20
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK I. KOMPETENSI UMUM Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengujian mikrobiologis sehingga kita dapat mengetahui bahwa suatu sediaan farmasi tersebut terkontaminasi atau tidak dengan mikroorganisme. II.KOMPETENSI KHUSUS Praktikan dapat mengetahui tingkat pengenceran dari sampel yang beredar dan juga untuk menghitung jumlah mikroba pencemar pada sediaan yang beredar di pasaran apakah sampel memenuhi syarat atau tidak. III. PRINSIP Prinsip percobaan adalah menggunakan beberapa medium seperti NA, PDA, EMBA, PW, VJA, TSB, CETA, SCB, SSA untuk melihat apakah sampel yang beredar dipasaran sudah memenuhi syarat atau tidak. IV. TINJAUAN PUSTAKA PUSPA INDAH PUTRI MUSDALIFAH S.Farm

Laporan_Potensi_Antibiotik

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK

ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK

I. KOMPETENSI UMUM

Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengujian mikrobiologis sehingga kita dapat mengetahui bahwa suatu sediaan farmasi tersebut terkontaminasi atau tidak dengan mikroorganisme.

II. KOMPETENSI KHUSUS

Praktikan dapat mengetahui tingkat pengenceran dari sampel yang beredar dan juga untuk menghitung jumlah mikroba pencemar pada sediaan yang beredar di pasaran apakah sampel memenuhi syarat atau tidak.

III. PRINSIP

Prinsip percobaan adalah menggunakan beberapa medium seperti NA, PDA, EMBA, PW, VJA, TSB, CETA, SCB, SSA untuk melihat apakah sampel yang beredar dipasaran sudah memenuhi syarat atau tidak.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Radji, 2010).

Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).

Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku pembanding yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada mikroorganisme uji (Radji, 2010).

Pada umumnya, pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi menggunakan dua metode, yaitu metode turbidimetri dan metode lempeng silinder atau difusi agar. Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam media cair yang mengandung larutan antibiotik sedangkan prinsip metode lempeng silinder adalah membandingkan zona hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona hambatan oleh dosis antibiotik baku pembanding pada media lempeng agar (Radji, 2010).

Keampuhan (kekuatan) kandungan antibiotik dalam sampel (jumlah antibiotik murni) dapat ditentukan secara kimiawi, fisik dan biologis. Uji biologis adalah yang termudah untuk melakukan penetapan semacam itu. Cara penetapan secara mikrobiologis yang digunakan adalah cara penetapan difusi (lempeng) yaitu zat yang diperiksa berdifusi dari pencadang (reservoir) kedalam medium agar yang telah diinokulasikan jasad renik, setelah diinkubasikan maka hambatan pertumbuhan mikroba diukur dan dibandingkan hasilnya (Anonim, 2014).

Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawetz, 1995).

Keberhasilan penggunaan sediaan-sediaan farmasi yang mengandung senyawa antibiotika dan vitamin tergantung (1) ketepatan diagnosis dokter, (2) mutu antibiotika dan vitamin tersebut. Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai dalam bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkan, biasanya potensi masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar penggunaan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian juga halnya dengan sediaan vitamin perlu diperlakukan seperti halnya dengan sediaan antibiotika (Djide, 2003).

Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).

Sebagaimana suatu uji biologi, pada uji potensi antibiotika dan vitamin secara mikrobiologi ini akan selalu didapatkan variasi acak pada respon yang diamati, yang dikenal sebagai kesalahan biologik. Walaupun kemajuan dibidang pengujian secara kimia telah menghasilkan berbagai tekhnik penetapan kadar yang waktu pelaksanaannya jauh lebih cepat, sehingga menimbulkan kecendrungan pengujian antibiotika dan vitamin akan dilakukan dengan cara-cara kimia atau fisikokimia, namun untuk beberapa antibiotika dan vitamin atau dalam keadaan tertentu penetapan potensi tetap harus dilakukan secara mikrobiologi. Lagi pula penetapan secara mikrobiologi langsung berhubungan dengan khasiat atau efek dari senyawa tersebut (Djide, 2003).

V. METODE KERJA

1. Pertama-tama dibuat pengenceran dengan 5 variasi dosis baku (S1 sampai S5).

2. Dibuat 1 variasi dosis uji (U3) yang sesuai dengan S3 kurva baku.

3. Dibuat suspensi inokulum dengan mencampurkan NA steril.

4. Dituang kedalam tiap-tiap cawan petri

5. Setelah inokulum padat kemudian diletakkan piper disk yang telah direndam dengan larutan antibiotik.

6. Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37C.

7. Diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah dengan menggunakan penggaris.

8. Dihitung potensi antibiotik dari hasil pengukuran.

VI. HASIL PRAKTIKUM

Data Pengamatan

Diameter zona hambat pertumbuhan

Baku Pembanding

Sampel

S1

S3

S2

S3

S4

S3

S5

S3

U3

S3

1

6

6

11

12

9

5

11

9

10

8

2

6

6

10

11

10

10

9

8

10

8

3

6

6

11

11

9

10

10

10

9

8

4

9

9

6

11

9

8

8

8

9

8

5

9

8

6

12

9

8

10

7

9

9

6

7

9

6

11

9

9

10

8

8

9

7

9

6

6

11

10

10

12

12

10

8

8

8

6

6

11

9

10

11

12

9

8

9

9

6

6

11

10

10

10

10

10

9

Jumlah

69

62

68

101

84

84

92

76

Rata-rata

7,67

6,89

7,6

11,2

9,33

9,33

10,2

8,44

Hasil

-0,39

9,38

9,33

9,33

Kolektor

-0,39

1,82

0

-0,89

Gambar Praktikum

Uji Potensi Antibiotik

Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia

S5 dan S3

Medium NA

Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia

Sampel dan U3

Medium NA

VII. PEMBAHASAN

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.

Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

Pada praktikum ini digunakan medium NA dan PDA dengan sampel antibiotik Kloramfenikol. Pertama-tama dibuat pengenceran dengan 5 variasi dosis baku (S1 sampai S5). Dibuat 1 variasi dosis uji (U3) yang sesuai dengan S3 kurva baku. Kemudian dibuat suspensi inokulum dengan mencampurkan NA steril. Lalu dituang kedalam tiap-tiap cawan petri. Setelah inokulum padat kemudian diletakkan piper disk yang telah direndam dengan larutan antibiotik. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37C dan diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah dengan menggunakan penggaris. Dihitung potensi antibiotik dari hasil pengukuran.

Pada pengujian yang telah dilakukan terbentuk zona bening disekitar piper disk. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan berpotensi menghambat pertumbuhan E.Coli. Pengaruh konsentrasi antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar (efektifitas kerja antibiotia meningkat).

Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 48 jam, diperoleh hasil bahwa pada cawan petri yang diberikan antibiotik Kloramfenikol, terdapat zona hambat yang ditandai dengan daerah sekitar antibiotik berwarna bening. Terdapatnya zona hambat pada percobaan tersebut disebabkan karena khamir tersebut tidak resisten terhadap antibiotik yang ditanam pada media yang sama. Resistensi ini merupakan suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Resistensi dari khamir tersebut biasanya disebabkan karena khamir tersebut dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat menghancurkan antibiotik tersebut.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Terbentuknya zona bening atau zona hambat yang menandakan adanya potensi dari antibiotik yang digunakan dalam menghambat dan membunuh bakteri gram positif yaitu E.Coli.

2. Pengaruh komsentrasi antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar (efektifitas kerja antibiotia meningkat).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Penuntun Praktikum Analisis Mikrobiologi Farmasi. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. EGC, Jakarta.

Radji, DR. Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan

Mahasiswa Farmasi & Kedokteran.

PUSPA INDAH PUTRIMUSDALIFAH S.Farm