117
1 I. STRUKTUR BIJI A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Biji merupakan suatu organisme yang teratur, rapi dan mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan hidupnya. Biji akan berkembah menjadi tanaman yang akan menghasilkan. Biji yang dihasilkan suatu tanaman dibentuk dari bunga yang dihasilkannya terlebih dahulu, dengan suatu serangkaian proses yang kita kenal dengan pengertian penyerbukan dan pembuahan serta proses pemasakan akhirnya akan dihasilkan biji. Biji merupakan alat perkembang biakan yang penting bagi suatu tanaman, dan secara umum biji dapat dihasilkan oleh semua tanaman, tetapi belum tentu biji tersebut dapat digunakan sebagai alat perkembang biakan yang baik bagi suatu jenis tanaman dalam upaya budidaya tanaman. Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau tepat

Laporan Teknologi Benih Full

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Biji merupakan suatu organisme yang teratur, rapi dan mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan hidupnya. Biji akan berkembah menjadi tanaman yang akan menghasilkan.

Citation preview

Page 1: Laporan Teknologi Benih Full

1

I. STRUKTUR BIJI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Biji merupakan suatu organisme yang teratur, rapi dan mempunyai

persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta

memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada

biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai

satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan hidupnya.

Biji akan berkembah menjadi tanaman yang akan menghasilkan.

Biji yang dihasilkan suatu tanaman dibentuk dari bunga yang

dihasilkannya terlebih dahulu, dengan suatu serangkaian proses yang kita

kenal dengan pengertian penyerbukan dan pembuahan serta proses

pemasakan akhirnya akan dihasilkan biji. Biji merupakan alat perkembang

biakan yang penting bagi suatu tanaman, dan secara umum biji dapat

dihasilkan oleh semua tanaman, tetapi belum tentu biji tersebut dapat

digunakan sebagai alat perkembang biakan yang baik bagi suatu jenis

tanaman dalam upaya budidaya tanaman.

Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena

akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau

tepat dimana cadangan makanan itu akan disimpan. Seperti yang telah

disebutkan terdahulu bahwa biji adalah perkembangan lebih lanjut dan

ovule yang dibuahi. Praktikum struktur Biji ini dilaksanakan untuk

mengetahui struktur biji dari beberapa jenis tanaman, baik monokotil

maupun dikotil sehingga praktikan dapat memahami bagaimana melakukan

budidaya pada suatu tanaman yang tergolong monokotil maupun dikotil.

2. Tujuan

Praktikum acara struktur biji kali ini bertujuan agar mahasiswa

mengetahui struktur biji dari berbagai tanaman pangan yang tegolong

monokotil dan dikotil.

1

Page 2: Laporan Teknologi Benih Full

2

B. Tinjauan Pustaka

Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena

akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau tepat

dimana cadangan makanan itu akan disimpan. Seperti yang telah disebutkan

terdahulu bahwa biji adalah perkembangan lebih lanjut dan ovule yang dibuahi,

hamper semua kejadian yang mengikuti perkembangan ovule yang telah

dibuahi adalah meliputi: testa, yang merupakan hasil dan salah satu atau dua

integument dari ovule. Perisperm adalah keturunan dari nucleus. Endosperm

adalah hasil fusi antara satu inti jantan generatif dan dua inti tripolar untuk

membentuk triploid nucleus endosperm. Embrio, adalah merupakan hasil

pembuahan ovum oleh satu inti jantan generatif (Wartoyo 2007).

Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai

persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang

kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik

mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan

tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan hidupnya. Biji akan

berkembang menjadi tanaman yang menghasilkan (Suharto 2008).

Struktur biji yaitu terdiri dari embrio yang dibungkus oleh kulit biji

yang disebut testa, Dalam biji tersimpan cadangan makanan atau endosperm,

yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang, dan biji

terbentuk dari ovula dewasa yang telah dibuahi. Bagian-bagian dari biji, yaitu;

akar pertama yang disebut radikula, satu atau dua lembar daun embrio yang

disebut kotiledon, daun pertama yang disebut plumula yang akan bercabang

membentuk ranting, batang yang terletak di bagian bawah kotiledon disebut

hipokotil, batang yang terletak di bagian atas kotiledon disebut epikotil

(Suyanti 2010).

Pada ilmu botani diketahui ada dua kelas tumbuhan berbiji yaitu

Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae sebagai kelas yang lebih

tinggi terdiri dari dua sub kelas yaitu Monokotiledon dan Dikotiledon.

Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik

tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut. Bagian-bagian biji

Page 3: Laporan Teknologi Benih Full

3

spermodermis, merupakan kulit pelindung yang terluar. Pada Gymnospermae

terdiri dari 3 lapisan yaitu luar (lapisan yang tebal), tengah (lapisan keras) dan

dalam (lapisan yang tipis). Ex: Gnetum gnemon, Cycas rumphii. Pada

Angiospermae terdiri dari 2 lapisan yaitu testa (lapisan yang tipis dan keras)

dan tegmen (lapisan yang tipis seperti selaput). Ex: Mengifera indica, Arachis

hypogaea (BSN 2006).

Biji terbentuk dalam ovary pada monokotil (grass). Setiap biji matang

selalu terdiri paling kurang dua bagian, yaitu: (1) Embryo, (2) Kulit biji (seed

coat atau testa). Embrio terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote)

dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk

dari integumentum (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umunya terdapat

dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan

sebelah luar tebal dank eras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu,

penyakit dan sentuhan mekanis. Setiap biji yang sangat muda dan sedang

tumbuh selalu terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1) Embryo, (2) Kulit biji (seed

coat), dan (3) Endosperm (Sibarani 2010).

Karakterisitik dari biji adalah relatif sangat kaya akan cadangan

makanan yang mensuport perkembangan bibit sampai dia dapat berdiri sendiri

melakukan proses photosintetik pada tanaman autrophik. Cadangan makanan

ini dalam kebanyakan bagian tetapi tidak khas atau melulu, terpisah pada

bagian bawah, tubuh intra selluler dan termasuk lipida, protein, karbohidrat,

phosphate organik dan bermacam-macam senyawa organik. Tentu saja

simpanan material ini menunjukkan bahwa biji merupakan suatu bagian yang

sangat bernilai bagi manusia atau binatang untuk keperluan makannya

(Wartoyo 2007).

Kulit biji berbeda-beda strukturnya sehubungan dengan sifat khas biji,

seperti jumlah dan tebal integument, pola jaringan pembuluh, serta perubahan

dalam integument sewaktu biji menjadi masak. Seiring dengan perkembangan

biji, sel parenkim bagian luar bertambah jumlahnya serta terbentuk penebalan

pada dinding tangensial dalam dan di dasar dinding radial dari sel epidermis

luar. Di saat biji masak, sel epidermis luar tampak memanjang kea rah radial

Page 4: Laporan Teknologi Benih Full

4

dan penebalan dinding dalam arah panjang sel terlihat pada semua sudut sel.

Epidermis dalam yang berisi pigmen tetap bertahan dan membentuk tepi dalam

darii testa. Beberapa Angiospermae memiliki struktur tambahan yang banyak

mengandung air. Pada Gymnospermae adanya kulit biji yang berdaging sudah

umum dijumpai. Selain berfungsi melindungi, beberapa macan kulit biji

tampaknya mengendalikan parkecambahan. Hal itu mungkin didasari oleh sifat

impermeabel kulit biji terhadap air, oksigen, atau terhadap keduanya, efek ini

mungkin disebabkan lapisan kutikula dan penyebarannya (Siregar 2005).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara struktur biji ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15

April 2014 pukul 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Ekologi Manajemen

dan Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret.

2. Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat:

1) Pisau atau silet

2) Kaca pembesar

b. Bahan:

1) Benih padi (Oryza sativa)

2) Benih jagung (Zea mays)

3) Benih kedelai (Glicine max)

4) Benih kacang tanah (Arachis hypogaea)

5) Air

3. Cara kerja:

a. Merendam benih yang akan diamati dengan air selama 2 jam.

b. Membelah benih yang akan diamati, baik secara vertical (melintang) dan

secara horizontal (membujur).

c. Mengamati dan menggambar struktur luar benih, benih yang dibelah

secara horizontal dan vertikal.

d. Melengkapi dengan bagian-bagiannya.

Page 5: Laporan Teknologi Benih Full

5

D. Hasil Dan Pembahasan

1. Hasil pengamatan

Tabel 1.1 Pengamatan Struktur BijiNo Komoditas Biji Utuh Biji

MelintangBiji

MembujurBagian dan Fungsi

1 Kacang Tanah (Arachis hipogaea)

Jenis biji: dikotilTipe bibit: epigeal

a. Kulit biji:Melindungi biji dari keadaan luar

b. Embrio: Calon organ tanaman

c. Kotiledon: Cadangan makanan (memberi energi saat berkecambah)

2 Kedelai(Glycine max)

Jenis biji: dikotilTipe bibit: epigeal

a. Kulit biji:Melindungi biji dari keadaan luar

b. Embrio: Calon organ tanaman

c. Kotiledon: Cadangan makanan (memberi energi saat berkecambah)

d. Hilum:Jalan masuk air ke dalam biji

3 Jagung(Zea mays)

Jenis biji: monokotilTipe bibit: hipogeal

a. Kulit biji:Melindungi biji dari keadaan luar

b. Embrio: Calon organ tanaman

c. Endosperm: Cadangan makanan

a

c

b

a c b c

a

a

c

dba

c da

d c

c

a ba c

b a

c b

Page 6: Laporan Teknologi Benih Full

6

4Padi

(Oryza sativa)Jenis biji: monokotilTipe bibit: hipogeal

a. Kulit biji:Melindungi biji dari keadaan luar

b. Embrio: Calon organ tanaman

c. Endosperm: Cadangan makanan

Sumber: Laporan Sementara

2. Pembahasan

Biji dilihat dari sudut pandang evolusi, merupakan embrio atau

tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada

kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. Biji merupakan suatu organisasi

yang teratur, rapi, dan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk

melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Menurut strukturnya, biji

adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel

generatif (gamet) di dalam kandung embrio (embrio sac) serta cadangan

makanan yang mengelilingi embrio. Walaupun banyak hal yang terdapat

pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk, maupun strukturnya,

mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan

hidup (Suharto 2011).

Perbedaan antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil,

yaitu pada tumbuhan dikotil bersama dengan kotiledon plumula tumbuh

membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya

matahari. Pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus

koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya. Biji monokotil termasuk

endospermus (albuminus) yaitu pada biji dapat dijumpai adanya endosperm,

misalnya pada biji jagung (Zea mays) dan biji padi (Oryza sativa). Pada

tumbuhan dikotil, termasuk ke dalam non-endosperm yaitu pada biji tidak

dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji kedelai (Glycine max)

dan biji kacang tanah (Arachis hipogea). Biji tumbuhan dikotil embrionya

berbentuk memanjang melekat pada kedua kotiledon. Ketika kotiledon

a a

bb

a

c]

c

Page 7: Laporan Teknologi Benih Full

7

dibuka akan tampak: hipokotil, radikula, epikotil, plumula (batang dan daun

embrionik). Biji monokotil memiliki sebuah kotiledon, embrionya

terbungkus oleh koleorhiza, yang menutupi akar embrionik, dan koleoptil

yang membungkus tunas embrionik (Vassal 2011).

Pada praktikum struktur biji kali ini dilakukan pengamatan struktur

biji pada kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), padi (Oryza sativa), dan

biji kacang tanah (Arachis hipogaea) mengenai struktur biji, struktur luar

biji, serta penampang membujur biji dan penampang melintang biji. Jenis

tanaman yang tergolong biji monokotil adalah biji jagung (Zea mays) dan

padi (Oryza sativa). Struktur biji pada tanaman jagung terdiri dari periscarp

atau testa sebagai pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan

makanan, dan embrio sebagai calon individu baru. Struktur biji pada

tanaman padi terdiri dari periscarp atau testa sebagai pelindung biji,

endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan embrio sebagai calon

individu baru.

Pada praktikum ini jenis biji dikotil (berkeping dua) adalah kacang

tanah (Arachis hipogaea) dan kedelai (Glycine max). Struktur biji pada

tanaman tanaman kacang tanah terdiri dari kotiledon sebagai jaringan

cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai pelindung biji, dan embrio

sebagai calon individu baru. Struktur biji pada tanaman kedelai terdiri dari

kotiledon sebagai tempat cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai

pelindung biji, embrio sebagai calon individu baru, dan hilum sebagai

pengatur masuknya air ke dalam biji. Hilum (pusar biji) adalah jaringan

bekas biji melekat pada dinding buah.

Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena

akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau

tempat dimana cadangan makanan tersebut akan di simpan. Fungsi

mengetahui struktur biji adalah mengetahui cara penanganan pascapanen

biji dan juga cara budidayanya. Ketebalan kulit biji dan kandungan air pada

biji akan mempengaruhi perlakuan penyimpanan biji. Hal tersebut dilakukan

dengan tujuan agar bjiji dapat tahan lam dan tetap dapat tumbuh ketika

Page 8: Laporan Teknologi Benih Full

8

dikecambahkan. Cara pengananan biji berbeda-beda tergantung dari kondisi

dan strulktur biji. Hal yang terpenting disini adalah mengetahui bagian-

bagian dari biji yang berfungsi dalam proses perkecambahan dan

pertumbuhan benih. Seperti kotiledon pada biji dikotil dan endosperm pada

biji monokotil yang memiliki fungsi sebagai cadangan makanan selama

perkecambahan berlangsung.

Page 9: Laporan Teknologi Benih Full

9

E. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan mengenai struktur

biji maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Biji merupakan suatu organisasi yang teratur, rapi, dan mempunyai

persediaan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang

kehidupannya.

b. Pada praktikum struktur biji kali ini dilakukan pengamatan struktur biji

pada kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), padi (Oryza sativa), dan

biji kacang tanah (Arachis hipogea).

c. Struktur biji pada tanaman jagung terdiri dari periscarp atau testa sebagai

pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan

embrio sebagai calon individu baru.

d. Struktur biji pada tanaman padi terdiri dari periscarp atau testa sebagai

pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan makanan, dan

embrio sebagai calon individu baru.

e. Struktur biji pada tanaman tanaman kacang tanah terdiri dari kotiledon

sebagai jaringan cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai

pelindung biji, dan embrio sebagai calon individu baru.

f. Struktur biji pada tanaman kedelai terdiri dari kotiledon sebagai tempat

cadangan makanan, seed coat atau testa sebagai pelindung biji, embrio

sebagai calon individu baru, dan hilum sebagai pengatur masuknya air ke

dalam biji.

g. Fungsi mengetahui struktur biji adalah mengetahui cara penanganan

pascapanen biji dan juga cara budidayanya.

2. Saran

Pada saat pengamatan bagian-bagian dari biji, seperti lapisan dan

bagian dalam biji, sebaiknya praktikan terlebih dahulu mengetahui materi

tentang gambar dan nama dari bagian-bagian dalam biji, sehingga praktikan

tidak kebingungan dalam memberikan, menggambar dan menunjukkan

bagian-bagian biji secar tepat.

Page 10: Laporan Teknologi Benih Full

10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional (BSN) 2006. Struktur Biji. http://www.BSN.or.id/filessni.pdf. Diakses pada tanggal 18 April 2014.

Sibarani 2010. Teknologi Benih. Angkasa Press. Bandung.

Siregar A Z 2005. Comparative Anatomy and Morphology of Embryos and Seedlings of Maize, Oats, and Wheat. Jurnal Kultura Vol. 40(2): 77-83.

Suharto E 2011. Teknologi Benih. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu (Tidak dipublikasikan).

Suharto E 2008. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan Karakteristik Benih Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) Provenan Padang Jaya. J. Akta Agrosia Vol. 7(1): 24 - 32.

Suyanti H 2010. Tumbuhan Berbiji (Seed Plants). http://prestasiherfen.blog-spot.com. Diakses pada tanggal 18 April 2014.

Vassal S K. 2011. High Quality Protein Corn. Florida Press. Hallauer.

Wartoyo 2007. Buku Ajar Fisiologi Benih. Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.

Page 11: Laporan Teknologi Benih Full

11

II. PERKEMBANGAN BIJI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Biji dapat diartikan sebagai suatu ovule atau bakal tanaman

masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang

terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif yaitu gamet jantan dan

gamet betina di dalam kandung embrio, serta cadangan makanan yang

mengelilingi embrio. Tanaman melakukan reproduksi atau regenerasi

untuk menjaga kelangsungan generasinya. Reproduksi dapat dilakukan

secara generatif dengan biji ataupun vegetative dengan bagian-bagian

tanaman sebagai bahan tanam. Pada reproduksi generatif terjadi dua

persatuan material genetik yaitu gamet jantan dan gamet betina,

sehingga dimungkinkan terbentuk individu baru yang memiliki

karakter baru. Pada reproduksi vegetatif keturunan baru merupakan

duplikat dari induknya.

Perkembangan merupakan proses perubahan yang menyertai

pertumbuhan, menuju tingkat pemetangan atau kedewasaan makhluk

hidup. Proses perubahan secara berurutan adalah dari spesialiasi,

diferensiasi, histogenesis, organogenesis dan gametogenesis).

Perkembangan merupakan proses kualitatif yang tidak dapat di ukur.

Perkembangan kualitatif karena peribahan bersifat fungsional.

Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan

masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat didalam biji, yang

dinamakan kecambah (plantula). Awal perkecambahan dimulai dengan

berakhirnya masa dormansi. Biji berkecambah karena didalamnya

terdapat embrio atau lembaga tumbuhan. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu faktor

cahaya.

Praktikum Teknologi Benih Acara Perkembangan Biji ini

penting untuk dilakukan, manfaatnya yaitu pengetahuan bagaimana

11

Page 12: Laporan Teknologi Benih Full

12

awal perkembangan biji mulai dari masa perkecambahan biji hingga

menghasilkan biji kembali. Proses produksi biji pada suatu tanaman

meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan bunga dan biji.

Melalui proses tersebut kita dapat merencanakan waktu yang tepat

untuk mengecambahkan benih suatu tanaman.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara Perkembangan Biji adalah:

a. Mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan bunga dan biji.

b. Mengetahui proses produksi biji.

B. Tinjauan Pustaka

Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang hidup semusim

berumur pendek  sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca.

Tanaman kacang tanah  berakar tunggang dan membentuk akar  serabut,

batang tidak berkayu, berbulu  halus, dan membentuk cabang. Tinggi

batang kacang tanah sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang

bertipe menjalar. Bunganya merupakan bunga kupu-kupu, tajuk daun

berjumlah 5 dan  2 di antaranya  bersatu  berbentuk seperti perahu.

Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong 

berada didalam tanah. Buah polong ini berisi 1-4  biji sesuai  varietas, kulit

tipis ada yang  berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua

(Pitoyo dan Zumiati 2002).

Pada persiapan menanam kacang tanah perlu dilakukan seleksi 

biji  setelah  pemipilan  dimaksudkan  untuk memisahkan biji yang kecil

dari yang besar, biji yang rusak dengan yang baik. Diusahakan benih yang

homogen (sama) ditanaman dalam hamparan yang sama. Persyaratan

polong kacang tanah yang dapat dipilih sebagai calon bibit adalah polong

tua betul, kulit  buah  setelah  kering  keras  tidak  mudah terkupas, urat-

urat  polong  sangat  nyata,  bila  ditekan akan  mudah  pecah. Setelah 

polong dikupas  kulit  dari  biji mengkilat  berwarna  merah  atau  putih, 

dan polong  bagian dalam,  kelihatan  alurnya  bintik-bintik  kehitaman 

Page 13: Laporan Teknologi Benih Full

13

atau  agak coklat, serta diusahakan  calon  benih  harus  diatas  3  biji  per

polong (Pajow et al 2006).

Pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas dua tipe yaitu tipe

indeterminit dan determinit.  Tanaman kedelai termasuk berkeping dua,

yaitu mempunyai perakaran tunggang.  Pada akar terdapat bintil-bintil

yang merupakan koloni bakteri Rhizobium japonicum.   Bakteri ini dapat

menfiksasi nitrogen dari udara yang digunakan untuk pertumbuhan

tanaman kedelai.  Batang kedelai berwarna ungu atau hijau, daun kedelai

adalah majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun, warna daun hijau

muda, hijau tua atau hijau kekuning-kuningan, tergantung varietasnya. 

Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan merupakan suatu rangka yang

terdiri 3 – 15 bunga yang terdapat di ketiak daun.  Biji terdapat di dalam

polong yang jumlahnya berkisar 1-5 biji per polong.   Pada umumnya

varietas-varietas kedelai yang diusahakan mempunyai 2 – 3 biji per polong

(Somatmadja 2007).

Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan

dengan kualitas benih. Di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan

salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Benih

dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan

radikula dari embrio.Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat

menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung.

Kecambah akan dikatakan normal apabila kecambah memiliki kemampuan

untuk tumbuh menjadi tanaman yang normal jika ditanam dengan

lingkungan yang mendukung dan kecambah dikatakan abnormal apabila

kecambah rusak, berubah bentuk dan membusuk (Kuswanto 2005).

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau

organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/terukur. Tahap-tahap

pertumbuhan tanaman yakni :

1. Perkecambahan

Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan

pertumbuhan plumula (calon batang). Faktor yang mempengaruhi

Page 14: Laporan Teknologi Benih Full

14

perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen dan suhu.

Perkecambahan biji ada dua macam yaitu:

a) Perkecambahan epigeal : hipokotil memanjang sehingga plumula

dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon melakukan

fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh : perkecambahan

kacang hijau.

b) Perkecambahan hypogeal : epikotil memanjang sehingga puluma

keluar menembus kulit biji dan muncul diatas permukaan tanah

sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh :

perkecambahan kacang kapri.

2. Pertumbuhan primer

Merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya meristem primer.

Pertumbuhan ini disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh prmer yang

terdapat pada ujung akar dan ujung batan dimulai sejak tumbuhan

masih berupa embrio.

3. Pertumbuhan sekunder

Merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya meristem

sekunder. Pertumbuhan ini disebabkan oleh kegiatan cambium yang

bersifat meristematik kembali. Ciri-ciri jaringan meristematik ini

adalah mempunyai dinding yang tipis, bervakuola kecil atau tidak

bervakuola, sitoplasma pekat dan sel-selnya belum berspeliasasi.

Ketika pertumbuhan berlangsung secara aktif, sel-sel meristem

membelah dan membentuk sel-sel baru. Sel baru yang terbantuk itu

pada awalnya rupanya sama tetapi setelah dewasa, sel-sel tadi

berdiferensiasi menjadi jaringan lain. Jaringan meristem ada dua jenis

yaitu :

a) Jaringan meristem apix

b) Jaringan meristem lateral

Pertumbuhan sekunder disebabkan oleh kegiatan meristem sekunder

yang meliputi:

a) Kambium gabus

Page 15: Laporan Teknologi Benih Full

15

b) Kambium fasis

c) Kambium interfasis

4. Pertumbuhan terminal

Terjadi pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan berbiji yang aktif

tumbuh

(Roemantyo dkk 2006).

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang

semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir

yaitu biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan

adalah sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih

sulit dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia.

Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap

dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen

tinggi (Ashari 2008).

Menurut Elisa (2006) tahapan dari pembungaan meliputi :

1. Induksi bunga (evokasi) adalah tahap pertama dari proses

pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram

untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif. Terjadi di dalam

sel. Dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam

nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan

diferensiasi sel.

2. Inisiasi bunga adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi

bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis

untuk pertama kalinya. Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup

reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran

kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ-

organ reproduktif.

3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar) ditandai

dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga.

Pada tahap ini terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis

Page 16: Laporan Teknologi Benih Full

16

untuk penyempurnaan dan pematangan organ-organ reproduksi jantan

dan betina.

4. Anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga. Biasanya

anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan

dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada

kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum

terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis. Bunga-

bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif

jantan dan betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.

5. Penyerbukan dan pembuahan tahap ini memberikan hasil terbentuknya

buah muda. Detil dari proses penyerbukan dan pembuahan akan

dijelaskan pada bab tersendiri.

6. Perkembangan buah muda menuju kemasakan buah dan biji, tahap ini

diawali dengan pembesaran bakal buah (ovarium), yang diikuti oleh

perkembangan cadangan makanan (endosperm), dan selanjutnya

terjadi perkembangan embryo.

Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat

menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas)

dan iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek

penyinaran dan semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat

berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi 2008).

Polong kedelai muda berwarna hijau sedangkan warna polong

matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam.

Jumlah polong tiap tanaman dan ukuran biji ditentukan secara genetik.

Jumlah nyata polong dan ukuran nyata biji kacang kedelai yang terbentuk

dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji (Hidayat dalam

Somatmadja dkk 2007).

Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian

bawah tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga

umur sekitar 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu

(papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua

Page 17: Laporan Teknologi Benih Full

17

diantara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Di sebelah atas

terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera

(vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang

disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai

bunga sebenarnya adalah tabung kelopak. Mahkota bunga (corolla)

berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari makhota

bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya. Bunga kacang tanah pada

umumnya melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan terjadi menjelang

pagi, sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami) (Sumarno 2006). 

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Pratikum

Praktikum acara Perkembangan Biji ini dilaksanakan pada hari

Jumat tanggal 9 Mei 2014, pukul 09.30-11.00 WIB yang dilaksanakan di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Pot

2) Sekop

b. Bahan

1) Biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

2) Biji Kacang Kedelai (Glycine max)

3) Tanah

4) Pupuk kandang

3. Cara kerja

a. Menyiapkan pot/polibag dan media tanam berupa tanah dan pupuk

kandang dengan rasio perbandingan 1:1 lalu mengaduk rata pupuk

dengan tanah dan memasukannya kedalam polibag.

b. Menyiram media yang telah berada di polibag.

c. Menanam biji dalam pot yang tersedia dengan kedalaman 2 cm, dalam

satu pot terdiri dari 5 biji kemudian disiram kembali.

Page 18: Laporan Teknologi Benih Full

18

d. Melakukan perawatan setiap hari dengan melakukan penyiraman 2 kali

sehari.

e. Mengamati proses tahapan produksi benih meliputi lama berbunga,

waktu dari bunga menjadi biji, waktu dari biji sampai panen, struktur

bunga dan biji, jumlah biji dalam polong dan saat muncul bunga.

D. Hasil Dan Pembahasan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Perkembangan Biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dan Kacang Kedelai (Glycine max)

PerbedaanKacang Tanah

(Arachis hypogaea)Kacang Kedelai (Glycine max)

Lama Berbunga (Hari) 14 10Waktu Bunga menjadi Biji (Hari)

- 17

Tinggi Tanaman (cm) 37 65,5Panjang Akar (cm) 17 45Jumlah Polong - 3Saat Muncul Bunga (HST) 23 24Jumlah Bunga 5 5

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 2.1 Struktur Bunga Kacang Tanah (Arachis hypogea)Keterangan:1. Tangkai bunga2. Kelopak bunga3. Mahkota bunga4. Putik5. Benang sari

Gambar 2.2 Struktur Biji Kacang Tanah (Arachis hypogea)Keterangan:1. Kulit polong2. Kulit biji3. Biji 4. Endosperm

1

2

3

4

5 1

23 4

Page 19: Laporan Teknologi Benih Full

19

Gambar 2.3 Struktur Bunga Kacang Kedelai (Glycine max)Keterangan:1. Tangkai bunga2. Kelopak bunga3. Mahkota bunga4. Putik5. Benang sari

Gambar 2.4 Struktur Biji Kacang Kedelai (Glycine max)Keterangan:1. Kulit polong2. Kulit biji3. Biji 4. Endosperm5. Rambut atau bulu6. Hilum

Sumber: Laporan sementara

2. Pembahasan

Tanaman merupakan makhluk hidup yang mengalami pertumbuhan

dan perkembangan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses

pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau

tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah peristiwa

perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan

ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat

kedewasaan. Proses pertumbuhan dapat dilihat dengan adanya

pertambahan volume pada organ tanaman, perubahan bobot tubuh

peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan,

perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur.

Biji merupakan organ yang dihasilkan dari penyerbukan.

Mekanisme pembentukan atau perkembangan biji yaitu dimulai dari

induksi yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai

berubah menjadi meristem reproduktif yang terjadi di dalam sel. Tahap

selanjutnya yaitu inisiasi bunga adalah tahap ketika perubahan morfologis

3

4

5

1

2 1

2

34

5

5

Page 20: Laporan Teknologi Benih Full

20

menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara

makroskopis untuk pertama kalinya. Selanjutnya yaitu tahap

perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar). Tahap

selanjutnya yaitu anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran

bunga. Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ

reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu

demikian. Dilanjutkan dengan tahap penyerbukan dan pembuahan.Tahap

yang terakhir yaitu tahap perkembangan buah muda menuju kemasakan

buah dan biji. Menurut Wartoyo et. al (2007) sintesis protein terjadi di

dalam endosperm/kotiledon Sintesis protein dimulai dimulai pada saat embrio

mulai tumbuh. Sintesis protein ini mencerminkan peningkatan jumlah enzim

dan protein struktural. Pada permulaan proses sintesis protein itu meningkat

dan akhirnya mengalami penurunan seiring dengan cukupnya cadangan

makanan di dalam biji dan berakhirnya perkembangan embrio di dalam biji.

Berdasarkan Tabel 2.1 Perkembangan Biji Kacang Tanah (Arachis

hypogaea) dan Kacang Kedelai (Glycine max), variable yang diamati

antara lain lama berbunga, waktu bunga menjadi biji, tinggi tanaman,

panjang akar, jumlah polong, saat muncul bunga, dan jumlah bunga.

Komoditas kacang tanah memiliki lama berbunga selama 14 hari, waktu

bunga menjadi biji tidak diketahui, tinggi tanaman 37 cm, panjang akar 17

cm, jumlah polong kacang belum ada pada saat pengamatan, saat muncul

bunga sekitar 23 hari setelah tanam, dan jumlah bunga yang ada pada

tanaman yaitu 5 bunga. Pada komoditas kedelai lama berbunga sekitar 10

hari, waktu bunga menjadi biji sekitar 17 hari, tinggi tanaman 65,5 cm,

panjang akar 45 cm, jumlah polongnya berjumlah 3, saat muncul bunga

sekitar 24 HST, dan jumlah bunga 5.

Kacang tanah mempunyai empat fase pertumbuhan yaitu fase

muncul lapang (emergence), fase pertumbuhan vegetatif, fase pembungaan

dan pembentukan ginofor, dan fase pembentukan polong dan pengisian

biji. Pada Fase muncul lapang (emergence), benih kacang tanah yang

ditanam pada kondisi yang sesuai untuk perkecambahan akan segera

Page 21: Laporan Teknologi Benih Full

21

berkecambah dan akan muncul ke atas permukaan tanah (muncul lapang)

setelah 5 sampai 7 hari. Seminggu setelah itu, akan segera terbentuk

sepasang daun tetrafoliate yang membuka sempurna dan dapat melakukan

fotosintesis. Setelah muncul lapang, tanaman kacang tanah akan

mengalami pertumbuhan vegetatif sampai awal muncul atau terbentuknya

bunga. Periode ini umumnya terjadi pada periode 2 – 6 minggu setelah

tanam.

Pertumbuhan vegetatif ini juga masih terjadi setelah tanaman mulai

berbunga tetapi dengan kecepatan yang berkurang. Kemudian setelah itu

pada fase pembungaan dan pembentukan ginofor yang akan diawali

dengan pembentukan bunga. Setelah bunga terbentuk terjadi penyerbukan

sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuahan. Pembuahaan yang

berhasil akan dilanjutkan dengan pembentukan ginofor. Fase ini akan

berlangsung pada periode tanaman umur 6 – 8 minggu setelah tanam.

Ginofor ini akan masuk ke dalam tanah dan membentuk polong, ginofor

yang tidak masuk ke dalam tanah tidak dapat membentuk polong. Setelah

ginofor masuk ke dalam tanah akan dilanjutkan dengan pembentukan

polong. Di dalam polong yang terbentuk terdapat biji. Biji ini akan diisi

asimilat hasil fotosintesis sampai pada ukuran maksimal tertentu, yang

berbeda tergantung varietas. Pengisian biji akan berakhir pada saat biji

telah terisi penuh yang ditandai oleh biji yang keras dengan kulit

mengkilat, sekaligus sebagai tanda kacang tanah dapat dipanen.

Fase perkembangan biji pada tanaman kacang kedelai hampir sama

dengan fase perkembangan biji pada tanaman kacang tanah, tetapi yang

membedakan yaitu pada fase pembentukan polong dan pengisian biji.

Polong yang terbentuk setelah terjadi pembuahan mengalami pertumbuhan

sampai pada ukuran tertentu pada tanaman kacang kedelai. Selama

pertumbuhan tersebut, di dalamnya terjadi pembentukan dan pengisian

biji. Pemasakan biji dianggap selesai apabila polong telah mencapai

ukuran maksimum. Selanjutnya biji di dalam polong akan mengalami

proses pematangan yang ditandai oleh perubahan warna polong yang pada

Page 22: Laporan Teknologi Benih Full

22

umumnya dari hijau menjadi hitam, sekaligus sebagai tanda polong siap

dipanen. Namun pada fase pembentukan polong dan pengisian biji kadang

terdapat polong hampa. Polong hampa merupakan polong yang tidak terisi

biji atau biji tidak terbentuk. Polong hampa dapat terjadi apabila ginofor

hasil dari pembuahan tidak masuk ke dalam tanah. Ginofor yang tidak

masuk ke dalam tanah juga dapat menyebabkan polong tidak terbentuk.

Selain akibat dari ginofor yang tidak masuk ke dalam tanah, polong hampa

juga dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti pada kacang tanah yang

ditanam di tanah pasir dan tanah laterit ringan, musim tanam yang tidak

sesuai seperti kacang tanah yang ditanam pada musim kemarau sangat

peka terhadap serangan polong hampa terlebih jika masih turun hujan pada

fase generatif.

Karakteristik pertumbuhan vegetatif pada tanaman monokotil

dimulai dengan proses perkecambahan biji dengan tipe bibit hipogeal atau

kotiledon berada di atas permukaan tanah. Fase pertumbuhan selanjutnya

yaitu perpanjangan batang dan pembentukan daun. Tulang daun sejajar

pada tanaman monokotil. Batang yang terbentuk pada tanaman dikotil

adalah batang tidak berkambium dan berakar serabut. Proses selanjutnya

yaitu proses perkembangan yaitu proses pembentukan bunga. Bunga yang

terbentuk pada tanaman dikotil adalah bunga berkelipatan 3. Karakteristik

pertumbuhan generatif pada tanaman monokotil yaitu biji yang terbentuk

berkeping satu.

Karakteristik pertumbuhan vegetatif pada tanaman dikotil dimulai

dengan proses perkecambahan biji dengan tipe bibit epigeal atau kotiledon

berada di atas permukaan tanah. Fase pertumbuhan selanjutnya yaitu

perpanjangan batang dan pembentukan daun. Tulang daun menyirip atau

menjari pada tanaman dikotill. Batang yang terbentuk pada tanaman

dikotil adalah batang berkambium dan berakar tunggang. Proses

selanjutnya yaitu proses perkembangan yaitu proses pembentukan bunga.

Bunga yang terbentuk pada tanaman dikotil adalah bunga berkelipatan 2,4

Page 23: Laporan Teknologi Benih Full

23

dan 5. Karakteristik pertumbuhan generatif pada tanaman dikotil yaitu biji

yang terbentuk berkeping dua.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa lama

waktu yang dibutuhkan tanaman kacang tanah dan kacang kedelai untuk

berkembang berbeda pada umumnya kacang tanah lebih lama

dibandingkan kacang kedelai. Hal ini dapat kita ketahui dari saat muncul

bunga, waktu yang dibutuhkan dari bunga menjadi buah dan waktu yang

dibutuhkan dari buah menjadi biji. Saat muncul bunga pada tanaman

kacang tanah adalah 23 HST dengan lama berbunga 14 hari dan jumlah

bunga adalah 5 buah. Pada hasil pengamatan bunga kacang tanah yang

terbentuk belum berubah menjadi biji dan membentuk polong,

kemungkinan dibutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk polong.

Kondisi demikian sangat berbeda pada hasil pengamatan kacang kedelai,

saat muncul bunga pada tanaman kacang kedelai adalah 24 HST dengan

lama berbunga 10 hari dan jumlah bunga adalah 5 buah. Tanaman kacang

kedelai dengan lama berbunga 10 hari telah terbentuk biji dengan waktu

bunga menjadi biji adalah 17 hari dengan jumlah polong adalah 3 buah.

Page 24: Laporan Teknologi Benih Full

24

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa:

a. Biji merupakan organ yang dihasilkan dari penyerbukan.

b. Mekanisme pembentukan atau perkembangan biji yaitu dimulai dari

induksi yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk

mulai berubah menjadi meristem reproduktif yang terjadi di dalam sel.

c. Tahapan dari pembungaan yaitu induksi bunga, inisiasi bunga,

perkembangan kuncup bunga menjadi anthesis, anthesis, penyerbukan

dan pembuahan, perkembangan buah muda menuju kemasakan buah

dan biji.

d. Karakteristik pertumbuhan vegetatif pada tanaman monokotil dimulai

dengan proses perkecambahan biji dengan tipe bibit hipogeal atau

kotiledon berada di atas permukaan tanah.

e. Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa lama waktu

yang dibutuhkan tanaman kacang tanah dan kacang kedelai untuk

berkembang berbeda pada umumnya kacang tanah lebih lama

dibandingkan kacang kedelai.

f. Hasil pengamatan kacang kedelai dihasilkan 3 polong kacang kedelai

sedangkan kacang tanah belum menghasilkan polong.

2. Saran

Saran untuk praktikum Teknologi Benih tentang Perkembangan Biji

yaitu agar tanaman yang diamati bisa menghasilkan data yang valid

sebaiknya mengutamakan cara pemeliharaan tanaman tersebut sebab

banyak ditemukan tanaman layu pada saat dipanen. Selain itu karena lama

berbunga tanaman yang diamati hanya perkiraan sebaiknya didukung dari

sumber hasil penelitian yang valid.

Page 25: Laporan Teknologi Benih Full

25

DAFTAR PUSTAKA

Ashari S 2008. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Elisa 2006. Pembungaan dan Produksi Buah I. http// www.elisa ugm.ac.id/ . Diakses pada tanggal 12 Mei 2014.

Hidayat OO 2005 dalam Somatmadja S, M Ismunadji, Sumarno, M Syam, SO Manurung dan Yuswadi 2007. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Kuswanto H 2005.Analisis Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pajow, Stenly K, Arnold C 2006.. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Departemen Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara. Manado.

Pitoyo S dan Zumiati 2002. Tanaman  Bumbu  dan  Pewarna Nabati. Aneka Ilmu. Semarang.

Roemantyo Y Hidayat dan Endjum 2006. Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Bogor : Analisis Terhadap Kemampuan Regenerasi Secara Alami. Buletin Kebun Raya Indonesia Vol. 8 (1):16-24.

Somatmadja S 2007.  Kacang Kedelai. Yasaguna. Jakarta.

Sumarno 2006. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Bandung: Sinar Baru.

Sutopo L 2005. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. CV. Rajawali. Jakarta.

Yamaguchi M, dan E.V Rubatzky 2008. Sayuran dunia. Jilid I. Terjemahan Catur H. ITB Press. Bandung.

Wartoyo E, Warsoko W, Sri N dan Bambang 2007. Buku Ajar Fisioogi Benih. UNS. Surakarta.

Page 26: Laporan Teknologi Benih Full

26

III. TIPE BIBIT

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Bibit dalam ilmu teknologi benih adalah tumbuhan muda yang

makanannya tergantung kepada persediaan bahan makanan yang terdapat

dalam biji. Pada kondisi menguntungkan suatu biji akan berkecambah.

Apabila biji tersebut akan dikecambahkanpada medium tanah akan terjadi

suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas permukaan tanah. Berdasarkan

letak kotiledon, dapat dibedakan 2 tipe bibit yaitu: (1) bibit tipe epigeal

yakni bibit dimana kotiledonnya terangkat di atas permukaan tanah

sewaktu pertumbuhannya. Bibit tipe epigeal ini umumnya terdapat pada

dicotiledoneae seperti beam, alfalfa, clovers, kacang kedelai, kacang tanah

yang termasuk legume.

Pada kacang-kacangan sebagian makanan cadangan di dalam

kotiledon di pakai oleh akar yang sedang tumbuh tetapi sebgaian besar

masih tinggal di dalam kotiledon walaupun ia sudah terangkat di atas

permukaan tanah. (2) Bibit tipe hipogeal yaitu bibit dimana kotiledonnya

tetap tinggal dalam permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Sewaktu

perkecambahan pada biji graminae, padi, gandum, jagung, kotiledon disini

disebut scutellum tetap tinggal dalam tnah fungsinya sebagai organ

penyerap makanan dari endosperm dan mengantarkanya kepada

embryonic axis yang sedang tumbuh. Sewaktu perkecambahan ini yang

pertama kali keluar adalah radicle segera kemudian pada radicle ini keluar

akar-akar cabang bersama-sama dengan akar primer membentuk system

akar primer (primary root system).

Manfaat adanya praktikum tipe bibit adalah bertambahnya

pengetahuan mahasiswa tentang jenis bibit serta mengetahui tipe

perkecambahan bibit dengan cara mengecambahkan beberapa benih pada

polibag. Pada hari ketiga, kelima dan ketujuh dilakukan metode destruksi

untuk mengathui tipe perkecambahan benih tersebut. Hal ini dilakukan

26

Page 27: Laporan Teknologi Benih Full

27

untuk mengetahui perbedaan tipe bibit epigeal dan hypogeal beberapa

benih yang merupakan komoditas tanaman pangan.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum acara Tipe Bibit bertujuan agar mahasiswa mengetahui

perbedaan antara bibit epigeal dan bibit hipogeal.

B. Tinjauan Pustaka

Macam perkecambahan yaitu perkecambahan di atas tanah (epigeal)

dan perkecambahan di bawah tanah (hipogeal). Pada perkecambahan epigeal

terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil

sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah,

misalnya pada kacang hijau. Pada perkecambahan hipogeal terjadi

pembentangan ruas batang teratas sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas

tanah tetapi kotiledon tetap di dalam tanah, misalnya pada kacang kapri.

Perkecambahan adalah munculnya plantula dari dalam biji yang merupakan

hasil dari pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan

embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi

batang, sedangkan radikula menjadi akar (Mustahib 2011).

Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal). Tipe ini terjadi, jika

plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan

di bawah tanah (Hipogeal). Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke

permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Makanan untuk

pertumbuhan embrio diperoleh daricadangan makanan karena belum

terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan

dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil

diperoleh dari endosperm (Mustahib 2011).

Proses perkecambahan yang dapat diamati ditandai dengan munculnya

epikotil ke atas permukaan tanah. Pada awalnya hanya terlihat sebagai

tonjolan kecil berwarna hijau muda, namun selanjutnya akan terus bertambah

panjang dan semakin terangkat ke permukaan tanah. Selanjutnya akan

terangkat pula ke atas keping lembaganya dan terbelah menjadi dua. Keadaan

semacam ini merupakan ciri dari seedling yang perkecambahannya bersifat

Page 28: Laporan Teknologi Benih Full

28

epigeal, artinya pada proses perkecambahan keping lembaganya terangkat ke

atas permukaan tanah (Mudiana 2007).

Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana

munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara

keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan

tanah. Sedangkan tipe hipogeal dimana munculnya radikel diikuti dengan

pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah

sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan

tanah. Bibit tipe hipogeal terdapat pada semua anggota famili Gramineae dan

pada beberapa monokotil yang lain, jarang ditemukan pada dikotil. Ketika

koleoptil muncul di permukaan tanah, cahaya matahari menyinarinya,

terjadilah reaksi biokimia di dalamnya sehingga berhenti tumbuh. Pada saat

itulah koleoptil ditembus oleh plumula yang sedang memanjang yang akan

diikuti kemudian oleh keluarnya daun pertama (Fiqa 2007).

Bibit yaitu tumbuhan kecil yang dipergunakan untuk produksi. Bibit

berasal dari bukan biji hasil persilangan. Ada tiga cara pembuatan bibit atau

pembiakan vegetatif, yaitu berasal dari batang (cangkok, okulasi, stek) dan

berasal dari bukan dari batang yaitu menggunakan bahan media tumbuh

bukan dari tanah tetapi dari media buatan atau kultur jaringan. Bibit

merupakan salah satu penentu keberhasilan budi daya tanaman. Budi daya

tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik.

Hal ini dapat dimengerti karena bibit merupakan obyek utama yang akan

dikembangkan dalam proses budi daya selanjutnya. Selain itu, bibit juga

merupakan pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman

tersebut setelah berproduksi (Gilang 2009).

Kriteria rata-rata biji berkecambah normal adalah apabila persentase

perkecambahan minimal 50%. Suhu minimum perkecambahan adalah suhu

terendah yang persentase perkecambahannya minimal 50%. Suhu optimum

perkecambahan adalah suhu yang menghasilkan persentase perkecambahan

minimal 50% dalam waktu yang tercepat. Sedangkan suhu maksimum

Page 29: Laporan Teknologi Benih Full

29

perkecambahan adalah suhu tertinggi yang menghasilkan persentase

perkecambahan minimal 50% (Sutarno dan Utami 2007).

Untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat

diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat

tersebut. Sebagai contoh, untuk memperoleh tanaman durian montong yang

memiliki sifat buah besar dan manis maka hanya dapat diperoleh dengan

menanam bibit durian montong. Pentingnya bibit dalam usaha pertanian

sudah tidak dira-gukan lagi. Tidak pelak lagi negara yang industri

pembibitannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang

bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Untuk memperoleh bibit yang baik

dalam memilih dan membeli bibit, pembeii perlu menguasai pengetahuan

tentang macam-macam bibit, ciri bibit yang baik, dan kiat-kiat tertentu dalam

memilih bibit. Dengan mengetahui macam-macam bibit maka dapat diketahui

dengan pasti perbedaan bibit biji, cangkok, okulasi, setek, atau bibit lain yang

dibeli. Pengetahuan ciri bibit yang baik memberikan kepastian tentang asal-

usul bibit, kesehat-an, dan sertifikasi bibit. Adapun pengetahuan tentang kiat-

kiat dalam memilih bibit memberi pengetahuan tentang cara membeli bibit

yang baik (Setiawan 2009).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Tipe Bibit ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

4-11 April 2014 pukul 09.30-11.00 bertempat di Laboratorium Ekologi

dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Cethok

2) Pot/ polibag

b. Bahan

1) Benih Bawang merah (Allium cepa L.)

2) Benih Kacang tanah (Arachis hypogea)

Page 30: Laporan Teknologi Benih Full

30

3) Benih Jagung (Zea mays)

4) Pupuk kandang

5) Tanah

3. Cara Kerja

a. Mengisi polibag dengan media tanam hingga bagian

b. Menanam masing-masing benih pada polibag dengan kedalaman 3 cm,

kemudian disiram. Menanam 5 benih dalam satu polibag.

c. Mengamati pertumbuhan bibit dan menggambar bibit yang tumbuh

beserta bagian-bagiannya pada hari ke-3, 5, dan 7.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Pengamatan Tipe Bibit Epigeal dan Hipogeal

KomoditasTinggi Hari Ke-

Panjang Akar Hari Ke-

Jumlah Daun Hari Ke-

3 5 7 3 5 7 3 5 7

Epigeal(Kacang Tanah)

- 3 3,6 6 -4,5

- 8 12

Epigeal(Bawang Merah)

- - - - - - - - -

Hipogeal(Jagung)

2,3 13,6 16,7 4 - 8 - 2 3

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 3.2 Gambar Tipe Bibit Epigeal dan Hipogeal

Bibit Hari ke3 5 7

EpigealKacang tanah

a

c g

d

c

c

a

Page 31: Laporan Teknologi Benih Full

31

EpigealBawang merah

HipogealJagung

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan gambar:

a. Akar

b. Tunas

c. Kotiledon

d. Embrio

e. Endosperm

f. Batang

g. Daun

2. Pembahasan

Macam perkecambahan yaitu perkecambahan di atas tanah (epigeal)

dan perkecambahan di bawah tanah (hipogeal). Pada perkecambahan

epigeal terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau

hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat

ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau. Sedangkan pada

perkecambahan hipogeal terjadi pembentangan ruas batang teratas

sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah tetapi kotiledon tetap di

dalam tanah, misalnya pada kacang kapri. Perkecambahan hanya terjadi

bila syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi, yaitu air yang cukup, suhu

yang sesuai, udara yang cukup dan cahaya matahari yang optimal. Jika

syart-syarat tersebut tidak dipenuhi maka biji akan tetap dalam keadaan

tidur (dorman). Lamanya biji dorman bertahan hidup dan mampu

c

c

d

c d

d

d

ee

ea

g

f

b

a

Page 32: Laporan Teknologi Benih Full

32

berkecambah sangat bervariasi dan beberapa puluh tahun atau lebih

bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan.

Pada praktikum tipe bibit ini digunakan benih kacang tanah (Arachis

hypogaea), bawang merah (Allium cepa L.) dan benih jagung (Zea mays).

Benih ditanam dan kemudian diamati tinggi tanaman, panjang akar dan

jumlah daun. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada hari ke 3, 5, dan 7.

Berdasarkan hasil pengamatan hari ke tiga, pertumbuhan dan

perkembangan biji terlihat pada benih kacang tanah dan jagung yang

masing masing dari benih memunculkan akar sepangjang 6 cm dan 4 cm.

Pada benih jagung sudah terlihat tunas setinggi 2,3 cm, sedangkan pada

kacang tanah belum muncul tunas. Pengamatan dilanjutkan pada hari ke 5,

benih kacang tanah mulai menunjukkan adanya tunas setinggi 3 cm,

sedangkan jagung bertambah tinggi menjadi 13,6 cm. Diantara ke tiga

benih, benih yang tidak mengalami perkecambahan adalah bawang merah,

mulai dari pengamatan hari ke 3 hingga 7 sama sekali tidak terdapat

adanya perkecambahan. Pertumbuhan dan perkembangan yang terlihat

optimal terletak pada benih bawang merah dan jagung, masing–masing

dari benih tersebut memiliki tinggi tunas 3,6 cm dan 16,7 cm. Panjang

akar pada hari ke 7 panjang akar keduanya adalah 4,5 cm dan 8 cm.

Bagian-bagian dari bibit jagung adalah periscarp yang berfungsi

sebagai pelindung biji, endosperm sebagai tempat cadangan makanan,

aleuron sebagai pelapis epidermis, radical sebagai calon akar, embrio

sebagai calon individu baru, scutellum sebagai alat penyerap makanan dan

koleoptil sebagai pelindung sekeliling daun lembaga yang baru tumbuh.

Bagian- bagian dari bibit kacang kedelai adalah seed coat sebagai

pelindung biji, radicle sebagai calon akar, plumule sebagai calon daun,

kotiledon sebagai tempat cadangan makanan, embrio sebagai calon

individu baru dan hilum berfungsi mengatur masuknya air ke dalam biji.

Pada bibit jagung, hipokotil tidak atau hanya sedikit memanjang,

sehingga kotiledon tidak terangkat ke atas. Sewaktu perkecambahan,

kotiledon, atau yang disebut scutellum tetap tinggal dalam tanah.

Page 33: Laporan Teknologi Benih Full

33

Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari endosperm dan

mengantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh. Sewaktu

perkecambahan ini yang pertama kali keluar adalah radicle. Segera

kemudian, pada radicle ini keluar akar-akar cabang, bersama-sama dengan

akar primer membentuk system akar primer. Sistem akar primer ini

biasanya hanya berfungsi untuk sementara dan kemudian mati. Fungsi

system akar primer ini akan digantikan oleh akar-akar adventif yang keluar

dari nodus batang yang pertama dan beberapa nodus batang di atasnya.

Sistem akar adventif atau akar serabut inilah yang menjamin kehidupan

tanaman jagung tersebut selanjutnya dalam hal penyerapan air dan bahan

makanan dari tanah dan sebagai alat penambat pada tanah.

Erlan (2005) mengemukakan bahwa kedalaman beberapa benih

seyogyanya disemai sangat tergantung kepada sifat tanah, kandungan air

tanah, keadaan musim dan tipe bibit. Bibit tipe epigeal biasanya

memerlukan penanaman yang lebih dangkal daripada bibit tipe hipogeal.

Air dan oksigen berada di dalam pori-pori tanah pada bagian atas tanah

hampir jenuh, oleh karena itu penanaman seyogyanya dangkal. Sedang

pada musim kering bibit lebih baik di tanam sedikit lebih dalam.

Manfaat mengetahui tipe bibit adalah untuk mengetahui dan

menentukan apakah bibit tersebut bertipe hipogeal atau epigeal. Aplikasi

di lapang, penanaman benih tipe epigeal tidak dilakukan terlalu dalam. Hal

ini perlu pertimbangan karena apabila benih ditanam terlalu dalam, maka

kotiledon tidak akan dapat terangkat ke atas parmukaan tanah dan pada

akhirnya benih tidak akan tumbuh atau bahkan dapat mati sebelum

kotiledon terangkat. Sedangkan pada tipe bibit hipogeal penanaman benih

dapat dilakukan lebih dalam karena tipe bibit ini kotiledon tetap tinggal di

dalam tanah sampai semua makanan cadangan dalam endosperm habis

terpakai.

Anonim (2006), mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi

perkecambahan benih., yaitu :

Page 34: Laporan Teknologi Benih Full

34

a. Kondisi benih yang meliputi : kemasakan biji/benih,

kerusakan mekanik dan fisik, serta kadar air biji.

b. Faktor luar benih, yang meliputi : suhu, cahaya, oksigen,

kelembaban nisbi serta komposisi udara di sekitar biji. Kehadiran

jamur patogen yang mengkontaminasi biji/benih pun dapat

menurunkan viabilitas biji serta menurunkan daya kecambah benih

tersebut.

Page 35: Laporan Teknologi Benih Full

35

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa:

a. Manfaat mengetahui tipe bibit adalah untuk mengetahui dan

menentukan apakah bibit tersebut bertipe hipogeal atau epigeal.

Aplikasi di lapang, penanaman benih tipe epigeal tidak dilakukan

terlalu dalam. Sedangkan pada tipe bibit hypogeal penanaman benih

dapat dilakukan lebih dalam

b. Perbedaan tipe bibit hipogeal dan epigeal adalah proses

perkecambahan yang dapat diamati ditandai dengan munculnya

epikotil ke atas permukaan tanah.

c. Faktor lingkungan tempat penyemaian dapat berpengaruh terhadap

proses perkecambahan.

d. Ada dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu:

kondisi benih dan faktor luar benih.

e. Pada pengamatan tinggi tanaman jagung hari ke-7 adalah 16,7 dengan

panjang akar 8 cm.

f. Pada pengamatan didapat data dengan tinggi tanaman kacang tanah

hari ke-7 adalah 3,6 cm dan panjang akar 4,5 cm.

g. Pertumbuhan bawang merah sangat lambat dilihat dari benih bawang

merah yang tidak berkecambah.

2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada acara praktikum tipe bibit

adalah seharusnya mahasiswa melakukan penanaman tidak hanya di

polibag tetapi langsung terjun ke lahan sehingga mahasiswa dapat

mengetahui aplikasinya di lapangan secara langsung, sebab bila dilapang

mahasiwa lebih mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan bibit.

Page 36: Laporan Teknologi Benih Full

36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2006. Perkecambahan Benih/Biji. http://public.ut.ac.id/html /suplemen/ lunt4344/kecambah.html. Diakses tanggal 14 April 2014.

Erlan 2005. Pengaruh Berbagai Media terhadap Pertumbuhan Bibit Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha) di Polibag The Influence of Various Media on The Growth of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha) Seedling in Polybag [serial online]. http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2004/72.pdf. Diakses pada tanggal 14 April 2014.

Fiqa A P 2007. Pengaruh Naungan dan Komposisi Media terhadap Pertumbuhan Bibit Beringin (Ficus benjamina L.). http://fisika.brawijaya.ac.id/bss-ub/proceeding/PDF%20FILES/BSS_70_1.pdf. Diakses pada tanggal 14 April 2014.

Gilang 2009. Pertumbuhan Bibit dan Uji Kedalaman Tanah.http://www.gilang-blog.co.cc/2009/11/pertumbuhan-bibit-dan-uji-kedalaman.html. Diakses pada 14 April 2014.

Mudiana 2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. J.Biodiversitas Vol. 8(1) : 39-42.

Mustahib 2011. Epigeal dan Hipogeal. http://biologi.blogsome.com. Diakses pada tanggal 11 April 2014.

Setiawan AI 2009. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutarno H dan N W Utami 2007. Suhu Kardinal Perkecambahan Biji Brucea javanica (L.) Merr. dan Respon Fisiologi Pengeringan Bijinya. J. Biodiversitas Vol. 8 (2) : 138-140.

Sutopo 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW Press Malang. Malang.

Page 37: Laporan Teknologi Benih Full

37

IV. DORMANSI BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini yang

hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana

tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi. Dormansi adalah suatu

keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisis lingkungan

mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Benih yang mengalami

dormansi ditandai oleh a) rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air, b)

proses respirasi tertekan/terhambat, c) rendahnya proses mobolisasi

cadangan makanan, d) rendahnya proses metabolisme cadangan makanan

Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu: (1)

Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan strukturan terhadap

perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga

menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air atau gas-gas ke

dalam biji. (2) Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat

pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang

tumbuh.

Tipe dormansi pada biji yang akan dikecambahkan perlu diketahui

agar perlakuan yang cocok dapat diberikan pada biji yang disebarkan.

Maka biji akan segera berkecambhan dan kegagalan atau terhambatnya

perkecambahan dapat dihindari. Kulit yang keras dan zat penghambat

yang terdapat pada daging buah dapat mempengaruhi perkecambahan biji.

Manfaat mengetahui proses dormansi yang terjadi pada suatu biji, kita

dapat melakukan tindakan untuk mengatasi dormansi biji tersebut. Selain

itu juga, kita dapat mengetahui lamanya waktu dormansi sehingga dapat

menentukan waktu penanaman yang tepat agar dihasilkan tanaman normal.

37

Page 38: Laporan Teknologi Benih Full

38

2. Tujuan Praktikum

Tujuan Praktikum Teknologi Benih Acara Dormansi Biji yaitu

untuk mengetahui periode dormansi benih dan cara mengatasi dormansi

benih.

B. Tinjauan Pustaka

Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap

telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan

terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung

dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis

tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan

oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi

dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih

tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa

istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan

berbagai cara, seperti cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan

menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada seperti amplas,

jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi

dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan

HNO3 pekat. Cara-cara tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara

untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih (Sutopo 2008).

Dormansi dikelompokkan menjadi 2 (dua) tipe yaitu :

1. Dormansi Fisik,

Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap

perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga

menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam

biji.

2. Dormansi Fisiologis,

Dormansi Fisiologis disebabkan oleh sejumlah mekanisme,

umumnya dapat juga disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau

perangsang tumbuh, dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor dalam

Page 39: Laporan Teknologi Benih Full

39

seperti immaturity atau ketidakmasakan embrio dan sebab-sebab fisiologis

lainnya (Sutopo 2008).

Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas

kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara

sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum

terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat

penghambat dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio. Di alam, dormansi

karena kulit biji yang keras dapat dipatahkan melalui perusakan kulit biji oleh

mikroorganisme yang terdapat di tanah (Villers 2012).

Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan

sebagai berikut:

1. Perlakuan fisik

a. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan

cara menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat

dilalui air dan udara.

b. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi

lubang-lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang

mendorong perkecambahan.

c. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi

(stratifikasi yaitu memberikan temperature rendah pada keadaan

lembab, kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman.

Perlakuan dengan temperature rendah dan tinggi). Temperature tinggi

jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali pada

kelapa swit.

d. Perendaman biji dengan air panas sehingga memudahkan air untuk

masuk ke dalam biji.

2. Perlakuan kimia

Pemberian bahan kimia (H2SO4 pekat dan KNO3) bertujuan

menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu

proses imbibisi.

(Kartasapoetra 2003).

Page 40: Laporan Teknologi Benih Full

40

Padi (Oryza sativa) termasuk suku rumput-rumputan dan berakar

serabut. Padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga

membentuk rumpun. Setiap batang padi pada umumnya dapat beranak lebih

dari satu baying. Tetapi tidak semua dari anak padi ini menghasilkan buah padi

yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit. Tanaman padi

bekembang biak dengan biji, artinya dapat ditanam dengan bijinya. Tetapi

penanaman dengan biji sulit dilakukan. Oleh karena itu untuk memudahkan

penanaman bibit padi harus disemai terlebih dahulu. Biji padi yang baik dan

dapat dijadikan bibit menurut Yandianto (2003) paling tidak harus memenuhi

syarat-syarat yaitu: Buah dari tanaman utama (induk), (biji benar-benar tua dan

masak), Biji kering dan kadar air minimal, Biji berisi padat dan tidak hampa,

kulit biji baik dan tidak rusak, Biji sehat dalam arti tidak rusak oleh hama.

Untuk memperoleh bibit padi yang memenuhi syarat dilakukan seleksi berkali-

kali. Langkah-langkah seleksi meliputi: memiliki malai dari batang utama,

seleksi lanjutan, dan seleksi akhir.

Bahan tanaman berupa bibit bawang merah yang digunakan berasal

dari bibit penangkar benih yang sudah disimpan sekitar 3 bulan sehingga sudah

cukup siap tanam (kawak). Benih yang dalam penyimpanan kurang atau lebih

dari batas waktu tersebut mengakibatkan daya tumbuhnya kurang baik.

Sebelum tanam bagian ujung benih dipotong terlebih dulu untuk mempercepat

tumbuhnya tunas, sedangkan benih yang sebelum tanam sudah bertunas tidak

ditanam karena akan mempengaruhi pertumbuhan (Hairil 2003).

B. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Teknologi Benih acara Dormansi Biji ini dilaksanakan

pada hari Jumat tanggal 2 Mei 2014 pukul 09.30-11.00 WIB bertempat di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Pot/polibag

Page 41: Laporan Teknologi Benih Full

41

2) Nampan

b. Bahan

1) Beberapa varietas padi (Oryza sativa) dan beberapa varietas

bawang merah (Allium ascalonicum)

2) HNO3

3) KNO3

4) GA3

5) Tanah

6) Pupuk kandang

3. Cara Kerja

a. Memilih benih yang akan diamati, masing-masing 30 benih.

b. Setiap minggu dilakukan pengamatan dormansi biji dengan melakukan

perendaman benih pada larutan HNO3 dan KNO3 pada beberapa

konsentrasi selama 16 jam.

c. Menanam benih tersebut sebanyak 5 benih setiap minggu.

d. Merendam bawang merah pada GA3 selama 1 jam.

e. Menanam bawang merah pada media yang telah tersedia.

f. Menjaga dan merawat benih tersebut.

g. Menghitung kecepatan kecambah dan daya kecambah benih.

Page 42: Laporan Teknologi Benih Full

42

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada KNO3 1%

Kelompok∑ Benih yang

dikecambahkan

∑ Benih yang Berkecambah

KK (%)

DK (%)

4 71 5 5 5 100 1005 5 5 5 100 1009 5 5 5 100 10010 5 5 5 100 10014 5 5 5 100 10015 5 5 5 100 10019 5 4 4 80 8020 5 1 1 20 2024 5 0 0 0 0

Rata-rata 88,89 88,89Sumber : Data Rekapan

Tabel 4.2 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada KNO3 2%

Kelompok∑ Benih yang

dikecambahkan

∑ Benih yang Berkecambah

KK (%)

DK (%)

4 72 5 5 5 100 1006 5 5 5 100 10011 5 4 4 80 8016 5 5 5 100 10021 5 4 4 80 8025 5 5 5 100 10028 5 4 4 80 80

Rata-rata 91,43 91,43Sumber : Data Rekapan

Page 43: Laporan Teknologi Benih Full

43

Tabel 4.3 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada KNO3 3%

Kelompok∑ Benih yang

dikecambahkan

∑ Benih yang Berkecambah

KK (%)

DK (%)

4 73 5 5 5 100 1007 5 5 5 100 10012 5 5 5 100 10017 5 5 5 100 10022 5 4 4 80 8026 5 4 4 80 80

Rata-rata 93,33 93,33Sumber : Data Rekapan

Tabel 4.4 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada KNO3 4%

Kelompok∑ Benih yang

dikecambahkan

∑ Benih yang Berkecambah

KK (%)

DK (%)

4 74 5 5 5 100 1008 5 5 5 100 10013 5 5 5 100 10018 5 4 4 80 8023 5 4 4 80 8027 5 5 5 100 100

Rata-rata 93,33 93,33Sumber : Data Rekapan

Page 44: Laporan Teknologi Benih Full

44

Tabel 4.5 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada HNO3 0,01 N

Kelompok∑ Benih yang

dikecambahkan

∑ Benih yang Berkecambah

KK (%)

DK (%)

4 71 5 0 0 0 02 5 0 0 0 03 5 0 0 0 04 5 1 2 20 405 5 0 0 0 06 5 0 0 0 07 5 0 0 0 08 5 0 0 0 09 5 0 0 0 010 5 0 0 0 011 5 0 0 0 012 5 0 0 0 013 5 0 0 0 014 5 0 0 0 015 5 0 0 0 016 5 0 0 0 017 5 0 0 0 018 5 0 0 0 019 5 0 0 0 020 5 0 0 0 021 5 0 0 0 022 5 0 0 0 023 5 0 0 0 024 5 0 0 0 025 5 0 0 0 026 5 0 0 0 027 5 0 0 0 028 5 0 0 0 0

Rata-rata 0,71 1,43Sumber : Data Rekapan

Tabel 4.6 Pematahan Dormansi Bawang Merah (Allium ascalonicum)

Perlakuan∑ Benih yang

dikecambahkan

∑ Benih yang Berkecambah

KK (%)

DK (%)

4 7Lokal + GA 3 2 0 2 0 100Bima + GA 3 2 2 2 100 100

Sumber : Data Rekapan

Page 45: Laporan Teknologi Benih Full

45

Gambar 4.1 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada KNO3 1%

Gambar 4.2 Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa) Perendaman pada HNO3 0,01 N

Gambar 4.3 Pematahan Dormansi Bawang Merah (Allium ascalonicum) Lokal + GA 3

Gambar 4.4 Pematahan Dormansi Bawang Merah (Allium ascalonicum) Bima + GA 3

2. Pembahasan

Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak

mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi

syarat untuk berkecambah.  Penyebab dormansi antara lain adalah:

impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada

famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio

oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat

perkecambahan (Setyorini 2009).

Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya

impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang

belum tumbuh secara sempurna. Hambatan mekanis kulit benih terhadap

pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau

karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat zat pengatur

tumbuh di dalam embrio. Sehingga benih sulit untuk melakukan

pertumbuhan kerena terdapatnya faktor-faktor penghambat tersebut.

Ketika sebuah benih yang mempunyai lapisan kulit yang tebal maka tunas

Page 46: Laporan Teknologi Benih Full

46

dari dalam benih sulit untuk menembus permukaan kulit benih, selain itu

embrio yang belum tumbuh sempurna dan ketidakseimbangan zat

penghambat dengan zat pengatur tumbuh maka akan membuat masa

dormansi suatu benih semakin lama. (Saleh 2007).

Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain:

a. Perlakuan Mekanis dipergunakan

untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh

impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas dimana apabila kulit biji

yang tebal maka akan mempersulit masuknya air atau gas ke dalam biji.

b. Perlakuan Kimia dipergunakan untuk

memecahkan dormansi benih, tujuannya adalah untuk menjadikan agar

kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu imbibisi misalnya

dengan perendaman pada KNO3.

c. Perlakuan Perendaman Dengan Air

bertujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh benih.

d. Perlakuan Pemberian Temperatur

Tertentu yaitu dengan memberi temperatur rendah pada keadaan

lembab (Stratifikasi)

(Sutopo 2008).

Pada praktikum ini digunakan benih Padi (Oryza sativa) sebagai

bahan pengujian. Pada biji padi dilakukan perlakuan perendaman dengan

KNO3 dan perendaman HNO3 0,1N. Perendaman dengan KNO3 yang

dilakukan yaitu dengan konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4%. Perbedaan

perlakuan ini diharapkan memberikan pengaruh berbeda terhadap aktifnya

enzim pertumbuhan yang terdapat pada benih yaitu dengan aktifnya enzim

pertumbuhan maka benih padi dapat tumbuh dan berkembang dengan

cepat. Oleh karena itu akan dapat diketahui cara pematahan dormansi yang

paling baik.

Di lapangan Petani masih jarang yang melakukan perendaman

benih dengan menggunakan KNO3 sebagai alternatif untuk mematahkan

dormansi pada benih padi. Biasanya petani hanya merendam benih padi

Page 47: Laporan Teknologi Benih Full

47

pada air biasa setelah padi dijemur atau dengan menggunakan air hangat

dalam merendam guna mematahkan dormansi pada benih. Pematahan

dormansi perlu dilakukan agar benih dapat berkecambah, terutama karena

keadaan lingkungan dan faktor-faktor yang mendukung perkecambahan

telah terpenuhi seperti kulit benih yang tidak terlalu terlalu tebal, embrio

yang telah tumbuh sempurna dan zat pengatur tumbuh yang telah berperan

secara aktif. Apabila tidak dipatahkan, hal ini akan merugikan bagi para

petani karena para petani harus menunggu sampai masa dormansinya

berakhir sehingga membutuhkan waktu yang lama (Chapman et al 2006).

Benih-benih tertentu, misalnya padi yang baru dipanen dapat

mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih

telah mengalami penyimpanan kering, yang disebut dengan after ripening.

Perlakuan benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan

dormansi ini (Mugnisjah et al 2008).

Berdasarkan hasil data rekapan tersebut diatas, dapat kita ketahui

bahwa pematahan dormansi benih padi (Oryza sativa) perendaman pada

KNO3 dengan berbagai konsentrasi memiliki rata-rata 100%, baik untuk

kecepatan kecambah (KK) maupun daya kecambah (DK). Pada beberapa

kelompok mempunyai KK dan DK di bawah 50%, misalnya pada

perendaman dengan KNO3 1% milik kelompok 20 dan 24 masing-masing

hanya 20 dan 0. Konsentrasi KNO3 2%, 3%, 4% menghasilkan DK dan KK

lebih besar dibandingkan konsentrasi KNO3 1%, hal ini dapat dikatakan

bahwa semakin besar konsentrasi larutan KNO3 makan DK dan KK juga

semakin besar. Faktor perkecambahan benih yang berpengaruh adalah

suhu ruang simpan. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan

viabilitas benih selama penyimpanan, suhu rendah lebih baik dari pada

suhu yang tinggi untuk penyimpanan benih. Semakin rendah suhu

penyimpanan penurunan viabilitas benih dapat semakin dikurangi,

sedangkan semakin tinggi suhu semakin meningkat laju penurunan

viabilitas benih.

Page 48: Laporan Teknologi Benih Full

48

Pematahan dormansi benih padi (Oryza sativa) pada perendaman

HNO3 0,01 N tidak memiliki efek pada pematahan dormansi benih padi.

Hal ini dapat kita ketahui dari rata-rata prosentase KK dan DKnya adalah

0% dengan 28 pengulangan (kelompok). Hanya ada satu pengulangan

yang dapat berkecambah yaitu dengan prosentase KK dan DK masing-

masing 20% dan 40%. Hal ini berarti bahwa HNO3 tidak efektif dalam

pematahan dormansi untuk benih padi. Sedangkan KNO3 lebih efektif

dalam pematahan dormansi untuk benih padi. Semakin tinggi konsentrasi

KNO3 yang diberikan, maka prosentase benih berkecambah semakin

tinggi.

Pematahan dormansi bawang merah (Allium ascalonicum) dengan

perendaman pada GA3 varietas Lokal maupun Bima sangat efektif. Hal ini

dapat kita ketahui dari masing-masing 2 benih yang dikecambahkan,

presentase DKnya adalah 100%. Hal ini berarti bahwa untuk pematahan

dormansi pada bawang merah dapat digunakan perendaman dengan

hormon pertumbuhan. Manfaat mengetahui dormansi biji ini antara lain

adalah kita dapat mengetahui proses dormansi yang terjadi pada suatu biji,

sehingga kita dapat melakukan tindakan untuk mengatasi dormansi biji

tersebut. Selain itu juga, kita dapat mengetahui lamanya waktu dormansi

sehingga dapat menentukan waktu penanaman yang tepat agar dihasilkan

tanaman normal.

D. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hal sebagai

berikut:

a. Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau

berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi

syarat untuk berkecambah.

b. Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan perlakuan mekanis,

perlakuan kimia, perlakuan perendaman dengan air, dan perlakuan

pemberian temperatur tertentu.

Page 49: Laporan Teknologi Benih Full

49

c. Pematahan dormansi dilakukan agar benih dapat berkecambah,

terutama karena keadaan lingkungan dan faktor-faktor yang

mendukung perkecambahan telah terpenuhi.

d. Larutan KNO3 1%, 2%, 3% dan 4% efektif untuk mematahkan

dormansi biji padi dibandingkan dengan larutan HNO3.

e. Fungsi pematahan dormansi pada sebuah biji yaitu agar biji dapat

berkecambah tanpa harus menunggu dengan lama.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada acara Dormansi Benih adalah agar

praktikan melakukan semua acara mulai dari perendaman benih sampai

dengan pengamatan dan tidak ada acara yang dilakukan oleh Co.Ass

sehingga praktikan mampu dan mengerti mengenai cara pematahan

dormansi yang benar.

Page 50: Laporan Teknologi Benih Full

50

DAFTAR PUSTAKA

Chapman S R and P C Lark 2006. Crop Production Principle And Practices. WH Freemon. Co. SF.

Hairil Anwar, Endang Iriani, Dede Juanda JS, Yulianto, Anggoro Hadi P. Sunardi, Nurhalim 2003. Pemurnian Benih Bawang merah Varietas Bima dan Varietas Kuning. Laporan Hasil kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.

Kartasapoetra A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta

Mugnisjah WQ A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 2008. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Rajagrafindo Persada. Jakarta.264 hal.

Saleh M S 2007. Pematahan dormansi benih Aren secara fisik pada berbagai lama ektraksi buah. Agrosains (2): 89-95.

Salisbury dkk 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. ITB. Bandung.

Setyorini L E 2009. Perkecambahan Benih/Biji. http://public..ut.ac.id/html /suplemen/luht4344/kecambah.html. Diakses tanggal 12 Mei 2014.

Sutopo L 2008. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakulatas Pertanian UNBRAW. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Villers T A 2012. Seed Dormancy. Dalam Seed Biology Vol. (2): 220 – 282 p. Ed. By T. T. Kozlowski. Academic Press. New York and London.

Yandianto 2003. Bercocok Tanam Padi. Penerbit M2S. Bandung.

Page 51: Laporan Teknologi Benih Full

51

V. DETERIORASI BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih merupakan tahap yang menentukan dalam seluruh siklus

pertanian. Peraturan dan pengaturan dari gerak dan labeling benih, dan

pendirian agen-agen sertifikasi dan perbaikan benih untuk mempengaruhi

distribusi benih bermutu baik akan berhubungan dengan pertanian yang

berkembang tinggi. Benih bermutu merupakan benih yang telah

dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi, baik dari aspek genetik,

fisik maupun fisiologi. Benih yang bermutu tinggi sangat diperlukan

berbagai syarat baik dari segi mutu genetik berupa benih murni dari

spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik

induknya serta mutu fisiologik yang menampilkan kemampuan daya hidup

atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh

benih serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit benih.

Deteriorasi atau kemunduran benih merupakan jatuhnya mutu benih

yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan

berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Laju deteriorasi merupakan

besarnya penyimpangan terhadap keadaan optimum untuk mencapai

pertumbuhan maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi deteriorasi

benih antara lain faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan keadaan

fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperatur, kadar air benih, suhu,

genetik, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),

dan tingkat kemasakan benih. Deteriorasi benih menyebabkan

menurunnya vigor dan viabilitas benih, merupakan awal kegagalan dalam

kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak mempengaruhi

produktivitas benih.

Manfaat pelaksanaan praktikum ini bagi praktikan yaitu mengetahui

kapan terjadinya deteriorasi benih dan mengetahui cara untuk menghambat

terjadinya deteriorasi benih. Pengetahuan ini diharapkan dapat di

51

Page 52: Laporan Teknologi Benih Full

52

aplikasikan di lapang, petani akan dapat melakukan penyimpanan benih

pada kondisi yang paling baik agar benih tidak mengalami penurunan

kualitas.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Acara V Deteriorasi Benih adalah:

a. Mengetahui deteriorasi dengan mengamati pertumbuhan

perkecambahan biji.

b. Mengetahui kondisi penyimpanan benih yang sesuai untuk

menghambat deteriorasi benih.

B. Tinjauan Pustaka

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara

berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat

perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih

beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu

dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan

secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas

benih. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan

penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,

penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence),

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya

kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan

produksi tanaman (Copeland 2005).

Laju deteriorasi bervariasi diantara jenis benih, lot benih, bahkan

individu benih. Deteriorasi merupakan suatu keadaan yang mesti terjadi sejak

benih lepas dari induknya. Deteriorasi tidak dapat dicegah, namun dapat

diperlambat dan tingkat deteriorasi sejalan dengan bertambahnya periode

simpan (Agustian 2010).

Benih yang mundur, kecepatan respirasinya meningkat yang

menyebabkan pengurangan cadangan makanan, akumulasi metabolit hasil

perombakan cadangan makanan, dan dapat menyebabkan kelaparan pada

jaringan meristem. Selama penyimpanan, benih akan mengalami penuaan dan

Page 53: Laporan Teknologi Benih Full

53

kemunduran (deteriorasi). Kemunduran benih disebabkan karena proses

biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara

lain penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, dan

meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi fisiologi kemunduran benih antara

lain penurunan daya berkecambah dan vigor (Tatipata 2005).

Laju deteriorasi adalah besarnya penyimpangan terhadap keadaan

optimum untuk mencapai maksimum. Benih yang mengalami proses

deteriorasi akan menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih jika

dibandingkan pada saat benih tersebut mencapai masa fisiologinya. Turunnya

kualitas benih dapat mengakibatkan viabilitas dan vigor benih menjadi rendah

yang pada akhirnya akan mengakibatkan tanaman menjadi buruk. Hal ini

dapat dilihat pada tanaman di lahan yang memiliki viabilitas yang tinggi dan

hasil panen yang menjadi jelek (Anonim 2010).

Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan viabilitas

benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga harus

dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas tanaman. Vigor benih adalah

kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum

di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan

ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Viabilitas benih merupakan

daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya,

gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan

viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang

menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang

berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum

(Hartati 2005).

Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi RH ruang tempat

penyimpanan benih. Hal ini dikarenakan sifat benih yang hygroskopis dan

selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan, pada hal

kadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih. Pengaruh yang

paling besar terhadap mundurnya kualitas biji selama disimpan adalah kadar

air biji, temperatur dan kelembaban nisbi udara (Sadjad 2006).

Page 54: Laporan Teknologi Benih Full

54

Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat

mempengaruhi viabilitas benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih

dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari

dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya

bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar

benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih. Benih

akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari tingginya

kelembaban dan suhu (Harrington 2005).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Acara V Deteriorasi Benih dilaksanakan pada hari Jum’at,

28 Maret, 4 April, 11 April dan 25 April 2014 pukul 09.30-11.00 WIB

bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman

(EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Baskom

2) Serbet

3) Nampan

4) Lemari Pendingin

5) Polibag

b. Bahan

1) Jagung (Zea mays)

2) Kacang Merah (Vigna angularis)

3) Kacang Tanah (Arachis hypogea)

4) Kedelai (Glycine max)

5) Media Tanam

3. Cara Kerja

a. Penyimpanan Benih

1) Menyiapkan benih jagung, kacang merah, kacang tanah, dan

kedelai masing-masing 20 biji.

Page 55: Laporan Teknologi Benih Full

55

2) Menyimpan masing-masing benih pada empat kondisi yang

berbeda, yaitu suhu ruangan (kontrol), suhu rendah (lemari

pendingi, suhu tinggi (rumah kaca) dan kelembaban tinggi

(nampan berkassa).

3) Mengecambahkan benih yang disimpan pada hari ke-15 dan hari

ke-30 pada petridish.

b. Perkecambahan Benih

1) Mengambil masing-masing 5 benih yang telah disimpan kemudian

mengecambahkan pada petridish, pengecambahan dilakukan

selama dua kali yaitu pada hari ke-15 dan hari ke-30.

2) Mengamati pertumbuhan benih setiap hari dan menjaga

kelembabannya.

3) Mengamati pertumbuhan: kecambah normal, abnormal, dan yang

mati. Perhitungan dilakukan sejak hari pertama hingga terakhir.

4) Menghitung Daya Kecambah (DK) dan Kecepatan Kecambah

(KK) benih.

5) Menggambar kecambah normal, abnormal dan mati beserta

bagian-bagiannya.

Page 56: Laporan Teknologi Benih Full

56

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 5.1 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Jagung (Zea mays) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara

Page 57: Laporan Teknologi Benih Full

57

Tabel 5.2 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kedelai (Glycine max) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara

Page 58: Laporan Teknologi Benih Full

58

Tabel 5.3 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kacang tanah (Arachis hypogaea) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara

Page 59: Laporan Teknologi Benih Full

59

Tabel 5.4 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Kacang merah (Vigna angularis) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan

Sumber: Laporan sementara

Page 60: Laporan Teknologi Benih Full

60

2. Pembahasan

Deteriorasi benih adalah proses penurunan mutu secara

berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible)

akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Deteriorasi

benih menurut Copeland (2005) beragam, baik antar jenis, antar varietas,

antar lot, bahkan antarindividu dalam suatu lot benih. Faktor-faktor yang

mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor

internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya

tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal

antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang

simpan.

Beberapa faktor yang penting selama penyimpanan benih antara lain

suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap

baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban

udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Diperlukan ruang

khusus untuk penyimpanan benih. Selama penyimpanan, benih akan

mengalami penuaan dan kemunduran (deteriorasi). Kelembaban

lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi viabilitas

benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara

yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan

mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya bila

kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar

benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih.

Suhu penyimpanan dan kadar air merupakan faktor penting yang

mempengaruhi masa hidup benih pada kisaran suhu tertentu, umur

penyimpanan benih menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada

benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek. Temperatur yang

terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan

mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar

terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, sehingga benih akan

kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah.

Page 61: Laporan Teknologi Benih Full

61

Protoplasma dari embrio dapat mati akibat keringnya sebagian atau

seluruh benih.

Terjadinya kebocoran sel, mengakibatkan benih telah mengalami

deteriorasi dan mengakibatkan imbibisi akan terjadi kebocoran membran

sel sehingga ada unsur-unsur yang keluar dari benih. Kebocoran ini

menyebabkan benih menjadi kekurangan bahan yang dapat dirombak

untuk menghasilkan tenaga yang dibutuhkan untuk proses sintesa protein

guna pembentukan dan pertumbuhan sel-selnya. Akibatnya, akan banyak

ditemukan kecambah abnormal atau bahkan benih yang tidak mampu

berkecambah sama sekali maka persentase kecambah abnormal akan

meningkat yang kemudian menyebabkan persentase viabilitas benih

menjadi rendah karena yang akan dihitung hanyalah kecambah normal

dikarenakan terjadinya penyimpangan morfologis. Rentang persyaratan

berkecambah menjadi lebih sempurna.

Penyimpanan dalam rangka perbenihan mempunyai arti luas, karena

penyimpanan disini adalah sejak benih itu mencapai kematangan

fisiologisnya sampai ditanam, dapat pada tanaman, digudang, atau dalam

rangka pengiriman benih ke daerah yang memerlukan. Selama dalam

penyimpanan ini, karena pengaruh beberapa faktor, keadaan atau mutu

benih akan mengalami kemunduran. Beberapa perlakuan terhadap benih,

yang secara positif dilakukan sejak awal sampai akhir pengolahan, sejak

benih dipetik atau diambil berdasarkan perkiraan kematangan

fisiologisnya sampai pada saat ditanamnya kelak, perlakuan tersebut untuk

mengurangi kecepatan terjadi kemunduran benih.

Kelembaban lingkungan selama penyimpanan sangat mempengaruhi

viabilitas benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan

kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari

dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih.

Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban

udara disekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air

oleh benih. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung

Page 62: Laporan Teknologi Benih Full

62

dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu.

Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan

segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti

cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin karena musim

berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan

untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba

(Purwanti 2005).

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.1 daya dan kecepatan

kecambah pada benih jagung (Zea mays) kontrol jumlah biji yang

dikecambahkan 5. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 14 hari

untuk perlakuan suhu ruang 60%, kelembaban tinggi 60%, suhu tinggi

80%, dan suhu rendah 60% sedangkan daya kecambah (DK) untuk

perlakuan suhu ruang 100%, kelembaban tinggi 60%, suhu tinggi 100%,

dan suhu rendah 80%. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28

hari untuk perlakuan suhu ruang 100%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi

20%, dan suhu rendah 100% sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu

ruang 100%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi 40%, dan suhu rendah

100%. Tabel 5.4 daya dan kecepatan kecambah pada benih kacang merah

(Vigna angularis) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan

kecambah (KK) rata rata pada penyimpanan kontrol, hari ke-14 dan hari

ke-28 KK 0%. DK kacang merah tertinggi terletak pada hari ke 14 di

semua perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan benih kacang

merah dan tempat perkecambahannya harus bersih sebab sering ditemukan

dalam mengecambahkan benih kacang merah berjamur.

Tabel 5.3 daya dan kecepatan kecambah pada benih kacang tanah

(Arachis hypogaea) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan

kecambah (KK) pada penyimpanan 14 hari untuk perlakuan suhu ruang

0%, kelembaban tinggi 80%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah 0%

sedangkan daya kecambah (DK) untuk perlakuan suhu ruang 40%,

kelembaban tinggi 80%, suhu tinggi 100%, dan suhu rendah 60%.

Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28 hari untuk perlakuan

Page 63: Laporan Teknologi Benih Full

63

suhu ruang 0%, kelembaban tinggi 20%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah

0% sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu ruang 40%, kelembaban

tinggi 40%, suhu tinggi 20%, dan suhu rendah 0%.

Tabel 5.2 daya dan kecepatan kecambah pada benih kedelai (Glycine

max) kontrol jumlah biji yang dikecambahkan 5. Kecepatan kecambah

(KK) pada penyimpanan 14 hari untuk semua perlakuan adalah 0%,

sedangkan daya kecambah (DK) untuk semua perlakuan adalah berturut-

turut suhu ruang 60%, kelembaban tinggi 20%, suhu tinggi 40%, dan suhu

rendah 80%. Kecepatan kecambah (KK) pada penyimpanan 28 hari untuk

semua perlakuan adalah 0%, sedangkan daya kecambah (DK) untuk suhu

ruang 0%, kelembaban tinggi 0%, suhu tinggi 0%, dan suhu rendah 80%.

Hasil dari tiap perlakuan berbeda-beda hal ini dikarenakan adanya

perbedaan faktor lingkungan terkait kelembaban udara dan suhu udara

serta tiap biji memiliki faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkecambahan yang berbeda-beda. Perlakuan terbaik untuk masing-

masing biji terdapat pada perlakuan kelembaban tinggi karena kelembaban

tinggi akan menyebabkan benih berkecambah lebih cepat dari perlakuan

lainnya sehingga faktor lingkungan harus dikontrol sedemikian rupa agar

benih tidak mengalami degradasi kualitas benih.

Benih yang dipanen lewat masak fisiologis biasanya sudah

mengalami penurunan mutu. Permasalahan terjadinya deteriorasi benih

baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun faktor kesalahan

dapat diatasi dalam penanganan benih, salah satunya dapat dilakukan

dengan melakukan teknik invigorasi (perlakuan fisik atau kimia untuk

meningkatkan atau memperbaiki vigor benih). Perlakuan ini sudah banyak

dilakukan pada beberapa tanaman seperti tanaman padi dan kedelai

(Rudrapal 2005).

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Page 64: Laporan Teknologi Benih Full

64

a. Deteriorasi benih atau kemunduran benih adalah proses penurunan

mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik

(irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor

dalam.

b. Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu suhu

dan kelembaban udara.

c. Hasil dari tiap perlakuan berbeda-beda hal ini dikarenakan adanya

perbedaan faktor lingkungan terkait suhu dan kelembaban udara.

Perlakuan terbaik untuk masing-masing biji terdapat pada perlakuan

kelembaban tinggi.

d. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari

tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu.

e. Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau

disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen,

jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu digunakan

karena musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih

perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam

tiba.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum deteriorasi benih adalah

untuk mengatasi permasalahan terjadinya deteriorasi benih baik yang

diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun faktor kesalahan dalam

penanganan benih, dapat dilakukan dengan melakukan teknik “invigorasi”.

Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik atau kimia untuk meningkatkan

atau memperbaiki vigor benih yang telah mengalami kemunduran mutu.

Page 65: Laporan Teknologi Benih Full

65

DAFTAR PUSTAKA

Agustian 2010. Deteriorasi. http://blog.beswandjarum.com. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.

Anonim 2010. Pokok Bahasan III Deteriorasi dan Perkecambahan Biji. www.elisa.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 01 Mei 2014.

Copeland L O 2005. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. New York.

Harrington J F 2005. Seed Storage and Longevity, Seed Biology. Academic Press. New York

Hartati S 2005. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.). J. littri. 4 (6): 93-95.

Purwanti 2005. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. J. Ilmu Pertanian. 11 (1): 22-31.

Rudrapal 2005. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Erlangga. Jakarta.

Sadjad 2006. Kuantifikasi metabolisme benih. PT Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Tatipata 2005. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam Penyimpanan. J. Ilmu Pertanian. 11 (2): 76-87.

Page 66: Laporan Teknologi Benih Full

66

VI. POLIEMBRIONI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Embrio setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah

secara mitosis dan menjadi beberapa sampai banyak embrio. Sifat

poliembrioni ini banyak dimiliki oleh benih-benih rekalsitran, yaitu benih

yang tidak dapat disimpan lama dan mempunyai kadar air tinggi, sehingga

tidak mudah dikeringkan. Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit

tanaman yang akan ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel

gamet. Bila biji yang bersifat poliembrioni tersebtu ditanam maka akan

tumbuh lebih dari satu tanaman. Adanya biji poliembrioni maka dapat

diperoleh bibit yang lebih banyak sehingga produksi pun semakin

meningkat.

Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji

poliembrioni ini adalah hanya satu yang berbeda dari induknya, tanaman

inilah yang sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina

sehingga tanaman ini memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan

tanaman lain yang terbentuk merupakan tanaman yang tumbuh dari

pembiakkan vegetatif tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki

sifat yang sama dengan induknya. Sifat poliembrioni ini banyak terdapat

pada jeruk, duku dan nangka. Manfaat dilakukannya praktikum

poliembrioni ini adalah kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang

bersifat poliembrioni dan bagaimana karakteristiknya. Manfaat analisis

poliembrioni dalam bidang pertanian mempermudah petani

memperbanyak bibit, sehingga jumlah yang ditanam dilahan lebih banyak

dan hasil produksi juga meningkat.

2. Tujuan

Praktikum acara Poliembrioni ini bertujuan untuk mengetahui sifat

poliembrioni pada benih.

66

Page 67: Laporan Teknologi Benih Full

67

B. Tinjauan Pustaka

Fase awal perkembangan embrio ditandai dengan adanya periode inti

bebas, kecuali pada Gnetum, Welwitschia dan Sequoia. Setelah periode inti

bebas, terjadi selularisasi pada embrio. Embrio bersifat endoskopik.

Poliembrioni merupakan keadaan yang umum terjadi pada Gymnospermae

dan pada Conifera terjadi poliembrioni belahan (Hanan 2008).

Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih dari

satu embrio. Poliembrioni terjadi pada bakal biji yang telah mengalmai

pembuahan kemudian timbul beberapa embrio. Salah satu embrio berasal dari

perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang lainnya terbentuk di

luar kandung embrio, misalnya pada nuselus atau intergumen. Semai yang

berasal dari nuselus bila jumlahnya lebih banyak daripada semai generatif,

maka pertumbuhannya akan menajadi lebih cepat. Penyemaian secara

generatif akan lebih lambat pertumbuhannya (menjadi kerdil) karena

makanan cadangan (endosperm) banyak diisap oleh semai dari nuselus.

Semai dari nuselus bersifat sama dengan tanaman induknya karena bukan dari

hasil perkawinan. Semai nuselus ini bila untuk batang bawah okulasi biasanya

sangat mendorong pertumbuhan batang atas. Biasanya tanaman poliembrioni

juga akan menghasilkan biji poliembrioni. Akan tetapi, kadang-kadang

karena alasan-alasan tertentu bii poliembrioni hanya menghasilkan satu semai

saja, sedangkan yang lainnya tidak mampu tumbuh. Semai yang tumbuh ini

biasanya berasal dari nuselus (Pracaya 1995).

Poliembrioni dimanfaatkan untuk mencari bibit tanaman yang akan

ditanam yang merupakan perpaduan dari peleburan sel gamet. Poliembrioni

sangat bermanfaat bagi petani yang memperbanyak embrio pada jeruk.

Langkahnya mudah dan praktis. Tidak memerlukan banyak biaya dan tenaga.

Poliembrioni menunjukkan penampilan dua embrio atau lebih pada biji

tunggal yang sama. Proses apimiksis kerap disertai dengan pembentukan

beberapa embrio dari bakal biji yang sama. Terkadang embrio yang normal

dapat berkembang bersama-sama dengan yang dihasilkan oleh apomiksis.

Apomiksis adalah terbentuknya individu baru yang berasala dari biji yang

Page 68: Laporan Teknologi Benih Full

68

tidak mengalami fertilisasi. Berdasarkan asal embrio dalam biji tersebut,

apomiksis dibagi menjadi dua macam, yaitu gametophytic apomixes, embrio

dibentuk dari sel inti induk megaspore, dan sporophiticapomixes, jika embrio

dibentuk dari sel gametofik lain, embrionya disebut adventiv embrioni,

misalnya pada jeruk dan manggis (Purwanti 2009).

Poliembrioni dapat terjadi karena peristiwa melalui peleburan

sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dan ovum

(apomiksis). Apokmiksis terdiri dari: (a) apogami yaitu embrio yang

terbentuk berasal dari kandung lembaga. Misalnya dari sinergid dan antipoda.

(b) Partenogenesis yaitu embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi

dan (c) Embrio adventif yaitu merupakan embrio yang terbentuk dari sel

nuselus, yaitu bagian selain kandung lembaga (Nugrahaningsih 2008).

Apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan, maka akan

terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji, disebut poliembrioni.

Peristiwa ini sering dijumpai pada nangka, jeruk dan mangga. Poliembrioni

merupakan suatu peristiwa dimana dalam satu biji terdapat 2 atau lebih

embrio (Pichot et al 2000).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Pelaksaan Praktikum

Praktikum acara poliembrioni ini dilaksanakan pada hari Jumat

tanggal 28 Maret 2014 pukul 09.30-11.00 WIB di Laboratorium Ekologi

Manajemen dan Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret.

2. Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat:

1) Petridis

2) Kertas perkecambahan

b. Bahan:

1) Benih jeruk (Citrus sp)

2) Nangka (Apocarpus heterophyllus)

3) Aquades

Page 69: Laporan Teknologi Benih Full

69

3. Cara Kerja

a) Merendam benih dalam aquades selama 2 jam atau lebih (tergantung

jenis benihnya).

b) Menghilangkan selaput pada kulit biji dengan pinset.

c) Melakukan perkecambahan benih pada petridis dengan media kapas

atau kertas yang telah dibasahi baik benih yang utuh maupun dipisah.

d) Mengamati embrio yang ada, tinggi atau panjang biji (setelah

berkecambah), jumlah bibit normal dan abnormal.

D. Hasil Pengamatan dan pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 6.1 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Jeruk (Citrus sp)

Ulangan ∑ Embrio∑ Embrio

Berkecambah∑ Embrio Normal

∑ Embrio Abnormal

1 5 22222

11-12

112--

2 53 54 65 6

Total a=27 b=10 c=5 d=4 Sumber: Laporan Sementara

Analisis Data Benih Jeruk (Citrus sp) :

a. % Embrio Berkecambah =

=

= 37,03 %

b. % Bibit Normal =

=

= 18,51 %

c. % Embrio Mati =

Page 70: Laporan Teknologi Benih Full

70

=

= 62,96 %

Keterangan :

a = jumlah embrio

b = jumlah embrio berkecambah

c = jumlah bibit tumbuh normal

Tabel 6.2 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Nangka (Apocarpus heterophyllus)

Ulangan ∑ Embrio ∑ Embrio Berkecambah

∑ Embrio Normal

∑ Embrio Abnormal

1 3 0 0 02 3 0 0 03 2 0 0 0Total 7 0 0 0

Sumber: Laporan SementaraAnalisis Data Benih Nangka (Apocarpus heterophyllus):

a. % Embrio Berkecambah =

=

= 0 %

b. % Bibit Normal =

=

= 0 %

c. % Embrio Mati =

=

= 100 %

Keterangan :

Page 71: Laporan Teknologi Benih Full

71

a = jumlah embrio

b = jumlah embrio berkecambah

c = jumlah bibit tumbuh normal

Page 72: Laporan Teknologi Benih Full

72

Gambar 6.1 Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Embrio Benih Jeruk

(Citrus sp)

Gambar 6.2 Hasil Perkecambahan Poliembrioni pada Benih Nangka

(Apocarpus heterophyllus)

2. Pembahasan

Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih

dari satu embrio. Tanaman yang dihasilkan dari poliembrioni seragam

dengan induknya tetapi hanya satu yang berbeda dari induknya. Pada

poliembrioni salah satu tanaman yang mempunyai sifat berbeda dari

induknya ini merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina

induknya (Pierik 1981).

Perbedaan ukuran biji ini ternyata mempunyai korelasi yang erat

dengan munculnya poliembrioni pada biji. Sekitar 60 - 70 % biji yang

dihasilkan oleh tanaman yang lebih tua bersifat poliembrioni dengan 2 - 6

embrio setiap biji. Terdapat kecenderungan banyaknya embrio setiap biji

meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji. Semua embrio tersebut

dapat berkecambah secara normal meskipun biji telah disimpan selama 4

minggu. Perkecambahan biji berlangsung relatif cepat (1 minggu setelah

Page 73: Laporan Teknologi Benih Full

73

dipanen), bahkan dijumpai pula adanya biji yang berkecambah pada

pohon induknya (vivipar) (Hanan 2008).

Manfaat poliembrioni adalah mendapatkan tanaman dalam jumlah

banyak dari satu biji tanaman saja. Selain itu tanaman yang dihasilkan

mempunyai sifat yang sama dengan induknya tetapi hanya satu yang

berbeda dengan induknya karena salah satu embrio tersebut berasal dari

peleburan gamet jantan dan betina induknya. Jumlah embrio jeruk yang

dikecambahkan adalah 27. Hasil perkecambahan didapatkan jumlah

embrio yang berkecambah 37,03 %. Embrio yang tumbuh dengan normal

sebesar 18,51 % dan embrio yang mati berjumlah 62,96 %. Jumlah

embrio yang berkecambah abnormal lebih banyak daripada emrio

normal. Hasil perkecambahan tiga benih nangka tidak ditemukan embrio

berkecambah sehingga nilai embrio mati sebesar 100 %. Hal ini

disebabkan karena faktor suhu, cahaya, air, kelembaban dan udara pada

tempat perkecambahan serta kualitas benih.

Poliembrioni dapat terjadi karena peristiwa melalui peleburan

sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma dan

ovum (apomiksis). Keuntungan apomiksis antara lain: menjamin

uiformitas genetis/morfologis pada perbanyakan dengan biji. Hasil dari

apomiksis merupakan kultivar yang sebenarnya tipenya klonal misalnya

yang berasal dari Citrus sp dapat digunakan sebagai batang bawah karena

bibit seragam dan pertumbuhannya sehat dan kuat. Dapat terhindar dari

penularan akibat penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya tidak

ditularkan melalui biji. Sebagai usaha peningkatan homozigositas menuju

ke perkembangan dan pembentukan lini baru. Sifat poliembrioni ini

banyak dimiliki oleh benih-benih rekalsitran, yaitu benih yang tidak

dapat disimpan lama dan mempunyai kadar air tinggi, sehingga tidak

mudah dikeringkan.

Berdasarkan hasil perkecambahan dapat ditemukan sifat

kecambah embrio normal dan abnormal. Kecambah normal yaitu

kecambah yang menunjukkan potensi untuk berkembang lebih lanjut

Page 74: Laporan Teknologi Benih Full

74

menjadi tanaman normal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : kecambah

memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar

primer dan akar seminal paling sedikit dua, perkembangan hipokotil baik

dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula

sempurna dengan daun hijau tumbuh baik.  Epikotil tumbuh sempurna

dengan kuncup normal dan memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari

monokotil dan dua bagi dikotil. Kecambah abnormal yaitu kecambah

yang tidak menunjukkan adanya potensi untuk berkembang menjadi

tanaman normal jika ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan di

bawah kondisi yang sesuai bagi pertumbuhannya. Ciri-cirinya adalah

sebagai berikut : kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan

akar primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-

bagian penting lemah dan kurang seimbang.  Plumula terputar, hipokotil,

epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil,

kecambah tidak membentuk klorofil dan kecambah lunak (Bram 2012).

Penyebab kecambah tumbuh menjadi abnormal yaitu sebagai

berikut: (1) Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah

dan akar primer yang pendek. (2) Kecambah yang bentuknya cacat,

perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang

penting. (3) Kecambah yang tidak membentuk klorofil. (4) Kecambah

yang lunak. (5) Untuk benih pohon-pohonan bila dari microphyl keluar

daun dan bukannya akar. Kecambah mati ditujukan untuk benih-benih

yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka

waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman.

Suhu dan air serta oksigen sangatlah penting karena sangat

berpengaruh terhadap proses perkecambahan sehingga dalam proses

mengecambahkan benih kadar air dan suhu ruangan haruslah tepat.

Karena dengan suhu dan kadar air serta oksigen yang tepat dan sesuai

maka akan membantu proses perkecambahan menjadi lebih cepat dan

benih yang dikecambahkan pun tidak mudah terserang penyakit jamur.

Selain itu benih akan optimal dalam proses perkecambahannya sehingga

Page 75: Laporan Teknologi Benih Full

75

apabila suhu dan kadar air tidak tercukupi dengan baik maka benih akan

tumbuh menjadi abnormal bahkan mati.

Umur benih dan kualitas bibit jeruk sangat berhubungan. Semakin

baik kualitas bibit maka umur benih semakin lama/panjang. Sebaliknya,

semakin buruk kualitas benih maka umur benih semakin

sebentar/pendek. Jika kualitasnya baik maka benih semakin tahan

terhadap serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu sebab

rusaknya benih sehingga menurunkan kualitas benih.

E. Kesimpulan dan saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Pengamatan dan Pembahasan di atas dapat

dibuat kesimpulan sebagai berikut:

a) Poliembrioni yaitu keadaan apabila satu biji mempunyai lebih dari

satu embrio.

b) Poliembrioni dapat terjadi karena peristiwa melalui peleburan

sperma dan ovum (amfimiksis) dan tidak melalui peleburan sperma

dan ovum (apomiksis).

c) Hasil perkecambahan didapatkan jumlah embrio yang

berkecambah 37,03 %.

d) Jumlah embrio yang tumbuh dengan normal sebesar 18,51 % dan

embrio yang mati berjumlah 62,96 %.

e) Hasil perkecambahan tiga benih nangka tidak ditemukan embrio

berkecambah sehingga nilai embrio mati sebesar 100 %.

f) Sifat benih poliembrioni banyak dimiliki oleh benih-benih

rekalsitran, yaitu benih yang tidak dapat disimpan lama dan

mempunyai kadar air tinggi, sehingga tidak mudah dikeringkan.

g) Benih berkecambah normal memiliki ciri-ciri: sistem perakaran

yang baik, perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada

kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula sempurna dengan

daun hijau tumbuh baik. 

Page 76: Laporan Teknologi Benih Full

76

h) Kecambah abnormal yaitu kecambah yang tidak menunjukkan

adanya potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal jika

ditambahkan pada tanah berkualitas baik dan di bawah kondisi yang

sesuai bagi pertumbuhannya.

2. Saran

Sebaiknya bahan dalam praktikum poliembrioni seperti benih jeruk

dan nangka memiliki kualitas yang baik sehingga keberhasilan

perkecambahan dapat optimal.

Page 77: Laporan Teknologi Benih Full

77

DAFTAR PUSTAKA

Bram 2012. Identifikasi Struktur Kecambah. http://bramsubakt.blogspot. com/2012/12/identifikasi-struktur kecambah.html. Diakses pada tanggal 3 April 2014.

Hanan A 2008. Viabilitas dan Poliembrioni Pada Biji Kopsia arborea Bl. http://digilib.biologi.lipi.go.id. Diakses pada Tanggal 3 April 2014.

Nugrahaningsih 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Gizi. FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang.

Pichot C, Fady B, & Hochu, I 2000. Lack of mother tree alleles in zymograms of Cupressus dupreziana A. Camus embryos. Ann. For. Sci. 57: 17–22.

Pierik RLM 1981. In Vitro Culture of Higher Plants. Martius Nijhoff Publisher. Dordrecht.

Pracaya 1995. Varietas, Budidaya, dan Pascapanen Jeruk Manis. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Purwanti 2009. Apokmiksis pada Manggis (Garcinia mangostana L.). http://gitapurwanti.wordpress.com/2009/12/13/apomiksis-pada-manggis-garcinia-mangostana-l/. Diakses pada tanggal 3 April 2014.

Page 78: Laporan Teknologi Benih Full

78

LAMPIRAN

Page 79: Laporan Teknologi Benih Full

79

LAMPIRAN FOTO