Upload
reza-satria-nugraha
View
30
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jnn
Citation preview
“Laringitis”
2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
A. Definisi Penyakit
Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi
atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan
membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara
terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan
(http://www.sehatgroup.web.id/).
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui
pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi
iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara
yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar
serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.
(http://www.sehatgroup.web.id/)
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari
3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus,
suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.
(http://www.news-medical.net/)
B. Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan laring
secara anatomi.
Gambar 1.1
Anatomi Laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas
lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago
krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang
berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk
seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan
dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid
ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu
kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago
krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago
aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua
buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis
akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk
bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior
korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang
berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas
laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai
fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.
Gambar 1.2
Anatomi Laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada
laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid,
m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid
(m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis
dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago
tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus
vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf
ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni
arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid
superior dan inferior.
(Cohen JL 1997,369-76)
C. Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan
fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk
kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing
yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek
batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya
perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring
dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup
aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam
laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis
dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan
tinggi rendahnya nada.
(Cohen JL 1997,369-76)
D. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap
debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.
Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak
serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang
mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca
dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya
common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan
difteri.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)
1. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat
menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita
suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru
(pneumonia).
(http://www.klinikindonesia.com/)
a. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold.
infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab
lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae.
b. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c. Pemakaian suara yang berlebihan
d. Trauma
e. Bahan kimia
f. Merokok dan minum-minum alkohol
g. Alergi
2. Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena
penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke
dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease
(GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila
terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap
iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan
edema dan eritema laring.
(Abdurrahman MH, 2006,13-20)
Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.
a. Laringitis tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru
sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat
pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai
kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
1) Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara.
Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan
beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan
pecah dan terbentuk ulkus
2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya
ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago
aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
4) Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.
b. Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis
kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan
laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar
keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat
Tabel. 1
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
laringitis akut Laringitis kronis
Rhinovirus
Parainfluenza virus
Adenovirus
Infeksi bakteri
Infeksi tuberkulosis
Sifilis
Virus mumps
Varisella zooster virus
Penggunaan asma inhaler
Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan :
Menyanyi, Berbicara dimuka umum
Mengajar
Alergi
Streptococcus grup A
Moraxella catarrhalis
Gastroesophageal refluks
Leprae
Virus
Jamur
Actinomycosis
Penggunaan suara berlebih
Alergi
Faktor lingkungan seperti asap, debu
Penyakit sistemik : wegener granulomatosis,
amiloidosis
Alkohol
Gatroesophageal refluks
E. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya
disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap
perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi
pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari
host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi
saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan
merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran
nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada
laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri
akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
WOC
DOWNLOAD WOC LARINGITIS
LINK: http://www.ziddu.com/download/16739486/WOCLARINGITIS.docx.html
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang
susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan
getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara
menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung
(nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan
dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal
congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,
dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas
dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan
biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah
berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan
keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
(http://www.news-medical.net/)a. Laringitis Akut
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, rasa
kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai
sianosis.
Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara.
Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.
b. Laringitis Kronik
Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa sekret. Pada
pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan
biopsi.
(www.blogsehat.com)
c. Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas, dan tertekan di
daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif,
gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul
sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.
Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:
Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar. Terbentuk tuberkel di daerah
submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di
atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.
Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.
Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/ terbentuk nanah
yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis
pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini
ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat
meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan
tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.
Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan
tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA.
(Mansjoer, Arif.1999, 125)
H. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.
Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem
subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan
pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.
(www.blogsehat.com)
I. Penatalaksanaan Medis
Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan
menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari.
Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang
mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat
mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada
laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan
kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat
mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka
panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan
gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan
hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan
trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin
anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan
diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat
sumbatan laring.
Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang
mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk
jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan
penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok
merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi
akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari
faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.
Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti nyeri biasanya telah
mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang
tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan
Media Utama,2006,13-20
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease, New york, Thieme
medical publisher:1994:414-15
Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190 - 200
Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery
Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9
Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head-Neck Surgery,
Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI.