46
BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak. Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit. Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian.Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat 1

Lapsus GEA Umi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapsus GEA Umi

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting

disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian

seseorang terutama pada anak. Hal ini tercemin banyak orang yang menderita

penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit. Akibat

dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene

perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit

diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak

yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.

Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare

adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak

penderita diare yang mengalami kematian.Penyakit gastrointeritis merupakan

penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat

yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.

Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan

kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare

belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk

mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan

kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan

memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang

penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat

1

Page 2: Lapsus GEA Umi

mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah

pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat

mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus gastroenteritis akut di ruang Penyakit

Dalam kelas III RSUD Kanjuruhan Kepajen

2

Page 3: Lapsus GEA Umi

BAB II

STATUS PENDERITA

2.1 Identitas Penderita

- Nama : Ny.G

- Umur : 55 tahun

- Jeniskelamin : Perempuan

- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Pendidikan : SD

- Alamat : Kepanjen

- Status : Menikah

- Suku : Jawa

2.2 Anamnesis

1. Keluhan utama : Diare

2. Riwayat penyakit sekarang :

Seorang pasien usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan

dengan keluhan diare sebanyak 7x/hari, demam(+), lendir (+),ampas (+)

nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) muntah terutama setalah makan ,

pasien selalu merasa haus,pasien datang dengan diantar keluarga dalam

keadaan pucat (+) ,mata cekung (+), dan kedua tangan serta kaki teraba

dingin,badan terasa lemas, keluarga pasien mengatakan bahwa sejak

sakit nafsu makan menurun sehingga BAK sedikit dan menurun dari

biasanya. Keluarga pasien mengaku sebelumya berat badan pasien

adalah 47 kg, namun sekarang setelah ditimbang menjadi 45 kg.

3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit serupa :pasien sering mengalami diare

tetapi biasannya hanya sehari dan sembuh dengan sendirinnya.

Riwayat mondok : -

Riwayat sakit gula : -

Riwayat penyakit jantung : -

3

Page 4: Lapsus GEA Umi

Riwayat hipertensi : -

Riwayat kejang : -

Riwayat alergi obat : -

Riwayat alergi makanan : -

4. Riwayat sakit keluarga

Riwayat sakit serupa : -

Riwayat mondok : -

Riwayat sakit gula : -

Riwayat penyakit jantung : -

Riwayat hipertensi : -

Riwayat kejang : -

Riwayat alergi obat : -

Riwayat alergi makanan : -

5. Riwayat kebiasaan

Riwayat merokok : -

Riwayat minum alkohol : -

Riwayat olah raga : -

Riwayat pengisian waktu luang :pasien biasanya mengisi waktu

luang dengan tidur dan menontot tv.

6. Riwayat sosial ekonomi:

Pasien sudah tidak bekerja,pasien tinggal satu rumah dengan

dua anak dan menntunya dengan keadaan sosial ekonomi yang

cukup.

7. Riwayat gizi

Pasien tampak kurus,dengan kesan gizi kurang

A. Anamnesa Sistem

1. Kulit : kulit gatal (-), turgor kulit menurun.

2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-),rambut kepala rontok

(-),luka pada kepala (-), benjolan atau borok (-)

4

Page 5: Lapsus GEA Umi

3. Mata : pandangan mata berkunang – kunang, cekung

(+), (-/-),pengelihatan kabur(-/-) , ketajaman

mata dalam batas normal (+/+)

4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-),

keluar cairan (-/-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama(-)

9. Kardiovaskular : berdebar – debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah(+), diare(-),nafsu makan

meningkat (-), nyeri perut(+),diare (5x)

11. Genitouria : BAK lancer, jumlah dalam batas normal, nyeri

BAK (-)

12. Neurologik : kejang (-),kumpuh(-),kesemutan(-),dan rasa tebal

(-)

13. Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah(-)

14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki(-),nyeri

otot(-)

15. Ekstremitas atas :

Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

16. Ekstremitas bawah:

Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Lemas dan Pucat GCS 456

2. Tanda vital :

BB : 45kg

TB : 158cm

Tensi : 110/80

5

Page 6: Lapsus GEA Umi

Nadi : 76 x//menit

Pernafasan : vesikuler

Suhu : 38,2ºC

3. Kulit

Turgor menurun,ikterik -, sianosis -,venektasi(-), ptekie (-), spidernavi(-)

4. Kepala

Bentuk kepala mesocephal, luka (-), rambut tdk mudah dicabut, keriput

(-),makula(-),papula(-),nodula(-)

5. Mata

Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor (3mm/3mm),

reflek cahaya (+/+), katarak -/-, tanda radang -/-,mata cowong (+/+)

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-/-),secret(-/-),epistaksis (-/-),deformitas

hidung(-/-), hiperpigmentasi(-/-)

7. Mulut

Bibir pucat(+), bibir kering(-), lidah kotor (-), tremor(-)

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-/-), secret(-/-), pendengaran berkurang(-/-),

cuping telinga dalam batas normal

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-/-), hiperemi faring(-/-)

10. Leher

JVP meningkat (-). Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), pembesaran

kel.tiroid(-), lesi pada kulit (-).

6

Page 7: Lapsus GEA Umi

11. Toraks

Simetris, normochest, retraksi intercostals (-), retraksi

subcostal(-),spider navi(-), venectasi (-),pembesaran kel. Limfe (-)

COR

I : iktus kordis tak tampak

P : iktus kordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah: SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak membesar

A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

PULMO

I : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

P : fremitus raba kanan sama dengan kiri

P :

A : suara

dasarvesikular (+/+),

suara tambahan (-/-),

dinamis depan

belakang

+ +

+

+ +

7

Sonor Sonor

Sonor

Sonor Sonor

Page 8: Lapsus GEA Umi

12. Abdomen

I : jejas diperut bagian tengah ,dinding perut sejajar dengan dinding

dada, venektasi (-)

P : BU (+) meningkat

P : hipertimpani seluruh lapang perut

A : nyeri tekan (+)di perut bagian tengah, hepar dan lien tidak teraba

13. Ekstremitas

Palmar eritema (-/-)

Akral dingin Oedem Ulkus

14. Sistem genitalia

Dalam batas normal

15. Pemeriksaan neurologik

Kesadaran : GCS 4 5 6

Fungsi Luhur : dlm batas normal

16. Pemeriksaan psikiatrik

Penampilan : perawatan diri baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif CM

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses Pikir : realistis

C. Resume

Seorang pasien usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan

dengan keluhan diare sebanyak 7x/hari, demam(+), lendir

(+),ampas (+) nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) muntah

terutama setalah makan , pasien selalu merasa haus,pasien

8

+ +

+ +

- -

- -

- -

- -

Page 9: Lapsus GEA Umi

datang dengan diantar keluarga dalam keadaan pucat (+) ,mata

cekung (+), dan kedua tangan serta kaki teraba dingin,badan

terasa lemas, keluarga pasien mengatakan bahwa sejak sakit

nafsu makan menurun sehingga frekuensi BAK menurun dari

biasanya. Keluarga pasien mengaku sebelumya berat badan

pasien adalah 47 kg, namun sekarang setelah ditimbang menjadi

45 kg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB 45 kg,TB

158 cm, Tekanan darah 110/80, pernafasan vesikuler dan suhu

axila 38,2ºC. Bising usus meningkat dan hipertimpani.

D. Diferential Diagnostic

Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan

Disentri Basiler

Disentri Ameoba

Colitis

2.3 Pemeriksaan laboratorium (Penunjang)

Darah lengkap:

Hb : 14,1 (N: 12-15)

Hematokrit : 41,0 (N: 37-48)

Eritrosit : 5,1 juta (N: 4,2 juta-5,5 juta)

Leukosit : 14.900 (N: 4.000-10.000)

Hitung jenis neutrofil stab : -

Hitung jenis neutrofil segmen : 80 (N: 50-70)

Hitung jenis lymphosit : 10 (N: 20-40)

Hitung jenis monosit : 7 (N: 2-8)

LED : 45

Trombosit : 238.000 (N: 150.000-400.000)

DL :

SGOT 40

SGPT 35

Ureum 150

9

Page 10: Lapsus GEA Umi

Kreatinin 5,20

DL :

Ureum 90

Kreatinin 1,62

FL :

Makroskopis

Warna : coklat

Konsistensi : cair

Darah : (-)

Lendir : (+)

Mikroskopis

Eritrosit : (+)

Leukosit : (+)

Amuba : (+) E. Hystolitika

Telur : (-)

Sisa makanan: (-)

Larva : (-)

Bakteri : (-)

Lain-lain : (-)

2.4 Working Diagnosa

Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan ec E. Hystolitica

10

Page 11: Lapsus GEA Umi

2.5 Penatalaksanaan

Non medikamentosa

a. Edukasi

Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai :

- Makna perlunya pemantauan dan pengendalian penyakit

- Komplikasi dari diare akut maupun kronis

- Intervensi Farmakologi dan non- Farmakologi

b.Cukup Istirahat dan tidur

Penderita sebaiknya tidur yang cukup 6-8 jam setiap harinya

dan tidak memaksakan diri dalam melakukan aktivitas sehari- hari.

c. Mengurangi stres dan beban pikiran

Mengurangi/menghindari stres dengan lebih mendekatkan diri

kepada allah dengan menyerahkan segala sesutunya kembali pada allah.

2. Medikamentosa :

Infus :

RL (20 tetes/menit)

Injeksi :

Ranitidin 2 x 1amp IV

Cefotaxim 3 x 1gr IV

Metronidazole 3x1

Loperamid 3x1 IV

Tomit 1x1 ampul IV

PO:

New Diatab 2 tab/BAB

Parasetamol 3x500mg

11

Page 12: Lapsus GEA Umi

2.6 Follow up

Tanggal 06 Juli 2013

S : lemas (+),BAB (+ 5x/ hari) konsistensi cair, lendir (+), demam (+)

mual (+), nyeri abdomen (+)

O : KU baik,tampak lemas dan pucat

Tanda vital :

T : 120/70

N : 68x/ menit

BB : 45kg

RR : 24x/menit

S : 37,8ºC

Status Generalis : dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan

P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu di berikan pula terapi

non medikamentosa.

Tanggal 07 Juli 2013

S : Mual (+), muntah (-), BAB dan BAK lancar, demam(-),

O : KU baik,tampak lemas dan pucat, gizi kesan baik

Tanda vital : T : 120/60

N : 72x/ menit

BB : 45kg

RR : 20x/menit

S : 36,6ºC

Status Generalis : dalam batas normal

Status Lokakis : ROM terbatas karena nyeri

Status Neurologis : dalam batas normal

Status Mentalis : dalam batas normal

12

Page 13: Lapsus GEA Umi

A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan

P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu di berikan pula terapi

non medikamentosa.

Tanggal 08 Juli 2013

S : nyeri abdomen (-),lemas (+),BAB dan BAK lancar

O : KU baik,tampak lemas dan pucat

Tanda vital :

T : 130/80

N : 80x/ menit

BB : 45kg

RR : 20x/menit

S : 36ºC

Status Generalis : dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan

P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu diberikan pula terapi non

medikamentosa.

Kesimpulan :

- Ada perbaikan pada tanda vital

- Ada perbaikan pada masalah diare

13

Page 14: Lapsus GEA Umi

2.7 .Flow Sheet

NO Tanggal Vital

Sign

BB/TB BMI Keluhan Rencana

1 05-07-13

T :110/80

N:80x/menit

RR:20

S: 38ºC

45/158 18 Mual,muntah, nyeri perut,badan lemas dan ngilu,.diare 5x/hari,demam

1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup

2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.

2. 06-07-13

T :110/70

N:80x/menit

Rr:24

S: 37,8ºC

45/158 18 nyeri perut,badan lemas dan ngilu.,diare sudah mulai berkurang ,demam mulai turun

1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup

2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.

3. 07-07-13

T :110/60

N:80x/menit

Rr:20

S: 36,5ºC

45/158 18 Badan masih terasa lemas dan sakit- sakit,frekuansi BAB sudah mulai normal

1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup

2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.

4. 08-07-13

T :120/70

N:80x/menit

Rr:18

S: 36ºC

45/158 18 BAB sudah mulai normal ,diare (-),demam (-)nyeri perut sudah mulai berkurang.

1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup

2.penyuluhan tentang penyakit pasien pada keluarga.

14

Page 15: Lapsus GEA Umi

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 GASTROENTERITIS AKUT

A. Definisi

Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari

( WHO, 1980),Diare juga merupakan suatu gejala klinis dari gangguan saluran

pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih

dari biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi

dari feses menjadi lembek atau cair. (Bambang Subagyo, 1997). Jadi dari kesemua

pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah

peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus

dan parasit yang pathogen.

B. Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,

Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan

infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana

merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien

yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan

makanan dan minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab

timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga

15

Page 16: Lapsus GEA Umi

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus

berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi

akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat

kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan

hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah

kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam

basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,

output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

16

Page 17: Lapsus GEA Umi

C. Gejala Klinis

a. Diare.

b. Muntah.

c. Demam.

d. Nyeri abdomen

e. Membran mukosa mulut dan bibir kering

g. Kehilangan berat badan

h. Tidak nafsu makan

i. Badan terasa lemas

D. Komplikasi

a. Dehidrasi

b. Renjatan hipovolemik

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Mal nutrisi

f. Hipoglikemia

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

E. Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis

a. Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

17

Page 18: Lapsus GEA Umi

c. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik

seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,

apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara:

BD plasma, dengan memakai rumus :

Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml 0,001

Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :

- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB

- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB

- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor:

18

Page 19: Lapsus GEA Umi

Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter

15

Goldbeger (1980) mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan:

Cara I :

Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi

lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada

waktu itu.

Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6%

dari berat badan saat itu.

Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang

jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium,

maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 – 7 liter

pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg.

Cara II :

Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4

Kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter.

Cara III :

Dengan menggunakan rumus :

Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :

19

Page 20: Lapsus GEA Umi

Na1 = Kadar Natrium plasma normal;

BW1 = Volume air badan normal, biasanya 60% dari berat badan untuk

pria dan 50% untuk wanita ;

Na2 = Kadar natrium plasma sekarang ;

BW2 = volume air badan sekarang.

F. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian cairan.

b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan

tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu

diperhatikan :

Memberikan asi.

Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,

mineral dan makanan yang bersih.

Obat-obatan.

Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas

racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim

enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.

Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga

keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini

tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti

diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak.

Kelompok opiat

20

Page 21: Lapsus GEA Umi

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta

kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein

adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg

3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,

peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses

dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat

ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila

diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak

dianjurkan.

Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit

diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan

infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus

terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi

elektrolit.

Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,

Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk

kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan

konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan

elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau

diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

21

Page 22: Lapsus GEA Umi

Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan

Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan

jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena

berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan

keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah

yang adekuat.Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada diare akut

dewasa seperti terlihat pada table.

22

Page 23: Lapsus GEA Umi

G. Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasinya dan keadaan umum

a. Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa

cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut

diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60

Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin

yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan

dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat

badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai

dengan umur dan berat badannya.

1. Dehidrasi ringan.

1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral

2. Dehidrasi sedang.

1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.

3. Dehidrasi berat.

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg

· 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1

ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.

· 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1

ml = 20 tetes ).

23

Page 24: Lapsus GEA Umi

· 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau

minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes /

kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.

- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1

ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).

- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum

dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes /

kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.

-1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1

ml = 20 tetes ).

-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.

c. Diatetik ( pemberian makanan ).

Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien

dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

· Memberikan ASI

· Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup

kalori,protein,mineral dan vitamin, makanan harus bersih.

d. Obat-obatan.

· Obat anti sekresi.

· Obat anti spasmolitik.

24

Page 25: Lapsus GEA Umi

· Obat antibiotik.

H. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium.

· Pemeriksaan tinja.

· Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila

memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau

astrup, bila memungkinkan.

· Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

a. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad

renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare

kronik.

I. Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,

terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera

kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang

cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia

dan asidosis metabolik.

Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis,

sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka

dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal

multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian

cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.

25

Page 26: Lapsus GEA Umi

Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang

disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal,

anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS

akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare,

tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.

Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah

merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya

setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20 – 40 % nya

menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien

menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk

mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan

Sindrom Guillain – Barre tetap belum diketahui. Artritis pasca infeksi dapat

terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter,

Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.

J.Prognosa

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,

dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya

sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti

kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan

pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare

infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2

% yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.

26

Page 27: Lapsus GEA Umi

K.Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,

penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini

termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya

selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah

pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena

makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan

perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan

makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan

diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak

dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa

menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus

diperingatkan untuk tidak menelan air. Semua buah dan sayuran harus

dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau

olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah

tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua

daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang

dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi.

Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel

yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh

dan terkena kotoran ternak. Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah

diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada

saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid.

27

Page 28: Lapsus GEA Umi

Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan

untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi

imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 %

efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga

melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek

samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan

1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip

dengan dua vaksin lainnya.

3.2 DEHIDRASI

A. Definisi

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam

tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada

pemasukan (contoh: minum). Dehidrasi dapat berupa :

1. Hilangnya air lebih banyak dari zat natrium (dehidrasi hipertonik),

2. Hilangnya air dan zat natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi

isotonik),

3. Hilangnya zat natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi

hipotonik).

Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan

keseimbangan zat elektrolit tubuh. Namun karena mekanisme yang terdapat

pada tubuh manusia sudah sangat unik dan dinamis maka tidak setiap

kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh dehidrasi.

Beberapa mekanisme bekerja sama untuk mempertahankan

keseimbangan cairan dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah

mekanisme haus. Jika tubuh memerlukan lebih banyak air, maka pusat saraf

di otak dirangsang sehingga timbul rasa haus. Rasa haus akan bertambah kuat

28

Page 29: Lapsus GEA Umi

jika kebutuhan tubuh akan air meningkat, mendorong seseorang untuk minum

dan memenuhi kebutuhannya akan cairan.

Mekanisme lainnya untuk mengendalikan jumlah cairan dalam tubuh

melibatkan kelenjar hipofisa di dasar otak. Jika tubuh kekurangan air,

kelenjar hipofisa akan mengeluarkan suatu zat ke dalam aliran darah yang

disebut hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik merangsang ginjal untuk

menahan air sebanyak mungkin.

Jika tubuh kekurangan air, ginjal akan menahan air yang secara

otomatis dipindahkan dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah untuk

mempertahankan volume darah dan tekanan darah, sampai cairan dapat

digantikan melalui penambahan asupan cairan. Jika tubuh kelebihan air, rasa

haus ditekan dan kelenjar hipofisa hanya menghasilkan sedikit hormon

antidiuretik, yang memungkinkan ginjal untuk membuang kelebihan air

melalui air kemih.

A. KLASIFIKASI DEHIDRASI

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi

dehidrasi ringan, sedang, atau berat.

1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)

Gejala :

Muka memerah

Rasa sangat haus

Kulit kering dan pecah-pecah

Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya

Pusing dan lemah

Kram otot terutama pada kaki dan tangan

Kelenjar air mata berkurang kelembabannya

Sering mengantuk

Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

29

Page 30: Lapsus GEA Umi

2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari

berat badan)

Gejala:

Gelisah, cengeng

Kehausan

Mata cekung

Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak

segera kembali ke posisi semula.

Tekanan darah menurun

Pingsan

Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung

Kejang

Perut kembung

Gagal jantung

Ubun-ubun cekung

Denyut nadi cepat dan lemah

3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari

berat badan)

Gejala:

Berak cair terus-menerus

Muntah terus-menerus

Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

Tidak bisa minum, tidak mau makan

30

Page 31: Lapsus GEA Umi

Mata cekung, bibir kering dan biru

Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

Kesadaran berkurang

Tidak buang air kecil

Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab

Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba

Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur

Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil

berkurang/kurang dari 6 popok/hari.

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

B. FAKTOR PENYEBAB DEHIDRASI

Ada 3 hal yang dapat menyebabkan dehidrasi:

1. Pemasukan cairan yang kurang.

Setiap harinya tubuh manusia memerlukan cairan, baik melalui

makanan ataupun minuman. Tubuh kita tidak hanya membutuhkan

cairan tetapi juga elektrolit seperti natrium, kalium, dan lain-lain.

Apabila pemasukan cairan kurang, maka dapatterjadi dehidrasi.

2. Pengeluaran cairan yang berlebihan.

Pengeluaran cairan yang berlebihan juga dapat menimbulkan dehidrasi.

Pada keadaan normal, setiap harinya bayi dan anak mengeluarkan

cairan dalam bentuk keringat, urin, tinja.

3. Karena sebab lain.

Anak juga bisa mengalami dehidrasi akibat demam tinggi karena

infeksi. Demam menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat.

Pada keadaan-keadaan lainnya seperti diabetes atau gangguan ginjal,

dehidrasi juga dapat terjadi

31

Page 32: Lapsus GEA Umi

C. PENCEGAHAN

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orangtua maupun guru, antara lain:

Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak

beraktivitas paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam

bentuk kombinasi aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup,

dan lain-lain.

Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di

halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.

Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein, misalnya es teh dan

minuman jenis softdrink yang mengandung soda, terutama ketika ia

sedang giat-giatnya beraktivitas dan banyak mengeluarkan keringat.

Kafein dapat menambah beban pada aliran darah. Akibatnya, darah jadi

kental dan produksi keringat pun berkurang.

Bila udara panas dan cuaca terik, ingatkan anak yang sedang asyik

bermain untuk menghentikan aktivitasnya sejenak di tempat yang sejuk

sambil mengonsumsi berbagai cairan.

Anak yang mengalami dehidrasi dengan gangguan gastroenteritis maka sebaiknya berikan minuman khusus yaitu cairan rehidrasi oral (ORS) yang mangandung kombinasi gula dan garam.

Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau

diare

Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang

sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan

pada siang hari.

Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari makanan berlemak dan minuman jus/bersoda.

Jangan terpengaruh dengan mitos penangan dehidrasi dengan berpuasa selama lebih dari 24 jam dan menggantinya dengan diet khusus (pisang,

32

Page 33: Lapsus GEA Umi

buah, jus apel, dan roti bakar).

Jangan berikan sembarang obat.

Bila dehidrasi masih berlanjut maka segera bawa ke dokte

DAFTAR PUSTAKA

Goldfinger SE : Constipation, Diarrhea, and Disturbances of Anorectal Function, In : Braunwald, E, Isselbacher, K.J, Petersdorf, R.G, Wilson, J.D, Martin, J.B, Fauci AS (Eds) : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 11th Ed. McGraw-Hill Book Company, New York, 1987, 177 – 80.

Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute Infectious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB Saunders Company, September 2001.

Turgeon DK, Fritsche, T.R : Laboratory Approachs to Infectious Diarrhea, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB Saunders Company, September 2001.

Schiller LR : Diarrhea, Medical Clinics of North America, Vol.84, No.5, September 2000.

Suthisarnsuntorn U : Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.

Montgomery L : What is the best way to evaluate acute diarrhea ?, Journal of Family Practice, June, 2002, From : http://www.cebm.jr2.ox.ac.uk/docs/levels.html

33

Page 34: Lapsus GEA Umi

Goroll AH, Mulley AG : Acute and Traveler’s Diarrheas, In : Primary Care Medicine, 4th ed. Lippincort Eilliams & Wilkin, A Walter Kluwer Company, Philadepihia, 2000 Bookmark URL : /das/book/view/24549268/920/1.html/top

Tantivanich S : Viruses Causing Diarrhea, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.

Sirivichayakul C : Acute Diarrhea in Children, In : Tropical Pediatrics for DTM&H 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol Univesity, Bangkok, Thailand,1-13.

10.Pitisuttithum P : Acute Dysentry, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.

Waikagul J, Thairungroj M, Nontasut PA et al : Medical Helminthology, Department of Helminthology, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand, 2002.

12. Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al : Guidelines for adults on self-medication for the treatment of acute diarrhoea, Aliment Pharmacol Ther, 2001: 15;771-82.

13. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of Gastroenterology, Vol.92, No.11, November 1997.

34