Upload
vitaandriyani
View
9
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Laringitis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring)
yang dapat menyebabkan suara parau. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri
dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari
batang tenggorok (trakea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua buah
membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar,
membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi
laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara
tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang
diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya,
suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi
sangat lemah sehingga tidak terdengar.
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlangsung
lama (kronis). Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi
dan peradangan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda
adanya masalah yang lebih serius.
Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri.
Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini
diklasifikasikan sebagai laringitis kronik. Etiologi laringitis akut dapat berupa
penyalahgunaan suara, pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen
infeksius lainnya yang menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen
infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.
Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak
dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Pemeriksaan tindak lanjut
1
menunjukkan laring yang normal, akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada
ahli patologi suara akan dapat mengatasi keadaan tersebut. Laringitis kronik
adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam
jangka waktu lama. Dalam referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai laringitis
dan upaya penanganannya.
1.2 Tujuan Penulisan
A. Melengkapi syarat tugas Stase Ilmu Penyakit THT.
B. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Rumah Sakit
Umum Daerah ( RSUD ) Solok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi Laring1,2
Faring, laring, trakea dan paru merupakan derivat foregut embrional yang
terbentuk sekitar 18 hari setelah terjadi konsepsi. Tidak lama sesudahnya
terbentuk alur faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem
pernafasan dan benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal mulai nyata sekitar
hari ke 21 kehidupan embrio. Perluasan alur ke kaudal merupakan primaordial
paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua
lobus pada hari ke 27 atau 28. Bagian yang paling proksimal dari tuba akan
menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali pada hari
ke 33. Sedangkan kartilago, otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk dalam 3-
4 minggu berikutnya.
Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal.
Banyak struktur merupakan derivat aparatus brankialis.
Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebrae cervical 4 sampai 6,
bagian atasnya yang akan melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas
segitiga dan bagian bawahnya yg akan melanjutkan ke trakea berbentuk seperti
sirkular.
Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang hioid di bagian atas dan
beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf ‘U’, yang permukaan
atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendon dan
otot-otot. Saat menelan, konstraksi otot-otot (M.sternohioid dan M.tirohioid) ini
akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-
otot ini bekerja untuk membantu menggerakan lidah.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago tiroid, krikoid,
aritenoid, kornikulata, kuneiform, dan epiglotis. Kartilago tiroid, merupakan
tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian
depan dan mengembang ke arah belakang. Tulang rawan ini berbentuk seperti
kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple” dan di
dalam tulang rawan ini terdapat pita suara, dihubungkan dengan kartilago krikoid
oleh ligamentum krikotiroid.
3
Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin yang berada tepat dibawah
kartilago tiroid berbentuk seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago
krikoid terletak setinggi dengan vetebra C6 sampai C7 dan pada anak-anak
setinggi vetebra C3 sampai C4. Kartilago aritenoid mempunyai ukuran yang lebih
kecil, bertanggung jawab untuk membuka dan menutup laring, berbentuk seperti
piramid, terdapat 2 buah (sepasang) yang terletak dekat permukaan belakang
laring dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, sendi ini disebut artikulasi
krikoaritenoid.
Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut kartilago santorini
melekat pada kartilago aritenoid di daerah apeks dan berada di dalam lipatan
ariepiglotik. Sepasang kartilago kuneiformis atau bisa disebut kartilago wrisberg
terdapat di dalam lipatan ariepiglotik , kartilago kornikulata dan kuneiformis
berperan dalam rigiditas dari lipatan ariepiglotik. Sedangkan kartilago tritisea
terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.
Gambar 1. Anatomi Laring(4)
Epiglotis merupakan kartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang kartilago
4
thyroidea. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis
menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
Membrana mukosa di laring sebagian besar dilapisi oleh epitel
respiratorius, terdiridari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh
epitel skuamosa.
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di
atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
kartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica
vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Gambar 2. Pita Suara(4)
Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi
krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum
seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior ), ligamentum krikotiroid medial,
ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum
hiotoroid lateral, ligamentum hiotiroid media, ligamentum hipoepiglotica,
5
ligamentum ventricularis , ligamentum vocale yang menghubungkan kartilago
aritenoid dengan kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotica.
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-
otot instrinsik, otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara
keseluruhan , sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerakan bagian-bagian
laring sendiri. Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak diatas tulang hyoid
(suprahioid), dan ada yang terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot
ekstrinsik yang supra hyoid ialah M. digastricus, M.geniohioid, M.stylohioid, dan
M.milohioid. Otot yang infrahioid ialah M.sternohioid dan M.tirohioid. Otot-otot
ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring kebawah, sedangkan
yang infrahioid menarik laring keatas. Otot-otot intrinsik laring ialah M.
krikoaritenoid lateral. M.tiroepiglotica, M.vocalis, M.tiroaritenoid,
M.ariepiglotica, dan M.krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral laring.
Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah M.aritenoid
transversum, M.ariteniod obliq dan M.krioaritenoid posterior.
Rongga laring.(1)
Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas
bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas
depannya ialah permukaan belakang epiglottis, tuberkulum epiglotic, ligamentum
tiroepiglotic, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago
krikoid. Batas lateralnya ialah membran kuadranagularis, kartilago aritenoid,
konus elasticus, dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas belakangnya ialah
M.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid.
6
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocale dan ligamentum
ventrikulare, maka terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica
ventrikularis (pita suara palsu).
Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan, disebut rima glottis, sedangkan antara
kedua plica ventrikularis disebut rima vestibuli.
Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga
bagian, yaitu vestibulum laring , glotic dan subglotic.
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plica
ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotic. Antara plica vocalis dan pita
ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventriculus laring morgagni.
Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian
interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plica vocalis, dan
terletak dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua
puncak kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterioir. Daerah subglotic
adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara (plicavocalis).
Persyarafan(1)
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringeus
superior dan laringeus inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan campuran
saraf motorik dan sensorik. Nervus laryngeus superior mempersarafi
m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring dibawah pita
suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas m.konstriktor faring medial, disebelah
medial a.karotis interna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hyoid dan
setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri
dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.
Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring
inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh
m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran
7
hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringeus superior menuju ke mukosa
laring.
Nervus laringeus inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf
itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren
merupakan lanjutan dari n.vagus.
Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan dibawahnya,
sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior berjalan
diantara cabang-cabang arteri tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal
kelenjar tiroid akan sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Disebelah
posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang dua menjadi ramus anterior
dan ramus posterior, Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring
bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersyarafi otot-otot intrinsik laring
superior dan mengadakan anstomosis dengan n.laringitis superior ramus internus.
Gambar 3. Persarafan Laring(4)
Pendarahan.(1)
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringitis superior
dan a.laringitis inferior.
8
Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri
laryngitis superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran
tirohioid bersama-sama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian
menembus membran ini untuk berjalan kebawah di submokosa dari dinding
lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot
laring.
Arteri laringeus interior merupakan cabang dari a.tiriod inferior dan
bersama-sama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid,
masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di
dalam arteri itu bercabang-cabang memperdarahi mukosa dan otot serta
beranastomosis dengan a.laringis superior.
Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga
memberikan cabang yang berjalan mendatar sepanjang membrane itu sampai
mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil
melalui membran krikotiroid untuk mengadakan anastomosis dengan a.laringeus
superior.
Vena laringeus superior dan vena laringeus inferior letaknya sejajar dengan
a.laringis superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid
superior dan inferior.
Pembuluh Limfe(1)(2)
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal.
Disini mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah
lipatan vocal pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus
piriformis dan a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan
kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari
golongan inferior berjalan kebawah dengan a.laringeus inferior dan bergabung
dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa dintaranya menjalar sampai sejauh
kelenjar supraklavikular.
9
FISIOLOGI(2)
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi
serta fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda
asing masuk kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis
secara bersamaan. Terjadi penutupan aditus laring ialah akibat karena
pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal
ini kartilogo aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m.tiro-aritenoid dan
m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.
Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago
arritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.
Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam
trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang
berasal dari paru dapat dikeluarkan.
Fungsi respirasi dan laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima
glottis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus
vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga
mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga
sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme,
yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti
berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain.
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta
menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
peregangan plica vokalis. Bila plica vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid
akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, menjauhi kartilago
aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan
10
atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan
yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid akan
mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor.
Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya
nada.
2.2 Definisi Laringitis
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat
terjadi baik akut maupun kronik.Laringitis adalah suatu radang laring yang
disebabkan terutama oleh virus dan dapat pula disebabkan oleh bakteri.1
Adalah peradangan yang terjadi pada pita suara (laring) bisa disebabkan
karena terlalu banyak digunakan untuk bersuara keras, karena iritasi maupun
infeksi.5
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi
laringitis akut dan kronis.5
2.3.1 Laringitis akut
Radang akut pada laring, umumnya adalah lanjutan dari rinofaringitis
(common cold). Disebabkan biasanya oleh bakteri, yang menyebabkan radang
lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik.
Gejala klinis dari laringitis akut bisa ditandai dengan demam, malaise, dan
gejala lokalnya seperti suara parau sampai tidak bersuara (afoni), nyeri menelan
(disfagi) atau berbicara, serta gejala-gejala sumbatan laring, pada anak-anak,
laringitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, pada dewasa tidak
secepat pada anak-anak.
11
Pada pemeriksaan dengan laringoskopi tampak mukosa laring yang
hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bawah pita suara. Biasanya terdapat
tanda- tanda penyakit yang mendasarinya seperti faringitis, rhinitis, sinusitis atau
pnemonia
Penatalaksanaan dengan istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari.
Menghirup udara lembab. Menghindari dari iritasi pada faring dan laring, seperti
rokok, makanan pedas atau minum es. Antibiotika diindikasikan untuk infeksi
virus yang diikuti oleh infeksi bakteri, preparat steroid juga diindikasikan untuk
mukosa yang edema. Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan pemesangan
endotrakea atau trakeostomi.5
Croup syndrome
Atau bisa disebut “diphtheritic croup” ,penyakit ini sudah jarang di temui,
disebabkan oleh infeksi dari corynebacterium diphtheriae.
Gejala klinis yang ditemukan seperti suara parau, dan batuk yang
berdahak, dapat menyebabkan obtruksi jalan nafas karena terbentuk membran.
Pada pemeriksaan ditemukan membran putih keabu-abuan dan dapat juga
disertai dengan perdarahan, biasanya juga disertai lesi pada orofaring.
Penatalaksanaannya dapat diberikan antitoxin dan antibiotika golongan
penicilin, bila sudah terjadi sumbatan atau obstruksi jalan nafas, dapat dilakukan
tracheotomy untuk jalan nafasnya.
Pseudocroup ( Acute Laryngotracheobrochitis)
Adalah infeksi akut pada saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh
infeksi pada laring yang turun ke trakea hingga bonkus, penyakit ini endemi
sepanjang tahun tetapi banyak insiden penyakit ini pada musim dingin.
Disebabkan oleh virus Parainfluenza tipe 1 sampai 4, H. Influenzae,
streptocoocus, staphylococcus dan pnemococcus. Insiden banyak pada anak-anak
umur 1 sampai 3 tahun.
Patofisiologinya adalah turunnya inflamasi pada membran mukosa ke
saluran nafas bawah, diikuti dengan kongesti, edema dan sekret yang berupa
eksudat.
12
Gejala klinis pada awalnya seperti flu biasa (rhinofaringitis) disertai
dengan batuk yang berdahak, mual dan demam, lalu timbulnya suara parau, lemas
dan stridor karena meningkatnya congesti dan edema.
Pada pemeriksaan fisik bila ditemukan tanda-tanda seperti bibir pucat dan
sianosis lalu suara nafas yang menurun pada auskultasi, maka jalan nafas harus
segera di perbaiki untuk mencegah kematian, tekanan darah sampai dengan 140
mm hg dan laju nafas sampai dengan 80x/ menit menandakan peningkatan CO2.
Pada laringoskopi dapat ditemukan kongesti mukosa, edema dan sekret eksudat.
Pada foto AP di leher bisa didapatkan steeple-sign ( subglittic narrowing due to
edema)
Penatalaksanaannya dengan antibiotik sesuai dengan hasil kultur
bakterinya, sebagai contoh ampicillin/ sulbactam, cefuroxime, atau ceftriaxone.
Aztreonam dan chloramphenicol dapat di berikan bila pasien alergi terhadap
golongan penicilin atau sepalosporin. Kortikosteroid dapat diberikan mengingat
adanya edema, preparat sedasi tidak boleh diberikan mengingat efeknya dapat
mengkompresi pernafasan, bila sudah terdapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas,
segera lakukan intubasi atau tracheotomy , berikan O2, epinephrine secara
intermitten, dan observasi pada tanda vitalnya. Ultrasonic humidification juga
dapat digunakan sebagai terapi.
Epiglottitis akut
Merupakan bentuk yang khusus dari laringitis akut yang progresif yang
ditandai dengan inflamasi pada epiglotis, sering terjadi pada anak umur 2 sampai
7 tahun, ada kemungkinan dapat mengenai bayi, remaja ataupun dewasa.
Penyebab utama epiglotitis adalah hemophilus influenzae, masuk ke dalam
mukosa yang teriritasi karena tergesek oleh makanan atau benda yang mempunyai
permukaan yang tajam.
Gejala klinis yang ditemukan seperti disfagia dan sulit menelan, yang
kemudian pada anak-anak mempunyai gejala penurunan nafsu makan, bisa
disertai dehidrasi, demam, takikardi, lemas, lelah bernafas dan tekanan darah
yang turun. Suara tidak parau melaikan seperti “hot potato voice”, biasanya pasien
13
lebih suka untuk duduk dikarenakakan stridor bila berbaring. Sesak yang progresif
terutama pada anak akan berakibat fatal dalam beberapa jam, maka dari itu harus
cepat terdiagnosa.
Pada pemeriksaan fisik yang penting ditemukannya epiglotis yang
bengkak dan berwarna merah terang “cherry red” yang mengobstruksi faring di
dasar lidah. Pada foto AP leher dapat ditemukan epiglotis yang seperti ibu jari
“thumbprinting”. Pada kultur darah didapatkan adanya H. Influenzae tipe B.
Penatalaksanaan. Pada kasus gawat darurat karena sumbata jalan nafas,
dapat dilakukan intubasi orotracheal atau tracheostomi, dengan pengawasan ketat
di ruang ICU untuk mencegah adanya self-extubation. Pasien diobservasi 24
sampai 48 jam. Antibiotika pilihan yang diberikan adalah golongan penicilin dan
sefalosporin, diberikan selama 10 hari. Steroid dapat diberikan untuk
menenangkan inflamasinya dan edema.
2.3.2 Laringitis Kronis
A. Laringitis Kronis Non Spesifik
Sering merupakan radang kronis yang disebabkan oleh infeksi pada
saluran pernapasan, seperti selesma,influensa,bronkhitis atau sinusitis. Akibat
paparan zat-zat yang membuat iritasi,seperti asap rokok, alkohol yang berlebihan,
asam lambung atau zat-zat kimia yang terdapat pada tempat kerja.Terlalu banyak
menggunakan suara, dengan terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau
menyanyi (vokal abuse). Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis,
permukaan yang tidak rata dan menebal.1
Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem untuk membersihkan
tenggorokan. Selain itu ada juga suara serak, Perubahan pada suara dapat
berfariasi tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak
hingga suara yang hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit
tenggorokan, tenggorokan kering, batuk kering, sakit waktu menelan. Gejala
berlangsung beberapa minggu sampai bulan.5
Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang menebal, permukaannya tidak
rata dan hiperemis. Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka
perlu dilakukan biopsi.6
14
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab terjadinya laringitis
dan simtomatis. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan oleh sebab-
sebab yang umum, seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan suara sebanyak
mungkin dan tidak membersihkan tenggorokan dengan berdehem. Bila
penyebabnya adalah zat yang dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi trsebut.
Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi air panas mungkin bisa
membantu. Bila anak yang masih berusia batita atau balita mengalami langiritis
yang berindikasi karahcroup, bisa digunakan kortikosteroid seperti
dexamethasone. Untuk laringitis kronis yang juga berhubungan dengan kondisi
lain seperti rasa terbakar di ulu hati, merokok atau alkoholik, harus dihentikan.7
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset
bertahap dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi
mukus berlebih dalam laring. Dalam pemeriksaan laringoskopi biasa dijumpai
sekresi mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang, eritema dan
edema lipatan pita suara serta inkompetensi glotis episodik selama fase fonasi.6,8
Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada
pasien untuk menghindari faktor pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau
fexofenadine dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus
yang tebal dan lengket dapat di atasi dengan pemberian guaifenesin.5,7
B. Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis
dan laringitis luetika.5
1. Laringitis Tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering
kali setelah diberikan pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis
tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat
lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila
infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih lama. Infeksi kuman ke
laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman,
atau penyebaran melalui aliran darah atau limfe. Tuberkulosis dapat menimbulkan
15
gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di fossa inter aritenoid, kemudian ke
aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglotis, serta subglotik.5
Secara klinis, laringitis tuberkulosis terbagi menjadi 4 stadium yaitu:5
Stadium infiltrasi. Mukosa laring posterior mengalami pembengkakan dan
hiperemis, kadang pita suara terkena juga, pada stadium ini mukosa laring
tampak pucat. Kemudian di daerah sub mukosa terbentuk tuberkel,
sehingga mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan.
Tuberkel itu makin besar, serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu,
sehingga mukosa diatasnya meregang. Pada suatu saat, karena sangat
meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus. Pada stadium ini pasien
dapat merasakan adanya rasa kering ditenggorokan, panas dan tertekan di
daerah laring, selain itu juga terdapat suara parau.
Stadium ulsesari. Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi
membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan, serta
dirasakan nyeri waktu menelan yang hebat bila dibandingkan dengan nyeri
karena radang (khas), dapat juga terjadi hemoptisis.
Stadium perikondritis. Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago
laring, dan yang paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan
epiglotis. Dengan demikian terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga
terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut dan terbentuk
sekuester. Pada stadium ini pasien dapat terjadi afoni dan keadaan umum
sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan maka
proses penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium fibrotuberkulosis.
Stadium fibrotuberkulosa. Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis
pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.
Gejala klinis tergantung pada stadiumnya, disamping itu terdapat
gejala sebagai berikut:
− Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
− Suara parau yang berlangsung berminggu-minggu dan pada stadium lanjut
dapat timbul afoni
16
− Hemoptisis
− Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena
radang lainnya, merupakan tanda yang khas
− Tanda sistemik TB paru
− Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologik) terdapat proses aktif
(biasanya pada stadium eksudatif atau pada pembentukan kaverne)
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan THT
termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca
laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskopi. Pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dapat di temukannya tes BTA positif, dan patologi
anatomi.5,9
Gambar 4. Hasil Pemeriksaan Laringoskopi pada Tuberkulosis Laring. (A) Tipe
ulseratif, pada rongga laring (B) Tipe granulomatosa, pada bagian posterior glotis
(C) Tipe polipoid, pada pita suara palsu kanan (D) Tipe nonspesifik, pada pita
suara kanan.9
Penatalaksanaannya berupa pemberian obat antituberkulosis primer dan
sekunder. Selain itu pasien juga harus mengistirahatkan suaranya. Beberapa
macam dan cara pemberian obat antituberkulosa:5
17
Obat primer : INH (isoniazid). Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi
dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar
penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
2. Laringitis Luetika
Disebabkan oleh kuman treponema palidum, sudah sangat jarang dijumpai
pada bayi ataupun orang dewasa. laring tidak pernah terinfeksi pada stadium
pertama sifilis. Pada stadium kedua, laring terinfeksi dengan tanda-tanda adanya
edema yang hebat dan lesi mukosa berwarna keabu-abuan. Sumbatan jalan nafas
dapat terjadi karena adanya pembengkakan mukosa. Pada stadium ketiga,
terbentuknya guma yang nanti akan pecah dan menimbulkan ulcerasi,
perikondritis dan fibrosis.
Gejala klinis yang ditemukan adalah suara parau dan batuk yang kronis.
Disfagia timbul bila gumma terdapat dekat introitus esofagus. Pada penyakit ini,
pasien tidak merasakan nyeri, mengingat kuman ini juga menyerang saraf-saraf di
perifer.
Pada pemeriksaan, bila guma pecah, maka ditemukan ulkus yang sangat
dalam, bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta mengeluarkan
eksudat yang berwarna kekuningan. Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan
menjalar sagat cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi
perikondritis.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan tes serologi (RPR,VDRL, dan FTA-
ABS) dan biopsi.
Penatalaksanaan dengen pemberian antibiotika golongan penicilin dosis
tinggi, pengengkatan sekuester, bila terdapat sumbatan laring karena stenosis
dapat dilakukan trakeostomi dan operasi rekonstruksi
18
Prognosis pada penyakit ini kurang bagus pada gumma yang sudah pecah,
karena menyebabkan destruksi pada kartilago dan bersifat permanen.9
2.4. Etiologi
Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40
tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas
3 tahun.2
Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa
disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi
virus.2\
Hampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis.
Laringitis biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada traktus respiratorius
bagian atas. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai
macam sebab diantaranya adalah 2.3
Tabel 1. Laringitis Akut dan Kronis
Laringitis akut Laringitis kronis
1. Rhinovirus
2. Parainfluenza virus
3. Adenovirus
4. Virus mumps
5. Varisella zooster virus
6. Penggunaan asma inhaler
7. Penggunaan suara berlebih dalam
pekerjaan: Menyanyi, Berbicara
dimuka umum Mengajar
8. Alergi
9. Streptococcus grup A
10.Moraxella catarrhalis
11. Gastroesophageal refluks
1. Infeksi bakteri
2. Infeksi tuberkulosis
3. Sifilis
4. Leprae
5. Virus
6. Jamur
7. Actinomycosis
8. Penggunaan suara
berlebih
9. Alergi
10. Faktor lingkungan seperti asap,
debu
11. Penyakit sistemik:
19
wegener granulomatosis,
amiloidosis
12. Alkohol
13. Gatroesophageal refluks
2.5 Patogenesis
Bila jaringan cedera karena terinfeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini
akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang
membahayakan jaringan atau yang mencegah agen ini menyebar lebih luas.
Rekasi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki.5
Rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera ini dinamakan
radang.5
Laringitis akut merupakan proses inflamasi pada mukosa pita suara dan
laring yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Bila etiologi dari laringitis akut
disebabkan oleh adanya suatu infeksi, maka sel darah putih akan bekerja
membunuh mikroorganisme selama proses penyembuhan. Pita suara kemudian
akan menjadi tampak edema, dan proses vibrasi juga umumnya ikut mengalami
gangguan. Hal ini juga dapat memicu timbulnya suara yang parau disebabkan oleh
gangguan fonasi. Membran yang meliputi pita suara juga terlihat berwarna
kemerahan dan membengkak.2
Laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan
adanya peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis
kronis proses peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya sudah
tidak ada. Proses inflamasi akan menyebabkan kerusakan pada epitel bersilia pada
laring, terutama pada dinding belakang laring. Hal ini akan menyebabkan
gangguan dalam pengeluaran sekret dari traktus trakeobronkial. Bila hal ini
terjadi, sekret akan berada tetap pada dinding posterior laring dan sekitar pita
suara menimbulkan reaksi timbulnya batuk. Adanya sekret pada daerah pita suara
dapat menimbulkan laringospasme. Perubahan yang berarti juga dapat terjadi pada
20
epitel dari pita suara berupa hiperkeratosis, diskeratosis, parakeratosis dan
akantosis.3
2.6 Diagnosis
Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemerinksaan penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan gejala
demam, malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat tidur, yang dapat berlangsung
selama 3 minggu, dan dapat keadaan berat didapatkan sesak nafas, dan anak dapat
biru-biru. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sakit berat, demam, terdapat
stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung
dan/atau retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya
takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda
hipoksia1
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu
menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan
tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis. Pemeriksaan darah rutin
tidak memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis.
pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk
mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan
kuman patogen penyebab1
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran
nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan foto.1
Pada laringitis kronis diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.3
Pada anamnesis dapat ditanyakan 3
1. Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan mengurangi gejala
2. Kondisi kesehatan secara umum
3. Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang dapat
memicu timbulnya laringitis seperti debu, asap.
4. Penggunaan suara berlebih
21
5. Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi, antihistamin yang
dapat menimbulkan kekeringan pada mukosa dan lesi pada mukosa.
6. Riwayat merokok
7. Riwayat makan
8. Suara parau atau disfonia
9. Batuk kronis terutama pada malam hari
10. Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar pita suara
11. Disfagia dan otalgia
Pada gambaran makroskopi nampak permukaan selaput lendir kering dan
berbenjol-benol sedangkan pada mikroskopik terdapat epitel permukaan
menebaldan opaque, serbukan sel radang menahun pada lapisan submukosa. 5
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan darah, kultur sputum,
hapusan mukosa laring, serologik marker.3
Pada laringitis kronis juga dapat dilakukan foto radiologi untuk melihat
apabila terdepat pembengkakan. CT scanning dan MRI juga dapat digunakan dan
memberikan hasil yang lebih baik. 3
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan berupa uji tes alergi.3
2.7 Penatalaksanaan
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik,
mnambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping
yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang
mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda
sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang
berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan
nodul korda vokalis selanjutnya.6
Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi
gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal
dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi
22
proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi
jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu.6
Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2
antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan
kelembaban, menghindari polutan.3.6
Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi
sumbatan laring.3
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan
pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling
sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat
menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya
dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan
merokok.3
2.8 Prognosis
Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan
baik maka prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung
kepada penyebab dari laringitis kronis tersebut.
2.9 Pencegahan
Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita suara: 7,8
1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok
tidak langsung. Rokok akan membuat tenggorokan kering dan
mengakibatkan iritasi pada pita suara.
2. Minum banyak air . Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang
terdapat tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan.
3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan
kering . Bila mengalami langiritis, hindari kedua zat tersebut diatas.
23
4. Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Berdehem tidak akan
berakibat baik, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan. Berdehem
juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir
dan merasa lebih iritasi, membuat ingin berdehem lagi.
KESIMPULAN
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat
terjadi baik akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan
berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih
dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis. Penyebab dari laringitis akut dan
kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus.Diagnosis laringitis akut
dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerinksaan
penunjang. Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara,
antibiotik, mnambah kelembaban, dan menekan batuk. Terapi pada laringitis
kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi,
dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara.
Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik
maka prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung
kepada penyebab dari laringitis kronis tersebut
24