Upload
basurama555
View
223
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
COX implementation of psychic experiment awe
Citation preview
LAPORAN KASUS
POLIKLINIK PSIKIATRI RSUD SANJIWANI GIANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WARMADEWA
Oleh : I. B. Bayu Dwipayana Manuaba, S.Ked (157008048)
Pembimbing : dr. A. A. Ayu Agung Indriany, Sp.KJ
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : IMN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 44 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Freelance
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Bangsa/Suku bangsa : Indonesia/Bali
Alamat : Jln. Sahadewa, Br. Sema-Desa Melinggih,
Payangan, Gianyar
Tanggal kontrol : 22 Oktober 2015
Tanggal Kunjungan : 30 Oktober 2015
II. RIWAYAT PENDERITA
Keluhan Utama : Kontrol obat habis
Autoanamnesis
Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUD Sanjiwani Gianyar seorang diri untuk
kontrol obat habis. Pasien datang dalam keadaan sadar mengenakan baju kaos
berkerah warna coklat dengan luaran jaket hitam, celana panjang hitam, dan
sandal jepit. Penampilan pasien tampak rapi dengan rambut yang tersisir. Raut
1
wajah pasien tampak sesuai dengan usianya. Selama wawancara, pasien mau
menatap mata pemeriksa, dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh pemeriksa. Pasien mampu menjawab siapa namanya, sedang berada di
mana, dan saat ini sedang pagi atau malam dengan benar. Pemeriksa bertanya
mengenai keluhan yang saat ini dirasakan oleh pasien, pasien mengatakan
bahwa untuk saat ini dirinya tidak ada mengeluh apa – apa, kondisinya sudah
membaik. Perasaan cemas dan was – was yang sering dirasakannya sudah tidak
dirasakannya. Kebiasaan cepat marah dan sering mengamuk di rumah sudah
tidak lagi dilakukannya. Dirinya sudah merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Saat ini pasien sudah mulai bekerja kembali sebagai pekerja freelance, kadang
juga sebagai buruh bangunan, dan membantu orang lain yang memintanya
untuk bekerja sambilan. Untuk aktivitas dirumah dikatakan sudah membaik.
Tidur juga dikatakan sudah nyenyak dan tidak terganggu. Biasanya tidur jam 10
malam dan bangun jam 6 pagi. Setelah terbangun pasien langsung membantu
istri untuk mengurus anak sebelum anaknya sekolah. Ketika ditanya apakah
pasien masih mendengar suara – suara yang aneh, pasien menjawab sudah tidak
pernah lagi. Komunikasi dengan keluarga sudah membaik. Kegiatan di rumah
bila tidak bekerja, biasanya mengurus hewan ternak yaitu babi dan ayam yang
dipeliharanya. Pasien juga sudah aktif di banjar, bertemu dengan teman –
temannya, kadang juga sering bermain judi bersama.
Saat ditanya mengenai kondisinya yang dulu seperti apa pasien menjawab
sangat berantakan dan sering mengamuk. Dirinya merasa awal mula kondisinya
berubah saat dirinya sedang mengirim barang ke negara bersama temannya
menggunakan mobil pick up, diperjalanan mobil tersebut mati dan tidak dapat
menyala. Saat itu dirinya merasa sangat khawatir dan cemas dengan anak dan
istrinya dirumah, terlebih lagi anaknya masih sangat kecil dan merupakan anak
pertamanya. Berbagai cara dilakukan olehnya agar dirinya dapat pulang ke
rumah untuk bertemu keluarganya, namun tidak ada yang berhasil. Seharian
dirinya tidak tidur di dalam mobil dan selalu memikirkan keluarganya.
Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2005. Saat ditanya apakah masih merasa
2
khawatir ketika sudah dirumah, dirinya mengatakan masih. Mulai kejadian itu
dirinya sering mengalami sakit kepala, badan terasa panas dingin, sakit perut,
nyeri pada lutut, dan sakit gigi. Dirinya juga merasa sering gelisah, tidak
tenang, mengkhawatirkan sesuatu tetapi tidak tau apa yang dikhawatirkannya,
dan sering cemas tanpa alasan. Terlebih lagi perasaan itu muncul setiap kali
dirinya bekerja mengirim barang ke luar kota. Awal mula keluhan itu mucul,
dirinya diantar oleh keponakannya mencari pengobatan ke RS yang ada di Mas,
disana diberikan obat yang dimasukkan dari lubang anus, namun seketika
dirinya langsung muntah. Dikatakan oleh dokter kondisinya baik – baik saja
dan dapat pulang. Pulang dari berobat keluhannya masih tetap dirasakan bahkan
pasien merasa tidurnya terganggu dan sempat tidak tidur selama 4 hari. Pasien
sempat hampir merasa ingin mati karena penyakitnya. Perilakunya di rumah
bertambah aneh, gelisah, mudah marah, dan mengamuk. Sering bingung dan
terdiam sendiri, namun tidak memikirkan apapun. Pasien mengatakan dirinya
selalu melampiaskan amarahnya hanya pada istrinya walaupun dirinya tahu
istrinya tidak memiliki salah apa - apa. Ketika ditanya kenapa sering marah dan
mengamuk, pasien menjawab hanya masalah kecil seperti anak belum diberikan
makan oleh istrinya. Ketika marah dirinya pernah menganiaya istrinya hingga
istrinya menangis, hal ini berulangkali dilakukannya ketika apa yang ada
dihadapannya tidak sesuai dengan keinginannya. Saat marah dan mengamuk,
pasien mengatakan dirinya tidak sadar, kadang hingga menghancurkan
perabotan rumah. Dia mengatakan karena perilakunya yang seperti itu, istrinya
pergi meninggalkannya dari rumah dan kembali ke rumah orangtuanya. Dirinya
sadar telah berbuat salah namun tidak ingin untuk merubah perilakunya. Ketika
ditanya kenapa, pasien menjawab ya belum ingin berubah saja saat itu. Pasien
hampir sempat bercerai dengan istrinya, namun kembali rukun ketika kelahiran
anak keduanya. Pasien menyangkal pernah mengamuk di luar rumah. Untuk
perasaan yang lebih dominan, pasien menjawab dirinya lebih sering khawatir
dan cemas dengan keluarga dan sakit yang dialaminya.
3
Pasien mengatakan dirinya memang dari dulu mudah marah bahkan sebelum
dirinya menikah. Ketika ditanya apakah ini berkaitan dengan didikan keluarga,
pasien menjawab ayahnya tidak pernah keras kepadanya, akan tetapi kakak
kandungnya sangat keras terhadapnya. Dari kecil hingga dirinya berumur 17
tahun seringkali dia di hukum oleh kakaknya bila salah dan nakal. Tetapi
dirinya menyangkal karakternya keras oleh karena didikan kakaknya. Dia
merasa inilah karakternya yang mudah marah bila keinginannya tidak
terpenuhi.
Ketika ditanya apakah ada permasalahan besar yang sangat membebani
pikirannya, pasien menceritakan dirinya sempat terbebani oleh perselisihan
yang terjadi antara istri dan iparnya (istri kakaknya). Kakak kandung pasien
ikut masuk dalam konflik tersebut dan membela istrinya sendiri, sedangkan
pasien tidak membela istrinya. Dirinya merasa khawatir bila konflik tersebut
semakin meluas, hingga saat ini hubungan mereka belum harmonis. Pasien
belum sempat berkomunikasi dengan kakaknya karena takut masalahnya
menjadi bertmabah rumit, bahkan dirinya sangat khawatir bila dirinya dan
kakaknya akan saling membunuh. Permasalahan lain yang membebani
pikirannya, yaitu tentang sakit yang dialaminya yang tidak sembuh – sembuh,
dirinya merasa cemas akan penyakitnya. Akan tetapi dirinya tidak pernah
merasa putus asa untuk mengobati penyakitnya ini. Sempat karena
permasalahan tersebut dirinya kembali sakit yang diawali oleh perasaan gelisah
dan cemas. Pasien menyangkal terdapat permasalahan yang berkaitan dengan
ekonomi keluarganya. Pasien juga mengaku dirinya sering mendengar suara –
suara yang mengganggu. Ketika ditanyakan mengenai suara apa yang sering
pasien dengar, pasien menjawab dirinya kadang mendengar seperti suara bom
meledak, orang melempar pisau, dan buah kelapa jatuh. Suara tersebut paling
sering di dengar olehnya setiap malam hari namun orang lain tidak
mendengarnya. Kadang saat tertidur pun pasien merasa dirinya masih bisa
mendengar. Saat ditanya respon pasien bagaimana, pasien menjawab kadang
hanya memastikan apakah suara itu benar atau tidak dan kadang juga terkejut,
4
namun pasien menyangkal pernah mengamuk atau melakukan hal – hal aneh
ketika merespon suara aneh yang ia dengar. Untuk melihat hal – hal yang tidak
dapat dilihat oleh orang lain disangkal pasien. Ketika ditanya apakah pasien
merasa dikejar – kejar oleh sesuatu hal, pasien menjawab tidak ada. Pasien juga
menyangkal sakit yang dialaminya ini merupakan sakit non – medis atau sakit
yang diberikan sengaja dari orang lain / kerabat dekatnya.
Pasien mulai merasa mengalami perubahan saat mulai melakukan
pengobatan rawat jalan di Poli Jiwa RSUD Sanjiwani pada tahun 2008. Dirinya
merasa yakin akan pengobatan disana, karena apa yang disampaikan oleh
dokter jiwa sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapinya, seperti sering
merasa cemas dan khawatir tanpa sebab yang pasti. Sering mendengar hal – hal
aneh yang tidak didengar oleh orang lain. Dirinya mengatakan sebelum berobat
ke Poli Jiwa, dirinya sempat berobat juga ke berbagai dokter umum mengenai
keluhan fisik yang dialaminya, akan tetapi tidak tuntas. Keluhan fisiknya sering
berpindah – pindah, kadang sakit kepala dan kadang sakit gigi. Untuk saat ini
pasien mengkonsumsi obat yang diperolehnya dari Poli Jiwa yaitu obat
berwarna putih dan berwarna kuning (pasien lupa nama obatnya). Pasien
mengatakan bila keluhan tidak muncul, maka pasien tidak lagi mengkonsumsi
obat, karena dirinya merasa sudah sembuh. Saat dilakukan wawancara di
rumahnya pasien tampak sangat senang dengan kedatangan saya untuk
berkunjung. Pasien mau bercerita banyak tentang apa yang dialaminya saat
sakit.
Heteroanamnesis (Istri Pasien)
Istri pasien mengatakan suaminya memang sudah dari dulu memiliki karakter
pemarah, namun karakter tersebut bertambah parah sejak kejadian di Negara.
Semenjak saat itu suaminya lebih sering marah kepadanya, bahkan dirinya
sering dipukul. Dikatakan suaminya memang sepulang dari Negara mulai sering
mengalami sakit kepala dan sakit gigi. Kesehariannya di rumah bila tidak
bekerja, suaminya sering menyendiri, tampak gelisah, dan kebingungan. Istrinya
5
sering melihat suaminya berbicara sendiri ketika terdiam. Ketika pulang dari
kerja, suaminya hampir setiap hari marah kepadanya hanya karena
permasalahan yang kecil seperti dirinya lupa memberikan makan anaknya.
Ketika marah dikatakan suaminya seperti orang kerasukan, mata melotot, dan
kadang spontan memukulinya. Kondisi ini memang selalu terjadi ketika
suaminya sakit kepala dan sakit gigi. Tidurnya mulai terganggu bahkan pernah
sampai tidak tidur – tidur beberapa hari. Ketika ditanya apa yang dilakukan oleh
suaminya, ia menjawab hanya diam saja tidak melakukan apa – apa, kadang
hanya mondar – mandir / keluar masuk kamar. Istrinya menyangkal suaminya
pernah ingin membunuhnya. Bila marah dan mengamuk hanya di rumah saja,
tidak pernah sampai ke rumah orang lain atau mengamuk di luar. Suaminya
memang jarang bercerita kepadanya tentang masalah yang dihadapinya, yang
pasti setiap ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya pasti dirinya
akan marah kepada saya. Dikatakan suaminya tidak pernah marah dan
mengamuk selain kepadanya. Ketika ditanya apakah suaminya pernah
mendengar hal – hal yang aneh, istrinya menjawab pernah, kadang suaminya
mendengar suara buah jatuh. Bila mendengar suara aneh, biasanya suaminya
hanya keluar dari kamar untuk memastikan suara tersebut ada atau tidak. Dia
tidak pernah melihat suaminya berlarian sendirian dan melakukan hal – hal
yang aneh.
Istrinya mengatakan memang suaminya sangat sayang kepada anaknya,
dirinya sering khawatir bila terjadi sesuatu pada anaknya. Sempat ketika dirinya
tidak memberikan makan anaknya, suaminya langsung membawa anaknya ke
rumah keponakannya untuk makan, saat itu tidak pulang seharian. Untuk
makan, minum, dan mandi suaminya masih biasa. Saat sering sakit memang
suaminya jarang keluar rumah dan berhenti bekerja. Untuk aktivitas di luar
rumah suaminya sangat jarang ikut terlibat, suaminya lebih sering diam
dirumah. Ketika ditanya kenapa, dikatakan dirinya tidak terlalu berani bertanya
kepada suaminya, karena takut marah dan mengamuk kepadanya.
6
Pernah hampir selama 2 tahun suaminya selalu menemaninya di rumah ibunya.
Karena saat itu dirinya hampir bercerai dengan suaminya akibat dirinya tidak
tahan terhadap perilaku suaminya yang sering mengamuk dan memukulinya.
Suaminya dikatakan ingin berubah asalkan hubungan mereka rukun kembali.
Perubahan dikatakan mulai ada ketika suaminya melakukan pengobatan ke
Poli Jiwa RSUD Sanjiwani. Suaminya mulai bisa tidur, lebih tenang, jarang
mengeluh sakit kepala dan sakit gigi, bahkan marah ataupun mengamuk
padanya sudah tidak pernah lagi. Suaminya rutin untuk kontrol dan
mengkonsumsi obat, tetapi bila dirinya sudah merasa sembuh, suaminya tidak
lagi kontrol dan melanjutkan konsumsi obat. Bila gejalanya muncul kembali
barulah pasien kembali kontrol ke RS dan minum obat.
Suaminya memang memiliki riwayat diabetes mellitus, namun sudah rutin
melakukan cek gula darah. Untuk riwayat gangguan kejiwaan ini merupakan
kondisi yang baru pertama kali dialami suaminya. Istrinya mengatakan seluruh
saudara suaminya memang memiliki karakter yang sama yaitu keras, namun
hanya suaminya saja yang mengalami kondisi seperti ini. Hubungan
keluarganya dengan keluarga besarnya memang kurang harmonis. Dirinya
pernah memiliki konflik dengan istri iparnya, konflik tersebut terjadi karena
masalah kecil saja yaitu kecurigaan iparnya kepadanya. Konflik tersebut sampai
saat ini belum terselesaikan.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Sebelumnya pasien dikatakan belum pernah menunjukkan gejala dan tanda
gangguan kejiwaan. Pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik yaitu
diabetes mellitus namun masih terkontrol. Untuk penyakit DM, saat ini pasien
selalu kontrol ke puskesmas, terakhir kali kontrol sekitar 10 hari yang lalu,
pasien mengatakan kadar gula darahnya yaitu 117.
7
Riwayat Penyakit di Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang mempunyai riwayat gangguan jiwa. Akan
tetapi istri pasien mengatakan seluruh saudara kandungnya memang memiliki
karakter yang keras.
Riwayat Pengobatan
Pasien awalnya sering kontrol keluhannya ke dokter praktek swasta dari tahun
2005, namun keluhannya tersebut tidak kunjung sembuh, hingga akhirnya
dirinya dirujuk ke Poli Jiwa. Pasien rutin kontrol obat ke poliklinik psikiatri
RSUD Sanjiwani sejak tahun 2008 dan mendapatkan beberapa obat yaitu
Haloperidol, Chlorpromazine, dan Asam mefenamat.
Lingkungan Keluarga
Pasien merupakan anak terakhir dari 12 bersaudara. Pasien mempunyai 2 anak
yaitu laki – laki dan perempuan dari istrinya. Saat ini pasien tinggal berempat
bersama istri dan 2 anaknya di rumah besarnya di dearah Banjar Sema
Melingih, Payangan, Gianyar. Selain menjadi ibu rumah tangga, istri pasien
juga bekerja membuat kue bolu untuk dijual ke pasar. Pasien dan keluarganya
tinggal dalam satu pekarangan dengan saudara kandung pasien. Hubungan
pasien dengan saudara – saudaranya kurang harmonis. Hal itu dikarenakan
banyaknya permasalahan yang terjadi seperti konflik antara istrinya dengan ipar
pasien. Istri pasien mengatakan dirinya dan keluarganya selalu disalahkan dan
dipandang buruk oleh keluarganya, terlebih lagi semenjak suaminya sakit. Bila
ingin bepergian keluarga pasien tidak keluar melalui pintu utama, tetapi melalui
pintu samping, karena malas melewati pekarangan milik saudaranya. Saat
kunjungan pun tidak terlihat adanya saudara yang menghampiri saya.
Lingkungan Sosial
Pasien memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan sudara-saudaranya
maupun keluarga besarnya. Meskipun begitu, hubungan pasien dengan tetangga
8
tetangganya masih baik. Pasien juga cukup rajin datang jika ada acara di banjar
atau pun di pura. Saat kunjungan pun, pasien sedang melakukan ngayah di
banjar. Pasien juga sering berkumpul dengan teman – temannya untuk bermain
judi.
Lingkungan Rumah
Pasien merupakan warga di Banjar Sema Desa Melinggih, Payangan, Gianyar,
pasien tinggal bersama keluarga besarnya dalam satu pekarangan. Rumah
pasien terletak cukup jauh dari Kota Gianyar, dapat ditempuh sekitar 51 menit
dengan menggunakan sepeda motor. Rumah pasien berada di daerah pedesaan
yang tenang dan sejuk.
Saat pemeriksa melakukan kunjungan ke rumah pasien, pemeriksa disambut
oleh pasien, istri, dan 2 orang anak pasien. Pada saat kunjungan pasien sedang
melakukan ngayah di Banjar. Hingga akhirnya pasien datang dan pemeriksa
dipersilahkan untuk duduk di teras rumah dengan langsung dihidangkan jajanan
khas Payangan. Setiba disana pemeriksa memperkenalkan diri sebagai dokter
muda dan menjelaskan tujuan dari kunjungan tersebut. Selama proses
kunjungan, pasien bercerita tentang kegiatannya di rumah sehari - hari.
Pemeriksa juga meminta izin untuk melihat keadaan lingkungan pasien. Rumah
pasien terdiri dari 1 bangunan rumah, tempat sembahyang, dapur, kamar mandi
dan halaman. Pasien menempati satu bangunan rumah bersama istri dan
anaknya. Bangunan tersebut terdiri dari 2 kamar. Halaman rumah pasien cukup
bersih dan terdapat banyak tanaman. Pasien memelihara beberapa ekor ayam
dan babi di halaman rumah. Lantai bangunan rumah pasien terbuat dari keramik
dan dinding rumah dicat berwarna putih. Rumah tersebut memakai penerangan
listrik. Penerangan dari jendela dan ventilasi rumah cukup, akan tetapi
penerangan di halaman rumah kurang. Keluarga pasien memasak dengan
menggunakan kompor gas . Saat berkunjung dapur rumah pasien terlihat terang
dan ventilasinya cukup.
9
III. PEMERIKSAAN INTERNA DAN NEUROLOGIS
A. STATUS INTERNA
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu axila : 36,70 Celcius
Status General
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-, reflex pupil +/+ isokor
THT : Kesan tenang
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thorax : Dinding thoraks simetris, deformitas (-)
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), Bising Usus (+) normal
Ekstrimitas :
Edema Hangat
B. STATUS NEUROLOGI
GCS : E4V5M6
Tenaga :
Tonus :
Trofik :
Refleks Fisiologis :
10
- -
- -
+ +
+ +
555 555555 555
Normal NormalNormal Normal
Normal NormalNormal Normal
++ ++++ ++
- -- -
Refleks Patologis :
IV. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Penampilan wajar, cara berpakaian rapi, roman muka sesuai usia
2. Perilaku dan aktivitas motorik
Perilaku normal, tenang saat pemeriksaan
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif, kontak visual cukup, kontak verbal cukup
B. Kesadaran
Tingkat kesadaran : Jernih
C. Keadaan Afektif dan Mood
Mood/Afek : Eutimik / appropriate
D. Proses Pikir
Bentuk pikir : Logis Realis
Arus pikir : Koheren
Isi pikir : Waham tidak ada
E. Gangguan Persepsi
Halusinasi : Halusinasi visual tidak ada, halusinasi auditorik tidak
ada, halusinasi olfaktorik tidak ada, halusinasi taktil
tidak ada. Riwayat halusinasi auditorik ada.
Ilusi : Tidak ada
F. Dorongan Instringtual
Insomnia : Insomnia tidak ada. Riwayat insomnia (+) early
Hipobulia : Hipobulia tidak ada
Raptus : Raptus tidak ada. Riwayat raptus (+)
G. Psikomotor : Tenang saat pemeriksaan
H. Tilikan (Insight) : Tilikan tingkat 6
V. RINGKASAN
11
Pasien laki-laki, 44 tahun, menikah, beragama Hindu, suku Bali, datang ke
Poliklinik Jiwa RSUD Gianyar pada tanggal 22 Oktober 2015, datang dengan
kondisi tidak ada keluhan hanya untuk kontrol obat habis. Kondisinya
dikatakan sudah membaik, lebih tenang, tidak mudah marah dan mengamuk.
Tidurnya sudah tidak terganggu lagi. Aktivitas dikatakan baik, saat ini sudah
mulai bekerja sebagai freelance serta makan, minum, mandi dikatakan seperti
biasa. Pasien sudah tidak lagi pernah mendengar hal – hal aneh seperti bom,
orang melempar pisau, dan buah – buahan jatuh. Saat ini hubungannya dengan
keluarga khususnya istri pasien sudah membaik.
Pasien dikatakan mulai cepat marah dan mengamuk, tidak dapat tidur, dan
merasakan perasaan gelisah, cemas, dan khawatir sejak tahun 2005 yang
diawali oleh masalah yang terjadi di Negara. Setelah kejadian itu sakit fisiknya
mulai muncul, hingga pasien sempat merasa dirinya akan mati karena penyakit
yang dialaminya. Pasien mulai mengalami gangguan tidur dan sempat tidak
tidur selama 4 hari. Hal ini membuat pasien bertambah cemas dan khawatir
hingga menjadi beban pikirannya. Pasien mulai sering mudah marah dan
mengamuk hanya pada istrinya. Pasien juga mulai sering mendengar suara –
suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain. Keluhan ini mulai membaik
saat pasien melakukan pengobatan ke Poli Jiwa RSUD Sanjiwani Gianyar.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus terkontrol. Untuk riwayat penyakit
gangguan kejiwaan di keluarga disangkal. Hubungan pasien dengan keluarga
kurang harmonis, namun dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
dikatakan baik.
Status interna dan status neurologi didapatkan dalam batas normal. Status
psikiatri didapatkan kesan umum dengan penampilan wajar. Kontak verbal
visual cukup. Mood/afek saat pemeriksaan didapatkan eutimik/appropriate.
Bentuk pikir didapatkan logis realis dengan arus pikir yang koheren dan isi
pikir tidak ditemukannya waham. Tidak ditemukan halusinasi dan ilusi. Hanya
memiliki riwayat halusinasi auditorik. Tidak ditemukannya insomnia,
12
hipobulia, ataupun raptus. Hanya memiliki riwayat insomnia tipe early dan
riwayat raptus.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Psikotik Non - Organik (F28)
2. Gangguan cemas menyeluruh (F41.1)
VII. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I : Psikotik Non - Organik (F28)
Axis II : Ciri kepribadian tertutup
Axis III : Riwayat diabetes militus
Axis IV : Permasalahan keluarga
Axis V : GAF 80 - 71
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- Haloperidol 1 x 1,5 mg
- CPZ 1 x 100 mg
- Asam mefenamat 2 x 500 mg
Non-medikamentosa:
- Tetap rutin kontrol ke Poliklinik Psikiatri RSUD Sanjiwani, Gianyar untuk
memperoleh pengobatan yang berkelanjutan dan dapat dipantau
perkembangan serta efek samping obat yang diberikan.
- Pasien juga hendaknya tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
untuk memohon kesembuhan.
- Psikoterapi suportif
IX. PROGNOSIS
Diagnosis : Psikotik Non - Organik
Onset umur : Usia menengah : Baik
13
Perjalanan penyakit : Kronis : Buruk
Faktor genetik : Tidak ada : Baik
Pendidikan : SMA : Baik
Status pernikahan : Menikah : Baik
Perhatian keluarga : Cukup : Baik
Lingkungan sosial ekonomi : Menengah : Baik
Faktor pencetus : Jelas : Baik
Kepatuhan terhadap terapi : Kurang patuh : Buruk
Ciri kepribadian : Tertutup : Buruk
Penyakit organik : Ada : Buruk
Kesimpulan : Mengarah ke baik (Dubius Ad Bonam)
14
LAMPIRAN
X. DENAH RUMAH PASIEN
15
Balai Dauh
Balai Delod
BalaiDangin
Balai Daje
Dapur
Rumah Pasien
Rumah Saudara
KA
Merajan
XI. SILSILAH KELUARGA
Keterangan :
: Laki – laki telah meninggal : Perempuan telah meninggal
: Laki – laki : Perempuan
: Pasien : Istri pasien
16