28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FABRIKASI PAKAN Acara Teknologi Pengolahan Konsentrat Disusun oleh : Disusun oleh: Kelompok III LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Laporan TPK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum teknologi pengolahan konsentrat

Citation preview

Page 1: Laporan TPK

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FABRIKASI PAKAN

Acara Teknologi Pengolahan Konsentrat

Disusun oleh :

Disusun oleh:

Kelompok III

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAKBAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2014

Page 2: Laporan TPK

BAB I

PENDAHULUAN

Teknologi pakan banyak didominasi oleh aspek nutrisi, tetapi teknologi

yang berhubungan dengan aspek manufakturing yang menghasilkan produk.

Beberapa sisi penting dari aspek manufakturing yaitu grinding, mixing dan

pelleting. Tujuan pengolahan pakan yaitu meningkatkan keuntungan,

merubah ukuran partikel, merubah kadar air, merubah densitas pakan,

meningkatkan palatabilitas, merubah kandungan nutrien, meningkatkan

ketersediaan nutrien, detoksifikasi, mempertahankan kualitas selama

penyimpanan dan mengurangi kontaminasi.

Faktor kuantitas dan kualitas pakan merupakan faktor utama penentu

keberhasilan usaha peternakan, karena hampir 2/3 biaya produksi berasal

dari pakan. Oleh karena itu perhatian terhadap asupan zat makanan kepada

ternak sangat menentukan keberhasilan budidaya peternakan.

Ada 2 masalah utama penyebab pakan ternak yng diberikan keada

ternak ruminansia tidak mencukupi kebutuhan jumlah dan nutrien. Masalah

pertama adalah karena bahan pakan ternak biasanya diperoleh dari limbah

hasil pertanian yang memiliki kadar protein rendah dan serat kasar tinggi.

Masalah lainnya adalah karena ketersediaan pakan yang tidak tersedia

secara terus-menerus. Masalah ini biasanya terjadi ketika musim kemarau

yang menyebabkan produksi hijauan pakan turun karena kekeringan. Untuk

mengatasi berbagai masalah tersebut beberapa trobosan telah dilakukan.

Untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak yang umum dilakukan adalah

pembuatan awetan hijauan dan konsentrat.

Page 3: Laporan TPK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Pakan

Pakan atau feed adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh

ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun pangan atau food

adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh manusia. Pangan dan

pakan mempunyai kemiripan, perbedaannya terletak pada cara

pemanfaatannya dan pengolahannya. Pakan ternak mengandung empat

golongan zat makanan, yaitu karbohidrat, protein, lemak dan zat-zat mineral

(Retnani, 2011).

Konsentrat

Konsentrat adalah bahan pakan rendah serat kasar dan tinggi

kandungan nutrien yang lain. Pakan konsentrat adalah setiap bahan pakan

yang kandungan serat kasarnya kurang dari 18% dan TDN-nya diatas 60%

berdasarkan bahan kering. Nutrien lain yang tinggi kandungannya dapat

hanya satu macam nutrien atau lebih, dan gunanya untuk menambah atau

mempertinggi nutrien di dalam campuran pakan atau ransum agar terpenuhi

apa yang dibutuhkan ternak. (Agus, 2007)

Berdasarkan macam nutrien yang terkandung di dalamnya, maka ada

dua macam bahan pakan konsentrat utama yaitu konsentrat sumber energi

dan konsentrat sumber protein. Konsetrat sumber energi yaitu semua macam

bahan pakan yang merupakan sumber energi dan mengandung serat kasar

kurang dari 18%, dinding sel kurang dari 35% dan protein kasar kurang dari

20%. Kegunaan konsentrat sumber energi terutama adalah untuk menaikkan

jumlah konsumsi energi atau untuk menaikkan densitas energi di dalam

ransum. Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi terutama berasal

dari karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak. Bahan pakan

yang tinggi kandungan energinya (DE, ME, atau NE) pada umumnya

Page 4: Laporan TPK

mengandung protein rendah sampai sedang. Ternak lebih mudah

mendapatkan energi dari konsentrat energi daripada yang berasal dari forage

walaupun energi bruto (GE) hampir sama. Konsentrat energi meliputi

berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil

sampingannya, berbagai macam jenis umbi, berbagai macam jenis tetes dan

yang sejenis, berbagai macam minyak dan lemak dan bahan pakan sumber

energi lain (Retnani, 2011).

Konsetrat sumber protein adalah kumpulan semua macam bahan

pakan yang mengandung protin kasar lebih dari 20%. Penggunaan

konsentrat protein terutama ditujukan untuk unggas muda, ternak tumbuh

cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, konsentrat protein

berasal dari ikan laut, hewan darat, tanaman dan asam amino sintetik.

Konsentrat protein terdiri dari tiga macam yaitu konsentrat protein hewani,

konsentrat protein nabati dan konsentrat protein sinteti (Anggorodi, 1999).

Jagung. Jagung atau zea mays merupakan bahan pakan sumber

energi dari bahan baku nabati dalam komponen penyusun pakan ternak yang

digunakan dalam proses pembuatan pakan di pabrik pakan. Jagung memiliki

energi metabolis 3.329 kcal/kg, protein kasar 8,6% dan kandungan serat

kasarnya 2,5% (Retnani, 2011). Alamsyah (2008) menyatakan bahwa jagung

sering disebut the king of cereal atau the golden grain, hal ini karena jagung

mempunyai nilai nutrien yang tinggi. Beberapa sifat jagung antara lain

palatabel, serat kasar rendah, nilai kecernaan tinggi yaitu TDN-nya sekitar

80%.

Energi jagung jagung digunakan sebagai standar untuk

membandingkan dengan energi dari bahan pakan butiran lain. Bila energi

jagung diberi 100 ternyata nilai energi butiran yang lain adalah kurang dari

100. Penggunaan jagung sebagai pakan dapat diberikan pada ternak dalam

keadaan masih dalam bentuk bulir utuh, sudah digiling kasar, digiling kasar

bersama tongkol dan masih dalam keadaan segar bersama tongkolnya

Page 5: Laporan TPK

(Retnani , 2011). Kelebihan dan kekurangan jagung antara lain jagung kuning

mengandung pigmen kriptosantin yang sebagian dapat diubah menjadi

vitamin A di dalam tubuh ternak, kandungan protein (zein) dan mineral

rendah, kandungan sistin tinggi tetapi metionin, lisin dan triptofan rendah,

kandungan lisin dan triptofan pada jagung opaque-2 tinggi, dapat diberikan

pada semua jenis ternak (Bahnke, 1996).

Pollard. Pollard merupakan limbah dari pengolaha gandum.

Kandungan nutrien pollard cukup baik yaitu energi metabolisme 1.140

kkal/kg, protein 11,8%, serat 11,2%, dan lemak 3,0. Pollard merupakan hasil

samping penggilingan gandung yang mengandung kulit ari gandum halus

serta mempunyai kandungan serat dan protein yang tinggi dan profil asam

aminonya mirip gandum. Protein pollard lebih tinggi daripada protein jagung

dan mengandung lisin dua kali lipat lebih banyak daripada protein endosperm

(Retnani, 2011).

Bekatul. Bekatul merupakan hasil sampingan atau limbah

penggilingan padi. Sebanyak 8 hingga 8,5% berat padi adalah bekatul.

Nutrien yang terdapat dalam bekatul, yaitu protein kasar 9 hingga 12%, pati

15 hingga 35%, lemak 8 hingga 12%, serat kasar 8 hingga 11%. Kandungan

serat kasar yang lebih tinggi daripada jagung atau sumber lain menyebabkan

bekatul diberikan dalam jumlah yang terbatas tergantung pada jenis

ternaknya. Sebaiknya bekatul dijemur terlebih dahulu selama 3 hingga 4 hari

untuk menghindari serangga atau bau tengik agar kualitas bekatul tidak

berkurang. Penjemuran dilakukan sebelum bekatul disimpan atau digunakan

sebagai bahan baku pakan. Ketersediaan bekatul yang tergantung pada

musim panen padi,sifatnya yang mudah rusak, dan menjadi kebutuhan utama

bagi peternak yang membuat pakan campuran sendiri mendorong tingginya

harga bekatul di pasaran. Hal ini dimanfaatkan oleh para penjual maupun

pengepul bekatul dengan memanipulasi isi bekayul agar diperoleh

keuntungan yang lebih banyak. Beberapa bahan yang sering digunakan

Page 6: Laporan TPK

untuk memanipulasi bekatul yaitu sekam giling, gamping, zeolit, dan limbah

tepung tapioka (onggok) Agus,(2007).

Konsentrat itik. Ransum makanan yang terdiri dari berbagai unsur

atau komponen makanan yang jumlahnya relatif kecil harus bercampur

merata (homogen), sehingga setiap kali itik makan selalu menerima makanan

dengan susunan zat yang sama (Anggorodi, 1999). Kandungan nutrien yang

terdapat dalam konsentrat itik antara lain protein kasar berkisar 40%, TDN-

nya 45%, BK 12,9% (Agus, 2007).

Garam. Garam sering disebut sebagai natrium klorida. Garam terdiri

atas natrium (39%) dan klorin (59%) yang diperlukan oleh sapi untuk

pemeliharaan dan produksi. Kebutuhan zat-zat tersebut biasanya tercukupi

dalam pakan. Aturan penambahan garam untuk mencukupi kebutuhan

natrium adalah 14 gram untuk pemeliharaan dan 28,3 gram untuk setiap

tambahan 13,6 kg produksi susu harian. Misalnya, sapi yang memproduksi

27,2 kg susu harus mengkonsumsi 71 g garam per hari. Garam harus

tersedia secara bebas untuk sapi-sapi dan ternak muda dalam bentuk balok

atau serbuk agar dapt dikonsumsi sesuai kebutuhan masing-masing

(Anggorodi, 1999).

Molases atau tetes gula tebu. Tetes gula tebu merupakan hasil

ikutan penggilingan tebu untuk dijadikan gula. Tetes gula tebu mengandung

gula hingga 77 % dan protein kasar sebesar 3.5%. tetes gula tebu berwarna

coklat kemerahan, kalau dicicip terasa manis. Oleh karena itu, tetes banyak

digunakan pada pakan sapi untuk menambah nafsu makan ternak. Bahan

pakan ini dapat dimanfaatkan untuk mengontrol debu pada pakan kering

(Agus, 2007).

Tepung tapioka. Tepung tapioka adalah produk samping ekstraksi

pati singkong. Tepung ini juga disebut produk sampingan tapioka. Tepung

tapioka mempunyai kandungan protein rendah, tetapi tinggi kandungan

karbohidrat non strukturalnya dan mengandung 72% pati (%BK). Kandungan

Page 7: Laporan TPK

energi pada tepung tapioka sedikit lebih rendah daripada biji barley. Bahan

perekat atau pengikat diperlukan untuk mengikat komponen bahan pakan

agar mempunyai struktur yang kompak sehingga tidak mudah hancur, dan

mudah dibentuk pada proses pembuatannya. Bahan perekat yang biasa

digunakan dalam pembuatan pakan ternak berbentuk pellet antara lain

tapioka, sagu, tepung gaplek, dan agar-agar. Bahan perekat dapat digunakan

dengan cara dicampurkan secara langsung dengan bahan baku pakan lain

pada saat masih kering atau dapat dibuat adonan tersendiri dan dicampurkan

terakhir sebelum dilakukan pencetakan pellet (Agus, 2007).

Tahapan pembuatan pellet antara lain grinding atau pencacahan,

mixing atau pencampuran dan pelleting atau pembuatan pellet.

Grinding atau pencacahan

Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan dari

bentuk kasar menjadi ukuran yang lebih halus untuk menyempurnakan

proses mixing yaitu hasil pencampuran yang merata dan menghindari

segregasi partikel-partikel bahan (Retnani, 2011). Grinding atau pencacahan

akan memperkecil ukuran partikel pakan, meningkatkan kecernaan

khususnya bagi butiran yang bijinya keras. Partikel yang lebih kecil akan

memperluas permukaan sehingga kecernaannya akan meningkat,

mengakibatkan laju aliran pakan dalam saluran pencernaan meningkat,

saluran pencernaan cepat kosong, dan pada gilirannya akan meningkatkan

konsumsi pakan. Penggilingan juga penting jika bahan itu akan dicampurkan

dengan lainnya sehingga akan bercampur secara mesra (homogen),

seragam dan meningkatkan kegunaan ransum tersebut bagi ternak

(Anggorodi, 1999).

Tujuan dari proses grinding atau pencacahan antara lain

meningkatkan luas permukaan partikel bahan terhadap sistem pencernaan

sehingga meningkatkan daya cerna bahan. Memperbaiki cara penanganan

terhadap bahan baku. Memperbaiki karakteristik mixing dari setiap bahan

Page 8: Laporan TPK

pakan sehingga bisa diperoleh hasil mixing yang lebih homogen.

Meningkatkan efisiensi pelleting dan kualitas pellet karena persentase tepung

bisa dikurangi dan mengurangi pekerjaan ulang dari proses pelleting akibat

banyaknya tepung yang kembali ke sistem pellet (Agus, 2007).

Bahan - bahan yang harus melewati proses grinding adalah jagung,

sorghum, cassava chips, groundnut meal, rape seed meal, linseed meal,

soyabean meal, copra meal. Kebanyakan sumber protein asal hewani sudah

dalam bentuk halus sehingga tidak perlu digiling. Sistem feedmill mengadopsi

teknik grinding dengan 2 pendekatan yaitu sistem pre grinding dan post

grinding. Sistem pre grinding, semua bahan baku kasar yang harus

dihaluskan akan masing-masing menjalani proses grinding untuk kemudian

ke tahap mixing. Sistem ini cocok untuk pakan tepung khususnya ayam

petelur dan memungkinkan mengatur komposisi ukuran partikel hasil grinding

sehingga tidak semua ukuran partikel akhir menjadi seragam menyebabkan

tampilan pakan lebih menarik misalnya ukuran jagung yang lebih besar

sehingga terlihat lebih kuning. Sistem post grinding, hasil mixing akan

disalurkan ke hammer mill untuk proses grinding yang kedua kalinya. Dengan

cara ini akan diperoleh hasil pakan yang sangat halus dan kualitas pellet

yang jauh lebih baik. Sistem post grinding cocok untuk feedmill dimana

persentase pakan pellet atau butiran sangat dominan (Bahnke, 1996).

Mixing atau pencampuran.

Mixing atau pencampuran merupakan proses pencampuran atau

mengkombinasikan dengan menggerakkan dua atau lebih materi untuk

tingkat penyebaran yang spesifik. Tujuan mixing adalah untuk

mendistribusikan secara seragam nutrien yang ada dalam bahan pakan

(Agus, 2007). Proses pencampuran dikatakan telah berlangsung dengan baik

jika komponen yang dicampur dari sampel yang diambil selama proses

pencampuran telah terdistribusi melalui komponen lain secara acak. Hal-hal

yang perlu diperhatikan pada saat pencampuran bahan pakan antara lain

Page 9: Laporan TPK

kestabilan bahan atau pakan yang digunakan, jarak waktu pencampuran

dengan penggunaan pakan dan peralatan yang digunakan (Agus, 2007).

Pelleting.

Pelleting merupakan salah satu proses pengolahan pakan dengan

menggabungkan beberapa bahan pakan yang telah melalui proses grinding

sehingga menjadi bentuk yang kompak melalui proses penekanan (proses

mekanik). Pelleting bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan yang

tidak mudah tercecer. Proses pelleting menggunakan mesin pelletizer.

Pelleting yang dilakukan dengan mesin pelletizer akan mengefisienkan

proses pengolahan karena pellet akan berlangsung mengering sehingga

tidak perlu lagi proses pengeringan. Pelleting bertujuan untuk membentuk

suatu kesatuan pakan yang tidak mudah tercecer, selain itu pakan dalam

bentuk pellet akan mengurangi susut nutrien karena seluruh bahan akan

terwakili dalam pellet (Agus, 2007).

Page 10: Laporan TPK

Materi dan Metode

Materi

Grinding

Alat. Alat yang digunakan antara lain karung dan hammer mill namun

tidak melakukan praktikum grinding tetapi diperkenalkan mesin untuk grinding

antara lain hammer mill, disk mill, willey mill.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah biji jagung

Mixing.

Alat. Alat yang digunakan adalah mesin pencampur jenis vertikal.

Bahan. Bahan yang digunakan jagung giling, dedak halus, pollard,

garam, premix, konsentrat itik.

Pelleting.

Alat. Alat yang digunakan yaitu plastik, ember, timbangan, mesin

pellet.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah dedak halus, pollard, molases,

konsentrat itik, jagung giling, tepung tapioka, air.

Metode

Grinding. Tidak melakukan proses grinding tetapi hanya dijelaskan

cara penggunaan mesin grinding dan dijelaskan tentang mesin grinding yaitu

hammer mill, disk mill, willey mill.

Mixing. Bahan pakan ditimbang dan dicampur sesuai formulasi.

Urutan pencamuran dari bahan pakan yang mempunyai komposisi terbesar.

Pencampuran bahan pakan menggunkan vertical mixer. Lama pencampuran

bahan pakan selama praktikum dibedakan menjadi 3 macam yaitu lama

Page 11: Laporan TPK

mixing 5, 10, dan 15 menit kemudian dilihat hasil pencampurannya. Proporsi

bahan yang digunakan yaitu jagung giling 17.5 %, dedak halus 35%, Pollard

35%, Garam 2 %, Premix 2%, Konsentrat itik 8.5 %.

Pelleting. Semua bahan dicampur supaya homogen kemudian

ditambahkan tepung tapioka yang sudah diencerkan dengan air hangat.

Campuran diaduk secara merata dan langsung dimasukkan ke dalam mesin

pelletizer dan dilanjutkan dengan proses pemeletan. Proporsi bahan pakan

yang digunakan dalam proses pelleting atara lain hasil mixing (pollard,

bekatul, bekatul jagung dan garam) 85%, molasses 5% dan tepung tapioka

10%.

Page 12: Laporan TPK

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grinding

Grinding merupakan proses penggilingan atau penghancuran partikel

pakan menjadi lebih kecil. Tujuan penggilingan adalah meningkatkan luas

permukaan, memudahkan penanganan, memudahkan pencampuran,

meningkatkan efisiensi pembuatan pellet. Berdasarkan hasil praktikum,

praktikan tidak melakukan proses grinding. Bahan baku pakan yang dibuat

dalam praktikum sudah melalui proses grinding. Macam mesin grinding dan

tata cara penggunaan mesin grinding dijelaskan pada saat praktikum. Mesin

grinding antara lain adalah hammer mill, disk mill dan willey mill.

(Umardani,2012).

Macam-macam mesin grinding antara lain hammer mill, mish mill dan

willey mill. Hammer mill memiliki beberapa bagian penting salah satunya

adalah grinder untuk menggiling bahan pakan. Proses grinding cukup penting

mengingat proses pencampuran bahan baku akan berjalan dengan baik

apabila bahan baku yang akan dicampur sudah memiliki besar butir yang

relatif seragam. Pengecilan bahan pakan terdiri dari 3 tahap yaitu

penggilingan kasar dengan hammer mill (kalau perlu didahului dengan

crusher atau penghancur), penggilingan halus dengan dish mill, dan

pengayakan dilakukan dengan ukuran mash halus (Alamsyah, 2008).

Hammer mill merupakan alat untuk menggiling jagung. Mesin ini

mempunyai suatu bagian yang berfungsi sebagai penghancur bahan baku,

yaitu pisau hammer mill. Mesin ini akan menghancurkan/menggiling bahan

baku pakan ternak yang semula berbentuk butiran besar menjadi butiran kecil

yang seragam. Alat ini bergesekan langsung dengan bahan baku sehingga

akan mengalami keausan. Maka dibutuhkan pisau hammer mill yang

mempunyai sifat mekanis yang sangat bagus. (Anwar dan Umardani 2012).

Page 13: Laporan TPK

Mixing

Bahan pakan yang digunakan untuk mixing Proporsi bahan yang

digunakan yaitu jagung giling 17.5 %, dedak halus 35%, Pollard 35%, Garam

2 %, Premix 2%, Konsentrat itik 8.5 %. Penimbangan bahan pakan dilakukan

melalui perhitungan menggunakan kandungan nutrien tiap bahan terhadap

100 kg total berat keseluruhan bahan pakan. Jumlah bahan pakan yang

digunakan harus sesuai dengan kandungan nutriennya untuk memenuhi

kebutuhan ternak. Sugihartina (2013) menjelaskan bahwa proporsi bahan

harus sesuai dengan imbangan nutrien yang terkandung dalam pakan.

Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan dengan timbangan yang

mempunyai tingkat ketelitian tinggi terutama untuk bahan-bahan dengan

jumlah kecil seperti vitamin, mineral, kalsium, asam amino kristal, pemacu

pertumbuhan, dan lain-lain.

Sampel bahan diambil tiap 5 menit, 10 menit dan 15 menit.

Berdasarkan hasil praktikum sampel yang paling bagus adalah sampel yang

diambil pada saat 15 menit. Sampel yang diambil pada saat 15 menit sudah

merata seluruh komponen bahan pakan dan homogen sedangkan sampel

yang diambil pada saat 5 menit belum merata dan ukuran partikel bahan

masih kasar dan sampel yang diambil pada saat 10 menit sedikit lebih merata

dan ukuran partikel bahan pakan mulai agak halus. Alamsyah (2008), juga

menjelaskan bahwa mixer tipe vertikal berkapasitas diatas 1000 kg per mix,

digunakan untuk mencampur bahan pakan dalam keadaan kering. Satu kali

mix memakan waktu berkisar 15 sampai 20 menit, tergantung bahan yang

digunakan. Berdasarkan data yang dibandingkan dengan literatur tentang

lama pencampuran bahan pakan hingga homogen yang dilakukan di

praktikum sesuai dengan literatur.

Mixing atau pencampuran merupakan proses pencampuran atau

mengkombinasikan dengan menggerakkan dua atau lebih materi untuk

Page 14: Laporan TPK

tingkat penyebaran yang spesifik. Tujuan mixing adalah untuk mencampur

bahan yang ada sehingga terbentuk adonan yang homogen sehingga nutrien

dapat terdistribusi secara merata apabila pakan sudah dibentuk melalui

proses pelleting (Agus, 2007).

Mesin mixing ada dua macam yaitu vertical mixer dan horizontal mixer

Alat untuk proses mixing saat praktikum dengan mixer vertikal. Mixer vertikal

bekerja menghomogenkan bahan pakan dengan memutar bahan dari arah

bawah keatas. Retnani (2011) menyatakan mesin mixing memiliki kapasitas

yang berbeda, untuk mixer tipe horizontal dengan kapasitas 300 sampai 500

kg (daya motor 12 hp) dan mixer tipe vertikal dengan kapasitas mencapai

lebih 2 ton/jam (daya motor 3 hp dan ¾ hp). Berdasarkan kegiatan praktikum

yang dilakukan, dilakukan proses mixing menggunakan vertikal mixer.

Keuntungan menggunakan vertical mixer antara lain ekonomis untuk

peternakan yang mencampur sendiri bahan pakan, biaya instalansi lebih

rendah, sistem alur produksi yang sederhana. Sementara, kerugiannya

adalah waktu pencampuran lama, cairan yang ditambahan tidak sebanyak

pada horizontal mixer, keterbatasan jumlah bahan yang dipakai dan

kapasitas pencampuran, tidak dapat membersihkan sendiri, perlu kehati-

hatian dalam menangani sisa adonan, dan penurunan efisiensi pencampuran

akibat bahan yang dimasukan terlalu banyak atau kerusakan ribbon (Retnani,

2011).

Urutan pemasukan bahan berdasarkan ukuran partikel dapat

menentukan kerataan kecampuran atau homogenitas bahan pakan. Urutan

pencampuran dari bahan pakan diawalai dari bahan yang mempunyai

komposisi terbesar sampai yang terkecil. Urutan pemasukan dimaksudkan

agar proses mixing pada bahan pakan yang memiliki ukuran partikel lebih

besar dapat homogen dengan bahan pakan yang memiliki ukuran partikel

yang kecil (Bahnke, 1996). Alamsyah (2008), menjelaskan bahwa faktor yang

menentukan kerataan campuran bahan pakan antara lain adalah ukuran

Page 15: Laporan TPK

butiran dan berat dari masing-masing bahan pakan yang akan dicampur

disamping sistem kerja alat dalam mencampur.

Hasil mixer yang baik harus memiliki kesamaan kadar bahan pakan di

tiap-tiap bagian atau tercampur merata (homogen). Diperlukan uji

homogenitas untuk mengetahui kecampuran bahan pakan dengan cara

menambahkan garam dalam bahan pakan. Garam digunakan sebagai

parameter homogenisasi pada pencampuran bahan dalam mixer. Rosida dan

Martini (1999) menjelaskan bahwa analisis kadar garam dapat digunakan

untuk menguji homogenitas pencampuran. Suparjo (2010) menjelaskan

bahwa garam merupakan salah satu bahan baku mikro yang dapat

digunakan dalam menguji performans mixer. Sifat fisik garam sebagai bahan

uji adalah lebih padat, bentuk kubik dan lebih kecil dibanding partikel lain.

Pelleting

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pellet diantaranya

adalah bahan pakan hasil mixing (pollard, bekatul, bekatul jagung dan

garam), molasses , tepung tapioka. Proporsi bahan pakan hasil mixing

(pollard, bekatul, bekatul jagung dan garam) 85%, molasses 5% dan tepung

tapioka 10%. Pellet yang dihasilkan pada praktikum kompak, tidak mudah

pecah dan bentuknya silindris.

Pelleting diproses menggunakan mesin pelletizer. Penggunaan

mesin pellet bertujuan untuk membentuk bahan pakan menjadi kompak dan

memiliki bentuk seperti tabung atau silindris dengan ukuran yang

disesuaikan. Bahan pakan yang telah dimixing masih dalam bentuk mesh

kemudian di masukan kedalam pelletizer dan di tekan kemudian keluar

menjadi bentuk pellet. Sugihartina (2013) menjelaskan bahwa sistem kerja

mesin pellet adalah dengan mendorong bahan pakan campuran didalam

tabung besi atau baja mengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan

(die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang-lubang berdiameter 2

Page 16: Laporan TPK

sampai 3 mm sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam

bentuk pellet.

Jenis alat dan mesin yang dipergunakan untuk pembuatan pakan

ternak pada pabrik pakan skala kecil diantaranya adalah pencetak Pellet

(Pelletizer). Ada 2 tipe mesin pellet yang umum digunakan yaitu mesin pellet

proses basah ( tipe horizontal dengan penekan screw) dan mesin pellet

proses kering (tipe vertikal dengan penekan geardrum). Biasanya pada

pakan ungags pakan yang diinginkan adalah dalam bentuk crumble. Setelah

pakan berbentuk pellet kemudian dimasukan ke alat pemecah Pellet

(Crumble) merupakan mesin pemecah pellet (crumble) terutama digunakan

untuk pakan ayam pedaging. Mesin ini berfungsi untuk memecah pellet

menjadi dua atau tiga bagian. Tenaga motor yang digunakan 1 HP dengan

kapasitas pengolahan 400 sampai 500 kg/jam (skala kecil). Bagian terkahir

yaitu pendingin (cooler ). Fungsi cooler untuk mendinginkan atau

mengeringkan pellet hasil dari proses pemeletan, Atau hasil pemecahan

pellet dengan meniupkan udara dari kipas yang digerakkan motor (Gunawan,

2010).

Ransum dalam bentuk pellet merupakan ransum yang dibentuk

dengan cara menekan dan memadatkannya melalui lubang cetakan (die),

dimana bentuk fisik pellet dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan,

bahan pengikat (binder), ukuran pencetak, kandungan air serta tekanan dan

metode penanganan setelah pengolahan. Adapun keuntungan menggunakan

pakan dalam bentuk pellet antara lain meningkatkan palatabilitas dan

konsumsi ransum, memperbaiki efisiensi penggunaan pakan, membuat

ransum lebih homogen, mengurangi bagian yang terbuang,

menghambat/memusnahkan mikroorganisme yang merugikan dan

mempercepat laju aliran bahan (flow ability). ( Yatno dan Purwanti ,2010).

Berdasarkan praktikum yang dilakukan pelleting yang dilakukan

sebelum dimasukan ke dalam pelletizer di beri tambahan air secara langsung

Page 17: Laporan TPK

karena tidak ada alat steam. Steam pada dasarnya bertujuan untuk

memperbaiki kualitas pellet yang merupakan preconditioning sebelum

dilakukan pencetakan menjadi bentuk pellet dengan tujuan untuk mengetahui

apakah proses tersebut akan mempengaruhi kualitas (fisik) dari pellet bila

dibandingkan dengan tanpa steam. Kualitas pellet tersebut dicerminkan

dalam kandungan air, Aw, organoleptik dan ukuran kehalusan serta

ketahanan benturan. ( Yatno dan Purwanti ,2010).

Dasar proses peleting yaitu dengan penambahan bahan perekat. Pada

saat praktikum digunakan bahan perekat berupa tepung tapioka dan

molasses. Selama proses pencampuran dilakukan pengadukan secara

manual dengan tujuan untuk mendapatkan adonan yang kompak sehingga

ketika dimasukkan ke dalam mesin pelletizer tidak mudah hancur. Menurut

Retnani (2011) menyatakan tepung tapioka banyak mengandung pati dan

pada saat pengukusan pati akan diubah menjadi zat perekat atau gelatin oleh

uap panas. Penambahan air dapat dilakukan di luar seperti halnya pada

pembuatan kanji atau puding. Setelah penambahan air maka terbentuklah

suatu suspensi yang apabila dipanaskan akan terjadi perubahan berupa

pembentukan struktur gelatinasi atau penggumpalan.

Tepung tapioka yang telah tercampur dimasukkan pada campuran

bahan pakan hingga membentuk adonan yang kompak, setelah adonan

tersebut kompak lalu adonan tersebut dimasukkan kedalam mesin pelletizer.

Hasil pelleting kemudian di tampung dan di keringkan dengan cara diangin-

anginkan. Hasil yang didapat adalah bentuk pelleting dengan tekstur halus,

kompak dan tidak mudah hancur. Bahnke (1996) menyatakan berbagai faktor

yang mempengaruhi kualitas pellet adalah conditioning, spesifikasi pakan,

ukuran partikel, pendinginan atau pengeringan, dan formulasi.

Page 18: Laporan TPK

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum teknologi pengolahan konsentrat meliputi

tiga tahapan yaitu grinding, mixing dan pelleting. Hasil mixing yang paling

baik pada menit ke 15. Pellet yang dihasilkan pada saat praktikum kompak

dan tidak mudah patah.

Page 19: Laporan TPK

Daftar Pustaka

Anwar, S., Y. Umardani. 2012. Pengujian Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro Pisau Hammer Mill Pada Mesin Penggiling Jagung Pt. Charoen Pokphand Indonesia Cabang Semarang. Journal Foundry.

Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Cetakan Pertama.PT.Citra Aji Parama, Yogyakarta.

Alamsyah, A. 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Ardana Media, Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1999. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Bahnke, K. C. 1996. Feed Manufacturing Technology : Current Issues and Challenges. Animal Feed Science. 62 : 49-57.

Gunawan, D. 2010. Pedoman pembangunan pabrik pakan skala kecil dan proses pengolahan pakan. Direktorat budidaya ternak non ruminansia. Direktrorat Jendral Peternakan.

Retnani, I. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Ghalia. Bogor

Rosida dan Martini. 1999. Pengujian homogenitas campuran pakan dengan pengukuran kadar nacl. Balai Penelitian Ternak CIA. Bogor.

Sugihartina, E. 2013. Teknologi pembuatan pellet. Http://www.scribd.com/doc/57364412/teknologi-pembuatan-pelet. Diakses pada tanggal 5 november 2014 pukul 21.00 wib.

Suparjo. 2010. Pengawasan mutu pada pabrik pakan ternak. Laboratorium makanan ternak universitas jambi. Jambi.

Yanto, S. Purwanti. 2010. Pengaruh Steaming Dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Pakan Burung Perkutut . JITP Vol. 1 No. 1