91
LAPORAN PENELITIAN STUDI EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DI SUMATERA UTARA DISUSUN OLEH : TIM PENELITI BALITBANG PROPINSI SUMATERA UTARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROPINSI SUMATERA UTARA 2005

Laporan_Pelaksanaan_KBK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dasdas

Citation preview

Page 1: Laporan_Pelaksanaan_KBK

LAPORAN PENELITIAN

STUDI EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

DI SUMATERA UTARA

DISUSUN OLEH :

TIM PENELITI BALITBANG PROPINSI SUMATERA UTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

2005

Page 2: Laporan_Pelaksanaan_KBK

2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya sehingga Penulisan laporan hasil penelitian ini dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini berjudul “Studi Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Sumatera Utara”. Pada prinsipnya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan mutu pendidikan di lingkungan pendidikan dasar mencakup aspek pelaksanaan dan pengembangan kurikulum dan pembelajaran KBK di sekolah. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam merencanakan pendidikan, penguasaan bidang studi yang diajarkan, menggunakan metode/ strategi/teknik pembelajaran yang sesuai, pengelolaan kelas yang efektif, pengunaan media yang benar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta upaya-upaya yang terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di sekolah. Selain itu, untuk menemukan hambatan-hambatan yang menjadi kendala dalam upaya pelaksanaan KBK di SD Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini tak lupa kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara yang mempercayakan kepada kami agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini baik langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya semoga penelitian ini memberikan manfaat dan kontribusi bagii peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan peningkatan kualitas pendidikan di Sumatera Utara pada khususnya dan lebih khusus lagii peningkatan kualitas guru-guru yang mengajarkan di Sekolah Dasar

Medan, Oktober 2005

Badan Penelitian dan Pengembangan

Propinsi Sumatera Utara Kepala, Ir. H. SYARIFULLAH, M.Sc. NIP.

Page 3: Laporan_Pelaksanaan_KBK

3

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. . iv DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………… vii BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 6 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 6 D. Sasaran Penelitian ……………………………………………… 7 E. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………… 8

A. Pengertian Kompetensi dan Kurikulm Berbasis Konpetensi 8 1. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ……. 10 2. Komponen KBK ……………………………………………… 11 3. Palksanaan Pembelajaran Berdasarkan KBK …………….. 13 4. Indikator Keberhasilan KBK …………………………………. 15

B. Arti Penting Evaluasi ............................................................ 16 C. Fungsi Pokok Evaluasi ………………………………………… 17

BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………… 19

A. Lokasi Kegiatan ………………………………………………. 19 B. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 19 C. Instrumen Penelitian …………………………………………. 20 D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 22 E. Teknik Analisis Data ……..…………………………………… 22

BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ……………………………….. 24

A. Deskripsi Pelaksanaan KBK …………………………………… 24 1. Perencanaan Pembelajaran ……………………………….. 26 2. Penguasaan Bidang Studi ………………………………….. 30 3. Penggunaan Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran . 35 4. Pengelolaan Kalas …………………………………………… 41 5. Penggunaan Media ............................................................ 46 6. Evaluasi Hasil Belajar ....................................................... 50 7. Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan ........................ 57

B. Deskripsi Efektivitas Pelaksanaan KBK ……………..………. 64

C. Deskripsi Hambatan-Hambatan yang Menjadi Kendala dalam Pelaksanaan KBK ......................................……………......... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …..…………………………………. 77

Page 4: Laporan_Pelaksanaan_KBK

4

A. Kesimpulan ………………………………..……………………. 77 B. Saran-Saran ……………………………………………………. 80 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 82

Page 5: Laporan_Pelaksanaan_KBK

5

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Penyebaran Jumlah Sekolah per Wilayah ............................. 20 Tabel 3.2 Penyebaran Jumlah Sampel Penelitian ……………………. 20 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Pelaksanaan KBK Oleh Guru ………......................……………………….… 21 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Untuk Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan dan Masyarakat ................ …………………………………… 21 Tabel 4.1 Distribusi Data Tingkat Pelaksanaan KBK di SD ................... 24 Tabel 4.2 Distribusi Data Perencanaan Pembelajaran ........................... 26 Tabel 4.3 Pengetahuan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran ..... 27

Tabel 4.4 Kualitas Perencanaan Pembelajaran yang Dibuat Oleh Guru 28 Tabel 4.5 Kualitas Komponen dalam Perencanaan Pembelajaran ....... 28 Tabel 4.6 Penguasaan Guru Tentang Teknik Pembuatan Perencanaan Pembelajaran …………………………………………………… 29 Tabel 4.7 Pengetahuan Guru Tentang Penyusunan TUP dan TKP dalam Perencanaan Pembelajaran …………………………………. 29 Tabel 4.8 Distribusi Data Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru ……… 30 Tabel 4.9 Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru ………………………. 31 Tabel 4.10 Kemampuan Guru Menguasai Materi-materi Pelajaran Sebelum Mengajar di Depan Kelas ....................................................... 32 Tabel 4.11 Kemampuan Guru dalam Memahami suatu Materi Pelajaran dari Buku Bacaan Sebelum Mengajar ................................... 33 Tabel 4.12 Kemampuan Guru dalam Menguasai Materi Pelajaran yang Dimuat dalam Silabus ............................................................ 33 Tabel 4.13 Kemampuan dalam Mengajarkan Materi Pembelajaran di dalam Kelas ............................................................................. 34

Page 6: Laporan_Pelaksanaan_KBK

6

Tabel 4.14 Kemampuan Guru dalam Menyesuaikan Materi Pembelajaran dengan Metode yang Digunakannya di dalam Kelas ............. 35 Tabel 4.15 Distribusi Data Penggunaan Metode, Strategi, dan Teknik Pembelajaran ........................................................................ 36

Tabel 4.16 Pengetahuan Guru tentang Metode Pembelajaran yang Diterapkan di dalam Kelas .................................................. 37 Tabel 4.17 Pengetahuan Guru Tentang Penghelolaan Kelas untuk KBM 38 Tabel 4.18 Kemampuan Guru Melakukan Kombinasi Beberapa Metode Pembelajaran Sehingga Terjadi KBM Siswa yang Aktif ....... 39 Tabel 4.19 Kemampuan Siswa dalam Menerima Pelajaran yang Diajarkan oleh Guru .............................................................................. 39 Tabel 4.20 Kemampuan Siswa dalam Mengemukakan Pendapat di dalam KBM di Kelas ........................................................................... 40 Tabel 4.21 Distribusi Data Pengelolaan Kelas ......................................... 41 Tabel 4.22 Kemampuan Guru Menerapkan Strategi Pembelajaran yang Tepat Berdasarkan Tuntutan KBK ......................................... 42 Tabel 4.23 Pengetahuan Guru tentang Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas 43 Tabel 4.24 Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas untuk Dapat Terlaksanannya KBM Berdasarkan KBK ................................ 43 Tabel 4.25 Kemampuan Guru Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Untuk Dapat Meningkatkan Kompetensi Siswa ........................... 44 Tabel 4.26 Kemampuan Guru Menata Ruang Kelas sehingga Siswa Aktif Belajar di dalam Kelas ........................................................... 45 Tabel 4.27 Distribusi Data Penggunaan Media ........................................ 46 Tabel 4.28 Pengetahuan Guru Tentang Media Pembelajaran ................ 47 Tabel 4.29 Kemampuan Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran di dalam Kelas ........................................................................... 47 Tabel 4.30 Kemampuan Guru dalam Mempedomani Kompetensi- Kompetensi yang harus Dimiliki Siswa dalam Penerapan Media Pembelajaran ............................................................. 48

Page 7: Laporan_Pelaksanaan_KBK

7

Tabel 4.31 Kemampuan Guru Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan Kompetensi yang harus Dimiliki Siswa .................. 49 Tabel 4.32 Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran di Depan Kelas yang mampu Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa .................................................................................... 50 Tabel 4.33 Distribusi Data Evaluasi Hasil Belajar ................................ 51 Tabel 4.34 Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar Siswa ..... 52 Tabel 4.35 Pengetahuan Guru tentang Bentuk dan Jenis-Jenis Alat Evaluasi 53 Tabel 4.36 Kemampuan Guru Menerapkan Alat Evaluasi yang Tepat Agar Hasil Belajar Siswa Terukur Sesuai dengan Tuntutan Kompetensi ............................................................................. 53 Tabel 4.37 Pengetahuan Guru tentang Alat Evaluasi yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Kompetensi Siswa ...................................... 54 Tabel 4.38 Kemampuan Guru dalam Membuat Alat Evaluasi yang baik untuk Digunakan dalam KBM ................................................ 55 Tabel 4.39 Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi untuk Mengetahui Kemampuan Siswa .......................................... 56 Tabel 4.40 Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi untuk Melakukan Perbaikan Program Pembelajarannya ........................ 56 Tabel 4.41 Distribusi Data Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran 57 Tabel 4.42 Kemampuan Guru dalam Berupaya Memperbaiki Kualitas Hasil Belajar Siswa ................................................................ 58 Tabel 4.43 Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Upaya Memperbaiki Mutu Pendidikan .................................................................... 59 Tabel 4.44 Kemampuan Guru dalam Upaya Menegakkan Disiplin Diri Dalam Rangka Memperbaiki Mutu Pendidikan ...................... 60 Tabel 4.45 Posisi Disilin Guru dalam Pembelajaran di Kelas .................. 60 Tabel 4.46 Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Perbaikan Kemampuan Mengajar yang Ditunjukkan Guru dalam KBM ... 61 Tabel 4.47 Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran Dilihat dari Kemampuan Siswa Belajar di dalam Kelas ................................................ 62

Page 8: Laporan_Pelaksanaan_KBK

8

Tabel 4.48 Mutu Pendidikan Ditinjau dari Rata-Rata Hasil Belajar Siswa .. 62 Tabel 4.49 Deskripsi Data Pelaksanaan KBK Secara Keseluruhan ...... 63

Page 9: Laporan_Pelaksanaan_KBK

9

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Tingkat Pelaksanaan KBK di SD .......................................... 25 Diagram 4.2 Perencanaan Pembelajaran ................................................. 26 Diagram 4.3 Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru .................................. 31 Diagram 4.4 Penggunaan Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran . 36 Diagram 4.5 Pengelolaan Kelas ............................................................... 42 Diagram 4.6 Penggunaan Media Pembelajaran ....................................... 46 Diagram 4.7 Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar ............. 51 Diagram 4.8 Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran ...................... 58

Page 10: Laporan_Pelaksanaan_KBK

10

HALAMAN PENGSAHAN HIBAH BERSYARAT

A. Judul Penelitian : STUDI TENTANG KEMAMPUAN MATEMATIKA GURU

SEKOLAH DASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

B. Ketua Peneliti a. Nama lengkap dan gelar : Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Pangkat / Golongan / NIP : Pembina Utama / Vd / 130935473 d. Jabatan sekarang : Ketua Lembaga Penelitian Unimed e. Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Elektro f. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Medan C. Anggota Peneliti

NAMA BIDANG KEAHLIAN

FAKULTAS/ JURUSAN

PERGURUAN TINGGI

1. Dr. Yusri, M.Pd. Pendidikan Teknik/Teknik Elektro

Universitas Negeri Medan

2. Drs. Ir. Muhammad Amin Teknik Elektro Teknik/Teknik Elektro

Universitas Negeri Medan

D. Jangka waktu Penelitian dan Pendanaan Jangka waktu Penelitian : 1 (satu) tahun Biaya Total : Rp 20.000.000,- Medan, Nopember 2004 Mengetahui: a.n. Ketua Lembaga Penelitian Unimed Ketua Peneliti, Sekretaris, Dr. Yusri, M.Pd. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. NIP. 131112282 NIP. 130935473

Page 11: Laporan_Pelaksanaan_KBK

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu dasar pemikiran yang dipakai untuk mengganti kurikulum

adalah untuk menyesuaikan dengan perubahan dalam kehidupan masyarakat,

bangsa, dan negara serta perkembangan ilmu dan teknologi agar lembaga

pendidikan mampu menyiapkan peserta didik supaya mampu bersaing

menghadapi tantangan hidup yang kompleks. Kompetensi dikembangkan untuk

memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam menghadapi

berbagai perubahan (Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Tim

Sosialisasi KBK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Tengah).

Jika kita amati bahwa kita telah mengalami beberapa kali pergantian

kurikulum dari 1968 diganti Kurikulum 1975, lalu Kurikulum CBSA, dan

digantikan oleh Kurikulum 1994 serta akan diganti lagi dengan KBK. Dari

pergantian tersebut, jarang sekali dipaparkan secara lengkap hasil evaluasi

terhadap tiap-tiap kurikulum itu. Kurikulum macam apa yang akan kita jumpai,

sampai sekarang masih merupakan tanda tanya besar bagi sebagian guru di

Indonesia. Padahal, pelaksanaan KBK telah dimulai pelaksanaannya tahun

pelajaran 2004/ 2005. Meskipun sekarang sudah sampai tahap pelaksanaan tes

kompetensi guru mata pelajaran, secara umum banyak guru yang belum tahu

persis apa dan bagaimana KBK.

Dalam buku Panduan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi

disebutkan tentang pengertian kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi.

Page 12: Laporan_Pelaksanaan_KBK

12

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan

bertindak secara konsisten dan terus-menerus akan memungkinkan seseorang

menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar untuk melakukan sesuatu. KBK merupakan pergeseran paradigma dari

pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input-oriented education)

ke pendekatan berorientasi hasil atau standar (out come-based education).

Kebijakan kurikulum secara nasional bergeser dari apa yang harus

diajarkan (kurikulum) ke apa yang harus dikuasai anak (standar kompetensi).

Guru dan siswa diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan

sejauh mana efektivitas belajar telah dicapai. KBK merupakan suatu format

yang menetapkan kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan

menggambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi.

Kompetensi yang dimaksud meliputi: pertama, kompetensi tamatan, yaitu

kompetensi yang harus dicapai ketika siswa tamat dari suatu jenjang

pendidikan. Kedua, kompetensi umum, yaitu kompetensi yang harus dicapai

siswa ketika siswa menyelesaikan suatu rumpun dan mata pelajaran tertentu.

Ketiga, kompetensi dasar, yaitu ukuran minimal atau memadai yang ditetapkan

tentang kemampuan, keterampilan, sikap, dan perilaku dasar dalam menguasai

materi pokok dan indikator pencapaian hasil belajar.

Menurut pandangan beberapa ahli pendidikan bahwa KBK yang

dilaksanakan belum beranjak jauh dari isi kurikulum sebelumnya dan hanya

akan berbeda dari sisi pendekatan (approach), yakni dengan dibukanya keran

otonomi bidang pendidikan, guru akan diberikan kebebasan yang seluas-

luasnya untuk menerapkan segala metode dan teknik pengajaran. Dan yang

Page 13: Laporan_Pelaksanaan_KBK

13

terpenting, bahwa guru harus dapat mencapai kompetensi yang diinginkan

kurikulum. Hal ini sangatlah wajar bila dilihat dari sisi semangat otonomi bidang

pendidikan, tetapi berpijak dari kenyataan yang ada kita perlu mempertanyakan

kesiapan guru-guru dalam menghadapi perubahan paradigma tersebut.

Apabila muatan kurikulum belum beranjak jauh dari kurikulum yang lalu,

hal ini patut menjadi pertanyaan besar. Sejalan dengan pengamatan muslih

(2004) bahwa pada mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SLTP, ternyata

muatan kurikulum yang ada hampir mirip dengan Kurikulum 1994. Yang

berbeda adalah disebutkannya kompetensi-kompetensi dasar tiap-tiap

keterampilan berbahasa (language skills) dengan indikator-indikator

pencapaiannya (Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris

SLTP, Pusat Kurikulum Depdiknas, (2001). Belum jelas apakah semua mata

pelajaran juga hampir sama dengan hal tersebut.. Bila muatan KBK masih sama

dengan Kurikulum 94, kita perlu prihatin. Sebab, selama tujuh tahun setelah

pemberlakuan Kurikulum 94 diadakan penelitian, ternyata hasil rata-rata

nasional NEM untuk semua mata pelajaran yang diujikan baik SD, SLTP,

maupun SMU rendah (Buletin Pusbuk, Depdiknas Vol VI, 2002). Bahkan pakar

pendidikan, Prof Suyanto yang juga Rektor Universitas Negeri Yogyakarta

mengatakan, mutu pendidikan kita sampai pada tahap lampu kuning mengingat

kualitas pendidikannya berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia (Suara

Merdeka, 4 Desember 2003). Hal ini karena Kurikulum 94 tidak mau melihat

realitas bahwa kondisi intelektualitas siswa itu berbeda-beda. Ada yang pandai,

ada yang biasa. Maka model muatan kurikulumnya pun semestinya berbeda

untuk tiap-tiap kategori kemampuan siswa. Namun kenyataan yang terjadi

adalah sebaliknya.

Page 14: Laporan_Pelaksanaan_KBK

14

Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi alias KBK yang mulai

dijalankan di sejumlah sekolah belum berjalan mulus. Guru masih menghadapi

banyak kendala dalam menerapkan KBK, terutama beradaptasi dengan metode

pembelajaran baru dan sistem evaluasi. Kenyataan ini menuntut perlunya lebih

banyak sosialisasi dan berbagai pelatihan. Kendala utama yang dihadapinya

dalam melaksanakan KBK antara lain terkait dengan metode pembelajaran serta

masalah evaluasi. Pada kurikulum sebelumnya (Kurikulum 1994), penilaian yang

dilakukan cenderung membuat penilaian hanya dari sisi kognitif, sedangkan

pada KBK menekankan juga kewajiban guru mengevaluasi aspek afektif dan

psikomotorik. Penilaian aspek afektif mencakup sikap anak selama mengikuti

proses belajar di kelas, sedangkan psikomotorik dilihat dari hasil praktikum.

Model seperti itu masih menjadi kendala bagi guru dalam

mengevaluasi, terutama di kelas besar. Hal senada diungkapkan oleh beberapa

guru yang mengatakan bahwa secara administratif, sistem evaluasi dalam KBK

memang lebih rumit. Namun dianggap sangat baik karena guru dapat

mengetahui kemampuan dan bakat muridnya lebih dalam. Kendala lain yang

dihadapi adalah dalam hal perubahan gaya mengajar. Sejumlah guru mengakui

bahwa tidak mudah mengubah mindset cara mengajar dari teacher center

menjadi student center. Sulit membiasakan diri dengan cara baru yang lebih

berpusat pada keaktifan siswa. Slain itu, tidak mudah memahami wujud KBK

dalam setiap mata pelajaran sehingga guru harus mencari-cari sendiri. Dalam

hal metode pembelajaran KBK misalnya, mutlak diperlukan suatu pandangan

bahwa guru dan murid sejajar atau mitra yang ingin sama-sama

mengembangkan pengetahuannya. Di sini, guru bertugas mengembangkan

keingintahuan murid dan kreativitas mereka. Silabus dari Depdiknas sifatnya

Page 15: Laporan_Pelaksanaan_KBK

15

hanya garis besar dan guru harus membuat perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan di kelas sendiri. Permasalahnnya adalah bahwa belum semua guru

mampu meninggalkan cara mengajar yang lama. Apalagi jika mereka mengajar

di dua kelas dengan sistem yang berbeda, yakni di kelas KBK dan kelas

kurikulum lama, mengingat KBK belum diterapkan secara merata.

Tahun pertama pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

pada tahun palajaran 2004/2005 ini masih diwarnai ketidaksiapan implementasi

di lapangan. KBK sebagai kebijakan pendidikan nasional diharapkan bisa

diterapkan di semua sekolah sesuai dengan tuntutannya, tetapi kenyataannya

menunjukkan masih adanya berbagai kelemahan terutama kesiapan,

kemampuan, dan kondisi sekolah di beberapa daerah. Berdasakan kenyataan

tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian keterlaksanaan KBK

tersebut di sekolah-sekolah termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan dan mutu pendidikan, yaitu kurikulum dan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Agar pelaksanaan penelitian dapat terarah, maka masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kemampuan dan kesiapan guru dalam merencanakan

pemelajaran, penguasaan bidang studi yang diajarkan, menggunakan

metode/strategi/teknik pemelajaran yang sesuai, pengelolaan kelas yang

efektif, pengunaan media yang benar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran

serta upaya-upaya yang terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di

sekolah?

Page 16: Laporan_Pelaksanaan_KBK

16

2. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan KBK yang diselenggarakan pada

pendidikan dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan?

3. Hambatan-hambatan apa saja yang menjadi kendala yang dihadapi oleh

pelaksana KBK dalam melaksanakan dan mengembangkan KBK?

4. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki dan

meningkatkan efektivitas pelaksanaan KBK di sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang terkait dengan peningkatan mutu

pendidikan di lingkungan pendidikan dasar mencakup aspek pelaksnaan dan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran KBK di sekolah, dikemukakan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan guru dalam merencanakan

pendidikan, penguasaan bidang studi yang diajarkan, menggunakan

metode/strategi/teknik pembelajaran yang sesuai, pengelolaan kelas yang

efektif, pengunaan media yang benar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran

serta upaya-upaya yang terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di

sekolah.

2. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan KBK yang diselenggarakan di

pendidikan dasar dan menengah dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan.

3. Hambatan-hambatan yang menjadi kendala yang dihadapi oleh peleksanan

KBK dalam melaksanakan dan mengembangkan KBK.

4. Untuk mengetahuan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka

memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KBK di sekolah.

Page 17: Laporan_Pelaksanaan_KBK

17

D. Sasaran Penelitian

Berdasarkan tujuan-tujuan yang akan dicapai, sasaran yang

diharapkan untuk diperoleh adalah rekomendasi yang terkait dengan: upaya-

upaya sosialisasi KBK yang efektif pada tingkat sekolah untuk meningkatkan

peran serta guru dan kepala sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum

dan peningkatan proses pemelajaran di sekolah, menetapkan kewenangan dan

tanggung jawab pihak terkait dalam rangka pelaksanaan dan pengembangan

KBK sesuai tuntutan KBK yang sesungguhnya, menetapkan kemampuan dasar

yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan berupa kemampuan

guru-guru yang bertugas sebagai guru SD, serta menemukan berbagai faktor

yang mempengaruhi kemampuan guru, sehingga dapat ditemukan upaya-upaya

yang relevan untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh guru.

Page 18: Laporan_Pelaksanaan_KBK

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa untuk melaksanakan tugas tertentu. Jarvis

(1983) memandang “… competency is viewed as a level of professional practice with provided service appropriate the

wants/needs and expectations of the clients”. Kompetensi dapat dipandang sebagai tingkatan dari kemampuan praktek

yang profesional untuk memberikan pelayanan kepada orang yang membutuhkan.

McAshan (dalam Mulyasa, 2003) mengemukakan bahwa kompetensi: “… is a knowledge, skill, and abilities or

capabilities that a person achieves, which become part of this or her being to the exent he or she can satisfactory

perform particular cognitive, affective, and psychomotorily behaviors”. Sejalan dengan itu, Siskandar (2003) menyatakan

kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kebiasaan-kebiasaan itu harus mampu dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus, serta mampu untuk

melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan, baik profesi, keahlian,

maupun lainnya.

Kompetensi yang harus dikembangkan di sekolah (termasu di SD) ada empat klasifikasi, yaitu kompetensi

tamatan, kompetensi mata pelajaran, kompetensi rumpun mata pelajaran, dan kompetensi lintas kurikulum. Menurut

Yulaelawati (dalam Rosyada, 2004) kompetensi mata pelajaran adalah rumusan kompetensi siswa dalam berpikir,

bersikap dan bertindak setelah menyelesaikan mata pelajaran tertentu.

Selanjutnya akan dijelaskan kurikulum berbasis kompetensi, menurut Siskandar (2003) Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) tiada lain adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya

dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola pikir serta

bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa. Abdurrahman Shaleh

(dalam Rosyada, 2004) menyatakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah perangkat standar program

pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang

dipelajarinya.

Bertitik tolak dari pandangan tersebut, KBK yang termasuk dalam penelitian ini diarahkan pada pertimbangan

penyusunan struktur kurikulum serta silabus dan pelaksanaannya dari mata pelajaran yang ada di SD, termasuk

berbagai pembelajarannya yang merupakan implikasi dari penekanan KBK tersebut untuk mampu meningkatkan

kompetensi dalam belajar. Perancangan berbagai aktivitas belajar dalam pembelajaran di SD diikuti arah dan tujuan dari

pembinaan kompetensi-kompetensi yang diharapkan KBK sehingga dapat meningkatkan kompetensi mereka.

Page 19: Laporan_Pelaksanaan_KBK

19

1. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang

sesuai; spesifikasi indokator-indokator evaluasi untuk menentukan

kesesuaian pencapaian kompetensi; dan pengembangan system

pembelajaran (Mulyasa, 2003). Di samping itu KBK memiliki sejumlah

kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, penilaian dilakukan

berdasarkan standar khusus sebagai hasil demokrasi kompetensi yang

ditunjukkan oleh siswa, dan pembelajaran lebih ditekankan pada kegiatan

individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.

Selain itu, siswa dapat dinilai kompetensinya kapan saja bilka mereka sudah

siap, dan dalam pembelajaran siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan

dan kemampuan masing-masing. .

Menurut Depdiknas, bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal,

2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman,

3) penampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi,

4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya

yang memenuhi unsur edukatif, dan

5) penilaian ditekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

2. Komponen KBK

Page 20: Laporan_Pelaksanaan_KBK

20

Pada akhir-akhir ini, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) banyak

mendapat perhatian dari masyarakat pendidikan. Pada hakekatnya

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan

pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,

penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya

pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Untuk menerapkan

KBK di sekolah, terdapat empat komponen yang harus dipenuhi sekolah-

sekolah. Ke empat komponen tersebut adalah (1) kegiatan belajar mengajar,

(2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, (3) kurikulum dan hasil belajar,

dan (4) penilaian berbasis kelas. Dalam belajar mengajar, guru perlu

mendorong siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun

gagasan. Meskipun tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi

guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong

prakarsa, motivasi, serta tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang

hayat.

Dalam pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, pihak sekolah mempunyai peran

dan tanggung jawab yang terkait peran serta tanggung jawab pihak lain dalam bidang

pendidikan di daerah yang bersangkutan. Sekolah juga harus bisa meningkatkan

komunikasi dengan berbagai pihak untuk mensosialisasikan gagasan, konsep,

pelaksanaan KBK, serta implikasinya terhadap siswa dan sekolah.

Kemudian dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, siswa, orang tua, dan

guru bisa memperoleh kejelasan tentang hasil belajar yang diharapkan bisa dicapai siswa

di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada hasil belajar tersebut mampu memberikan

kelonggaran guru untuk menentukan pendekatan yang paling tepat dan menantang para

siswa untuk mencapai hasil belajar setinggi mungkin. Komponen penilaian berbasis

Page 21: Laporan_Pelaksanaan_KBK

21

kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa, hasil karya, penugasan, kinerja, dan

tes tertulis.

Standar kompetensi guru dapat digunakan sebagai acuan dalam

peningkatan dan pembinaan guru yang lebih profesional dan dapat

dipertanggung jawabkan secara akademik. Standar kompetensi guru ini

bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru

untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas

proses pembelajaran. Menurut Ditjen Dikdasmen (2003) standar kompetensi

guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk

penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar

berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,

kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa

manfaat standar kompetensi guru kiranya dapat memberikan kontribusi

dalam dua hal yaitu (1) menjadi tolok ukur semua pihak yang

berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembinaan, peningkatan

kualitas dan penjenjangan karir guru dan (2) meningkatkan kinerja guru

dalam bentuk kreativitas, inovasi, keterampilan, kemandirian dan tanggung

jawab sesuai dengan jabatan profesinya.

3. Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan KBK

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi edukatif antara

siswa dengan lingkungannya yang kondusif untuk belajar, sehingga terjadi

proses belajar dalam arti terjadi “perubahan” pada siswa kea rah yang lebih

baik. Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan tingklah

Page 22: Laporan_Pelaksanaan_KBK

22

laku, perubahan inteketual, perubahan sikap, perubahan psikomotorik,

perubahan dalam emosional, dan perubahan dalam spiritual. Dalam interaksi

edukatif tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor

interaksi yang dating dari dalam individu, mapun faktor eksternal yang

datang dari lingkungan.

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya proses belajar pada

diri siswa. Pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan

menyenangkan, hal itu menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam

menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembelajaran dikatakan efektif

apabila seluru siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun

sosialnya. Menurut Mulyasa (2003) pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)

siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,

semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.

Pelaksanaan pembelajaran berarti juga pelaksanaan kurikulum,

dalam hal ini pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi )KBK). Dalam

pelaksanaan KBK selalu menyangkut kepada komponen-komponen yang

harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh guru. Adapun komponen-

komponen yang menjadi acuan dalam pelaksanaan KBK adalah: (1)

merencanakan pembelajaran, (2) penguasaan bidang studi yang diajarkan,

(3) penggunaan metode/strategi/teknik pembelajaran yang sesuai, (4)

pengelolaan kelas yang efektif, (5) pengunaan media pembelajaran yang

Page 23: Laporan_Pelaksanaan_KBK

23

benar, (6) pengevaluasian hasil pembelajaran, dan (7) upaya-upaya yang

terkait dengan perbaikan mutu pendidikan di sekolah.

4. Indikator Keberhasilan KBK

Keberhasilan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dalam

pelaksanaannya memberikan kewenangan yang sangat besar kepada

kepala sekolah dan guru sangat ditentukan oleh kepala sekolah, guru, siswa,

orangtua siswa dan masyarakat yang terlibat secara langsung dalam

pengelolaan sekolah.

Oleh karena itu, menurut Mulyasa (2003) bahwa keberhasil

pelaksanaan KBK tersebut dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai

berikut:

1) adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah

melalui kemadian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengelola

dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia,

2) adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan

penggunaan sumber-sumber pendidikan, melalui pembagian

tanggungjawab yang jelas, transparan dan demokratis,

3) adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat

sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran

yang dicapai melalui pengambilan keputusan bersama,

4) adanya peningkatakn tanggungjawab sekolah kepada pemerintah,

orangtua siswa, dan masyarakat, pada umumnya berkaitan dengan mutu

sekolah,

Page 24: Laporan_Pelaksanaan_KBK

24

5) adanya kompetisi yang sehat antarsekolah dalam peningkatan mutu

pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua

siswa, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat,

6) tumbuhnya kemadirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan

warga sekolah, besifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa

kewirausahaan tinggi,

7) terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih ditekankan

pada belajar mengetahui (learning to how), belajar berkarya (learning to

do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup

bersama secara harmonic (learning to live together),

8) terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga

proses pembelajaran dapat berlangsung secara tenang dan

menyenangkan (enjoyble learning), dan

9) adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berlanjutan.

B. Arti Pentingnya Evaluasi

Secara umum evaluasi mempunyai makna sebagai alat untuk mengetaui

sampai sejauhmana ketercapaian dan kegagalan suatu program kegiatan dalam

mewujudkan tujuan yang seharusnya dicapai. Dalam kaitannya dengan program

pendidikan, tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapatkan data

pembuktian yang menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan

keberhasilan peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajarannya

(Ngalim, P., 1983). Di samping itu, evaluasi juga dapat diperuntukkan bagi guru-

guru dan pengawas (supervisor) untuk mengukur sampai di mana efeketifitas

pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan mengajar, dan metode

Page 25: Laporan_Pelaksanaan_KBK

25

mengajar yang dipergunakan. Dari tujuan evaluasi di atas, maka betapa

pentingnya peran serta fungsi evaluasi dalam proses pembelajaran kegiatan

belajar-mengajar di sekolah.

Secara khusus kegiatan penilaian (evaluasi) kali ini adalah dimaksudkan

untuk menilai keterlaksanaan kurikulum berbasi kompetensi (KBK) sehingga

diperoleh informasi tentang kesiapan dan kondisi keterlaksanaan KBK tersebut.

Aspek-aspek yang akan dievaluasi meliputi sumberdaya pendidikan dan

pembelajaran KBK. Aspek sumberdaya pendidikan terdidri dari : (a) aspek

siswa, (b) aspek guru, (c) aspek manajemen kepala sekolah, (d) aspek

partisipasi birokrat pendidikan, (e) aspek mekanisme pelaksanaan program,

serta (f) aspek pendukung dan penghambat. Sedangkan aspek pembelajaran

lebih menekankan kepada proses/interakasi belajar mengajar program KBK.

Dengan kata lain bahwa evaluasi pelaksanaan KBK ini diarahakan untuk menilai

secara menyeluruh tentang kelebihan dan kelemahan pelaksanaan KBK untuk

selanjutnya disampaikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan

kebijakan dibidang pendidikian.

C. Fungsi Pokok Evaluasi

Menurut Ngalim Purwanto (1983), bahwa fungsi pokok evaluasi adalah

untuk mengetahui tentang : (a) kemajuan dan perkembangan anak didik setelah

mengalami didikan/melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu

tertentu, (b) sampai di mana keberhasilan suatu metode sistem pembelajaran

yang dipergunakan, dan (c) kekurangan serta kelebihan yang diperoleh dari

hasil evaluasi dimaksud, dan selanjutnya dapat berusaha untuk mencari

alternatif pemecahan/perbaikannya. Di samping itu, data yang diperoleh dari

Page 26: Laporan_Pelaksanaan_KBK

26

evaluasi dimaksud dapat dipergunakan untuk : (i) bahan kelengkapan

bimbingan bagi setiap individu/peserta didik, (ii) membuat diagnose mengenai

kelemahan-kelemahan dan kekuataan serta kelebihan peserta didik, (iii)

menentukan hal-hal apa dalam peberian remidial service, dan (iv) perbaikan

atau penyempurnaan kurikulum. Adapun kaitannya dengan kegiatan evaluasi

ini, fungsi evaluasi secara mendasar adalah untuk mengetahui tentang

sejauhmana keterlaksanaan KBK, khususnya dalam hal-hal berikut ini, yaitu:

a. kelayakan materi KBK

b. keterlaksanaan pembelajaran KBK

c. kesiapan dan kemampuan guru serta birokrat pendidikan dalama

melaksanakan KBK

d. Kelebihan dan kekurangan pelaksanaan program KBK

e. Faktor pendukung pelaksanaan program KBK

Page 27: Laporan_Pelaksanaan_KBK

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan

penelitian metode survei. Sesuai pendekatan survei, maka pelaksanaan

pengumpulan data dilakukan dengan, observasi, wawancara, dan penyebaran

angket ke subjek penelitian.

A. Lokasi Kegiatan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar yang berstatus

sekolah negeri. Wilayah penelitian meliputi wilayah mebidang (Medan, Binjai, dan Deli

Serdang) propinsi Sumatera Utara.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian ini adalah siswa, guru, kepala sekolah, birokrat

diknas, dan sekolah pada jenjang pendidikan dasar negeri di seluruh wilayah

penelitian. Sedangkan sampel penelitian ditetapkan secara purposive random

sampling. Secara rinci penyebaran sampel sekolah dietapkan sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu diambil tiga kabupaten/kota (Kota Medan, Kota Binjai, Kab.

Deli Serdang) sebagai sampel wilayah.

2. Untuk setiap kabupaten/kota ditetapkan daerah untuk samplek kota, kota

kecamatan, dan desa/pinggiran.

Page 28: Laporan_Pelaksanaan_KBK

28

3. Dari setiap daerah untuk sample diambil sekolah yang favorit dan non-

favorif.

4. Secara rinci jumlah sekolah yang diambil untuk setiap wilayah dapat dilihat

dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penyebaran Jumlah Sekolah per Wilayah

Jumlah Sekolah

Favorit Non Faforit No. Kab/Kota

Kota Kota kec.

Pinggiran/Desa

Kota Kota kec.

Pinggiran/Desa

Jum-lah

1 Medan 3 3 3 3 3 3 18

2 Binjai 3 3 3 2 2 2 15

3 Deli Serdang 3 3 3 2 2 2 15

Jumlah 9 9 9 7 7 7 48

Setelah ditetap sample sekolah ditetapkan juga sampel penelitian sebagai

sumber informasi dalam penelitian. Secara rinci penyebaran sampel dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Penyebaran Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah Sampel No. Kab/Kota

Sekolah Guru Birokrat Diknas

Orangtua/ Masyarakat

1 Medan 18 54 4 10

2 Binjai 15 45 3 10

3 Deli Serdang 15 45 3 10

Jumlah 48 144 10 30

Page 29: Laporan_Pelaksanaan_KBK

29

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dalam bentuk pedoman observasi terhadap pelaksanaan KBK oleh

guru dan berupa panduan wawancara untuk kapala sekolah, dinas pendidikan

dan masyarakat. Pedoman observasi terhadap pelaksanaan KBK oleh guru

digunakan oleh peneliti saat melakukan evaluasi (observasi) terhadap kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.

Kisi-kisi instrumen pedoman observasi pelaksanaan kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi Terhadap

Pelaksanaan KBK Oleh Guru

No. Indikator No. Butir Instrumen 1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Perencanaan pembelajaran Penguasaan bidang studi Penggunaan metode, strategi dan teknik pembelajaran. Pengelolaan kelas Penggunaan media Evaluasi hasil Upaya-upaya perbaikan mutu

1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10, 12 11, 13, 19, 38, 39 14, 15, 16, 17, 18 20, 21, 22, 23, 24 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 32, 33, 34, 35, 36, 37, 40

Sedangkan kisi-kisi pedoman wawancara terhadap kepala sekolah, dinas

pendidikan dan masyarakat dapat dihat dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Untuk Kepala Sekolah,

Dinas Pendidikan dan Masyarakat

Jumlah Butir Instrumen No. Indikator KepSek Dinas Masyarakat

1.

Evektivitas pelaksanaan KBK di Sekolah Dasar

5

4

4

Page 30: Laporan_Pelaksanaan_KBK

30

2.

3.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam memperbaiki dan meningkatkan evektivitas pelaksanaan KBK Hambatan-hambatan yang dihadapi guru, kepala sekolah dalam pelaksanaan KBK.

14 5

6 5

4 2

D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan instrumen penelitian yang telah dikemukakan di atas di

kumpulkan data penelitian. Untuk data evaluasi pelaksanaan KBK oleh guru,

data dikumpulkan melalui observasi langsung saat guru sedang mengajar di

dalam kelas. Peneliti berada di dalam kelas selama guru mengajar dan peneliti

selalu berupaya meniadakan subjektivitas saat melakukan evaluasi (observasi).

Dengan melakukan pengumpulan data seperti itu, diharapkan tidak terjadi bias

data.

Selain itu, untuk memperoleh data hasil wawancara, peneliti langsung

berhadapan dengan objek penelitian (kepala sekolah, kepala dins pendidikan,

dan masyarakat) untuk melakukan wawancara kepada mereka. Walaupun dalam

kisi-kisi ditetapkan jumlah butir yang akan ditanyakan, hal adalah sebagai

pedoman dan dasar untuk melakukan wawancara awal, sementara itu saat

dilakukan wawancara lebih dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selalu

berkambang dan mendalam sehingga dapat tergali data yang diperlukan dalam

penelitia ini.

Page 31: Laporan_Pelaksanaan_KBK

31

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam studi ini berupa data mengenai

gambaran pelaksanaan, pengembangan kurikulum KBK dari subjek penelitian,

dan gambaran tentang kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di

sekolah dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Berdasarkan hasil

pengolahan data dengan statistic deskriptif ini diajukan beberapa temuan

rekomendasi yang bermanfaat sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan.

Data yang diperoleh melalui wawancara, dianalisis bersandarkan pada

analisis deskriptif kualitatif. Dengan analisis deskriptif kualitatif ini diawali

dengan melakukan reduksi data, yaitu memilah-milah data berdasarkan topic,

tema, konsep, dan prinsip yang sesuai dengan masalaha penelitian ini dan

sekaligus mereduksi data yang dianggap tidak tepat atau tidak sesuai dengan

topic, tema, konsep dan prinsip di atas.

Setelah dilakukan reduksi data, dilakukan penggambaran data baik

dalam bentuk deskripsi maupun dalam bentuk diagram-diagram data sesuai

dengan topic, tema, konsep, dan prinsip di atas. Dari hasil deskripsi dan

penggambaran data ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai hasil

analisis data penelitian.

Page 32: Laporan_Pelaksanaan_KBK

32

BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan KBK

Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat ditelusuri

melalui tujuh indikator, yaitu: (1) perencaan pembelajaran, (2) penguasaan

bidang studi, (3) penggunaan metode, strategi dan teknik, (4) pengelolaan

kelas, (5) penggunaan media, (6) evaluasi hasil, dan (7) upaya-upaya perbaikan

mutu. Dalam mendeskripsikan pelaksanaan KBK tersebut, terlebih dahulu

digambarkan palaksanaan KBK itu secara umum yang mencakup keseluruhan

indikator tersebut, kemudian dijabarkan secara rinci sesuai dengan indikator

satu persatu.

Tabel 4.1

Distribusi Data Tingkat Pelaksanaan KBK di SD

No. Kl. Kelas Interval F % F % Relatif 1 87 - 95 17 11,806 11,806 2 96 - 104 4 2,778 14,583 3 105 – 113 6 4,167 18,750 4 114 – 122 30 20,833 39,583 5 123 – 131 46 31,944 71,528 6 132 – 140 15 10,417 81,944 7 141 – 149 17 11,806 93,750 8 150 – 158 7 4,861 98,611 9 159 – 167 2 1,389 100,000 Jumlah 144 100,000

Deskripsi data pelaksanaan KBK secara keseluruhan dapat dilakukan

sebagai berikut ini. Berdasarkan hasil urutan data diperoleh skor maksimal

adalah 167, skor minimal adalah 87, dan rentangan adalah 80. Dari hasil

Page 33: Laporan_Pelaksanaan_KBK

33

perhitungan diperoleh nilai rata-rata (mean) = 123,965; median (Me) = 125;

modus (Mo) = 125; simpangan baku = 17,695; dan varians = 313,097.

Kesemua data penelitian disusun dalam daftar distribusi frekuensi seperti dalam

Tabel 4.1.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dibuat histogram untuk menggambarkan

bentuk dsitribusi data tingkat pelaksanaan KBK di SD. Bentuk histogram

tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.1.

Diagram 4.1. Tingkat Pelaksanaan KBK di SD

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Diagram 4.1 ternyata distribusi skor tingkat

pelaksanaan KBK di SD terbesar berada pada kelas interval 123 – 131, yaitu

sebesar 312,944%. Distribusi data tingkat pelaksanaan KBK di SD terendah

terletak pada kelas interval 159 – 167, yaitu sebesar 1,389%.

Selanjutnya dilakukan deskripsi data tingkat pelaksanaaan KBK di SD

untuk setiap komponen (indicator) variable sebagai berikut. Pendeskripsian

tersebut dilakukan secara terpisah untuk masing-masing indicator.

17

4 6

30

46

15 17

72

05

101520253035404550

Frek

uens

i

1

No. Kelas Interval

Page 34: Laporan_Pelaksanaan_KBK

34

1. Perencaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil tabulasi dan analisis data instrumen yang telah diisi

oleh responden ternyata skor maksimum = 25 dan skor minimum = 10.

Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 15,46

modus = 15 dan median = 15 serta varians = 9,481 dan simpangan baku =

3,079. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi

frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Distribusi Data Perencanaan Pembelajaran

No KI KI F % F % Relatif 1 10 - 11 24 16,667 16,667 2 12 - 13 1 0,694 17,361 3 14 - 15 45 31,250 48,611 4 16 - 17 46 31,944 80,556 5 18 - 19 10 6,944 87,500 6 20 - 21 16 11,111 98,611 7 22 - 23 0 0,000 98,611 8. 24 - 25 2 1,389 100,000

Jumlah 144 100,000

24

1

45 46

1016

0 205

101520253035404550

Frek

uens

i

1

No. Kelas Interval

Page 35: Laporan_Pelaksanaan_KBK

35

Diagram 4.2. Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dibuat histogram untuk menggambarkan bentuk distribusi data perencanaan

pembelajaran. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.2.

Selanjutnya untuk mengetaui perencanaan pembelajaran guru dalam pelaksanaan

KBK lebih spesifik lagi, berikut ini diuraikan jawaban responden secara lebih rinci, yaitu

yang berkaitan dengan pengetahuan guru tentang perencanaan pembelajaran. Hasil

evaluasi dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengetahuan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 56 64 22 -

1,389 38,889 44,444 15,278

-

1,389 40,278 84,722 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.3 ternyata pengetahuan guru tentang perencanaan

pembelajaran cukup baik, yaitu sebesar 44,444%. Sedangkan yang termasuk dalam

kategori baik sebesar 38,889% dan tidak baik sebesar 15,278%. Cukup baiknya

pengetahuan guru tentang perencanaan pengajaran akan membuat guru lebih lagi

melaksanakan KBK di dalam kelas.

Berkaitan dengan kualitas perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, hasil

evaluasi dapat dilihat dalam Tabel 4.4. Adanya analisis data tentang kualitas perencanaan

pembelajaran yang dibuat oleh guru secara spesifik, hasilnya adalah kualitas perencanaan

pembelajaran yang dibuat oleh guru termasuk dalam kategori cukup baik, yaitu sebesar

Page 36: Laporan_Pelaksanaan_KBK

36

52,778%, dan yang masuk dalam kategori baik sebesar 28,472%., yang termasuk tidak

baik sebesar 17,36%.

Tabel 4.4

Kualitas Perencanaan Pembelajaran yang Dibuat Oleh Guru

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 41 76 25 -

1,389 28,472 52,778 17,360

-

1,389 29,861 82,639 100,000

- 144 100,00 -

Berkaitan dengan kualitas setiap komponen yang tercantum dalam perencanaan

pembelajaran yang telah dibuat guru berdasarkan data hasil evaluasi diperhatikan dalam

Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Kualitas Komponen dalam Perencanaan Pembelajaran

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 17 99 26 -

1,389 11,806 68,750 18,056

-

1,389 13,194 81,944 100,000

- 144 100,00 -

Ternyata sebesar 68,75% hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas

komponen dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru cukup

baik. Selain itu, sebesar 18,056% dinyatakan bahwa komponen dalam

perencanaan pembelajaran yang dibuat guru tidak baik. Pada dasarnya

Page 37: Laporan_Pelaksanaan_KBK

37

semakin baik kualitas komponen dalam suatu perencanaan pembelajaran

maka akan smakin baik pula kualitas perencanaan pembelajaran itu.

Hasil evaluasi penguasaan guru tentang teknik pembuatan

perencanaan pembelajaran sehingga dapat diterapkan dengan baik

didalam kelas dapat diperhatikan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Penguasaan Guru Tentang Teknik Pembuatan

Perencanaan Pembelajaran

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 26 85 31 -

1,389 18,056 59,028 21,528

-

1,389 19,444 78,472 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut, ternyata sebagian besar (59,028%)

penguasaan guru tentang teknik pembuatan perencanaan pembelajaran

cukup baik, sedangkan sebesar 21,528% hasil evaluasi ternyata tidak baik.

Walaupun demikian sebesar 18,056% guru menguasaai tentang teknik

pembuatan perencanaan pembelajaran dengan baik.

Tabel 4.7

Pengetahuan Guru Tentang Penyusunan TUP dan TKP

dalam Perencanaan Pembelajaran

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 5 2 1,389 1,389

Page 38: Laporan_Pelaksanaan_KBK

38

2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

4 3 2 1

36 81 25 -

25,000 56,250 17,361

-

26,389 82,639 100,000

- 144 100,00 -

Berkaitan dengan pengetahuan guru tentang penyusunan TUP dan TKP dalam

suatu perencanaan pembelajaran, hasil evaluasi terhadap pengetahuan guru tersebut dapat

diperhatikan dalam Tabel 4.7.

Dalam Tabel 4.7 dapat diperlihatkan bahwa sebesar 56,25% guru memiliki

pengetahuan yang cukup baik tentang penyusunan TUP dan TKP dalam suatu

perencanaan pembelajaran. Sebesar 25,00% guru memiliki pengetahuan yang baik

tentang penyusunan TUP dan TKP dalam suatu perencanaan pembelajaran. Namun

masih ada sebesar 17,361% pengetahuan guru tidak baik tentang penyusunan TUP dan

TKP dalam suatu perencanaan pembelajaran.

2. Penguasaan Bidang Studi

Berdasarkan hasil tabulasi dan analisis data instrumen evaluasi

pelaksanaan KBK di SD skor maksimum = 30 dan skor minimum = 12.

Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 20,583

modus = 18 dan median = 21 serta varians = 9,126 dan simpangan baku =

3,020. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi

frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Distribusi Data Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

No KI KI F % F % Relatif 1 11 - 13 3 2,083 2,083

Page 39: Laporan_Pelaksanaan_KBK

39

2 14 - 16 6 4,167 6,250 3 17 - 19 45 31,250 37,500 4 20 - 22 49 34,028 71,528 5 23 - 25 38 26,389 97,917 6 26 - 28 2 1,389 99,306 7 29 - 31 2 1,389 100,694

Jumlah 144 100,000

Berdasarkan Tabel 4.8 tersebut dapat dibuat histogram untuk menggambarkan bentuk distribusi data

penguasaian materi bidang studi oleh guru. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat pada Diagram 4.3.

Diagram 4.3. Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

Untuk mengetaui secara mendalam tentang penguasaan guru pada materi bidang

studi yang diajarkan, berikut ini dikemukakan hasil evaluasi secara lebih rinci. Pertama-

tama dikaji mengenai pengetahuan guru tentang bahan pelajaran yang akan diajarkannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasi dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.9

Tabel 4.9

Penguasaan Bidang Studi Oleh Guru

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik

5 4 3 2

11 87 40 6

7,639 60,417 27,778 4,167

7,639 68,056 95,833 100,000

36

4549

38

2 2

05

101520253035404550

Frek

uens

i

1

No. Kelas Interval

Page 40: Laporan_Pelaksanaan_KBK

40

5. Sangat tidak baik 1 - - - 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.9 tersebut, ternyata sebagian besar (60,417) guru telah

menguasai materi bidang studi dengan baik dan sebesar 27,778% guru cukup baik

menguasai materi bidang studi yang akan diajrkannya. Dari hasil evaluasi ternyata guru

sangat baik menguasai bidang studi yang akan diajarkan sebesar 7,639%. Namun

demikian ada sebagian kecil (4,167%) hasil evaluasi yang menyatakan guru tidak baik

menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.

Untuk dapat mengajar dengan baik guru juga harus mampu menguasai materi-

materi pelajaran sebelum mengajar di depan kelas. Berkaitan dengan kemampuan guru

menguasai materi-materi pelajaran sebelum mengajar di depan kelas tersebut, hasil

evaluasi dapat dilihat dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Kemampuan Guru Menguasai Materi-materi Pelajaran

Sebelum Mengajar di Depan Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 94 44 4 -

1,389 65,278 30,556 2,778

-

1,389 66,667 97,222 100,000

- 144 100,00 -

Dalam Tabel 4.10 diperlihatkan bahwa sebagian besar (65,278%) guru dengan

baik memiliki kemampuan menguasai materi-materi pelajaran sebelum mengajar di

depan kelas dan sebesar 30,556% hasil evaluasi guru cukup baik menguasai mmateri

pelajaran sebelum mengajar di depan kelas. Dari hasil tersebut ternyata sebagian besar

Page 41: Laporan_Pelaksanaan_KBK

41

guru telah menyadari bahwa betapa pentingnya penguasaan materi pelajaran sebelum

mengajar sebelum dimulainya pembelajaran dan juga sebagai langkah awal kegiatan

pembelajaran.

Hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam memahami suatu materi

pelajaran dari buku bacaan sebelum mengajar di kelas dapat dilihat dalam Tabel 4.11

Tabel 4.11 Kemampuan Guru dalam Memahami suatu Materi Pelajaran

dari Buku Bacaan Sebelum Mengajar

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

4 80 53 6 1

2,778 55,556 36,806 4,167 0,694

2,778 58,333 95,139 99,306 100,000

144 100,00 -

Sebanyak 55,556% ternyata kemampuan guru dalam memahami suatu materi

pelajaran dari buku bacaan sebelum mengajar di kelas termasuk kategori baik dan

sebesar 36,806% kemampuan guru dalam memahami suatu materi pelajaran dari buku

bacaan sebelum mengajar di kelas cuku baik. Hanya sebanyak 2,778% guru yang

memahami sangat baik tentang materi pelajaran dari buku bacaan sebelum menganajar di

kelas.

Tabel 4.12

Kemampuan Guru dalam Menguasai Materi Pelajaran

yang Dimuat dalam Silabus

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 5 2 1,389 1,389

Page 42: Laporan_Pelaksanaan_KBK

42

2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

4 3 2 1

69 53 9 11

47,917 36,806 6,250 7,639

49,306 86,111 92,361 100,000

144 100,00 -

Selain kemampuan memahami materi pelajaran dari buku bacaan, terlu diketaui

juga kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran yang dimuat dalam silabus.

Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel 4.12.

Jika diperhatikan Tabel 4.12 ternyata hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebesar

47,917% guru-guru SD telah memiliki kemampuan dengan baik dalam menguasai materi

pelajaran yang dimuat dalam silabus dan sebesar 36,806% pengasaan guru materi yang

tercantum dalam silabus termasuk dalam kategori cukup baik. Tetapi dari hasil evaluasi

ada sebesar 7,639% dari guru-guru SD yang sangat tidak baik dalam penguasaan materi

yang tercantum dalam silabus.

Selain hal tersebut di atas, guru juga harus memiliki kemampuan dalam

mengajarkan materi pembelajaran di dalam kelas. Hasil evaluasi terhadap kemampuan

guru dalam mengajarkan materi pelajaran di dalam kelas dapat dilihat dalam Tabel 4.13.

Tabel 4.13

Kemampuan dalam Mengajarkan Materi

Pembelajaran di dalam Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 44 81 17 0

1,389 30,556 56,250 11,806

-

1,389 31,944 88,194 100,000

- 144 100,00 -

Page 43: Laporan_Pelaksanaan_KBK

43

Dengan memperhatikan deskripsi data dalam Tabel 4.13 ternyata sebesar

56,250% kemampuan guru cukup baik dalam mengajarkan materi pembelajaran di dalam

kelas, sebesar 30,556% kemampuan guru termasuk dalam kategori baik dan hanya

sebesar 11,806% guru memiliki kemampuan yang tidak baik.

Hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam menyesuaikan materi

pembelajaran dengan metode yang digunakannya di dalam kelas dapat dilihat dalam

Tabel 4.14

Tabel 4.14 Kemampuan Guru dalam Menyesuaikan Materi Pembelajaran

dengan Metode yang Digunakannya di dalam Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 33 94 15 0

1,389 22,917 65,278 10,417

-

1,389 24,306 89,583 100,000

- 144 100,00 -

Sebesar 65,278% ternyata kemampuan guru cukup baik dalam menyesuaikan materi pembelajaran dengan

metode yang digunakan di dalam kelas, sebesar 22,917% ternyata kemampuan guru dalam menyesuaikan materi

pembelajaran dengan metode yang digunakan di dalam kelas termasuk dalam kategori baik, dan sebesar 10,417%

kemampuan guru tidak baik dalam menyesuaikan materi pembelajaran dengan metode yang digunakan.

3. Penggunaan Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data tentang penggunaan metode, strategi

dan teknik pembelajaran diperoleh skor maksimum = 22 dan skor minimum

= 10. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor =

15,424, modus = 15 dan median = 15 serta varians = 5,519 dan simpangan

Page 44: Laporan_Pelaksanaan_KBK

44

baku = 2,349. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi

frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.15.

Tabel 4.15

Distribusi Data Penggunaan Metode, Strategi, dan Teknik Pembelajaran

No KI KI F % F % Relatif

1 9 - 10 4 2,778 2,778 2 11 - 12 11 7,639 10,417 3 13 - 14 23 15,972 26,389 4 15 - 16 68 47,222 73,611 5 17 - 18 20 13,889 87,500 6 19 - 20 16 11,111 98,611 7 21 - 22 2 1,389 100,000

Jumlah 144 100

Berdasarkan Tabel 4.15 tersebut dapat dibuat histogram untuk menggambarkan bentuk distribusi data

penggunaan metode, strategi dan teknik pembelajaran. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat pada Diagram 4.4.

Diagram 4.4. Penggunaan Metode, Strategi

dan Teknik Pembelajaran

Dalam pembelajaran ditemui banyk kesulitan, terutama saat-saat pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas,

oleh karena itu seorang guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran, strategi dan teknik yang paling cocok

untuk setiap materi yang diajarkan.

Untuk mengetaui secara mendalam penggunaan metode, strategi dan teknik

pembelajaran oleh guru, berikut ini diuraikan hasil evaluasi secara lebih rinci. Pertama-

411

23

68

2016

20

10

20

30

40

50

60

70

Frek

uens

i

1

No. Kelas Interval

Page 45: Laporan_Pelaksanaan_KBK

45

tama yang akan dideskripsikan adalah pengetahuan guru tentang metode pembelajaran

yang diterapkan di dalam kelas. Hasil evaluasinya dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.16.

Tabel 4.16

Pengetahuan Guru tentang Metode Pembelajaran

yang Diterapkan di dalam Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 31 99 12 0

1,389 21,528 68,750 8,333

-

1,389 22,917 91,667 100,000

- 144 100,00 -

Ternyata sebesar 68,750% guru memiliki pengetahuan cukup baik

tentang metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, sebesar

21,528% guru memiliki pengetahuan yang baik tentang metode

pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, dan hanya 8,333% dari guru

yang tidak baik pengetahuannya tentang tentang metode pembelajaran yang

diterapkan di dalam kelas.

Pengetahuan tentang metode pembelajaran yang memadai dapat

membuat guru memilih metode yang tapat digunakan sesuai dengan materi

pembelajaran yang akan diajarkan, karena perlu diketahui tidak semua

metode pembelajaran cocok untuk semua materi pembelajaran. Dengan

semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan guru tentang metosde

pembelajaran maka diharapkan akan semakin aktif proses pembelajaran di

dalam kelas.

Page 46: Laporan_Pelaksanaan_KBK

46

Selanjutnya akan dideskripsikan mengenai pengetahuan guru tentang

penghelolaan kelas untuk kegiatan belajar mengajar. Seorang guru yang

baik harus memiliki pengetahuan yang baik pula tentang pengelolaan kelas.

Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasi terhadap pengetahuan guru

dapat diperhatikan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Pengetahuan Guru Tentang Penghelolaan Kelas untuk KBM

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 45 74 11 12

1,389 31,250 51,389 7,639 8,333

1,389 32,639 84,028 91,667 100,000

144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.17 tersebut, ternyata sebagian besar (51,389%)

guru memiliki pengetahuan cukup baik tentang pengelolaan kelas untuk

kegiatan belajar mengajar, sebesar 31,250% pengetahuan guru tentang

pengelolaan kelas untuk KBM termasuk dalam kategori baik, dan sebesar

7,639% pegetahuann guru tidak baik tentang pengelolaan kelas untuk KBM.

Di antara guru SD ada juga yang memiliki pengetahuan sangat tidak baik

(8,333%) tentang pengelolaan kelas untuk KBM.

Berkaitan dengan kemampuan guru melakukan kombinasi beberapa metode

pembelajaran sehingga terjadi proses pembelajaran siswa yang aktif, berikut ini akan

dikemukakan hasil evaluasi, seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.18.

Page 47: Laporan_Pelaksanaan_KBK

47

Tabel 4.18

Kemampuan Guru Melakukan Kombinasi Beberapa Metode

Pembelajaran Sehingga Terjadi KBM Siswa yang Aktif

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

1 22 95 24 2

0,694 15,278 65,972 16,667 1,389

0,694 15,972 81,944 98,611 100,000

144 100,00 -

Dalam Tabel 4.18 dapat diperlihatkan bahwa sebesar 65,972% guru

memiliki kemampuan cukup baik dalam melakukan kombinasi beberapa

metode pembelajaran sehingga terjadi proses pembelajaran siswa yang

aktif, sebesar 16,667% dari guru menunjukkan hasil evaluasi tidak baik

kemampuan guru melakukan kombinasi beberapa metode pembelajaran dan

yang termasuk dalam kategori baik sekitar 15,278%.

Selain dilihat dari kemampuan guru dalam menerapkan metode, strategi dan

teknik pembelajaran, perlu juga ditinjau dari siswa khususnya kemampuan siswa dalam

menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hasil evaluasi selengkapnya dapat dilihat

dalam Tabel 4.19.

Tabel 4.19

Kemampuan Siswa dalam Menerima Pelajaran

yang Diajarkan oleh Guru

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

5 31 96 12 0

3,472 21,528 66,667 8,333

-

3,472 25,000 91,667 100,000

-

Page 48: Laporan_Pelaksanaan_KBK

48

144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.19 tersebut, ternyata sebagian besar (66,667%) siswa

memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menerima pelajaran yang diajarkan oleh

guru, sebesar 21,528% siswa memiliki kemampuan dalam menerima pelajaran yang

diajarkan oleh guru, tetapi ada juga yang tidak baik kemampuan mereka dalam menerima

pelajaran dari guru, yaitu sebesar 8,333%. Siswa yang memiliki kemampuan yang sangat

baik menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru ada sebesar 3,472%.

Untuk dapat mengetahui penerapan metode, strategi dan teknik pembelajaran

dengan baik, juga harus diketahui kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat di

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. UNtuk mengetahui hal tersebut, hasil evaluasi

dapat dilihat dalam Tabel 4.20.

Tabel 4.20

Kemampuan Siswa dalam Mengemukakan

Pendapat di dalam KBM di Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 16 112 192 0

0 11,111 77,778 11,111

-

0,000 11,111 88,889 100,000

- 144 100,00 -

Dalam Tabel 4.20 dapat diperlihatkan bahwa sebesar sebagian besar (77,778%)

siswa memiliki kemampuan cukup baik dalam mengemukakan pendapat di dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan kemampuan siswa mengemukakan

Page 49: Laporan_Pelaksanaan_KBK

49

pendapat yang termasuk dalam kategori baik dan tidak baik masing-masing sebesar

11,111%.

4. Pengelolaan Kelas

Berdasarkan hasil analisis data hasil evaluasi tentang pengelolaan

kelas, diperoleh skor maksimum = 22 dan skor minimum = 8. Berdasarkan

analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 15,299 modus = 15 dan

median = 15 serta varians = 8,057 dan simpangan baku = 2,838. Kesemua

data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi frekuansi seperti

diperlihatkan dalam Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Distribusi Data Pengelolaan Kelas

No KI KI F % F % Relatif

1 8 - 9 2 1,389 1,389 2 10 - 11 6 4,167 5,556 3 12 - 13 29 20,139 25,694 4 14 - 15 46 31,944 57,639 5 16 - 17 33 22,917 80,556 6 18 - 19 18 12,500 93,056 7 20 - 21 3 2,083 95,139 8 22 - 23 7 4,861 100,000

Jumlah 144 100

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dibuat histogram untuk mengetahui bentuk distribusi data kemampuan guru

dalam pengelolaan kelas. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.5.

Untuk mengetaui secara mendalam tentang kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, berikut ini diuraikan

hasil evaluasi dari setiap pertanyaan secara lebih rinci. Pertama-tama dikaji tentang penilaian atas kemampuan guru

menerapkan strategi pembelajaran yang tepat berdasarkan tuntutan KBK dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini akan

dikemukakan hasil evaluasi, seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.22

29

46

33

18

7

20

30

40

50

Frek

uens

i

Page 50: Laporan_Pelaksanaan_KBK

50

Diagram 4.5. Pengelolaan Kelas

Berdasarkan analisis data yang diperlihatkan dalam Tabel 4.22, ternyata sebesar 67,361% kemampuan guru

sudah cukup baik dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat berdasarkan tuntutan KBK. Walaupun demikian

jumlah guru yang tidak baik kemampuannya dalam menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan tuntutan KBK ada

sebesar 18,056%. Sedangkan sebesar 9,028% dari guru SD memiliki kemampuan dalam kategori baik dalam

menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan tuntutan KBK..

Tabel 4.22

Kemampuan Guru Menerapkan Strategi Pembelajaran

yang Tepat Berdasarkan Tuntutan KBK

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 13 97 26 8

0 9,028 67,361 18,056 5,556

0,000 9,028 76,389 94,444

100,000 144 100,00 -

Berkaitan dengan pengetahuan guru tentang prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang kondusif untuk kegiatan

belajar mengajar, hasil evaluasi dapat dilihat dalam dalam Tabel 4.23.

Tabel 4.23

Pengetahuan Guru tentang Prinsip-Prinsip

Pengelolaan Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 5 6 4,167 4,167

Page 51: Laporan_Pelaksanaan_KBK

51

2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

4 3 2 1

25 93 12 8

17,361 64,583 8,333 5,556

21,528 86,111 94,444 100,000

144 100,00 -

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang prinsip-prinsip

pengelolaan kelas cukup baik (64,583%), sebesar 17,361% pengetahuan guru tentang

prinsip-prinsip pengelolaan kelas termasuk dalam kategori baik dan ada juga guru yang

tidak baik memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yaitu sebesar

8,333%.

Tabel 4.24

Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas untuk

Dapat Terlaksanannya KBM Berdasarkan KBK

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

5 19 84 36 0

3,472 13,194 58,333 25,000

-

3,472 16,667 75,000 100,000

- 144 100,00 -

Selajutnya dibahas hal yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam

pengelolaan kelas untuk dapat terlaksanannya proses belajar mengajar berdasarkan KBK.

Dalam Tabel 4.24 dapat dilihat hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam

pengelolaan kelas untuk dapat terlaksananya proses belajar mengajar berdasarkan KBK.

Berdasarkan Tabel 4.24 ternyata guru memiliki cukup baik (58,333%)

kemampuan dalam lengelolaan kelas untuk dapat terlaksananya kegiatan belajar

mengajar berdasarkan KBK dan ada juga kemampuan guru dslsm pengelolssn kelas yang

Page 52: Laporan_Pelaksanaan_KBK

52

termasuk dalam kategori baik (13,194%). Walaupun demikian sebagian dari guru tidak

baik (25,00%) memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas untuk dapat terlaksananya

kegiatan belajar mengajar berdasarkan KBK.

Selain itu, kemampuan guru menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang

tepat sehingga terjadi kegiatan belajar mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi

siswa harus dievaluasi dengan cermat. Berkaitan dengan evaluasi kemampuan guru

tersebut, hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.25.

Tabel 4.25 Kemampuan Guru Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Untuk Dapat Meningkatkan Kompetensi Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 34 97 11 0

1,389 23,611 67,361 7,639

-

1,389 25,000 92,361 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.25 ternyata kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-

prinsip pengelolaan kelas dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat meningkatkan

kompetensi siswa cukup baik, yaitu sebesar 67,361%. Sedangkan sebesar 23,611% hasil

evaluasi menunjukkan kemampuan guru tersebut termasuk dalam kategori baik, dan

sebesat 7,639% kemampuan guru tidak baik.

Kemampuan menata ruang kelas juga termasuk dalam komponen pengelolaan

kelas, oleh karena itu komponen itu juga harus dievaluasi dalam peleksanaan KBM oleh

guru. Hasil evaluasi tentang kemampuan guru menata ruang kelas sehingga siswa aktif

belajar di dalam kelas tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.26

Tabel 4.26

Page 53: Laporan_Pelaksanaan_KBK

53

Kemampuan Guru Menata Ruang Kelas sehingga

Siswa Aktif Belajar di dalam Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

1 54 76 13 0

0,694 37,500 52,778 9,028

-

0,694 38,194 90,972 100,000

- 144 100,00 -

Perlunya kemampuan guru menata ruang kelas sehingga siswa aktif

belajar di dalam kelas diperlihatkan oleh hasil evaluasi terhadap kegiatan

guru dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebesar 52,778% kemampuan

guru cukup baik, sebesar 37,500% kemampuan guru termasuk dalam

kategori baik dan sebesar 9,028% kemampuan guru tidak baik.

5. Penggunaan Media

Hasil analisis data kemampuan guru dalam penggunaan media

diperoleh skor maksimum = 21 dan skor minimum = 5. Berdasarkan analisis

statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 14,285 modus = 15 dan median

= 15 serta varians = 11,226 dan simpangan baku = 3,350. Kesemua data

tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi frekuansi seperti

diperlihatkan dalam Tabel 4.27.

Tabel 4.27 Distribusi Data Penggunaan Media

No KI KI F % F % Relatif

1 5 - 6 8 5,556 5,556 2 7 - 8 0 0,000 5,556 3 9 - 10 13 9,028 14,583 4 11 - 12 14 9,722 24,306 5 13 - 14 18 12,500 36,806

Page 54: Laporan_Pelaksanaan_KBK

54

6 15 - 16 66 45,833 82,639 7 17 - 18 10 6,944 89,583 8. 19 - 20 13 9,028 98,611 9. 21 - 22 2 1,389 100,000

Jumlah 144 100

Berdasarkan Tabel 4.27 dapat dibuat histogram untuk mengetahui bentuk distribusi data pemahaman guru

dalam menggunakan media. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.6.

Diagram 4.6. Penggunaan Media Pembelajaran

Untuk mengetaui secara mendalam tentang penggunaan media pembelajaran, berikut ini dideskripsikan hasil

evaluasi secara lebih rinci. Terlebih dahulu pendiskripsian tentang pengetahuan guru tentang media pembelajaran. Hasil

evaluasi secara lengkap tentang hal tersebut dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.28.

Tabel 4.28

Pengetahuan Guru Tentang Media Pembelajaran

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 36 82 16 8

1,389 25,000 56,944 11,111 5,556

1,389 26,389 83,333 94,444 100,000

144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.28 tersebut, ternyata sebesar 56,944% guru

memiliki pengetahuan tentang media pembelajaran yang cukup baik,

80

13 14 18

66

10 132

010203040506070

Frek

uens

i

1

Kelas Interval

Page 55: Laporan_Pelaksanaan_KBK

55

sebesar 25,00% pengetahuan guru tentang media pembelajaran termasuk

dalam kategori baik. Tetapi ada juga guru yang tidak baik dan sangat tidak

baik dalam pemilikan pengetahuan tentang media pembelajaran masing-

masing 11,111% dan 5,556%.

Selain itu, para guru juga harus dilihat kemampuannya dalam penggunaan media

pembelajaran di dalam kelas. Berkaitan dengan kemampuan guru, hasil evaluasinya

dapat dilihat dalam Tabel 4.29.

Tabel 4.29

Kemampuan Guru dalam Penggunaan Media

Pembelajaran di dalam Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 27 78 31 8

0 18,750 54,167 21,528 5,556

0,000 18,750 72,917 94,444 100,000

144 100,00 -

Dalam Tabel 4.29 diperlihatkan bahwa sebesar 54,167% guru

memiliki kemampuan cukup baik dalam penggunaan media pembelajaran di

dalam kelas. Guru yang memiliki kemampuan dalam penggunaan media

pembelajaran di dalam kelas yang tidak baik ada sebesar 21,528% dan yang

termasuk dalam kategori baik ada sebesar 18,75%.

Untuk menjadi guru yang baik dalam kegiatan pembelajaran, kepada mereka

dituntut harus memiliki kemampuan dalam mempedomani kompetensi-kompetensi yang

harus dimiliki siswa dalam penerapan media pembelajaran. Hasil evaluasi tentang

kemampuan guru tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.30.

Page 56: Laporan_Pelaksanaan_KBK

56

Tabel 4.30

Kemampuan Guru dalam Mempedomani Kompetensi-Kompetensi

yang harus Dimiliki Siswa dalam Penerapan Media Pembelajaran

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 13 89 34 8

0 9,028 61,806 23,611 5,556

0,000 9,028 70,833 94,444 100,000

144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.30 tersebut, ternyata sebagian besar (61,806%) kemampuan

guru dalam mempedomani kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam

penerapan media pembelajaran masih cukup baik. Kelompok guru yang tidak baik

kemampuannya dalam mempedomani kompotensi-kopetensi yang harus dimiliki siswa

dalam penerapan media pendidikan, yaitu sebesar 23,611%. Kelompok guru yang baik

kemampuannya dalam mempedomani kompotensi-kopetensi yang harus dimiliki siswa

dalam penerapan media pendidikan, yaitu sebesar 9,028%.

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, guru juga harus memiliki kemampuan

menyesuaikan media pembelajaran dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut hasil evaluasi terhadap guru dapat dilihat dalam Tabel

4.31.

Tabel 4.31

Kemampuan Guru Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan Kompetensi yang harus Dimiliki Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 5 0 0 0,000

Page 57: Laporan_Pelaksanaan_KBK

57

2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

4 3 2 1

14 88 33 9

9,722 61,111 22,917 6,250

9,722 70,833 93,750 100,000

144 100,00 -

Dalam Tabel 4.31 diperlihatkan bahwa sebesar 61,111% kemampuan guru

menyesuaikan media pembelajaran dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa masih

cukup baik dan sebesar 22,917% kemampuan guru menyesuaikan media pembelajaran

dengan kompetensi yang harus dimiliki siswa tidak baik. Ada juga di antara guru SD

yang baik (9,722%) kemampuanya dalam menyesuaikan media pembelajaran dengan

kompetensi yang harus dimiliki siswa.

Selain kemampuan guru dalam menyesuaikan media pembelajaran dengan

kompetensi yang harus dimiliki siswa, guru juga harus memiliki kemampuan dalam

menggunakan media pembelajaran di depan kelas yang mampu meningkatkan prestasi

belajar siswa. Berkenaan dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel

4.32.

Tabel 4.32 Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran di Depan Kelas yang mampu Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 28 80 27 9

0 19,444 55,556 18,750 6,250

0,000 19,444 75,000 93,750 100,000

144 100,00 -

Jika diperhatikan Tabel 4.32 ternyata sebagian besar (55,556%) kemampuan guru dalam menggunakan media

pembelajaran di depan kelas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa cukup baik. Kemampuan guru dalam

menggunakan media pembelajaran di depan kelas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang termasuk

dalam kategori baik ada sebesar 19,444% dan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran di depan

Page 58: Laporan_Pelaksanaan_KBK

58

kelas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang termasuk tidak baik dan sangat tidak baik masing-masing

ada 18,750% dan 6,250%.

6. Evaluasi Hasil Balajar

Berdasarkan hasil analisis data hasil evaluasi terhadap pelaksanaan

KBK di SD yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar diperoleh skor

maksimum = 30 dan skor minimum = 14. Berdasarkan analisis statistik

deskriptif diperoleh rata-rata skor = 20,618 modus = 21 dan median = 21

serta varians = 13,874 dan simpangan baku = 3,725. Kesemua data tersebut

disusun dalam bentuk daftar distribusi frekuansi seperti diperlihatkan dalam

Tabel 4.33.

Tabel 4.33

Distribusi Data Evaluasi Hasil Belajar

No KI KI F % F % Relatif 1 13 - 14 8 5,556 5,556 2 15 - 16 21 14,583 20,139 3 17 - 18 10 6,944 27,083 4 19 - 20 16 11,111 38,194 5 21 - 22 55 38,194 76,389 6 23 - 24 19 13,194 89,583 7 25 - 26 6 4,167 93,750 8 27 - 28 4 2,778 96,528 9 29 - 30 5 3,472 100,000

Jumlah 144 100

Berdasarkan Tabel 4.33 dapat dibuat histogram untuk mengetahui

bentuk distribusi data pemahaman guru tentang evaluasi hasil belajar siswa.

Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.7.

55

30

40

50

60

Frek

uens

i

Page 59: Laporan_Pelaksanaan_KBK

59

Diagram 4.7. Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar

Untuk mengetaui secara mendalam tentang evaluasi hasil belajar, berikut ini dideskripsikan hasil evaluasi

instrumen secara lebih rinci. Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar, terlebih dahulu dikaji mengenai pengetahuan guru

tentang evaluasi hasil belajar siswa. Hasil evaluasi instrumen secara lengkap tentang hal tersebut dapat dilihat seperti

dalam Tabel 4.34.

Tabel 4.34 Pengetahuan Guru tentang Evaluasi Hasil Belajar Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

5 42 83 14 0

3,472 29,167 57,639 9,722

-

3,472 32,639 90,278 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.34 ternyata guru memiliki pengetahuan yang cukup baik

tentang evaluasi hasil belajar siswa, yaitu sebesar 57,639%. Sedangkan pengetahuan guru

tantang evaluasi hasil belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik adalah sebesar

29,167% dan yang termasuk dalam kategori yang sangat baik adalah sebesar 3,472%.

Tetapi ada juga pengetahuan guru tentang evaluasi hasil belajar siswa yang tidak baik

sebesar 9,722%.

Page 60: Laporan_Pelaksanaan_KBK

60

Selajutnya dibahas mengenai pengetahuan tentang bentuk dan jenis-jenis alat

evaluasi. Hasil penilaian terhadap pengetahuan guru tersebut dapat dilihat dalam Tabel

4.35.

Perlunya pengetahuan guru tentang bentuk dan jenis-jenis alat evaluasi hasil

belajar siswa karena alat evaluasi ini merupakan alat untuk menilai apakah sudah

memiliki suatu kompetensi yang diajarkan atau belum. Berdasarkan penilaian terhadap

kegiatan guru ternyata pengetahuan guru cukup baik (65,278%) tentang bentuk dan jenis-

jenis alat evaluasi hasil belajar siswa. Guru yang memiliki pengetahuan tentang bentuk

dan jenis-jenis alat evaluasi hasil belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik

sebesar 15,972% dan yang termasuk dalam kategori sangat baik sebesar 3,472%. Namun

demikian ada juga guru yang tidak baik pengetahuannya tentang bentuk dan jenis-jenis

alat evaluasi hasil belajar siswa sebesar 15,278%.

Tabel 4.35

Pengetahuan Guru tentang Bentuk dan Jenis-Jenis Alat Evaluasi

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

5 23 94 22 0

3,472 15,972 65,278 15,278

-

3,472 19,444 84,722 100,000

- 144 100,00 -

Selain itu, guru juga harus memiliki kemampuan menerapkan alat evaluasi yang

tepat sehingga dapat terukur hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi.

Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penilaian terhadap instrumen penelitian dapat dilihat

dalam Tabel 4.36.

Tabel 4.36

Page 61: Laporan_Pelaksanaan_KBK

61

Kemampuan Guru Menerapkan Alat Evaluasi yang Tepat Agar Hasil Belajar Siswa Terukur Sesuai dengan Tuntutan Kompetensi

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 12 97 34 1

0 8,333 67,361 23,611 0,694

0,000 8,333 75,694 99,306 100,000

144 100,00 -

Ternyata sebesar 67,361% guru memiliki kemampuan cukup baik dalam menerapkan alat evaluasi yang tepat

sehingga dapat terukur hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tetapi banyak juga guru yang tidak baik

(23,611%) kemampuannya dalam menerapkan alat evaluasi yang tepat sehingga dapat terukur hasil belajar siswa sesuai

dengan tuntutan kompetensi, bahkan ada yang sangat tidak baik sebesar 0,694%. Kemampuan guru yang termasuk

dalam kategori baik ada sebesar 8,333%.

Selain itu, guru juga harus memiliki pengetahuan tentang alat evaluasi hasil

belajar siswa yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa. Berkaitan dengan

itu telah dilakukan penilaian terhadap pengetahuan guru tersebut dan hasilnya seperti

diperhatikan dalam Tabel 4.37.

Tabel 4.37

Pengetahuan Guru tentang Alat Evaluasi yang Dapat

Digunakan untuk Mengukur Kompetensi Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 19 90 35 0

0 13,194 62,500 24,306

-

0,000 13,194 75,694 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan analisis data yang diperlihatkan dalam Tabel 4.37,

ternyata sebesar 62,500% pengetahuan guru tentang alat evaluasi hasil

belajar siswa yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa

Page 62: Laporan_Pelaksanaan_KBK

62

cukup baik. Sedangkan pengetahuan tentang alat evaluasi hasil belajar

siswa yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa yang

termasuk kategori baik adalah 13,194%. Tetapi pengetahuan guru tersebut

yang termasuk tidak baik cukup besar, yaitu sebesar 24,306%.

Selanjutnya, berkaitan dengan kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi yang baik untuk digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar, hasil penilainnya dapat dilihat dalam dalam Tabel 4.38.

Tabel 4.38

Kemampuan Guru dalam Membuat Alat Evaluasi

yang baik untuk Digunakan dalam KBM

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

5 13 86 39 1

3,472 9,028 59,722 27,083 0,694

3,472 12,500 72,222 99,306 100,000

144 100,00 -

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat alat

evaluasi yang baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar cukup baik

(59,722%), dan juga sebesar 9,028% kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi

yang baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar termasuk dalam kategori

baik. Tetapi ada juga guru yang tidak baik kemampuan dalam membuat alat evaluasi

yang baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebesar 27,083%.

Selajutnya dibahas hal yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam

menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa. Dalam Tabel 4.39

dapat dilihat hasil penilaian terhadap kemampuan guru kemampuan guru dalam

menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa.

Page 63: Laporan_Pelaksanaan_KBK

63

Tabel 4.39

Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi

untuk Mengetahui Kemampuan Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 22 76 46 0

0 15,278 52,778 31,944

-

0,000 15,278 68,056 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.39 ternyata guru memiliki cukup baik (52,778%)

kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa

dan ada juga kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui

kemampuan siswa yang termasuk dalam kategori baik (15,278%). Walaupun demikian

sebagian dari guru tidak baik (31,94%) memiliki kemampuannya dalam menganalisis

hasil evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa .

Selain itu, perlu juga dinilai kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi

siswa untuk melakukan perbaikan program pembelajaran-nya, sehingga dapat terjadi

perbaikan program pembelajaran ke arah peningkatan kompetensi siswa. Berkaitan

dengan penilaian kemampuan guru tersebut, hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.40.

Tabel 4.40 Kemampuan Guru dalam Menganalisis Hasil Evaluasi untuk Melakukan Perbaikan Program Pembelajarannya

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 15 93 35 1

0 10,417 64,583 24,306 0,694

0,000 10,417 75,000 99,306 100,000

Page 64: Laporan_Pelaksanaan_KBK

64

144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.40 ternyata kemampuan guru dalam menganalisis hasil

evaluasi siswa untuk melakukan perbaikan program pembelajarannya cukup baik, yaitu

sebesar 64,583%. Sedangkan sebesar 10,417% hasil penilaian menunjukkan kemampuan

guru tersebut termasuk dalam kategori baik, dan cukup besar juga, yaitu sebesat 24,306%

kemampuan guru tidak baik.

7. Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran

Hasil analisis data tentang upaya-upaya memperbaiki mutu

pembelajaran diperoleh skor maksimum = 33 dan skor minimum = 17.

Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor = 22,444

modus = 21 dan median = 21 serta varians = 9,242 dan simpangan baku =

3,040. Kesemua data tersebut disusun dalam bentuk daftar distribusi

frekuansi seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.41.

Tabel 4.41 Distribusi Data Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran

No KI KI F % F % Relatif

1 17 - 18 11 7,639 7,639 2 19 - 20 19 13,194 20,833 3 21 - 22 55 38,194 59,028 4 23 - 24 22 15,278 74,306 5 25 - 26 18 12,500 86,806 6 27 - 28 18 12,500 99,306 7 29 - 30 0 0,000 99,306 8. 31 - 32 0 0,000 99,306 9. 33 - 34 1 0,694 100,000

Jumlah 144 100

Page 65: Laporan_Pelaksanaan_KBK

65

Berdasarkan Tabel 4.41 dapat dibuat histogram untuk mengetahui bentuk distribusi data upaya-upayan

permabikan mutu pendidikan. Bentuk Histogram tersebut dapat dilihat dalam Diagram 4.8.

Diagram 4.8. Upaya-Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran

Untuk mengetaui secara mendalam tentang upayupaya perbaikan mutu pembelajaran, berikut ini

dideskripsikan hasil evaluasi secara lebih rinci. Terlebih dahulu dilakukan pendiskripsian tentang kemampuan guru dalam

berupaya memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Hasil evaluasi secara lengkap tentang hal tersebut dapat dilihat dalam

Tabel 4.42.

Tabel 4.42

Kemampuan Guru dalam Berupaya Memperbaiki

Kualitas Hasil Belajar Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

1 26 99 18 0

0,694 18,056 68,750 12,500

-

0,694 18,750 87,500 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.42 tersebut, ternyata sebesar 68,750% guru

memiliki kemampuan dalam berupaya memperbaiki kualitas hasil belajar

siswa yang cukup baik. Sedangkan kemampuan guru dalam berupaya

memperbaiki kualitas hasil belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik

1119

55

22 18 18

0 0 10

102030405060

Frek

uens

i

1

Kelas Interval

Page 66: Laporan_Pelaksanaan_KBK

66

adalah sebesar 18,056%. Tetapi ada juga guru yang kemampuannya dalam

berupaya memperbaiki kualitas hasil belajar siswa termasuk dalam kategori

tidak baik, yaitu sebesar 12,500%.

Demikian juga kemampuan guru dalam meningkatkan upaya memperbaiki mutu

pendidikan perlu dievaluasi secara baik agar mutu pendidikan di SD akan terus lebih

baik. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.43

Tabel 4.43

Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Upaya

Memperbaiki Mutu Pendidikan

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

1 32 105 6 0

0,694 22,222 72,917 4,167

-

0,694 22,917 95,833 100,000

- 144 100,00 -

Berdasarkan Tabel 4.43 ternyata Kemampuan guru dalam meningkatkan upaya

memperbaiki mutu pendidikan yang termasuk dalam kategori cukup baik sebesar

72,917%. Sedangkan kemampuan guru yang termasuk kategori baik sebesar 22,222%.

Namun demikian masih ada juga Kemampuan guru dalam meningkatkan upaya

memperbaiki mutu pendidikan yang termasuk dalam kategori tidak baik, yaitu sebesar

4,167%.

Selain itu, upaya guru dalam memperbaiki mutu pendidikan harus dilihat juga

upayanya meningkatkan disiplin diri agar kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan

baik. Berkaitan dengan upaya guru tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel

4.44.

Page 67: Laporan_Pelaksanaan_KBK

67

Tabel 4.44

Kemampuan Guru dalam Upaya Menegakkan Disiplin Diri

Dalam Rangka Memperbaiki Mutu Pendidikan

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

3 43 96 2 0

2,083 29,861 66,667 1,389

-

2,083 31,944 98,611 100,000

- 144 100,00 -

Dalam Tabel 4.44 diperlihatkan bahwa sebesar 66,667% guru

memiliki kemampuan cukup baik dalam upaya menegakkan disiplin diri

dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan. Sedangkan kemampuan guru

dalam upaya menegakkan disiplin diri dalam rangka memperbaiki mutu

pendidikan yang termasuk dalam kategori baik, yaitu sebesar 29,861%.

Untuk menjadi guru yang baik dalam kegiatan pembelajaran guru harus

mengetahui posisi disiplinnya dalam pembelajaran di kelas.. Hasil evaluasi tentang posisi

disiplin guru dalam pembelajaran tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.45.

Tabel 4.45

Posisi Disilin Guru dalam Pembelajaran di Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

2 51 84 7 0

1,389 35,417 58,333 4,861

-

1,389 36,806 95,139 100,000

- 144 100,00 -

Page 68: Laporan_Pelaksanaan_KBK

68

Berdasarkan Tabel 4.45 tersebut, ternyata sebagian besar (58,333%) pengetahuan

guru dalam memahami posisi disiplinnya dalam pembelajaran di kelas termasuk dalam

kategori cukup baik. Kelompok guru yang baik pengetahuannya dalam memahami posisi

disiplinnya dalam pembelajaran di kelas yaitu sebesar 35,417%. Kelompok guru yang

tidak baik pengetahuannya dalam memahami posisi disiplinnya dalam pembelajaran di

kelas, yaitu sebesar 4,851%.

Untuk mengevaluasi upaya perbaikan mutu pendidikan juga harus dinilai melalui

kualitas atau kemampuan mengajar yang ditunjukkan guru dalam kegiatan belajar

mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel

4.46.

Tabel 4.46

Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Perbaikan

Kemampuan Mengajar yang Ditunjukkan Guru dalam KBM

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

4 44 81 15 0

2,778 30,556 56,250 10,417

-

2,778 33,333 89,583 100,000

- 144 100,00 -

Dalam Tabel 4.46 diperlihatkan bahwa sebesar 56,250% cukup baik upaya

perbaikan mutu pendidikan melalui perbaikan kemampuan mengajar yang ditunjukkan

guru dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan yang termasuk dalam kategori baik

sebesar 30,556% dan yang termasuk dalam kategori tidak baik upaya perbaikan mutu

pendidikan melalui perbaikan kemampuan mengajar yang ditunjukkan guru dalam

kegiatan belajar mengajar sebesar 10,417%.

Page 69: Laporan_Pelaksanaan_KBK

69

Selain hal tersebut di atas, dalam upaya perbaikan mutu pembelajaran dapat

dilihat dari kemampuan siswa belajar yang diperlihatkannya di dalam kelas. Berkenaan

dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat dilihat dalam Tabel 4.47.

Tabel 4.47 Upaya Perbaikan Mutu Pembelajaran Dilihat dari

Kemampuan Siswa Belajar di dalam Kelas

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif

1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 38 94 12 0

0 26,389 65,278 8,333

-

0,000 26,389 91,667 100,000

- 144 100,00 -

Perlunya upaya perbaikan mutu pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan

siswa belajar yang diperlihatkannya di dalam kelas karena kemampuan siswa merupakan

salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Berdasarkan evaluasi ternyata

upaya tersebut cukup baik sebesar 65,278% dan kategori baik 26,389%. Tetapi ada juga

upaya tersebut yang termasuk tidak baik, yaitu sebesar 8,333%.

Selain hal tersebut di atas, kualitas pendidikan dapat juga dilihat dari rata-rata

hasil belajar siswa di dalam kelas. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil evaluasinya dapat

dilihat dalam Tabel 4.48.

Tabel 4.48

Mutu Pendidikan Ditinjau dari Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Keterangan Bobot Jumlah % F % Relatif 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik

5 4 3 2 1

0 28 100 16 0

0 19,444 69,444 11,111

-

0,000 19,444 88,889 100,000

-

Page 70: Laporan_Pelaksanaan_KBK

70

144 100,00 -

Ternyata sebesar 69,444% hasil evaluasi menyatakan mutu pendidikan dapat juga dilihat dari rata-rata hasil

belajar siswa di dalam kelas termasuk dalam kategori cukup baik. mampuan cukup baik dan sebesar 19,444% termasuk

dalam kategori baik serta sebesar 11,111% termasuk dalam kategori tidak baik.

Tabel 4.49 Deskripsi Data Pelaksanaan KBK Secara Keseluruhan

No Indikator X Me Mo s s2 Indeks Kategori 1.

2.

3.

4. 5. 6. 7.

Perencanaan pembelajaran Penguasaan bidang studi Penggunaan metode, strategi dan teknik. Pengelolaan kelas Penggunaan media Evaluasi hasil Upaya-upaya perbaikan mutu

15,46

20,58

15,42

15,29 14,28 20,62 22,44

16

21

15

15 15 21 21

15

18

15

15 15 21 21

3,079

3,020

2,349

2,838 3,351 3,725 3,040

9,481

9,126

5,519

8,057 11,26 13,87 9,242

3,093

3,430

3,085

3,059 2,857 2,945 3,206

C. Baik

C. Baik

C. Baik

C. Baik C. Baik C. Baik C. Baik

Keterangan : X = Rata-rata Me = Median Mo = Modus s = Standar deviasi s2 = Varians CB = Cukup Baik

Untuk keseluruhan hasil deskripsi tentang pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

menyangkut tujuh indikator, yaitu: (1) perencaan pembelajaran, (2) penguasaan bidang studi, (3) penggunaan metode,

strategi dan teknik, (4) pengelolaan kelas, (5) penggunaan media, (6) evaluasi hasil, dan (7) upaya-upaya perbaikan

mutu dapat digambarkan dalam Tabel 4.49.

Berdasarkan rangkuman yang ada dalam tabel tersebut, ternyata semua indikator yang menunjukkan pada

pelaksanaan KBK termasuk dalam kategori cukup baik. Berarti semua indikator tersebut sedang dapat digunakan untuk

menyatakantingkat keberhasil pelaksanaan KBK di SD. Hal tersebut diperkuat oleh perbandingan kedudukan rata-rata,

median dan modus. Besar nilai ketiga kecenderungan tersebut hampir sama untuk semua indikator, yang berarti

penyebaran data pelaksanaan KBK adalah normal dan cenderung memusat di tengah yaitu pada karegori cukup baik.

B. Deskripsi Efektivitas pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Page 71: Laporan_Pelaksanaan_KBK

71

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ter;ebih

dahulu perlu dikaji adalah kebijakan yang mengiringi pelaksaannya. Berkaitan

dengan kebijjakan tersebut ada ddua landasan kuat yang perlu diketahui,

pertam adalah kebijakan yang bersifat nasional, yaitu kebijakan yang dibuat di

pusat yang berlaku secara nasional, dan kedua adalah kebijakan daerah baik

daerah tingkat propinsi maupun daerah tingkat kabupaten kota.

Landasan yang kuat yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan KBK

ditingkat nasional adalah Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Berikutnya adalah

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Berdasarkan kedua undang-undang tersebut dalam pelaksanaan yang lebih

operasional dijabarkanlah dalam bentuk keputusan-keputusan menteri

pendidikan, sperti Kepmen No. 118/U/2003 tentang Penyesuaian GBPP dan

Penilaian Sistem Semester, Kepmen No 125/U/2002 tentang Kalender

Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Aktif, Kepmen No. 084/U/2002 tentang

Sistem Catur Wulan Menjadi Sistem Semester, dan Kepmen No. 012/U/2002

tentang Sistem Penilaian dalam pendidikan.

Dalam beberapa Keputusan Menteri Pendidikan tersebut diatur hal-hal

yang menyangkut penyusunan atau pengembangan silabus oleh guru,

peningkatkan efektivitas proses pembelajaran, penciptaan pembelajaran yang

meyenangkan, peningkatkan proses penilaian hasil belajar agar proses dan

hasil dapat maksimal, adanya penilaian yang beruapa fortofolio penilaian

berbasis kelas, peningkatkan peran komite sekolah, orang tua serta warga

sekolah lainnya.

Page 72: Laporan_Pelaksanaan_KBK

72

Selain kebijakan yang berisifat nasional, ada juga yang berisifat

kedaerahan yang dituangkan dalam bentuik peraturan-peraturan daerajh

(perda) untuk mengatur jalannya proses pendidikan yang berdasarkan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam perda tersebut diatur tentang

pembentukan tim pengembangan silabus untuk membuat rambu-rambu

pengembangan silabus itu sesuai kebutuhan daerah, penyusunan struktur mata

pelajaran yang mengacu pada petunjuk KBK, pelaksanaan sosiallisasi KBK,

pelatihan-pelatihan guru dalam melaksasnakan KBK, menggiatkan kembali

gugus guru (KKG), dan tentang pelaksanaaan supervisi, monitoring dan

evaluasi secara menyeluruh tentang pelaksanaan KBK serta pengupayaan

sumber dana untuk mendukung pelaksanaan KBK dari berbagai pihak.

Setelah tersusun kebijakan mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat

dearah, perlu dikaji juga tingkat pelaksanaan di sekolah-sekolah. Dalam

pelaksanaan KBK di SD ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan

karena peraturan tentang pelaksanaan Kurikulum 2004 yang baku dari

pemerintah pusat belum ada kecuali raport jadi pelaksanaan di daerah menjadi

tidak terarah dan tanpa pedoman yang jelas. Guru melaksanakan KBK di SD

selama ini adalah hanya pada taraf memenuhi instruksi pemerintah daerah

sementara perangkat KBK tersebut belum tersedia. Oleh kerena itu,

pelaksanaan KBK selama ini adalah atas inisiatif guru dan sekolah (Kepala

Sekolah) mencari dan mendapatkan informasi tentang KBK dari berbagai

sumber, terutama dengan memanfatkan tutor-tutor di daerah. Dengan demikian

pelaksanaan KBK di SD masih belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan

yang ada. Selain disebabkan oleh hal terebut di atas, juga disebabkan belum

Page 73: Laporan_Pelaksanaan_KBK

73

seluruhnya guru memperoleh pelatihan atau penataran tentang KBK, sehingga

banyak di antara mereka yang memahami tentang KBK. .

Pelaksanaan KBK yang diupayakan dimulai dari pendidikan dasar tidak

lain adalah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam

perbaikan kualitas pendidikan tersebut diperlukan penyempurnaan di bergai

aspek, termasuk dalam bentuk penyempurnaan kurikulum, yaitu dari kurikulum

1994 menjadi kurikulum berbasis kompetensi )KBK) 2004. Dengan adanya

perubahan kurikulum tersebut yang menuntut kepada siswa untuk menguasai

suatu kompetensi tertentu baru dapat dikatakan berkualitas, diperkirakan akan

mampu meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan pelaksanaan KBK telah

berjalan di kelas satu dan empat mulai tahun pelajaran 2004/2005, dan untuk

seterusnya sampai semua kelas di SD melaksanakan KBK.

Namun demikian, dalam kenyataannya masih tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan karena sebagian besar guru belum begitu memahami

pelaksanaan KBK dalam kegiatan belajar mengajar, guru belum menguasai

sistem pelaksanaan KBK, seperti menyusun silabus, penggunaan metode,

penggunaan penilaian, dan penggunaan media pembelajaran. Pelaksanaan

KBK belum berjalan dengan semestinya, belum memadai, belum efektif, dan

masih berisifar tradisional. Penyebabnya, di antaranya adalah banyak guru SD

yang belum pernah diikutsertakan dalam pernatara-penataran tentang KBK,

kelum lengkap sarana dan prasarana penunjang,

Walaupun demikian, sebagian SD sudah melaksanakan KBK sesuai

dengan silabus yang telah digariskan dalam Kurikulum 2004, terutama sekolah-

sekolah yang gurunya telah mengikuti pelatihan atau penataran tentang KBK,

guru-guru sudah menyusun silabus dan perencanaan pembelajaran mengarah

Page 74: Laporan_Pelaksanaan_KBK

74

KBK, dan pelaksanaan KBK jauh lebih baik. Pelaksanaan KBK dapat membuat

kegiatan belajar lebih aktif (lebih hidup) dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya dan telah mampu meningkatkan kemampuan belajar anak sesuai

dengan kompetensi yang diharapkan. Oleh karena pelaksanaan KBK ini masih

pada tahap awal maka sangat wajar masih adanya kekurangan-kekurangan,

tetapi terus dilakukan perbaikan, seperti perbaikan pembelajaran, administrasi

guru yang berhubungan dengan pelaksanaan KBK dan administrasi sekolah.

Masyarakat menyambut baik pelaksanaan KBK di sekolah, karena

menurut mereka pelaksanaan KBK dapat meningkatkan kemampuan siswa

benar-benar berkopetensi dan apabila siswa telah berkopetensi berarti hasil

pendidikan lebih meningkat mutunya dan kepada siswa dtuntut agar dapat

melaksanakan pelajaran dengan hasil yang baik. Adapun beberapa pendapat

masyarakat: (1) setuju dilaksanakan KBK karena siswa dapat dipersiapkan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (2) pelaksanaan KBK baik karena

tujuannya untuk meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang benar-benar lebih

baik, (3) pelaksanaan KBK ini sangat didukung karena tujuannya untuk

meningkatkan nilai pendidikan dan meningkatkan kualitas anak didik, (4)

pelaksanaan KBK baik, karena pada dasarnya semua kurikulum yang dulu

hingga yang sekarang menginginkan kompetensi siswa dan gurunya, (5)

pelaksanaan KBK baik, karena sudah saatnya sekolah memiliki kurikulum yang

berbasis pada kompetensi siswa, (6) sangat baik asal sarana dan prasarana

dilenpkapi oleh pemerintah, (7) baik, kalau memang hasilnya benar untuk

meningkatkan mutu pendidikan, (8) ini sangat bagus apabila dijalankan dengan

sebaik-baiknya dan ditunjang dengan sarana da parasara yang lengkap, (9)

agar KBK dapat dilanjutkan demi peningkatan mutu pendidikan, KBK perlu

Page 75: Laporan_Pelaksanaan_KBK

75

didukung dan dicanangkan di sekolah karena dengan KBK tujuan pembelajaran

lebih terarah dan terfokus sehingaa kemampuan siswa dengan mudah dapat

dievaluasi, (10) benar, karena dengan pelaksanaan KBK guru dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan sesuai dengan

kemampuan anak di daerah masing-masing, (11) baik, sebab KBK

menyediakan anak didik berwawasan luas dan kreatif, (12) benar, tetapi perlu

dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung proses proses

belajar mengajar, antara lain: tenaga kependidikan yang profesional dan alat

bantu pelajaran yang lengkap, (13) KBK merupakan kurikulum yang sudah

sesuai diberlakukan di Indonesia karena kita meginginkan SDM yang siap pakai

dan terampil, (14) kehadiran KBK dapat mebantu keunggulan potensi siswa,

(15) sangat baik asalkan sosialisasi dan juknis ada pada sekolah secara

lengkap, dan (16) baik, tetapi bagi anak SD belum mampu menerima model

KBK karena materi yang disampaikan kepada anak terlalu tinggi sehingga anak

sulit menerimanya.

Namun demikian ada masyarakat yang menarh harapan pada

pelaksanaan KBK dengan mengajukan persyaratan, menurut mereka KBK perlu

dilaksanakan di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih

diperlukan penataan dan pengkajian ulang sistem yang diterapkan (program),

mekanisme pelaksanaan, sampai kepada evaluasinya. Hal lain termasuk tidak

meratanya pengetahuan serta pemahaman guru tentang KBK, masih banyak

guru yang belum diikutsertakan dalam penataran KBK, masih belum lengkap

sarana dan prasarana, dan manajemen berbasisi sekolah (MBS) memberi

pengaruh yang signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Page 76: Laporan_Pelaksanaan_KBK

76

Dengan demikian besarnya harapan masyarakat bahwa KBK dapat

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, maka sangat diperlukan

keberlanjutan pelaksanaan KBK tersebut, karena untuk mengejar ketinggalan

mutu pendidikan di sekolah khususnya dan di Indonesia pada umumnya,

pelaksanaan KBK sesuai dengan metode pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kompetensidi lingkungan dan alam sekitar, sesuai dengan

kemajuan dan kebutuhan masyarakat siswa perlu diberikan berbagai

keterampilan, siswa akan memiliki kompetensi/kemampuan dan keterampilan

yang dibutuhkan dalam hidupnya, dapat memaksimalkan pencapaian hasil

belajar, siswa lebih aktif dalam belajar, siswa dapat terampil dan mampu hidup

mandiri, bakat-bakat siswa yang terpendam akan terus bisa terbina dan

kemampuannya semakin lebih menigkat, untuk meningkatkan kualitas pengajar

dengan sdm yang cukup guna mencapai tingkat pendidikan yang profesional

dan kondusif agar siswa yang didik dapat mencapai kemampuan yang cukup,

cara belajar anak lebih terarah kepada faktor yang lebih nyata, lebih teramil dan

kreatif, kemampuan siswa dapat dilatih sesuai dengan bakatnya, dan siswa

sangat terbantu untuk penggalian potensi dan bakat yang tersimpan di dalam

dirinya yang lebih fokus terhadap disiplin ilmu pengetahuan yang cocok bagi

dirinya sehingga lebih terampil, kreatif, dan inovatif.

Pelaksanaan KBK yang efektif secara sederhana dapat dinyatakan

apabila dapat dilakukan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku

serta tercapai tujuan yang diharapkan. Kefektifan pelaksanaan KBK terlihat dari

keseluruhan program dapat terlaksana dengan baik dan lengkap serta diperoleh

hasl yang maksimal. Berdasarkan hasil penelitian ternyata secara umum

pelaksana KBK masih kurang efektif, yaitu masih belum dapat dilaksanakan

Page 77: Laporan_Pelaksanaan_KBK

77

secara menyeluruh karena tidak didukung oleh perangkat-perangkat pedoman

/panduan yang baik dan selalu berubah-ubah, kurangnya sosialisaasi tentang

KBK baik untuk pengawas sekolah, kepala sekolah, maupun guru-guru, belum

lengkap sarana dan prasaran, guru belum memahami benar tentang

pelaksanaan KBK,

Walaupun demikian, ada beberapa sekolah (SD) yang sudah baik

pelaksanaan KBK dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 secara menyeluruh. Pada

guru terbuka peluang untuk mengadakan remidial dan pengayaan bagi siswa

yang mengalami hambatan dalam pembelajaran, untuk mengikuti kegiatan

pelatihan, dan kegiatan sosiallisasi KBK. Kemauan guru yang begitu tinggi

untuk mendapatkan informasi tentang KBK melalui pelatihan-pelatihan baik di

tingkat gugus guru maupuan di tingkat kecamatan atau kabupaten/kot.

Berkaitan dengan pelatihan guru-guru, ternyata tidak semua guru yang

melaksanakan KBK telah pernah mengikuti pelatihan, sehingga mereka dalam

melaksanakan KBK mencari informasi dari teman guru yang pernah mengikuti

pelatihan, melalui petunjuk kepala sekolah, atau melalui hasil bacaan buku

pedoman/kurikulum bahkan melalui pendatangan tutor ke sekolah untuk

membimbing mereka. Jenis pelatihan yang diikuti oleh guru pun sangat

beragam, seperti pelatihan singkat dua hari tentang kerangka KBK, pelatihan

menyusun silabus, penggunaan alat peraga/media, penggunaan metode

mengajar, sosialisai KBK hanya untuk guru kelas satu dan empat saja, pelatihan

KBK tetapi hanya sebatas garis besarnya saja, pemantapan silabus dan

penggunaan alat peraga, penggunaaan metode megajar, pelatihan cara

menyusun program dan sap, pelatihan sistem penilaian KBK dan pembuatan

silabus, pelatihan tentang bidang studi, seperti IPA, PPKn/IPS, Bahasa

Page 78: Laporan_Pelaksanaan_KBK

78

Indonesia, dan Matematika, serta pelatihan MBS. Lembaga penyelenggara

pelatihan adalah LPMP propinsi Sumatera Utara, gugus sekolah, BEP di tingkat

propinsi, kelompok KKG dan gabungan beberapa sekolah oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan KBK dalam kelas berkaitan dengan kegiatan belajar

mengajar yang juga dituntut harus terlaksanan secara efektif dan efisien serta

kondusif untuk belajar. Sebagian besar SD sudah melaksanakan kegiatan

belajar mengajar dengan baik, telah terjadi perubahan yang lebih aktif, banyak

praktek, ada tugas di sekolah, bakat dan minat siswa diperhatikan, banyak

menggunakan alat bantu dan alat peraga, dan dalam belajar siswa tampak lebih

kreatif serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam belajar.

Keefektivan pelaksanaan KBK ditandai oleh kegiatan-kegiatan sekolah, seperti

pramuka, komputer, pentas seni, studi reset, wisata ke meseum, dll dalam

rangka memberikan pengalaman pembelajaran bagi siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar masih banyak juga ditemukan

kekurangan yang memerlukan perbaikan, seperti melengkapi alat peraga,

sarana dan prasarana, pengetahuan guru dalam menggunakan alat peraga

masih kurang, biaya perlangkapan tidak mencukupi, kegiatan di dalam kelas

yang masih minim, masing-masing guru belum memahami arah KBK tersebut.

Sebagian sekolah, pelaksanaan KBK masih belum berjalan secara efektif

dan sekolah belum mendapatkan informasi yang jelas tentang KBK dan tidak

ada bedanya guru mengajar antara sebelum dan sesudah penerapan KBK,

sehingga hasil belajar yang ditunjukkan siswa pun tidak terjadi perubahan yang

menonjol.

Banyak hal yang ditemukan sehingga kurang lancarnya pelaksanaan

KBK, telah berupaya diatas oleh kepala sekolah agar hasil dari pelaksanaan

Page 79: Laporan_Pelaksanaan_KBK

79

KBK tersebut dapat diperoleh secara optimal. Adapun upaya yang telah

dilakukan oleh kepala sekolah di antaranya meningkatkan disiplin KBM sesuai

KBK, menyusun program sekolah bersama guru, membimbing guru membuat

silakus, menyediakan sarana sesuai dengan kemampuan sekolah, memotivasi

guru untuk melaksanakan KBK, melaksanakan supervisi, berkoordinasi dengan

dinas terkait, memberi petunjukkan alokasi waktu jam mengajar KBK, memberi

arahan dan petunjuk penggunaan alat peraga, melakukan penilaian secara

berkala, menyusun renstra pelajaran, sosialisasi dan pembahasan KBK di rapat-

rapat supervisi, mencari informasi tentang pelaksanaan KBK, mengadakan KKG

dan KKKS, membantu guru sedaya mungkin, mengadakan pelatihan guru,

menyediakan contoh program pembelajaran, menugaskan guru berbuat sesuai

dengan kompetensi, mengevaluasi kerja guru dan memperbaikinya, mengirim

guru mengikuti pelatihan-pelatihan, memotivasi guru, membuat perencanaan

MBS, mengadakan observasi ke kelas, mengadakan pembinaan guru,

memecahkan masalah dengan musyawarah, mengadakan diskusi dengan guru-

guru di sekolah, mengundang nara sumber, memberikan penyuluhan tentang

KBK, memberikan bimbingan langsung kepada guru, secara bertahap

melengkapi alat peraga, mengadakan pertemuan secara berkala, menyebarkan

visi misi sekolah, menyediakan silabus, rencana pelajaran, buku-buku referensi,

meningkatkan sdm guru melalui kerja kelompok

Sedangkan upaya peningkatan pembelajaran agar pelaksanaan KBK

lebih efektif yang dilakukan guru misalnya melakukan praktek langsung dalam

kegiatan belajar mengajar, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

dengan pelaksanakan KBK, misal kerja yang membentuk kreativitas,

menyaksikan ciptaan Tuhan, pengamatan singkat dari buku di perpustakaan,

Page 80: Laporan_Pelaksanaan_KBK

80

pengamatan sederhana di lapangan, selalu memberi tugas atau latihan kepada

siswa dan diberikan umpan balik, mengalokasikan waktu jam efektif,

menggunakan alat peraga di lingkungan yang sesuai yang dapat

mengembangkan minat belajar siswa, disiplin dan bertanggung jawab, bekerja

sama, rajin bertanya, rajin membaca, memakai buku yang sudah KBK, dan

menggunakan alat penunjang pembelajaran.

C. Deskripsi Hambatan-Hambatan yang Menjadi Kendala dalam

Pelaksanaan KBK

Dalam pelaksanaan tugas khususnya dalam pelaksanaan KBK di SD,

banyak hambatan yang dihadapi guru yang membuat mereka tidak dapat

melaksanakan tugas pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Kendala-kendala itu

selain menghambat kelancaran pelaksanaan tugas juga mempengaruhi

kemampu mereka dalam proses belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan KBK walaupun sudah terlaksana kegiatan belajar

mengajar tetapi banyak ditemui hambatan yang menjadi kendala sehingga

membuat pelaksanaan KBK kurang lancar. Hambatan-hambatan tersebut dapat

berupa kemampuan guru yang yang kurang dalam melaksanakan KBK ataupun

kurangnya sarana dan prasarana untuk memperlancar pelaksanaan KBK. Guru

kurang memiliki kemampuan dalam pelaksanaan KBK disebabkan kurangnya

pengetahuan guru tantang KBK, guru kurang memahami tentang KBK, guru

kurang menguasai materi KBK, kemampuan guru kurang dalam menerapkan

sisem KBK, guru belum mengerti untuk melaksanakan pembelajaran sesuai

KBK, guru kurang memahami sistem penilaian dalam KBK, kurangnya

pengalaman guru dalam pelaksanaan kbk, kurangnya kemampuan guru dalam

Page 81: Laporan_Pelaksanaan_KBK

81

penyusunan program, penyusunan silabus, pembagian materi pembelajaran,

pembagian waktu yang harus ditentukan guru, dan pembuatan rencana

pembelajaran, serta kurangnya minat guru membaca buku tentang KBK. .

Akibat dari kekurangan-kekurangan guru tersebut membuat guru kurang

kreatif dalam mengembangankan silabus, dalam perencaan pembelajaran,

dalam mengelola kelas dalam kegiatan belajar mengajar, guru belumbegitu

menguasai materi pelejaran yang sesuai dengan tuntutan KBK, dan sikap

mental sebagian guru kurang sesuai dengan tuntutan KBK serta kurangnya

kesadaran guru untuk melaksanaan KBK dengan sungguh-sungguh dan

dengan sebaik-baiknya.

Kekurangan-kekurangan guru tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi

kepada guru tentang KBK, sebagian guru belum pernah mengikuti pelatihan-

pelatihan yang intensif tentang KBK serta terlalu banyak tugas guru mulai dari

pembuatan rencana pembelajaran sampai ke pengembangan silabus, sehingga

mereka dalam menjalankan tugas, yaitu melaksanakan KBK tidak sesuai

dengan semestinya. Selain pelatihan, sebagian guru juga belum pernah

mengikuti seminar tentang KBK, belum pernah mengikuti studi banding,

sebagian guru belum pernah meninjau sekolah yang telah melaksanakan KBK

dengan baik, dan sampai saat ini belum ada pedoman pelaksanaan KBK yang

baku sehingga guru melaksanakan KBK sesuai dengan pengetahuan yang

diperoleh mereka berdasarkan hasil bacaan, pengarahan kepala sekolah dan

atas inisiatif sendiri mencari informasi tentang KBK.

Hambatan lain yang membuat tidak lancarnya pelaksanaan KBK adalah

kekurangan sarana dan prasarana atau fasilitas yang dapat digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar. Kekurangan sarana dan prasarana, seperti alat

Page 82: Laporan_Pelaksanaan_KBK

82

peraga atau media pembelajaran yang berorientasi pada KBK membuat sulitnya

dapat berlangsung kegiatan belajar mengajar dengan baik; kurangnya buku-

buku pelajaran untuk siswa dan buku pegangan guru yang sudah sesuai

dengan program KBK; belum ada buku-buku yang dapat menunjangkan KBK,

dan kurang atau tidak adanya sarana penunjang seperti laboratorium, komputer,

sarana olahraga. Kekurangan yang tidak kalah pentingnya dengan lainnya yang

dirasakan oleh sekolah, orang tua siswa dan guru adalah persoalan dana. Dana

yang dibutuhkan sekolah dan orang tua siswa untuk melaksanakan KBK cukup

besar, sedangkan dana yang tersedia untuk itu tidak dapat terpenuhi sehingga

pelaksanaan KBK berjalan apa adanya.

Hambatan lain lagi yang tidak dapat diabaikan begitu saja keran dapat

terganggu kegiatan belajar menghajar berdasarkan KBK adalah di sekolah

belum sepenuhnya menerapakan manajemen berbasis sekolah (MBS), guru

belum spesialis/guru bidang studi, materi pelajaran terlalu banyak, kurang

disiplin guru dalam melaksanakan tugas, tidak efektifnya KKG dan KKS dalam

mebahas KBK, jumlah siswa terlalu banyak dalam satu kelas, belum

terpenuhinya kebutuhan kesejahteraan guru, kurangnya kerjasama antara guru

dan orang tua siswa, dalam pembelajaran kurang memperhatikan lingkungan

sekitar atau lainnya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan

mutu pendidikan; guru kurang mau menambah wawasan dengan membaca;

kurang pembinaan guru dari pengawas, sarana fisik sekolah sudah banyak

yang tidak dapat dipakai, sekolah tidak memiliki kebebasan sebagai otonomi

sekolah, cara mengajar guru lebih aktif dari pada siswanya, dan belum siap

merubah pola pikir yang dan belum menempatkan siswa berperan kreatif dan

kritis,

Page 83: Laporan_Pelaksanaan_KBK

83

Page 84: Laporan_Pelaksanaan_KBK

84

Page 85: Laporan_Pelaksanaan_KBK

85

Page 86: Laporan_Pelaksanaan_KBK

86

Page 87: Laporan_Pelaksanaan_KBK

87

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan dan

dikemukakan sebelumnya dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di Sekolah Dasar secara umum dapat dijelaskan telah

memadai. guru SD telah berupaya melaksanakan KBK sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam

pembelajaran, guru telah berupaya untuk menerapkan aspek-aspek pelaksanaan KBK, yaitu (1) perencaan

pembelajaran, (2) penguasaan bidang studi, (3) penggunaan metode, strategi dan teknik pembelajaran, (4)

pengelolaan kelas, (5) penggunaan media pembelajaran, (6) evaluasi hasil belajar, dan (7) upaya-upaya perbaikan

mutu pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data, ternyata semua aspek di atas tergolong dalam kategori cukup

baik. Berarti semua aspek tersebut sudah dapat digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasil pelaksanaan KBK

di SD. Demikian juga jika ditinjau dari besar nilai kecenderungan untuk semua aspek itu hampir sama, yang berarti

aspek-aspek pelaksanaan KBK cenderung memusat di tengah yaitu pada kategori cukup baik.

(a) Ketujuh aspek pelaksanaan KBK itu, ternyata lebih besar kemampuan guru adalah pada aspek penguasaan

bidang studi. Hal ini sangat penting karena bagi guru yang telah mempu menguasai bidang studi yang akan

diajarkannya, berarti dia akan mampu juga mengelolan kelas dan menguasai kelas sangat kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Guru yang profesional salah satu kompetensinya adalah penguasaan bidang studi

dengan baik.

(b) Kelemahan guru dalam pelaksanaan KBK adalah pada kemampuan mengevaluasi hasil belajar siswa.

Tampaknya guru memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam aspek ini, dalam arti guru masih belum

mampu melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan baik.

2. Secara umum guru telah melaksanakan KBK, tetapi belum berjalan secara efektif. Guru telah berupaya menyusun

program pelbelajaran dengan baik, mengembangkan silabus, menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran

(alat peraga dan media pendidikan) dengan baik, memanfaatkan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan

belajar mengajar. Upaya guru tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar karena pedoman pelaksanaan KBK

yang baku belum ada, sarana dan prasarana sekolag belum memadai, dan banyak guru yang belum memperoleh

pelatihan tentang pelaksanaan.

3. Palaksanaan KBK di SD sangat didukung oleh masyarakat, karena mereka telah lama menunggu perbaikan mutu

pendidikan di sekolah pada khususnya dan pembaikan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya. Secara lebih

spesifik lagi, menurut masyarakat pelaksanaan KBK dapat meningkatkan kemampuan siswa yang benar-benar

Page 88: Laporan_Pelaksanaan_KBK

88

berkopetensi yang mereka dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Siswa memiliki kemampuan luas

dan kreatif dan menjadi SDM yang terampil. Kehadiran KBK dapat membantu mengembangkan potensi siswa.

4. Dalam pelaksanaan KBK di SD ditemukan beberapa hambatan yang membuat tidak lancarnya kegiatan belajar

mengajar di kelas, di antaranya:

(a) Belum ada pedoman yang baku dalam pelaksanaan KBK baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan,

sehingga masing-masing sekolah atau guru melaksanakan KBK sesuai dengan persepsi mereka. Pada hal

buku pedoman pelaksanaan KBK yang dibutuhkan agar tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan tuntutan

UU No 20 Tahun 2003.

(b) Sarana dan prasarana (termasuk media pendidikan, buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain) belum tersedia

yang memadai di sekolah, sehingga para guru melaksanakan pembelajaran kurang efektif. Guru yang kreatif

berupaya memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi

pada umumnya guru masih mengajar seperti sebelum pelaksanaan KBK.

(c) Sebagian guru-guru yang melaksanakan KBK belum pernah mengikuti latihan tentang KBK sehingga mereka

melaksanakan tugas berdasarkan hasil pengarahan dari kepala sekolah atau mempelajari sendiri hal-hal yang

berhubungan dengan pelaksanaan KBK.

5. Upaya-upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi kendalam tersebut, adalah dengan mengadakan pelatihan-

pelatihan terhadap guru-guru SD, terutama kelas satu dan empat agar mereka mampu melaksanakan KBK dengan

baik. Pelatihan-pelatihan tersebut baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Lembaga Penjaman Mutu

Pendidikan (LPMP), BEP, dan oleh sekolah atas kerja sama beberapa kepala sekolah.

B. Rekomendasi

Bedasarkan pada analisis data penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di

atas, berikut ini dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu:

1. Direkomendasikan kepada para pengambil kebijakan dalam bidang

pendidikan, terutama Dinas Pendidikan baik di tingkat kabupaten/kota

maupun propinsi untuk selalu meningkatkan kemampuan guru-guru SD

dalam pelaksanaan KBK melalui pelatihan-pelatihan guru, sehingga para

guru benar-benar memiliki memampuan dalam melaksanakan tugas-

tugasnya. Hal ini sangat penting, selain dapat menambah pengetahuan dan

wawasan guru tentang KBK juga dapat meningkatkan motivasi para guru

dalam proses pembelajaran.

Page 89: Laporan_Pelaksanaan_KBK

89

2. Karena sampai saat ini belum ada pedoman yang baku untuk pelaksanaan

KBK tahun 2004, maka sudah diperlukan ada suatu peraturan daerah atau

kebijakan daerah untuk menyusun pedoman tersebut sehingga para guru

dan kepala sekolah mempunyai pegangan dalam melaksanakan KBK

tersebut.

3. Pengadaan sarana dan prasarana merpakan kendala yang besar dalam

pelaksanaan KBK, maka direkomendasikan kepada pembuat kebijakan agar

dikeluarkan suatu kebijakan tentang pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan yang dapat melibatkan pemerintah, sekolah, dan masyarakat,

terutama para pengusaha atau masyarakat peduli pendidikan yang terdekat

dengan lokasi sekolah agar mau membantu sekolah.

4. Apabila ada kebijakan baru yang harus dilaksanakan oleh guru, sebaiknya

para pengambil kebijakan melakukan sosialisasi kepada guru tentang

kebijakan itu. Dengan demikian sebelum guru melaksanakan kebijakan baru

tersebut, mereka sudah benar-benar memahami tentang kebijakan baru itu.

5. Kepada kepala sekolah agar selalu menciptakan hubungan yang harmonis

dengan orang tua siswa dan masyarakat, sehingga persoalan-persoalan

yang dihadapi dalam pelaksanaan KBK dengan mudah dapat

dikomunikasikan kepada orang tua dan dapat dipecahkan dengan segera.

Page 90: Laporan_Pelaksanaan_KBK

90

DAFTAR PUSTAKA

Depatemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003. Standar Kompetensi Guru (SKG). Jakarta.

Depdikbud, (2003), Undang undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003, Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : CV Eko Jaya Depdikbud, (2003), Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 2003.

Jakarta: CV Eko Jaya. Hamijoyo, Santoso S., et al, (1999). Jalan Menuju Pembaruan Pendidikan: Sebuah

Pendekatan Pendidikan Berdasarkan Kebutuhan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud dan Bappenas.

Johnson, C. E, (1980). Answers to some basic question about teacher

competencies and CBTE. Athens : University of Geogria. Karwati, Euis. (2004). Pengembangan Manajemen Pembelajaran Bidang Studi

Kesenian Sekolah Dasar Induk Pembangunan Kesenian di Jawa Barat dalam Formasi No 10. Tahun V, September 2004. UHAMKA : Jakarta.

Mulyasa, E., (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Permadi,Dadi, (2001). Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri

Kepala Sekolah: Bandung, PT.Sarana Pancakarya Nusa. Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model

Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Suparno, Paul. (2002). Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grasindo. Sufyarma, (2002). Revitalisasi Sistem Pendidikan Institut Nasional Syafei (INS)

Kayutanam dengan Memanfaatkan Model Manajemen Berbasis Sekolah dalam Pengembangan Siswa Mandiri. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas pendidikan Indonesia. Bandung

Syafaruddin, 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,

Strategi, dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.

Page 91: Laporan_Pelaksanaan_KBK

91

Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Taba, Hilda, 1962, Curriculum Development, Theory and Practice, New York.

Chicago, San Francisco, Atlanta: harcout, Brace & World, Inc. Tyler. W, 1969, Educational Evaluation : New Roles New Means, Chicago,

Illinois : The University Press. Weis, carol H., 1972, Education Research : Methods for Assessing Program

Effectivenes, New Jersey : Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N. J.