sayuran lain.
2
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana potensi tanaman pakchoy untuk meningktakan pendapatan petani didaerah Batu?
b. Bagaimana analisis usaha tani tanaman pakchoy yang dilakukan petani batu?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui potensi keuntungan membudidayakan tanaman pakcoy
agar bisa meningkatkan pendapatan petani.
b. untuk mengetahui usaha tani tanaman pakcoy yang dilakukan petani di
desa Sumberrejo, Batu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan
maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil
selanjutnya (Anonymousa, 2013)
2.1.1 Sejarah Usahatani di Indonesia
Perkembangan pertanian dan usahatani di Indonesia pada zaman
penjajahan hingga sekarang telah mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana
masyarakat menanam apa saja, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Ladang berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara
berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak
belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian
dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen
tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak
subur lagi.Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 - 20
tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka.
(Surya, 2012)
Selanjutnya, setelah beberapa tahun kemudian sistem bersawah pun mulai
ditemukan oleh penduduk Indonesia. Dalam periode ini, orang mulai bermukim di
tempat yang tetap. Selain itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang
rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang
berpindah di atas tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai
tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun
usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang
berpindah-pindah” belum ditinggalkan.
Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di
Bataviakebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di
4
Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi
VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral
Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan
muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria
mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam
paksa baru berakhir tahun 1921. Dalam system tanam paksa(Cultuurstelsel) ini,
Van den Bosch mewajibkan setiap desa harus menyisihkan sebagian sebagian
tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan
tembakau.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian
tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian
khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi
kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan
pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak
dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap
tanamannya pun tak berkembang.
Gambar 1. Petani Indonesia
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program
5
Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program
BIMAS (Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah
meningkatkan produktivitas sektor pertanian.
Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi
Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani
melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50
hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit modal dalam menjalankan usaha
pertaniannya (Lokollo, 2002). Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah
meluncurkan program SUPRAINSUS (SI). Program ini merupakan
pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan
produktivitas tanaman padi.
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena
adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang
mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut,
suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke
pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat
pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagaistake holder pembangunan
pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu
“pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi.”
Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum
efektif dan efisien dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen
sehingga masih perlu diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang
optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusi sektor
pertanian Indonesia terhadap perekonomian dengan mensosialisasikan sistem
agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi pertanian dengan membuka lahan
peranian baru, sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidi
pertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian dan lain-lain.
6
Sistem pertanian organik khususnya, telah dicanangkan pemerintah sejak akhir
tahun 1990-an dan mengusung Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini
pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia
yang berlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh
penggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk
meningkatkan distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan dapat
meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian.
2.1.2 Sejarah Usahatani Pakcoy (Sawi daging)
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand.
Gambar 1 Sawi Pakcoy
Tanaman yang berasal dari Asia Timur ini memiliki ciri-ciri, warna batang
putih dan lebar daun berwarna hijau yang mengerut. Belakangan ini, masyarakat
Indonesia makin sering mengonsumsi pakcoy yang diolah menjadi berbagai
masakan. Karenanya, potensi budidaya pakcoy semakin cerah.
7
Beberapa daerah seperti Indramayu dan Tasikmalaya, Jawa Barat, adalah
contoh lokasi pembudidayaan sawi pakcoy di Indonesia. Kedua daerah itu
memang terkenal dengan tanahnya yang gembur. Biasanya, para pembudidaya
pakcoy tidak hanya menanam satu jenis tanaman di satu lahannya. Tanaman ini
banyak dipilih petani karena pembudidayaannya yang relatif mudah. Masa panen
pakcoy cukup singkat, hanya sekitar 45 hari. Masyarakat pun kini semakin banyak
yang mengenal dan menyukai sawi pakcoy ini dibandingkan dengan sawi atau
sayuran lain. Karena pakcoy memiliki kandungan vitamin yang cukup dan mudah
dalam pengolahannya. Tekhnik budidaya yang mudah dan minat pasar yang
cukup tinggi ini membuat banyak petani menanam pakcoy sebagai tanaman
selingan. (Anonynousb, 2013).
2.2 Transek Desa
Transek adalah gambaran penampang atau irisan suatu lokasi atau wilayah
tertentu yang dapatmemberikan petunjuk tentang keragaman agro-ekosistem suatu
wilayah. Transek digunakanpula untuk membuat zona suatu potensi ekologi yang
dominan, misalnya pertanian dan hutan. Metode transek biasa digunakan untuk
mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu
vegetasi yang sifatnya masih homogen.Terdapat 3 metode transek:
1. Metode Line Intercept (line transect)
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari
komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik
sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m.
Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat
segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. pengamatan terhadap
tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat,
menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada
segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah
memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong
garis transek ketanah.
8
2. Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang
luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan
elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut
kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan.
Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar
transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan
hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %.
3. Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja
penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode
strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-
spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa
indeks populasi (indeks kepadatan).
Manfaat dari mengetahui transek desa adalah dengan pengamatan secara
langsung dilapangan dapat diperoleh data primer dari lapangan. Untuk menggali
informasi yang lebih rinci dan menajamkan informasi yang didapat sebelumnya
tentang potensi desa. Juga digunakan untuk tujuan-tujuan khusus dengan topik-
topik tertentu misalnya untuk mengamati kondisi wilayah seperti topografi,
vegetasi, pemilikan lahan, tata guna lahan, permasalahan dll.
Langkah-langkah dalam penelusuran transek desa adalah :
Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus
diperhatikan adalah mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk
menetukan kapan dan dimana akan berkumpul. Juga dipersiapkan alat-alat tulis,
kertas lebar (palano), karton warna-warni, kertas berwarna, lem, spidol warna-
warni. Juga akan menyenangkan apabila membawa perbekalan (makanan ).
Peserta terdiri dari tim PRA dan masyarakat, biasanya terdapat anggota
9
masyarakat yang menjadi penunjuk jalan. Tim PRA sebaiknya memiliki anggota
atau narasumber yang memahami hal-hal yang sudah diperkirakan akan dikaji
dalam kegiatan transek ini, terutama masalah-masalah teknis pertanian.
Pelaksanaan
Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tjuan kegiatan penelusuran
lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta
topik-topik kajian yang akan dilakukan.
Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta
topik-topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu, sepakati lintasan
penelusuran.
Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama ), biasanya diambil dari titik
terdekat dengan kita berada pada saat itu.
Lakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan. Biarkan
petani (masyarakat) menunjukkan hal-hal yang dianggap penting untuk
diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Didiskusikan keadaan sumber daya
tersebut dan amati dengan seksama.
Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap ( tugas anggota tim pra yang
menjadi pencatat )
Setelah Perjalanan
Bisa selama berhenti dilokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat utnuk setiap
bagian lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah
pembuatan bagan setelah seluruh lintasan ditelusuri.langkah-langkah kegiatannya
adalah sebagai berikut :
Jelaskan cara dan proses membuat bagan.
Sepakati lambing atau symbol-simbol yang dipergunakan untuk
menggambar bagan transek. Catat simbol-simbol tersebut beserta artinya
disudut kertas. Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik.
Mintalah masyarakat untuk menggambarkan bagan transek
berdasarkan hasil lintasan yang telah dilakukan. Buatlah dengan bahan atau
cara yang mudah diperbaiki atau dihapus karena akan banyak koleksi terjadi.
10
Selama penggambaran, tim PRA mendampingi karena pembuatan
irisan ini cukup sulit terutama mengenai :
Pikiran ketinggian (naik-turun permukaan bumi)
Perkiraan jarak antara satu lokasi drngan lokasi lain.
Pergunakan hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan kebih
lanjut permasalahan, potensi, serta harapan-harapan masyarakat
mengenai semua informasi bahasan.
Buatlah catatan-catatan hasil diskusi tersebut ( tugas anggota Tim PRA
yang menjadi pencatat ).
Cantumkan nama-nama atau jumlah peserta, pemandu, tanggal dan
tempat pelaksanaan diskusi. (Anonymousc, 2013)
2.3 Profil Usahatani
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani Di Indonesia
Di Indonesia sampai saat ini usaha tani yang ada masih dalam lingkup
usaha tani kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
Sumberdaya terbatas à tingkat kehidupan rendah
Bergantung kepada produksi yang subsisten (belum komersil)
Kurang mendpt pelayanan kesehatan, pendidikan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu hanya terfokus pada usahatani, lemahnya dukungan kebijakan mikro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya, usaha pertanian di Indonesia
sampai saat ini masih banyak di dominasi oleh usaha dengan : skala kecil, modal
yang terbatas, penggunaan teknologi yang sederhana, sangat dipengaruhi oleh
musim, wilayah pasarnya lokal, umumnya berusaha dengan tenaga kerja
keluarga. Sehingga menyebabkan terjadinya involusi petani (pengangguran
tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, pasar
komoditi pertanian bersifat mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga
yang merugikan petani.
Usaha tani kecil juga memiliki beberapa batasan yang menyebabkan
usaha tani ini kurang dapat berkembang dan potensial. Apabila dilihat dari segi
petaninya, petani Indonesia cenderung memiliki pendapatan rendah : ≤ 240 kg
11
beras/thn , lahan yang mereka miliki sempit : ≤ 0,25 Ha (Jawa) dan 0,5 Ha (Luar
Jawa), kekurangan modal & tabungan terbatas, pengetahuan terbatas,
menjadikan sektor pertanian sebagai tumpuan dalam penyedia lapangan kerja,
dan kelompok tani yang kecil-kecil namun kurang aktif sehingga memunculkan
Shared poverty (kemiskinan berbagi). (Soekartawi, 2002)
2.3.2 Tinjauan Tentang sawi Pakcoy (Brassica rapa L)
Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L
Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada
berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar
dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan pakcoy kurang peka terhadap
suhu ketimbang sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih
luas. Vernalisasi minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning
pucat.
Pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena
Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai dengan1.200 meter di atas permukaan laut. Namun
biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter
sampai 500 meter dpl.Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakchoy tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
12
Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan
kerapatan tinggi; yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil
ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan
kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki
umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10
hari, pada suhu 0.
Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah
gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
antara pH 5 sampai pH 7.
Manfaat dan Kandungan Tanaman Sawi
Sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada
penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,
memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan,
bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Sedangkan
kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat,
serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi
No Komposisi Jumlah1 Kalori 22,00 k2 Protein 2,30 g3 Lemak 0,30 g4 Karbohidrat 4,00 g5 Serat 1,20 g6 Kalsium (Ca) 220,50 mg7 Fosfor (P) 38,40 mg8 Besi (Fe) 2,90 mg9 Vitamin A 969,00 SI10 Vitamin B1 0,09 mg11 Vitamin B2 0,10 mg12 Vitamin B3 0,70 mg13 Vitamin C 102,00 mg
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.
(Sutirman, 2011)
13
2.4.Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntunga (Pendapatan) Usahatani
2.4.1 Analisis Biaya UsahataniBiaya usahatani itu sendiri mempunyai arti harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue
yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono, 2000). Biaya
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Biaya tetap (fixed cost)
Cara menghitung biaya tetap adalah:
Keterangan:
FC = biaya tetap (Rp)
Xi = jumlah titik input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input (Rp)
n = jumlah macam input
2. Biaya tidak tetap (variable cost)
Cara menghitung biaya variabel adalah:
Keterangan:
VC = biaya tidak tetap (Rp)
TC = biaya total (Rp)
FC = biaya tetap (Rp)
Apabila kita ingin mengetahui besarnya total biaya produksi, dapat
dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
TC = Biaya Total (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
14
2.4.2 Analisis Penerimaan Usahatani
Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)
Py = Harga Y (Rp)
2.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah selisih antara
total
penerimaan dan total biaya.
Dimana:
Pd = pendapatan usahatani (Rp)
TR = total penerimaan (Rp)
TC = total (Rp)
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani
2.5.1 R/C RatioMenurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat
dinyatakan dengan :
R/C =
Keterangan :
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biayatetap (fixed cost)
TVC = biaya variable (variable cost)
Ada 3 kriteriadalam R/C Ratio, yaitu :
R/C rasio>1 maka usahatani tersebut efisien dan menguntungkan
15
R/C rasio = 1 maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio< 1 maka usaha tani tersebut tidak efisien atau merugikan
2.5.2 BEP (Break Even Point)
Menurut Soekartawi (1995), Break Even Point adalah suatu keadaan
dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi /
impas (penghasilan = total biaya).
BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu :
a. BEP Produksi (unit)
Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal
yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustry agar tidak mengalami
kerugian.
BEP Produksi (Unit) =
Keterangan :
BEP = Break Even Point (titikimpas)
Q = Quantities (produksi)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)
TVC = Total Variable Cost (biaya variabel)
P = HargaProduk
b. BEP Penerimaan (Rupiah)
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan
kuantitas produk pada saat BEP.
BEP Penerimaan (Rp) =
Keterangan :
BEP = Break Even Point (titik impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)
16
TVC = Total Variable Cost (biaya variable)
17
c. BEP Harga (Rupiah)
Break Even Point harga menggambarkan harga produk per satuan unit
pada saat BEP, atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan
produk (ATC / Average Total Cost)
BEP harga (Rp) =
Keterangan :
BEP = Break Even Point (titik impas)
Q = Quantities (produksi)
TC = Total Cost (biaya total)
18
Gambar 2. Kurva BEP Produksi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Usahatani
Pada dasarnya sejarah pertanian merupakan suatu bagian dari sejarah
kebudayaan manusia yang menetap pada suatu daerah tertentu.Untuk sejarah
pertanian di lahan yang kami survey ini memang tergolong dalam penggunaan
lahan sawah yang disertai area tutupan lahan tanaman semusim. Untuk komoditas
yang ditanam sepenuhnya menggunakan komoditas tanaman semusim dan lebih
ditekankan pada komoditas sayur, seperti : kubis dan sawi pakcoy. Sedangkan
untuk area tutupan lahan di sawah lain yang tidak kita survey yaitu sedang
ditanam komoditas jagung dan cabai merah besar.
Kemudian dari hasil wawancara yang sudah kami lakukan kepada petani
pemilik lahan tersebut yaitu bapak Yasin, beliau mengatakan bahwa dari dulu saat
beliau masih kecil lahan tersebut memang sudah ditanami komoditas sayur sama
seperti saat ini. Jadi secara tidak langsung beliau percaya bahwa memang lahan
yang beliau miliki tersebut tanahnya cocok untuk ditanami komoditas sayur,
sehingga tidak bapak Yasin ini tidak memiliki kemauan untuk berganti komoditas
yang lain. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada lahan yang sedang kami
survey saat itu, bahwa lahan tersebut sedang ditanami komoditas kubis yang
ditumpangsarikan dengan komoditas sawi pakcoy.Selain itu, bapak Yasin juga
mengatakan bahwa pada saat lahan tersebut dibudidayakan oleh nenek
moyangnya yang terdahulu, sistem tanamnya masih menggunakan sistem tanam
monokultur yaitu menanam satu jenis komoditas saja. Akan tetapi, semakin
luasnya pengetahuan dan semakin banyak diadakannya penyuluhan oleh instansi-
instansi yang bergerak di bidang pertanian seperti Dinas Pertanian, para petani
semakin sadar akan pentingnya memperhatikan biodiversitas dalam kegiatan
budidaya pertaniannya. Bapak Yasin juga menganggap bahwa itu penting
diterapkan pada lahan beliau, jadi untuk sekarang ini beliau menanam komoditas
kubis yang ditumpangsarikan dengan tanaman sawi pakcoy.
Kemudian untuk sejarah usahataninya, lahan milik bapak Yasin ini berasal
dari warisan pemberian orangtuanya.Jadi bisa dikatakan beliau meneruskan
usahatani dari orangtuanya, selain itu cara-cara bertani juga beliau dapatkan dari
19
orangtuanya. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pertanian yang
sebelumnya sangatlah dipercaya oleh petani yang sekarang ini.Akan tetapi
alangkah baiknya apabila kita juga memperhatikan kelestarian ekosistem di
sekitar kita.
3.2 Transek Desa
Transek atau Teknik Penelusuran Lokasi merupakan teknik PRA untuk
melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber saya masyarakat,
dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu
yang disepakati. Pada saat melakukan survey, kelompok kami menelusuri wilayah
Desa Junrejo ini berangkat dari lahan milik bapak Yasin ini menuju rumah beliau.
Di sepanjang perjalanan kami menemui fasilitas umum seperti masjid, dan
kebetulan lahan milik bapak Yasin ini berdekatakan dengan Kapolsek di
Kecamatan Junrejo. Lingkungannya sudah cukup bersih dan memadai. Keadaan
rumah dari penduduk di Desa Junrejo ini sudah bisa dikatakan cukup mampu,
karena mayoritas warga di desa ini bekerja sebagai petani dengan beberapa usaha
sampingan seperti membuka warung makan, usaha bengkel, dll.
3.3 Profil Petani Responden
Petani yang kami wawancarai bernama bapak Yasin, beliau berumur 46
tahun. Beliau bertempat tinggal di Desa Junrejo Dusun Junrejo Kota Batu
tepatnya di RT 04 RW 05. Pekerjaan utamanya yaitu sebagai petani dan pekerjaan
sampingannya yaitu beternak sapi perah. Jumlah anggota keluarganya 3 jiwa yaitu
suami, istri dan 1 orang anak. Dengan suami bernama bapak Yasin, istrinya
bernama ibu Solikhah yang bekerja sebagai guru playgroup, dan 1 orang anaknya
bernama Lutfi A yang sedang kuliah. Kemudian untuk penguasaan lahan garapan
pertanian yaitu lahan ini milik pak Yasin sendiri berupa sawah dengan luas 7500
m2. Beliau memiliki sapi perah sebanyak 5 ekor.
Kemudian untuk keterkaitannya dengan profil usaha tani, komoditas yang
sedang ditanam yaitu sawi pakcoy yang ditumpangsarikan dengan kubis dan
bayam.Berikut uraian dari kegiatan bercocok tanamnya. Untuk waktu tanam
tanggal 27 Oktober 2013 benih pakcoy disemai di tempat persemaian yang
berada di sebagian lahan dengan ukuran bedengan 10 x 3.5 m. Selain itu sambil
20
menunggu bibit berumur 2 minggu, dilakukan pengolahan lahan pada tanggal 07
Oktober 2013 dengan cara membalik tanah, dan dibuat bedengan menggunakan
cangkul. Kemudian setelah bibit pakcoy berumur 2 minggu, dilakukan
penanaman yaitu dengan memindahkan bibit ke lahan yaitu pada tanggal 11
Oktober 2013. Kemudian setelah penanaman selesai dilakukan perawatan, antara
lain tanggal 25 Oktober dan 09 November 2013 dilakukan pemupukan pupuk urea
dengan dosis yang sesuai. Selain itu, perawatan yang lain yang harus dilakukan
yaitu penyemprotan yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober dan 11 November
2013. Setelah pakcoy tersebut berumur 40 Hari, tanaman pakcoy tersebut sudah
siap untuk dipanen yaitu pada tanggal 21 November 2013. Untuk pengairannya
dilakukan setiap minggu. Apabila sudah turun hujan, maka kegiatan pengairan
haruslah diminimalisir.
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan Dan Keuntungan Usahatani
3.4.1 Input
a. Biaya tetap
Mesin/ alat Jumlah Harga / unit
(Rp)
Harga
total (Rp)
Lama
pemakaian
Penyusutan
/bulan
Sewa lahan
Pajak
Cangkul
Alat semprot
Sabit
7500 m2
1
3
1
3
2.250.000/thn
60.000/tahun
100.000
400.000
50.000
187.500
60.000
300.000
400.000
150.000
2 Bulan
2 Bulan
2 tahun
5 tahun
2 tahun
Rp. 375.000
Rp. 10.000
Rp. 12.500
Rp. 6.600
Rp. 6.250
Total Rp. 410.350,-
b. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Benih/Bibit 10 24.000 240.000
2 Pupuk:
Pupuk Organik
Pupuk Urea
-
- 150 kg
-
- 1800
-
- 270.000
21
Pupuk Phonska
Pupuk SP36
- 90
-
- 3500
-
- 315.000
-
3Obat-obatan
- Dospran - 2 Liter - 31.000 - 62.000
4
Tenaga Kerja
Kegiatan :
- Pengolahan Tanah
- Penanaman
- Penyiangan
- Pengairan
- Penyemprotan
- Pemupukan
- Pemanenan
- 2 Orang
- 5 Orang
- 2 Orang
- 1 Orang
- 2 Orang
- 2 Orang
- 5 Orang
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 80.000
- 200.00
- 80.000
- 40.000
- 80.000
- 80.000
- 200.00
5 Air - - -
6 Listrik - - -
Total Biaya Variabel / TVC (Total Variable Cost) 1.647.000
3.4.2 Output
Produksi 1.65 ton @2500,-/ kg =Rp 4.125.000,-
1. Keuntungan
Tt = TR-TC
= Rp 4.125.000 - Rp 2.057.350
= Rp 2.067.650,-
Artinya, dalam satu kali produksi, petani bisa mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 2.067.650,-
2. R/C Ratio
R/C Ratio = Pq.Q / (TFC + TVC)
= 2500 X 1.65 / (Rp. 410.350 + Rp 1.647.000 )
= 4.125.000 / 2.057.350
= Rp 2.00
22
R/C sebesar 2.00 menunjukkan bahwa dari modal 1,00 akan diperoleh
pengembalian modal sebesar 2.00. Dengan R/C ratio lebih dari satu maka usaha
tani pakcoy layak untuk dilanjutkan dan dijadikan pekerjaan untuk memperoleh
penghasilan.
3. BEP harga = TC = 2.057.350 = Rp.1.246.89/kg
Q 1650
Artinya, pada produksi akan mencapai titik impas apabila terjual dengan harga
Rp. 1.246.89/ kg
BEP Produksi = T F C = 41 0 .350 = 273.23 kg
P-TVC/Q 2.500- 1.647.000/1650
Artinya, pada produksi akan mencapai titik impas apabila terjual dengan produksi
sebesar 273.23 kg.
BEP Penerimaan = T F C = 410.35 0 = Rp. 683.916.66
1-TVC/TR 1- 1.647.000/4.125.000
Artinya, pada produksi akan mencapai titik impas apabila menerima pendapatan
sebesar Rp. 683.916.66
3.5 Analisis Kelayakan Usaha Tani
Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwasannya usaha tani tanaman
pakcoy dapat dikatakan layak untuk dilakukan karena R/C ratio sebesar 2.00 (>1).
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, pemasaran komuditas
pakcoy yang ditanam petani yaitu dengan cara langsung dijual ke tengkulak.
Kuantitas produksi di timbah ketika masih dilahan dan pembayaran juga terjadi di
tempat tersebut. Alasan petni menjual ke tengkulak adalah petani tidak memiliki
hubungan dengan konsumen yang mampu membeli produknya tersebut, selain itu
petani juga tidak memiliki hubungan hubungan dengan orsng ysng juslsn di pasar.
Alasan lain petani menjual ke tengkulak adalah selisih antara dijual ke tengkulak
23
dengan dijual ke pasar tidaklah banyak. Sehingga petani lebih memilih menjual
langsung ke tengkulak.yang lebih mudah dan langsung mendapatkan uang.
3.7 Kelembagaan Petani
Menurut Suradisastra, (2008), kelembagaan pertanian adalah norma atau
kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus-menerus untuk
memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan
dari bidang pertanian di pedesaan. Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan
fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi
interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani
juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis
di pedesaan.
Kelembagaan Usahatani atau Kelompok Tani yang ada Desa Junrejo.
Kecamatan Junrejo Kota Batu bernama Sri Sejati. Bapak Yasin ikut keanggotaan
kelompok tani ini. Beliau ikit namun tidak aktif dalam seluruh kegiatan Gapoktan
tersebut. Sebenarnya beliau menyadari bahwa dengan mengikuti dan aktif di
kelompok tani tersebut akan memiliki banyak manfaat. Diantaranya ada subsidi
benih dan subsidi pupuk, pengarahan tentang praktek budidaya tanaman,
penentuan pola tanam sesuai musimnya dll.
Menurut Dimyati (2007), permasalahan yang masih melekat pada sosok
petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah:
1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah
manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.
2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas
petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).
3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani
belum berjalan secara optimal.
Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu melakukan upaya
pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti:
kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan
output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan
dapat melindungi bargaining position petani. Tindakan perlindungan sebagai
24
keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil
jerih payah usahatani mereka terutama diwujudkan melalui tingkat harga output
yang layak dan menguntungkan petani. Dengan demikian, penguatan dan
pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian
kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk
menopang dan menunjang aktivitas kehidupan pembangunan pertanian di
pedesaan.
3.8 Kendala Usahatani
Kendala yang dihadapai oleh petani yang kami wawancarai adalah yang
pertama yaitu adanya perubahan musim yang tidak menentu sehingga petani
kesulitan menentukan pola tanam dan waktu tanam yang tepat. Apabila petani
tidak tepat dalam penentuan pola tanam dan waktu waktu tanam maka bisa saja
petani mengalami gagal panen. Dan menurut wawancara yang kami lakukan ke
petani yaitu pak Yasin, beliau menjelaskn bahwa tidak ada solusi yang tepat
untuk bisa menyesaikan permasalahan ini. Solusi yang kami tawarkan adalah
dengan ikut aktif di kelompok tani dan melakukan perencanaan waktu tanam dan
pola tanam dengan tepat. Kemudian kendala yang kedua yaitu adanya serangan
hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidayakan. Serangan hama dan
penyakit ini bisa menurunkan kualitas dan juga kuantitas produsi tanaman
budidaya, selain itu dengan adanya serangan hama dan penyakit maka petani akan
mengeluarkan input tambahan dalam pengendaliannnya. Pada lahan milik pak
Yasin yang sedang ditanami komoditas pakcoy ini terjadi serangan hama yaitu
sejenis kepik yang menyerang daun sehingga daun menjadi berlubang, beliau
biasanya menyebut hama ini dengan nama hama bukur. Solusi yang bisa
dilakukan untuk menekan populasi hama ini beliau mengaplikasikan pestisida
yang dilakukan setiap 2 minggu sekali. Sebenarnya, solusi yang tepat untuk
menekan serangan hama dan penyakit adalah dengan memperbaiki kembali
kondisi agroekosistem dalam lahan tersebut. Pemanfaatan musuh alami dan
organisme-organisme menguntungkan lainnya dalam lahan merupakan teknik
yang paling efektif dan ramah lingkungan dalam pengendalian OPT. Mengurangi
insentifitas aplikasi bahan anorganik juga sangat membantu meminimalisir
25
ledakan dan kekebalan hama maupun penyakit. Harga komoditas tanaman yang
dibudidayakan khususnya tanaman pakcoy ini bersifat fluktuatif, kadang-kadang
harganya tinggi dan biasanya juga sangat rendah sehingga petani mengalami
kerugian. Solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah penentuan pola tanama
dan waktu tanam yang baik, kemudian diversivikasi tanaman budidaya juga
merupakan salahsatu solusi yang tepat sehingga bisa menekan terjadinya kerugian
akibat fluktuasi harga.
26
BAB IV
Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara Petani di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo
Kota Batu. Petani yang diwawancarai bernama bapak Yasin, beliau berumur 46
tahun. Tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman pakcoy.dari hasil
wawancara yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. dalam satu kali produksi, petani bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp
2.067.650,-
2. R/C sebesar 2.00 menunjukkan bahwa dari modal 1,00 akan diperoleh
pengembalian modal sebesar 2.00. Dengan R/C ratio lebih dari satu maka
usaha tani pakcoy layak untuk dilanjutkan dan dijadikan pekerjaan untuk
memperoleh penghasilan.
3. produksi akan mencapai titik impas apabila terjual dengan harga Rp.
1.246.89/ kg. Dan menerima pendapatan sebesar Rp. 683.916.66
4. pemasaran yang dilakukan petani langsung ke tengkulak
5. permasalahan yang terjadi yang ada dalam budidaya pakcoy adalah musim
yang tidak menentu, adanya serangan hama Bukur, dan harga pakcoy yang
fluktuatif.
27
BAB V
Lampiran
5.1 Transek Desa dan Peta Desa
: Agroforestri
: Jagung
: Cabai
: Pakcoy
28
Gambar 3. Transek lahan
Lahan
u
J Lokasi
A
L
A
N
R A
y
A
27
Lahan
LahanLahan
Rmh
PolsekGambar 4. Denah DesaBatu
5.2 Lampiran foto Hasil pengamatan lapang
Gambar 4. Dokumentasi
28
5.3 Kalender Musim Tanam
No Tanggal Jenis Kegiatan Uraian
1 27 Oktober 2013 Persemaian -
2 7 Oktober 2013 Pengolahan tanah -
3 11 Oktober 2013 Penanaman -
4 15 Oktober 2013 Pengairan -
5 23 Oktober 2013 Penyiangan -
5 25 Oktober 2013 Pemupukan -
6 26 Oktober 2013 Pengairan -
7 27 Oktober 2013 Penyemprotan -
8 9 November 2013 Pemupukan -
9 10 November 2013 Pengairan -
10 11 November 2013 Penyemprotan -
11 21 November 2013 Pemanenan -
Tabel 2. Kalender budidaya pakcoy dalam 1 musim
Bulan Komoditas
Oktober - Desember Pakcoy dan Brokoli
Januari - April Padi
Mei - September Tomat/cabai/Jagung
September - November Kubis
Tabel 3. Kalender Musim tanam dalam 1 tahun
5.4 Quisioner Data Survei Lapang
Survey Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani
Nama Petani : Pak Yasin
Desa : Desa Junrejo.
Dusun : Kecamatan Junrejo
RT/RW : 04/05
Kota/Kabupaten : Kota Batu
Komoditas : Sawi Pakcoy
29
Nama Kelompok Tani: Gapoktan Sri Sejati
Tanggal Wawancara : 21 November 2013
I. Sejarah Usaha Tani
1. Sejarah Pertanian di desa : Sejarah pertanian di lahan yang kami survey ini
memang tergolong dalam penggunaan lahan sawah yang disertai area tutupan
lahan tanaman semusim. Untuk komoditas yang ditanam sepenuhnya
menggunakan komoditas tanaman semusim dan lebih ditekankan pada
komoditas sayur, seperti : kubis dan sawi pakcoy
2. Sejarah Usaha Petani : Sejarah usahatani lahan milik bapak Yasin ini
berasal dari warisan pemberian orangtuanya.Jadi bisa dikatakan beliau
meneruskan usahatani dari orangtuanya, selain itu cara-cara bertani juga
beliau dapatkan dari orangtuanya
II. Transek Desa
1. Komoditas pilihan kelompok : Sawi Pakcoy
2. Gambar : Transake Desa (dilembar terpisah dari quisioner ini)
III. Profil Petani Responden
1. Nama : P. Yasin
2. Umur : 46
3. Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
4. Pekerjaan utama
a. Petani
b. Pedagang
c. Tukang kayu/batu
d. PNS
e. Lainnya, sebutkan :………
30
5. Pekerjaan Sampingan
a. Petani
b. Pedagang
c. Tukang kayu/batu
d. PNS
e. Lainnya, sebutkan : Peternak Sapi Perah
6. Jumlah anggota keluarga : 3 Jiwa
7. Keterangan anggota keluarga (dalam 1 Rumah tangga petani)
No NamaHub. dg.
KKUmur
Pend
dkn
Pekerjaan Keteranga
nUtama Sampingan
1 P. Yasin Suami 46 SMA Petani Ternak sapi -
2 B. Solikhah Istri 40 S1 Guru - -
3 Lutfi A Anak 21 kuliah Mahasiswa - -
Tabel 4. Data anggota keluarga (dalam 1 rumah tangga petani)
8. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian
No KeteranganJenis Lahan (Ha)
JumlahSawah Tegal/Kebun Pekarangan
1 Milik Sendiri
- Digarap
sendiri
- Disewakan
- Dibagi-bagi
- 0.75
-
-
- - - 0.75
Jumlah (a) - 0.75
2 Milik Orang
Lain
- Disewa
- Dibagi-bagi
- - - -
Jumlah (b) - - - -
Jumlah (a + b) 0.75 - - 0.75 Ha
Tabel 5. Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian
31
9. Kepemilikan
No Jenis Ternak Jumlah
1 Sapi 5
2 Kambing -
3 Ayam -
4 Lainnya -
Tabel 6. Data Kepemilikan Ternak
IV. Usahatani (Kegiatan Bercocok Tanam)
1. Komoditas : Pakcoy
2. Pola Tanam : Tumpang sari
3. Kegiatan Bercocok tanam
No Waktu Tanam Jenis Kegiatan Uraian
1 27 September 2013 Persemaian -
2 7 Oktober 2013 Pengolahan tanah -
3 11 Oktober 2013 Penanaman -
4 15 Oktober 2013 Pengairan -
5 23 Oktober 2013 Penyiangan -
5 25 Oktober 2013 Pemupukan -
6 26 Oktober 2013 Pengairan -
7 27 Oktober 2013 Penyemprotan -
8 9 November 2013 Pemupukan -
9 10 November 2013 Pengairan -
10 11 November 2013 Penyemprotan -
11 21 November 2013 Pemanenan -
Tabel 7. Kegiatan Bercocok Tanam
Jika menggunakan pupuk organik apakah :
a. Milik Sendiri/membuat sendir (ceritakan bahan-bahan dan caranya)
b. Beli
Cara pengendalian / pemberantasan hama / penyakit yang dilakukan petani
32
a. Menggunakan pestisida kimia : Insekisida dospran
b. Menggunakan pestisida organic : -
c. Secara mekanis : -
d. Secara biologis : -
e. Lainnya : -
V. BIAYA, PENERIMAAN & KEUNTUNGAN USAHATANAI
1. Biaya Usahatani (satu kali musim tanam)
a. Biaya Tetap / TFC (Total fixed cost)
No uraian Jumlah (Unit)Harga (Rp)
(perhitungan)Biaya (Rp)
1 Sewa lahan 7500 m2 2.250.000 187.500
2 Sewa Alat : - - -
3
Penyusutan Alat:
- Cangkul
- Alat Semprot
- Sabit
- 3
- 1
- 3
- 300.000
- 400.000
- 150.000
- 12.500
- 6.600
- 6.250
4 Pajak - 1 Tahun - 60.000 - 5000
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 217.850,-
b. Biaya Variabel / TVC (Total Variabel Cost)
No Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Benih/Bibit 10 24.000 240.000
2
Pupuk:
Pupuk Organik
Pupuk Urea
Pupuk Phonska
Pupuk SP36
-
- 150 kg
- 90
-
-
- 1800
- 3500
-
-
- 270.000
- 315.000
-
3Obat-obatan
- Dospran - 2 Liter - 31.000 - 62.000
4Tenaga Kerja
Kegiatan :
33
- Pengolahan
Tanah
- Penanaman
- Penyiangan
- Pengairan
- Penyemprotan
- Pemupukan
- Pemanenan
- 2 Orang
- 5 Orang
- 2 Orang
- 1 Orang
- 2 Orang
- 2 Orang
- 5 Orang
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 40.000
- 80.000
- 200.000
- 80.000
- 40.000
- 80.000
- 80.000
- 200.000
5 Air - - -
6 Listrik - - -
Total Biaya Variabel / TVC (Total Variable Cost) 1.647.000
c. Total Biaya / TC (Tota Cost)
No Biaya Total Biaya (Rp)
1 Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) Rp. 217.850
2 Total Biaya Variable (Total Variable
Cost)
Rp. 1.647.000
Total Biaya (Tota Cost) Rp. 1.864.850
2. Penerimaan Usaha Tani
No Biaya Nilai Jumlah (Rp)
1 Produks (Unit) 1.65 ton Rp. -
2 Harga (per satuan unit) 2500/kg Rp. -
Penerimaan Usahatani (Total Revenue) Rp. 4.125.000
34
3. Keuntungan Usahatani
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total Biaya (Total Cost) Rp. 1.864.850
2 Penerimaa (Total Revenue) Rp. 4.125.000
Keuntungan Rp. 2.260.150
VI. PEMASARAN HASIL PERTANIAN
No Uraian
Jumlah Pemasaran
AlasanUnit % Lembaga
Pemasaran
Tempat/
Lokasi
1 Dikonsumsi
sendiri
- - - - -
2 Dijual 1.65 100 Tengkulak Lahan -
VII. Kelembagaan
No Jenis Kelembagaan Lokasi Manfaat
1 Kelompok tani Sri Sejati Desa Junrejo
Bisa menyediakan saprodi dan dapat memberikan pengarahan kepada para petani
VIII. Kendala – Kendala Petani dalam Berusahatani
No Kendala Solusi Harapan
1 Hama PestisidaPopulasi dapat ditekan sampai
dibawah AE
2 Cuaca tidak menentu Berdoa Supaya terhindar dari gagal panen
3 Harga fluktuatifWaktu tanam
yang tepatPanen ketika harga mahal
35
Daftar Pustaka
Adiwlaga Anwas. 2012. Ilmu Usatanai. Bandung : Bumi Aksara.
Anonymousa,http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-125-818544967-bab%20 ii.pdf diakses pada 04 Desember 2013
Anonymousb,http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22767-File% 206_BAB%20II.pdf diakses pada 04 Desember 2013
Bachraen Saeful. 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian Di Indonesia. Bandung : IPB
Press.
Rural, Apraisal. 1966 Berbuat bersama, Berperan Serta, Acuan Penerapan Participatory Rural Apraisal, Studio Drya Media, Bandung Untuk Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi, Nusa Tenggara, 1966
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Supriyono. 2000. Ilmu Usahatani. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta
Sutirman. 2011. Pakcoy (Sawi Sendok) Organik – Bisnis Sayuran Menguntungkan.
Gunadarma. Jogjakarta.
Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (BMS). 2001. Bahan Latihan Pendamping. Jakarta.
36