15
“Laringitis” 2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT A. Definisi Penyakit Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan). Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan (http://www.sehatgroup.web.id/). Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar. (http://www.sehatgroup.web.id/ ) Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. (http://www.news-medical.net/)

Laringitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jnn

Citation preview

Page 1: Laringitis

“Laringitis”

2.1  LANDASAN TEORITIS PENYAKIT

A.    Definisi Penyakit

         Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).

         Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi

atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan

membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara

terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan

(http://www.sehatgroup.web.id/).

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui

pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi

iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara

yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar

serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara  akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.

(http://www.sehatgroup.web.id/)

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari

3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus,

suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

(http://www.news-medical.net/)

Page 3: Laringitis

Gambar 1.1

Anatomi Laring

Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas

lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago

krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang

berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk

seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan

dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid

ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu

kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago

krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago

aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua

buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis

akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk

bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior

korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang

berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas

laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai

fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.

Gambar 1.2

Anatomi Laring

Page 4: Laringitis

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada

laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid,

m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid

(m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai

struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis

dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago

tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus

vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf

ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni

arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid

superior dan inferior.

(Cohen JL 1997,369-76)

C.    Fisiologi Laring

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan

fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk

kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing

yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek

batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya

perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah

tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring

dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup

aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam

laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis

dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan

tinggi rendahnya nada.

(Cohen JL 1997,369-76)

D.    Etiologi

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap

debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.

Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

Page 5: Laringitis

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak

serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang

mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca

dingin.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya

common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan

difteri.

(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)

1.      Laringitis Akut

Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat

menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita

suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru

(pneumonia).

(http://www.klinikindonesia.com/)

a.       Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold.

infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab

lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus

aureus dan Streptococcus pneumoniae.

b.      Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca

c.       Pemakaian suara yang berlebihan

d.      Trauma

e.       Bahan kimia

f.       Merokok dan minum-minum alkohol

g.      Alergi

  2.      Laringitis Kronik

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena

penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke

dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease

(GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila

terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.

Page 6: Laringitis

Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap

iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan

edema dan eritema laring.

(Abdurrahman MH, 2006,13-20)

Laringitis Kronis Spesifik

Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.

a.      Laringitis tuberkulosis

Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru

sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat

pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai

kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :

1)      Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara.

Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan

beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan

pecah dan terbentuk ulkus

2)      Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya

ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.

3)      Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago

aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.

4)      Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

b.      Laringitis luetika

Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis

kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan

laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar

keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Tabel. 1

Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik

laringitis akut Laringitis kronis

      Rhinovirus

      Parainfluenza virus

      Adenovirus

      Infeksi bakteri

      Infeksi tuberkulosis

      Sifilis

Page 7: Laringitis

      Virus mumps

      Varisella zooster virus

      Penggunaan asma inhaler

      Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan :

Menyanyi, Berbicara dimuka umum

Mengajar

      Alergi

      Streptococcus grup A

      Moraxella catarrhalis

      Gastroesophageal refluks

      Leprae

      Virus

      Jamur

      Actinomycosis

      Penggunaan suara berlebih

      Alergi

      Faktor lingkungan seperti asap, debu

      Penyakit sistemik : wegener granulomatosis,

amiloidosis

      Alkohol

      Gatroesophageal refluks

E.     Patofisiologi

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya

disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap

perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi

pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari

host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi

saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan

merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran

nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada

laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri

akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)

WOC

DOWNLOAD WOC LARINGITIS

LINK: http://www.ziddu.com/download/16739486/WOCLARINGITIS.docx.html

F.     Manifestasi Klinis

1.      Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang

susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan

getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara

menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

Page 8: Laringitis

2.      Sesak nafas dan stridor

3.      Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.

4.      Gejala radang umum seperti demam, malaise

5.      Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

6.      Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung

(nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan

dari 38 derajat celsius.

7.      Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal

congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,

dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .

8.      Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas

dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru

9.      Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan

biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah

berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan

keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

(http://www.news-medical.net/)a.       Laringitis Akut

Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, rasa

kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai

sianosis.

Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara.

Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.

b.      Laringitis Kronik

Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa sekret. Pada

pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan

biopsi.

(www.blogsehat.com)

c.       Laringitis tuberkulosis

Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas, dan tertekan di

daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif,

gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul

sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.

Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:

Page 9: Laringitis

         Stadium infiltrasi

Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar. Terbentuk tuberkel di daerah

submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di

atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

         Stadium ulserasi

Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

         Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/ terbentuk nanah

yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis

pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

G.    Pemeriksaan Penunjang

1.      Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini

ditemukan pada 50% kasus.

2.      Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat

meningkat.

3.      Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan

tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus

elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

Laringitis Akut

Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.

Laringitis tuberkulosis

Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan

tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA.

(Mansjoer, Arif.1999, 125)

H.    Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.

Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem

subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan

pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.

(www.blogsehat.com)

Page 10: Laringitis

I.       Penatalaksanaan Medis

Laringitis Akut

Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan

menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari.

Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang

mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat

mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada

laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan

kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat

mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka

panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan

gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan

hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.  Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan

trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.

Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin

anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan

diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat

sumbatan laring.

Laringitis Kronik

Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang

mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk

jangka pendek dapat diberikan steroid.

Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan

penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok

merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi

akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari

faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

Laringitis Tuberkulosis

Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti nyeri biasanya telah

mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang

tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas.

(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)

Page 11: Laringitis

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan

Media Utama,2006,13-20

Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease, New york, Thieme

medical publisher:1994:414-15

Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC

Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi

ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC

Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190 - 200

Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery

Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9

Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head-Neck Surgery,

Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI.