25
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3 Penyusun KELOMPOK : IX Tutor : drg Hengky Bowo Ardhiyanto,M.D.Sc Ketua : Shuvia Zul’aida N. 131610101069 Sriber Papan : Fredi Akbar M 131610101083 Scriber Meja : Tira Aisah P 131610101073 Tadjul Arifin 131610101037 Ekimo Demas W 131610101050 Selvia Elga 131610101043 Desi Futri I.G.A.N 131610101070 Atika Suryadevi 131610101079 Miftachul Husna 131610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2016

Laporan Sk 3 Kurhab 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hauk

Citation preview

Page 1: Laporan Sk 3 Kurhab 4

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3

Penyusun

KELOMPOK : IX

Tutor : drg Hengky Bowo Ardhiyanto,M.D.Sc

Ketua : Shuvia Zul’aida N. 131610101069

Sriber Papan : Fredi Akbar M 131610101083

Scriber Meja : Tira Aisah P 131610101073

Tadjul Arifin 131610101037

Ekimo Demas W 131610101050

Selvia Elga 131610101043

Desi Futri I.G.A.N 131610101070

Atika Suryadevi 131610101079

Miftachul Husna 131610101084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2016

Page 2: Laporan Sk 3 Kurhab 4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan ridho-Nya laporan tutorial skenario 3 blok Kuratif dan Rehabilitatif IV

yang membahas tentang kegagalan gigi tiruan jembatan dapat tersusun setelah mengalami

beberapa pembahasan. Hasil tutorial yang telah kami laksanakan agar dapat bermanfaat,

dibuatlah laporan ini agar dapat dipelajari kembali dan mungkin dapat bermanfaat untuk adik

kelas kami nanti.

Atas terselesaikan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan

keaktifan rekan-rekan satu kelompok serta kepada dosen drg Hengky Bowo

Ardhiyanto,M.D.Sc yang telah membimbing kami. Laporan ini telah diupayakan sebisa

mungkin mengacu pada beberapa sumber materi dan diskusi kelompok, namun demikian

harus diakui masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan sehingga kritik dan saran

perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.

Jember, April 2016

Penyusun

Page 3: Laporan Sk 3 Kurhab 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH……………………………… 1

C. TUJUAN…………………………………...................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN..................................................................... 8

BAB IV KESIMPULAN....................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

Page 4: Laporan Sk 3 Kurhab 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan

jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang

hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien. Pada

perawatan gigi tiruan cekat, kegagalan mungkin terjadi, misalnya pasien merasa gigi

tiruannya longgar atau berubah warna dan lain sebagainya. Terlepasnya jembatan dapat

disebabkan karena perubahan bentuk retainer, gigi penyangga yang goyah, terlarutnya semen,

kesalahan dalam pemilihan retainer, karies, dan bentuk preparasi yang kurang memberikan

retensi bagi retainer. Oleh sebab itu, dilakukan evaluasi serta perawatan apabila terjadi suatu

kegagalan dalam perawatan gigi tiruan cekat.

B. Tujuan

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :

1. Penyebab kegagalan perawatan GTJ pada kasus tersebut

2. Bahan evaluasi pemeriksaan terdahulu yang akan dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan perawatan pada kasus tersebut

3. Perawatan pendahuluan yang akan dilakukan pada kasus tersebut

4. Pembuatan desain gigi tiruan pada kasus tersebut

5. Tahapan perawatan pada kasus tersebut

C. Rumusan Masalah

1. Apa kesalahan yang terjadi pada skenario ?

2. Bagaimana penatalaksanaan kegagalan pada skenario ?

3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dapat dilakukan dokter gigi dan

pencegahan yang dapat dilakukan tidak terjadi kegagalan ?

Page 5: Laporan Sk 3 Kurhab 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 6: Laporan Sk 3 Kurhab 4

BAB III

PEMBAHASAN

STEP 1

Tidak ada kata sulit pada skenario

STEP 2

1. Apa penyebab kesalahan yang terjadi pada skenario ?

2. Bagaimana penatalaksanaan kegagalan pada skenario ?

3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dapat dilakukan dokter gigi agar tidak

terjadi kegagalan ?

STEP 3

1. Penyebab kegagalan pada skenario

a. Operator

Pada beberapa kasus, operator dapat melakukan kesalahan saat pemilihan abutment (gigi

penyangga) bagi gigi tiruan jembatan, misalnya sebaiknya gigi abutment masih baik (tidak

dilakukan perawatan apa pun) serta memenuhi hukum ante (luas periodonsium gigi pengganti

minimal sama atau lebih dari luas gigi yang hilang). Selain itu, pada kasus skenario tersebut,

bisa saja terjadi kegagalan perawatan post endo pada gigi 25 yang digunakan sebagai

abutment. Penyebab kesalahan operator lainnya adalah saat menentukan desain yang kurang

tepat, seperti pada kasus tersebut pasien memiliki OH buruk tetapi pontik yang digunakan

justru jenis pontik ridge lap dimana kelemahan dari pemilihan pontik tersebut adalah terdapat

daerah yang sukar dibersihkan. Preparasi gigi penyangga yang tidak rata dan tidak sesuai

dengan kaedah preparasi akan menyebabkan kebocoran yang berakibat terjadinya karies

kemudian terjadilah resesi gingiva.

b. Pasien

Pasien tidak mampu menjaga kebersihan rongga mulutnya sehingga menyebabkan gigi tiruan

menjadi goyang.

c. Laboratorium

Page 7: Laporan Sk 3 Kurhab 4

Petugas laboratorium bisa saja membuat hasil GTJ yang buruk karena tidak memiliki skill

yang mumpuni serta terkadang, tekhniker gigi membuat tepian servikal tidak baik sehingga

menimbulkan kegagalan perawatan.

2. Penatalaksanaan pada skenario adalah pencabutan pada gigi penyangga (gigi 25 dan

27). Pada gigi 25 terdapat daerah radiolusen maka gigi tersebut diindikasikan untuk

diekstraksi karena granuloma yang muncul merupakan salah satu ciri dari kegagalan

perawatan endodontik. Pada gigi 27 dengan keadaan fraktur akar, kehilangan tulang

pendukung 2/3 panjang dari akar, resesi gingiva, serta ada kelainan jaringan periodontal.

Perawatan yang dilakukan ialah ekstraksi. hal ini dilakukan sebab gigi 27 sudah tidak

memenuhi syarat sebagai abutment. Jadi, setelah dilakukan ekstraksi rencana perawatan

selanjutnya adalah pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) untuk mengembalikan

fungsi estetik, fonetik, dan mastikasi pada pasien

3. Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak

maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Perawatan

pendahuluan meliputi:

a. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah

b. Pencabutan.

c. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

d. Kista dan tumor odontogenik

e. Bedah periodontal

f. Menghilangkan kalkulus

g. Menghilangkan pocket periodontal

h. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

i. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

j. Menghilangkan gangguan oklusal

k. Tindakan Konservasi

Page 8: Laporan Sk 3 Kurhab 4

STEP 4

STEP 5

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :

1. Penyebab kegagalan perawatan GTJ pada kasus tersebut

2. Bahan evaluasi pemeriksaan terdahulu yang akan dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan perawatan pada kasus tersebut

3. Perawatan pendahuluan yang akan dilakukan pada kasus tersebut

4. Pembuatan desain gigi tiruan pada kasus tersebut

5. Tahapan perawatan pada kasus tersebut

STEP 6

Belajar Mandiri

STEP 7

1. Penyebab Kegagalan

Biologis

A. Karies pada abutment (gigi penyangga)

Kegagalan Perawatan Gigi Tiruan Tetap

Pemeriksaan Klinis dan Penunjang

Analisis Kasus Tentang Kegagalan

Diagnosa dan Rencana Perawatan

Penatalaksanaan Perawatan

Page 9: Laporan Sk 3 Kurhab 4

Mungkin penderita tidak menyadarai adnya karies dibawah retainer. Pemeriksaan

dilakukan pada semua jembatan dengan mencari adanya lubang di retainer logam dan

dilakukan sondasi untuk menemukan karies yang sering terjadi. Juga sebagaimana biasa,

perlu dilakukan sondasi disekeliling tepi perifer semua retainer. Kadang – kadang tambalan

servical cukup dalam mengatasi masalah ini, terutamapada karies dpat terlihat, tetapi

biasanya jembatan memerlukan preparasi untuk jalan masuk

Karies pada abutment ini disebabkan karena :

a. Tepi retainer yang terlalu panjang

b. Tepi retainer terbuka

c. Kerusakan atau keausan pada retainer

d. Oral hygiene yang buruk

e. Kesalahan pemilihan retainer

B. Pulpa (Endodontik)

Perawatan endodontik mungkin diperlukan pada gigi yang sebelumnya vital sewaktu

jembatan dibuat. Sebaliknya, jika struktur gigi masih sehat, seringkali dimungkinkan untuk

melakukan perawatan endodontik dengan baik, melalui jalan masuk kavitas pada retainer

jembatan (dan bahkan digunakan pasak penguat bila diinginkan). Jika terjadi nekrosis pulpa

karena karies, jembatan perlu dikeluarkan dnan dilakuakan pembuangan semua jaringan

karies.

C. Struktur pendukung (periodontik)

Sebaiknya hal ini ditelusuri dalam hubungannya dengan keadaan umum periodontal. Jika

baik, berarti jembatan menahan beban terlalu besar karena oklusi taumatis atau kekuatan

yang tidak memadai pada pemilihan gigi – gigi abutment. Biasanya perlu mencari tamabahan

gigi – gigi abutment yang lebih sesuai atau mempertimbangkan protesa lepasan.

D. Perasaan tidak nyaman (discomfort )

Perasaan tidak nyaman saat menggunakan GTJ dapat ditimbulkan karena adanya :

1. Kontak prematur oklusi yang tidak sesuai

2. Penimbunan sisa makanan di bagian retainer ataupun pontik (pada celah – celah

gigi atau embrasur)

3. Tekanan yang terlalu berat atau tidak ada kontak

4. Penyemenan yang dilakukan pada GTJ yang kurang tepat dapat mengakibatkan

tarikan atau dorongan pada gigi penyangga.

Page 10: Laporan Sk 3 Kurhab 4

5. shock termis maupun rasa sakitpada daerah servikal gigi

E. GTJ lepas dari gigi penyangga

GTJ yang terlepas dari penyangga dapat terjadi karena :

1. Torsi atau ungkitan

2. Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen yang kurang baik atau pengadukan

yang kurang sempurna)

3. Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi

4. Gigi penyangga goyah

5. Gigi penyangga mengalami karies

6. Kesalahan dalam pemilihan retainer

7. Restorasi tidak akurat

Mekanis

Kegagalan mekanis anatara lain dapat disebabkan karena fraktur konektor dan retainer yang

longgar.

A. Fraktut konektor

Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti pertutan yang disolder dapat patah.

Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut, tetapi perlu diperiksa juga

gangguan oklusi dengan palpasi jari (selagi oklusi), kertas artikulasi, atau malam indicator

oklusal. Untuk memperbaiki hal ini, mungkin jemabatan harus dibuat kembali

B. Retainer yang longgar

Jika salah satu retainer longgar pada abutment, kemungkina hal ini telah dirasakan

penderita, atau jika gigi abutment vital, mungkin penderita meras tidak enak, karena adanya

kebocoran cairan. Jembatan dpata digerakkan secara manual ke atasa dan ke bawah, dan

terlihat saliva keluar masuk pada sambungan. Maslah ini memerlukan pengeluaran jembatan

dan analis kegagalan.

Estetis

A. Hilangnya facing (porcelen)

Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena :

1. Kurangnya retensi

Page 11: Laporan Sk 3 Kurhab 4

2. Perubahan bentuk dari kerangka logam

3. Maloklusi

4. Pengolahan bahan pelapis yang salah dan keausan bahan

Hilangnya facing ini dapat diperbaiki dengan cara :

a. Retainer atau pontik. Apabila facing telah terkikis atau hilang, sebaiknya oklusi

diperiksa dengan cermat. Malam untuk mengganti bagian yang hilang dapat

membantu memperlihatkan gangguan oklusi yang terjadi. Komposit merupakan

bahan utama untuk perbaikan tambahan dan tersedia screw pin repair kit.

b. Hanya pontik. Kadang – kadang rangka pontik yang ada dapat diasah menjadi

bentuk bar yang bebas dari gigi oklusi sekurang – kurangnya 1 mm. Kemudian

dibuat mahkota lapis porcelen dengan kunci yang melewati mesial ke distal yang

tepat masuk pada bar dan disemen dengan semen fosfat.

2. Bahan Evaluasi

3. Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak

maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan.

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk

menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan

pendukungnya. Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua)

hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.

b. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.

Perawatan pendahuluan meliputi:

a. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah

Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang memerlukan waktu

penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan. Makin lama jarak waktu

pembedahan dengan pencetakan makin sempurna penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih

stabil.

b. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi diperiksa apakah cukup

penting dan masih dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau

harus dicabut. Gigi yang cukup kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan

Page 12: Laporan Sk 3 Kurhab 4

sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya

dicabut.

c. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau

palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan

sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut dan kronis.

d. Kista dan tumor odontogenik

Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita harus diyakinkan

tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir patologis.

e. Penonjolan tulang

Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus disingkirkan. Misalnya

torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga menghalangi

adanya posteror palatal seal, torus palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum

dan akan menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang menyebabkan

penumpukan debris.

f. Bedah periodontal

Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang sehat sebagai

pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase dan

eksisi surgical. Misalnya gingivectomy, reposisi flap.

Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung. Hal ini

berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat

memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan, antara lain:

a. Menghilangkan kalkulus

b. Menghilangkan pocket periodontal

c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

e. Menghilangkan gangguan oklusal

f. Tindakan Konservasi

Page 13: Laporan Sk 3 Kurhab 4

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi

yang ada, antara lain :

a. Penambalan

b. Pembuatan inlay, dsb

c. Kedudukan rest

Tindakan-tindakan ortodonti. Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya

dilakukan perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.

4. Pembuatan Desain

5. Tahapan Perawatan

a. Klasifikasi pembongkaran crown dan bridgeAda beberapa mekanisme untuk pembongkaran crown dan bridge, yang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa grup untuk memudahkan dokter gigi memilih mekanisme yang tepat sesuai dengan situasi klinis pasien yang bersangkutan. Sistem pembongkaran ini dapat dibagi menjadi 3 grup yaitu:

1. Conservative disassemblyProsthesis yang tinggal tetap utuh. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gaya perkusi dan traksi untuk membongkar semen sehingga prosthesis dapat dibuka dari gigi abutment. Alat-alat yang dapat digunakan pada teknik ini adalah:

a. Richwill crown and bridge remover Pembongkaran crown dan bridge yang menggunakan resin thermoplastic. Resin dilunakkan didalam air panas kemudian diletakkan pada crown atau

bridge yang akan dibongkar secara interoklusal. Setelah itu pasien diminta untuk menggigit resin tersebut hingga 2/3 bagian

resin tertekan Kemudian dinginkan resin dengan air, lalu lakukan gerakan membuka mulut

yang tajam sehingga membuat crown terlepas. Dalam melakukan metode ini perlu diperhatikan apakah gigi antagonisnya gigi tiruan atau gigi asli, sehingga tidak menyebabkan restorasi di rahang yang berlawanan ikut terlepas.

Page 14: Laporan Sk 3 Kurhab 4

Gambar 1: Richwill crown and bridge remover

b. Ultrasonics Penggunaan energi ultasonik dapat membongkar crown dan bridge dengan menghancurkan semen. Penggunaan energi ultrasonik ini biasanya berhasil dalam pembongkaran restorasi crown dan bridge

c. Pneumatic(KaVo)CORONAflexTeknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan menggunakan brass wire yang diulirkan melalui embrassure space pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan memberikan gaya untuk mengangkat bridge.

Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard dental handpiece hoses via KaVo’s MULTIflex coupler. Alat ini bekerja dengan memberikan kontrol low amplitude pada ujungnya sepanjang sumbu axis dari gigi abutment. Loop diulirkan dibawah konektor dan ujung dari crown remover diletakkan pada bar. Dampaknya dapat diaktifasi dengan memindahkan finger index dari pipa udara pada handpiece.

Peralatan ini juga dilengkapi dengan clamps yang dapat dipasangkan pada crown menggunakan autopolymerization resin, sehingga dapat melepaskan crown.

Gambar 2: Pneumatic(KaVo)CORONAflex

d. Sliding hammerPrinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown dan kemudian tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat melonggarkan restorasi . Variasi dari sliding hammer banyak tersedia dipasaran. Penguunaan sistem ini terkadang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pasien dan penggunaannya terkadang tidak selalu berhasil. Rusaknya margin porselen juga dapat terjadi karena penggunaan teknik ini.

Page 15: Laporan Sk 3 Kurhab 4

Gambar 3: Sliding hammer

e. Crown tractorsCrown tractors mencengkram restorasi dengan menggunakan pegangan rubber yang di desain untuk melepaskan restorasi tanpa merusaknya. Teknik ini efektif untuk membongkar crown sementara yang disementasi dengan sementasi sementara, atau untuk crown yang sulit untuk dilepaskan pada saat proses try in. Pegangan halus pada teknik ini dapat mengurangi risiko rusaknya margin porselen

f. Matrix bandsPenggunaan Siqveland matrix band pada crown, yang dipasangkan pada undercut dan kemudian ditarik secara vertikal, dapat menjadi salah satu teknik yang berhasil untuk pembongkaran crown dan bridge.

Gambar 4: Siqveland matrix band

2. Semi-conservative disassemblyKerusakan minor pada prosthesis dapat terjadi tetapi masih ada kemungkinan untuk restorasi dapat digunakan kembali. Teknik ini dialkukan membuat celah kecil pada prosthesis, sehingga memungkinkan gaya untuk diaplikasikan diantara preparasi dan bridge untuk merusak luting semen.

Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa percobaan pembongkaran tanpa merusak restorasi tidak selalu berhasil dan terkadang juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, oleh karena itu dapat digunakan teknik semi-conservative, dengan merusak sebagian restorasi untuk membongkar crown dan bridge. Keuntungan teknik ini adalah trauma yang dialami pasien lebih sedikit dibandingkan pada teknik conservative.

Page 16: Laporan Sk 3 Kurhab 4

Alat-alat yang digunakan untuk pembongkaran crown dan bridge secara semi-conservative adalah:

a. WamkeysWamkeys merupakan simple-narrow shanked cam yang tersedia dalam 3 ukuran. Ukuran wamkeys yang tepat dimasukkan pada bagian restorasi yang sudah di buatkan celah menggunakan bur, kemudian masukkan wamkeys pada celah kecil tersebut. Berikan gaya naik-turun berlawanan dan searah jalur insersi serta gerakan ke kanan dan kekiri hingga crown lepas dari gigi abutment. Restorasi tersebut dapat di sementasi kembali dan celah tadi dapat ditambal dengan plastic filling material.

Gambar 5: WAMKey

b. Metalift systemSistem ini menggunakan prinsip “jack-screw”.Protesa metal-ceramic dapat di bongkar menggunakan sistem ini, walaupun harus dilakukan dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area dimana terdapat celah yang dibuat pada..

Page 17: Laporan Sk 3 Kurhab 4

A. Gigi abutment I1 mandibula longgar, sedangkan gigi abutment posteriornya, yakni premolar, telah disementasi

B. Pembuatan akses ke coping logam dengan menembus porselen menggunakan diamond bur

C. Pada restorasi metal dibentuk lubang kecil pada setiap gigi abutment sebagai panduan pengangkatan gigi tiruan tersebut

D. Lubang tersebut dibentuk menggunakan bur khususE. Lubang tersebut harus berpenetrasi ke bagian metal, biasanya ditandai dengan

terlihatnya semenF. Dengan instrumen Metalift yang diulirkan masuk ke gigi tiruan cekat tersebut, maka

akan merusak perlekatan semenG. Sehingga GTJ tersebut dapat diangkatH. Periksa kondisi gigi abutment. Jika kondisi gigi abutment baik, maka dapat dilakukan

sementasi ulang.

3. Destructive disassemblyDestructive disassembly berarti melakukan pemotongan pada crown menggunakan bur tungsten carbide diamond . Tahapannya adalah sebagai berikut:

Page 18: Laporan Sk 3 Kurhab 4

A. Gigi tiruan jembatan jenis cantilevered partial ini ingin digantikan dengan gigi tiruan jembatan yang baru karena alasan estetis dan periodontal.

B. Restorasi tersebut dibelah dengan hati-hati hingga memotong bagian porselen, yaitu lebih mudah dilakukan pada sisi fasial dan insisal

C. Pemotongan ini dilakukan hingga mencapai bagian metal hingga semen, sehingga ujung bur pemotong diposisikan dekat margin gingiva

D. Bagian gingiva dilepaskan menggunakan suatu instrumentE. Seluruh bagian gigi tiruan dipotong hingga ke margin gingivaF. Gunakan instrument seperti semen spattle untuk ditempatkan pada bagian yang telah

terpotong dan dirotasi untuk mendorong bagian gigi tiruan agar terlepas dari gigi abutment

G. Setelah terlepas, periksa gigi abutment lalu pertimbangkan apakah perlu dilakukan perbaikan terhadap gigi abutment dan jaringan periodontal.

H. Protesa yang telah dipotong

Page 19: Laporan Sk 3 Kurhab 4

DAFTAR PUSTAKA

Barclay C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable Prosthodontics.Birmingham:

Churcill Livingstone, hal 115.

Smith,Bernard G N,Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges, 4th ed.

New York: Informa Healthcare.

Ewing JE. 1959. Fixed Partial Prosthesis. Philadelphia: Lea & Febinger.

Martanto,P.1985.Teori dan praktek ilmu mahkota dan jembatan. Jilid 1 Edisi 2.

Bandung:Penerbit Alumni.

Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan Rancangan

Pembuatan. Jakarta : EGC.