Upload
tira-aisah-puspasari
View
246
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hauk
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 3
Penyusun
KELOMPOK : IX
Tutor : drg Hengky Bowo Ardhiyanto,M.D.Sc
Ketua : Shuvia Zul’aida N. 131610101069
Sriber Papan : Fredi Akbar M 131610101083
Scriber Meja : Tira Aisah P 131610101073
Tadjul Arifin 131610101037
Ekimo Demas W 131610101050
Selvia Elga 131610101043
Desi Futri I.G.A.N 131610101070
Atika Suryadevi 131610101079
Miftachul Husna 131610101084
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan ridho-Nya laporan tutorial skenario 3 blok Kuratif dan Rehabilitatif IV
yang membahas tentang kegagalan gigi tiruan jembatan dapat tersusun setelah mengalami
beberapa pembahasan. Hasil tutorial yang telah kami laksanakan agar dapat bermanfaat,
dibuatlah laporan ini agar dapat dipelajari kembali dan mungkin dapat bermanfaat untuk adik
kelas kami nanti.
Atas terselesaikan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan
keaktifan rekan-rekan satu kelompok serta kepada dosen drg Hengky Bowo
Ardhiyanto,M.D.Sc yang telah membimbing kami. Laporan ini telah diupayakan sebisa
mungkin mengacu pada beberapa sumber materi dan diskusi kelompok, namun demikian
harus diakui masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan sehingga kritik dan saran
perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.
Jember, April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………… 1
C. TUJUAN…………………………………...................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN..................................................................... 8
BAB IV KESIMPULAN....................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan
jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang
hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien. Pada
perawatan gigi tiruan cekat, kegagalan mungkin terjadi, misalnya pasien merasa gigi
tiruannya longgar atau berubah warna dan lain sebagainya. Terlepasnya jembatan dapat
disebabkan karena perubahan bentuk retainer, gigi penyangga yang goyah, terlarutnya semen,
kesalahan dalam pemilihan retainer, karies, dan bentuk preparasi yang kurang memberikan
retensi bagi retainer. Oleh sebab itu, dilakukan evaluasi serta perawatan apabila terjadi suatu
kegagalan dalam perawatan gigi tiruan cekat.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :
1. Penyebab kegagalan perawatan GTJ pada kasus tersebut
2. Bahan evaluasi pemeriksaan terdahulu yang akan dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan perawatan pada kasus tersebut
3. Perawatan pendahuluan yang akan dilakukan pada kasus tersebut
4. Pembuatan desain gigi tiruan pada kasus tersebut
5. Tahapan perawatan pada kasus tersebut
C. Rumusan Masalah
1. Apa kesalahan yang terjadi pada skenario ?
2. Bagaimana penatalaksanaan kegagalan pada skenario ?
3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dapat dilakukan dokter gigi dan
pencegahan yang dapat dilakukan tidak terjadi kegagalan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
STEP 1
Tidak ada kata sulit pada skenario
STEP 2
1. Apa penyebab kesalahan yang terjadi pada skenario ?
2. Bagaimana penatalaksanaan kegagalan pada skenario ?
3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dapat dilakukan dokter gigi agar tidak
terjadi kegagalan ?
STEP 3
1. Penyebab kegagalan pada skenario
a. Operator
Pada beberapa kasus, operator dapat melakukan kesalahan saat pemilihan abutment (gigi
penyangga) bagi gigi tiruan jembatan, misalnya sebaiknya gigi abutment masih baik (tidak
dilakukan perawatan apa pun) serta memenuhi hukum ante (luas periodonsium gigi pengganti
minimal sama atau lebih dari luas gigi yang hilang). Selain itu, pada kasus skenario tersebut,
bisa saja terjadi kegagalan perawatan post endo pada gigi 25 yang digunakan sebagai
abutment. Penyebab kesalahan operator lainnya adalah saat menentukan desain yang kurang
tepat, seperti pada kasus tersebut pasien memiliki OH buruk tetapi pontik yang digunakan
justru jenis pontik ridge lap dimana kelemahan dari pemilihan pontik tersebut adalah terdapat
daerah yang sukar dibersihkan. Preparasi gigi penyangga yang tidak rata dan tidak sesuai
dengan kaedah preparasi akan menyebabkan kebocoran yang berakibat terjadinya karies
kemudian terjadilah resesi gingiva.
b. Pasien
Pasien tidak mampu menjaga kebersihan rongga mulutnya sehingga menyebabkan gigi tiruan
menjadi goyang.
c. Laboratorium
Petugas laboratorium bisa saja membuat hasil GTJ yang buruk karena tidak memiliki skill
yang mumpuni serta terkadang, tekhniker gigi membuat tepian servikal tidak baik sehingga
menimbulkan kegagalan perawatan.
2. Penatalaksanaan pada skenario adalah pencabutan pada gigi penyangga (gigi 25 dan
27). Pada gigi 25 terdapat daerah radiolusen maka gigi tersebut diindikasikan untuk
diekstraksi karena granuloma yang muncul merupakan salah satu ciri dari kegagalan
perawatan endodontik. Pada gigi 27 dengan keadaan fraktur akar, kehilangan tulang
pendukung 2/3 panjang dari akar, resesi gingiva, serta ada kelainan jaringan periodontal.
Perawatan yang dilakukan ialah ekstraksi. hal ini dilakukan sebab gigi 27 sudah tidak
memenuhi syarat sebagai abutment. Jadi, setelah dilakukan ekstraksi rencana perawatan
selanjutnya adalah pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) untuk mengembalikan
fungsi estetik, fonetik, dan mastikasi pada pasien
3. Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak
maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Perawatan
pendahuluan meliputi:
a. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
b. Pencabutan.
c. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi
d. Kista dan tumor odontogenik
e. Bedah periodontal
f. Menghilangkan kalkulus
g. Menghilangkan pocket periodontal
h. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti
i. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.
j. Menghilangkan gangguan oklusal
k. Tindakan Konservasi
STEP 4
STEP 5
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :
1. Penyebab kegagalan perawatan GTJ pada kasus tersebut
2. Bahan evaluasi pemeriksaan terdahulu yang akan dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan perawatan pada kasus tersebut
3. Perawatan pendahuluan yang akan dilakukan pada kasus tersebut
4. Pembuatan desain gigi tiruan pada kasus tersebut
5. Tahapan perawatan pada kasus tersebut
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Penyebab Kegagalan
Biologis
A. Karies pada abutment (gigi penyangga)
Kegagalan Perawatan Gigi Tiruan Tetap
Pemeriksaan Klinis dan Penunjang
Analisis Kasus Tentang Kegagalan
Diagnosa dan Rencana Perawatan
Penatalaksanaan Perawatan
Mungkin penderita tidak menyadarai adnya karies dibawah retainer. Pemeriksaan
dilakukan pada semua jembatan dengan mencari adanya lubang di retainer logam dan
dilakukan sondasi untuk menemukan karies yang sering terjadi. Juga sebagaimana biasa,
perlu dilakukan sondasi disekeliling tepi perifer semua retainer. Kadang – kadang tambalan
servical cukup dalam mengatasi masalah ini, terutamapada karies dpat terlihat, tetapi
biasanya jembatan memerlukan preparasi untuk jalan masuk
Karies pada abutment ini disebabkan karena :
a. Tepi retainer yang terlalu panjang
b. Tepi retainer terbuka
c. Kerusakan atau keausan pada retainer
d. Oral hygiene yang buruk
e. Kesalahan pemilihan retainer
B. Pulpa (Endodontik)
Perawatan endodontik mungkin diperlukan pada gigi yang sebelumnya vital sewaktu
jembatan dibuat. Sebaliknya, jika struktur gigi masih sehat, seringkali dimungkinkan untuk
melakukan perawatan endodontik dengan baik, melalui jalan masuk kavitas pada retainer
jembatan (dan bahkan digunakan pasak penguat bila diinginkan). Jika terjadi nekrosis pulpa
karena karies, jembatan perlu dikeluarkan dnan dilakuakan pembuangan semua jaringan
karies.
C. Struktur pendukung (periodontik)
Sebaiknya hal ini ditelusuri dalam hubungannya dengan keadaan umum periodontal. Jika
baik, berarti jembatan menahan beban terlalu besar karena oklusi taumatis atau kekuatan
yang tidak memadai pada pemilihan gigi – gigi abutment. Biasanya perlu mencari tamabahan
gigi – gigi abutment yang lebih sesuai atau mempertimbangkan protesa lepasan.
D. Perasaan tidak nyaman (discomfort )
Perasaan tidak nyaman saat menggunakan GTJ dapat ditimbulkan karena adanya :
1. Kontak prematur oklusi yang tidak sesuai
2. Penimbunan sisa makanan di bagian retainer ataupun pontik (pada celah – celah
gigi atau embrasur)
3. Tekanan yang terlalu berat atau tidak ada kontak
4. Penyemenan yang dilakukan pada GTJ yang kurang tepat dapat mengakibatkan
tarikan atau dorongan pada gigi penyangga.
5. shock termis maupun rasa sakitpada daerah servikal gigi
E. GTJ lepas dari gigi penyangga
GTJ yang terlepas dari penyangga dapat terjadi karena :
1. Torsi atau ungkitan
2. Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen yang kurang baik atau pengadukan
yang kurang sempurna)
3. Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi
4. Gigi penyangga goyah
5. Gigi penyangga mengalami karies
6. Kesalahan dalam pemilihan retainer
7. Restorasi tidak akurat
Mekanis
Kegagalan mekanis anatara lain dapat disebabkan karena fraktur konektor dan retainer yang
longgar.
A. Fraktut konektor
Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti pertutan yang disolder dapat patah.
Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut, tetapi perlu diperiksa juga
gangguan oklusi dengan palpasi jari (selagi oklusi), kertas artikulasi, atau malam indicator
oklusal. Untuk memperbaiki hal ini, mungkin jemabatan harus dibuat kembali
B. Retainer yang longgar
Jika salah satu retainer longgar pada abutment, kemungkina hal ini telah dirasakan
penderita, atau jika gigi abutment vital, mungkin penderita meras tidak enak, karena adanya
kebocoran cairan. Jembatan dpata digerakkan secara manual ke atasa dan ke bawah, dan
terlihat saliva keluar masuk pada sambungan. Maslah ini memerlukan pengeluaran jembatan
dan analis kegagalan.
Estetis
A. Hilangnya facing (porcelen)
Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena :
1. Kurangnya retensi
2. Perubahan bentuk dari kerangka logam
3. Maloklusi
4. Pengolahan bahan pelapis yang salah dan keausan bahan
Hilangnya facing ini dapat diperbaiki dengan cara :
a. Retainer atau pontik. Apabila facing telah terkikis atau hilang, sebaiknya oklusi
diperiksa dengan cermat. Malam untuk mengganti bagian yang hilang dapat
membantu memperlihatkan gangguan oklusi yang terjadi. Komposit merupakan
bahan utama untuk perbaikan tambahan dan tersedia screw pin repair kit.
b. Hanya pontik. Kadang – kadang rangka pontik yang ada dapat diasah menjadi
bentuk bar yang bebas dari gigi oklusi sekurang – kurangnya 1 mm. Kemudian
dibuat mahkota lapis porcelen dengan kunci yang melewati mesial ke distal yang
tepat masuk pada bar dan disemen dengan semen fosfat.
2. Bahan Evaluasi
3. Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak
maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan.
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk
menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya. Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua)
hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.
b. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.
Perawatan pendahuluan meliputi:
a. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang memerlukan waktu
penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan. Makin lama jarak waktu
pembedahan dengan pencetakan makin sempurna penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih
stabil.
b. Pencabutan.
Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi diperiksa apakah cukup
penting dan masih dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau
harus dicabut. Gigi yang cukup kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan
sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya
dicabut.
c. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi
Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau
palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan
sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut dan kronis.
d. Kista dan tumor odontogenik
Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita harus diyakinkan
tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir patologis.
e. Penonjolan tulang
Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus disingkirkan. Misalnya
torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga menghalangi
adanya posteror palatal seal, torus palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum
dan akan menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang menyebabkan
penumpukan debris.
f. Bedah periodontal
Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang sehat sebagai
pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase dan
eksisi surgical. Misalnya gingivectomy, reposisi flap.
Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung. Hal ini
berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat
memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan, antara lain:
a. Menghilangkan kalkulus
b. Menghilangkan pocket periodontal
c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti
d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.
e. Menghilangkan gangguan oklusal
f. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi
yang ada, antara lain :
a. Penambalan
b. Pembuatan inlay, dsb
c. Kedudukan rest
Tindakan-tindakan ortodonti. Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya
dilakukan perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.
4. Pembuatan Desain
5. Tahapan Perawatan
a. Klasifikasi pembongkaran crown dan bridgeAda beberapa mekanisme untuk pembongkaran crown dan bridge, yang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa grup untuk memudahkan dokter gigi memilih mekanisme yang tepat sesuai dengan situasi klinis pasien yang bersangkutan. Sistem pembongkaran ini dapat dibagi menjadi 3 grup yaitu:
1. Conservative disassemblyProsthesis yang tinggal tetap utuh. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gaya perkusi dan traksi untuk membongkar semen sehingga prosthesis dapat dibuka dari gigi abutment. Alat-alat yang dapat digunakan pada teknik ini adalah:
a. Richwill crown and bridge remover Pembongkaran crown dan bridge yang menggunakan resin thermoplastic. Resin dilunakkan didalam air panas kemudian diletakkan pada crown atau
bridge yang akan dibongkar secara interoklusal. Setelah itu pasien diminta untuk menggigit resin tersebut hingga 2/3 bagian
resin tertekan Kemudian dinginkan resin dengan air, lalu lakukan gerakan membuka mulut
yang tajam sehingga membuat crown terlepas. Dalam melakukan metode ini perlu diperhatikan apakah gigi antagonisnya gigi tiruan atau gigi asli, sehingga tidak menyebabkan restorasi di rahang yang berlawanan ikut terlepas.
Gambar 1: Richwill crown and bridge remover
b. Ultrasonics Penggunaan energi ultasonik dapat membongkar crown dan bridge dengan menghancurkan semen. Penggunaan energi ultrasonik ini biasanya berhasil dalam pembongkaran restorasi crown dan bridge
c. Pneumatic(KaVo)CORONAflexTeknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan menggunakan brass wire yang diulirkan melalui embrassure space pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan memberikan gaya untuk mengangkat bridge.
Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard dental handpiece hoses via KaVo’s MULTIflex coupler. Alat ini bekerja dengan memberikan kontrol low amplitude pada ujungnya sepanjang sumbu axis dari gigi abutment. Loop diulirkan dibawah konektor dan ujung dari crown remover diletakkan pada bar. Dampaknya dapat diaktifasi dengan memindahkan finger index dari pipa udara pada handpiece.
Peralatan ini juga dilengkapi dengan clamps yang dapat dipasangkan pada crown menggunakan autopolymerization resin, sehingga dapat melepaskan crown.
Gambar 2: Pneumatic(KaVo)CORONAflex
d. Sliding hammerPrinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown dan kemudian tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat melonggarkan restorasi . Variasi dari sliding hammer banyak tersedia dipasaran. Penguunaan sistem ini terkadang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pasien dan penggunaannya terkadang tidak selalu berhasil. Rusaknya margin porselen juga dapat terjadi karena penggunaan teknik ini.
Gambar 3: Sliding hammer
e. Crown tractorsCrown tractors mencengkram restorasi dengan menggunakan pegangan rubber yang di desain untuk melepaskan restorasi tanpa merusaknya. Teknik ini efektif untuk membongkar crown sementara yang disementasi dengan sementasi sementara, atau untuk crown yang sulit untuk dilepaskan pada saat proses try in. Pegangan halus pada teknik ini dapat mengurangi risiko rusaknya margin porselen
f. Matrix bandsPenggunaan Siqveland matrix band pada crown, yang dipasangkan pada undercut dan kemudian ditarik secara vertikal, dapat menjadi salah satu teknik yang berhasil untuk pembongkaran crown dan bridge.
Gambar 4: Siqveland matrix band
2. Semi-conservative disassemblyKerusakan minor pada prosthesis dapat terjadi tetapi masih ada kemungkinan untuk restorasi dapat digunakan kembali. Teknik ini dialkukan membuat celah kecil pada prosthesis, sehingga memungkinkan gaya untuk diaplikasikan diantara preparasi dan bridge untuk merusak luting semen.
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa percobaan pembongkaran tanpa merusak restorasi tidak selalu berhasil dan terkadang juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, oleh karena itu dapat digunakan teknik semi-conservative, dengan merusak sebagian restorasi untuk membongkar crown dan bridge. Keuntungan teknik ini adalah trauma yang dialami pasien lebih sedikit dibandingkan pada teknik conservative.
Alat-alat yang digunakan untuk pembongkaran crown dan bridge secara semi-conservative adalah:
a. WamkeysWamkeys merupakan simple-narrow shanked cam yang tersedia dalam 3 ukuran. Ukuran wamkeys yang tepat dimasukkan pada bagian restorasi yang sudah di buatkan celah menggunakan bur, kemudian masukkan wamkeys pada celah kecil tersebut. Berikan gaya naik-turun berlawanan dan searah jalur insersi serta gerakan ke kanan dan kekiri hingga crown lepas dari gigi abutment. Restorasi tersebut dapat di sementasi kembali dan celah tadi dapat ditambal dengan plastic filling material.
Gambar 5: WAMKey
b. Metalift systemSistem ini menggunakan prinsip “jack-screw”.Protesa metal-ceramic dapat di bongkar menggunakan sistem ini, walaupun harus dilakukan dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area dimana terdapat celah yang dibuat pada..
A. Gigi abutment I1 mandibula longgar, sedangkan gigi abutment posteriornya, yakni premolar, telah disementasi
B. Pembuatan akses ke coping logam dengan menembus porselen menggunakan diamond bur
C. Pada restorasi metal dibentuk lubang kecil pada setiap gigi abutment sebagai panduan pengangkatan gigi tiruan tersebut
D. Lubang tersebut dibentuk menggunakan bur khususE. Lubang tersebut harus berpenetrasi ke bagian metal, biasanya ditandai dengan
terlihatnya semenF. Dengan instrumen Metalift yang diulirkan masuk ke gigi tiruan cekat tersebut, maka
akan merusak perlekatan semenG. Sehingga GTJ tersebut dapat diangkatH. Periksa kondisi gigi abutment. Jika kondisi gigi abutment baik, maka dapat dilakukan
sementasi ulang.
3. Destructive disassemblyDestructive disassembly berarti melakukan pemotongan pada crown menggunakan bur tungsten carbide diamond . Tahapannya adalah sebagai berikut:
A. Gigi tiruan jembatan jenis cantilevered partial ini ingin digantikan dengan gigi tiruan jembatan yang baru karena alasan estetis dan periodontal.
B. Restorasi tersebut dibelah dengan hati-hati hingga memotong bagian porselen, yaitu lebih mudah dilakukan pada sisi fasial dan insisal
C. Pemotongan ini dilakukan hingga mencapai bagian metal hingga semen, sehingga ujung bur pemotong diposisikan dekat margin gingiva
D. Bagian gingiva dilepaskan menggunakan suatu instrumentE. Seluruh bagian gigi tiruan dipotong hingga ke margin gingivaF. Gunakan instrument seperti semen spattle untuk ditempatkan pada bagian yang telah
terpotong dan dirotasi untuk mendorong bagian gigi tiruan agar terlepas dari gigi abutment
G. Setelah terlepas, periksa gigi abutment lalu pertimbangkan apakah perlu dilakukan perbaikan terhadap gigi abutment dan jaringan periodontal.
H. Protesa yang telah dipotong
DAFTAR PUSTAKA
Barclay C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable Prosthodontics.Birmingham:
Churcill Livingstone, hal 115.
Smith,Bernard G N,Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges, 4th ed.
New York: Informa Healthcare.
Ewing JE. 1959. Fixed Partial Prosthesis. Philadelphia: Lea & Febinger.
Martanto,P.1985.Teori dan praktek ilmu mahkota dan jembatan. Jilid 1 Edisi 2.
Bandung:Penerbit Alumni.
Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan Rancangan
Pembuatan. Jakarta : EGC.