LCS Kimklin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimklin t

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Lata Belakang

Pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang terpenting dalam proses diagnosis suatu penyakit. Banyak informasi penting yang bisa didapatkan dari proses tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah yang akan diambil terhadap pasien. Dengan demikian, proses pemeriksaan laboratorium memiliki peranan vital bagi pasien. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien menggunakan bahan pemeriksaan yang berasal dari tubuh pasien. Pada prinsipnya semua organ dan cairan tubuh dapat diperiksa, namun yang sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin hanya specimen yang memiliki arti klinis, misalnya darah, urine, serum, sekret/efusi, cairan sendi, dan cairan otak (LCS). Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi. Tinjauan pustaka mengenai LCS akan dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Maslah

1.3 Tujuan Masalah

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PENGERTIAN LIQUOUR CEREBRO SPINALISLiquour Cerebro Spinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi. Kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi berupa pemberikan terapi adekuat.Produksi liquor cerebro spinalis (LCS) kira-kira 70% dibentuk dalam pleksus khoroid ventrikel oleh proses sekresi aktif dan ultrafiltrasi dari plasma dan sekitar 30% terbentuk sebagai cairan interstitial yang diproduksi dalam ruang interseluler otak dan sumsum tulang belakang. Resorbsi LCS terjadi melalui villi arakhnoid dari sinus duramater. Walaupun terus-menerus ada produksi dan resorpsi LCS dan terus-menerus juga ada pertukaran zat antara LCS dan darah, ada stagnasi tegas dalam kantong lumbal. Karena itu, konsentrasi protein dan jumlah sel dalam LCS di kantong lumbal lebih tinggi dibandingkan dengan LCS dalam ventriculus dan cisterna magna.Volume total LCS pada orang dewasa adalah kurang lebih 90 150 ml. Di ventrikel kira-kira 20 ml, di dalam sisterna subarakhnoid 60 ml, dan di dalam kanalis spinalis sekitar 70 ml. Kecepatan formasinya pada orang dewasa sekitar 500 ml/hari atau 20 ml/jam. Produksi LCS meningkat pada papilloma pleksus khoroideus, kongenital / obstruksi hydrosephalus, dan pemberian spironolacton. Sedangkan produksinya menurun pada hipotermia, alkalosis, pemberian furosemid dan vasopressin.Lokasi pengambilan sampel dengan jarum pada mumnya di kolumna vertebralis pada daerah lumbal yaitu antara L2-L3 atau L3-L4. Pertimbangan pengambilan pada daerah lumbal adalah lebih praktis dan aman karena hanya terdapat filum terminale sehingga kemungkinan melukai system saraf adalah kecil. Pungsi lumbal perlu dilakukan secara hati-hati dan dengan tujuan yang jelas. Pada tekanan intrakranial yang tinggi sebaiknya tidak dilakukan, hal ini dapat menyebabkan herniasi medulla oblongata.

Volume LCS yang diperlukan untuk pemeriksaan antara 15 sampai 20 ml dan dibagi dalam 3 buah tabung steril :1. Tabung pertama untuk analisa kimia, serologi, dan pemeriksaan khusus misalnya imunologi.2. Tabung kedua untuk analisa bakteriologi.3. Tabung ketiga untuk analisa mikroskopis sel.Indikasi lumbal pungsi adalah 1. Diagnostika. Evaluasi perdarahan serebro vaskulerb. Deteksi penyakit infeksi (meningitis, ensepalitis)c. Diagnosis kelainan imunologi (multiple sclerosis)d. Differensial diagnosis dari serebral infark atau serebral hemorrhagie. Diagnosis dengan myelographi2.Tindakan terapia. Mengurangi tekanan intracranialb. Tindakan terapi, misalnya pada leukemia

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGICairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan.2.3 FUNGSI CAIRAN SEREBRO SPINALISFungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap trauma. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih sama (hanya berbeda sekitar4%), sehingga otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibatadanya benturan tadi.

2.4 PEMERIKSAAN CAIRAN SERBRO SPINALISPemeriksaan terhadap LCS terdiri atas :a. Pemeriksaan Rutin 1. Makroskopis2. Mikroskopis3. Kimia4. Bakteriologi b.Pemeriksaan Fisik tekanan c. Pemeriksaan Khusus Elektroforesa Protein Imunoelektroforesa Serologi Imunoglobulin

1. MakroskopisPemeriksaan makroskopis meliputi : Warna Kekeruhan pH Konsistensi (bekuan) Berat jenis

a. Metode : Visual (Manual) Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ. Alat :- Tabung reaksi- Beaker gelas- Kertas indikator pH universal- Refraktometer abbe Spesimen : Cairan LCS Prinsip : Pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan pada LCS.

Cara Kerja :

1. Tes Warna, Kekeruhan, dan Bekuan Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding. Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding. Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih. Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.

2. Tes Berat Jenis Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.

Interprestasi hasil : Warna : Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding. Kejernihan / kekeruhan :0 = jernih+ 1 = berkabut+ 2 = kekeruhan ringan+ 3 = kekeruhan nyata+ 4 = sangat keruh Bekuan : Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)

NoParameterPenilaianNormal

1.WarnaTidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam coklatTidak berwarna

2.KejernihanJernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahanJernih

3.BekuanTidak ada bekuan, ada bekuanTidak ada bekuan

4.Ph7,3 atau setara dengan pH plasma/serum

5.BJ1.000 1.0101.003 1.008

Hal yang perlu diperhatikan :1. Warna Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding air. Merah muda perdarahan trauma akibat pungsi. Merah tua atau coklat perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge. Hijau atau keabu-abuan pus. Coklat terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik Xanthokromia (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200 mg/dl).

Kekeruhan Normal tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa. Keruh ringan seperti kabut mulai tampak jika :lekosit 200-500/ul3.eritrosit > 400/ml.mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba).aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi.media kontras radiografi.

Konsistensi bekuan Bekuan banyak darah masuk Normal tidak terlihat bekuan Bekuan banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin. Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa. Jendalan sangat halus LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam. LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku. Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin.

2. Mikroskopis Syarat pemeriksaan : Dilakukan dlm waktu < 30, karena bila > 30 jml sel akan berkurang yang disebabkan :Sel mengalami sitolisis.Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen.Sel terperangkap dalam bekuan.Sel cepat mengalami perubahan morfologi.

Hitung Jumlah Sel Metode : Bilik Hitung Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.] Alat dan Reagensia :MikroskopHemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukositLarutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL. Spesimen : LCS Cara Kerja :1. Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat.2. Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.3. Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.4. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x. Perhitungan :Sel = Jumlah sel ditemukan x 1 x 1 x pengenceran Jumlah kotakL T = ..sel/mm3LCS

Ket : T = tinggi bilik hitung : 1/10 mm L = luas 1 satuan kotak yang dipakai

Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 5 sel/mm3LCS

Hitung Jenis Sel Metode : Tetes tebal dengan pewarnaan Giemsa. Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui jumlah masing-masing jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS. Alat dan Reagensia :Objek GelasKaca PenghapusSentrifugeTabung reaksiMetanol absolutGiemsaTimer Spesimen : LCS Cara Kerja :1. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.2. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm.3. Supernatant dibuang dan endapan diambil.4. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal.5. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.6. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.7. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi. Perhitungan :Jenis sel12345678910Jumlah%

MN

PMN

Jumlah

Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%

4. Bakterioskopi

Dari pemeriksaan bakteriologi terhadap LCS, bakteri yang sering muncul ialah : Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophillus influenzae.Dengan melakukan pemeriksaan bakteriologi, sering sudah di dapatkan petunjuk ke arah etiologi radang. Pemeriksaan yang paling diperlukan adalah pewarnaan Gram dan Ziehl Neelsen. Specimen yang dipakai untuk pewarnaan ini sebaiknya memakai sedimen dari LCS. Untuk pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen) baik juga dipakai specimen bekuan halus dekat permukaan LCS.a. Pewarnaan Gram Cara kerja : Gelas objek dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol 70% steril. Dibuat apusan dari bahan sedimen LCS. Difiksasi di atas api bunsen. Apusan bakteri yang telah jadi ditetesi gram A selama 3 menit, dicuci denan air mengalir, dan dikeringanginkan. Kemudian ditetesi gram B selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. Kemudian ditetesi gram C selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. Kemudian ditetesi gram D selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri.

b. Pewarnaan Ziehl-Neelsen Cara kerja : Letakan sediaan yang telah difiksasi pada rak dengan apusan menghadap ke atas. Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% (ZN A) sampai menutupi seluruh permukaan sediaan sputum. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3-5 menit (tidak boleh mendidih/kering). Singkirkan api spiritus, diamkan selama 5 menit. Bilas dengan air mengalir pelan sampai zat warna merah yang bebas terbuang. Tetesi sediaan dengan larutan asam alcohol 3% (ZN B) sampai warna merah fuchsin hilang. Bilas dengan air mengalir pelan. Teteskan larutan methylen blue 0,3% ( ZN C)pada sediaan sampai menutupi seluruh permukaan. Diamkan 10 20 detik. Bilas dengan air mengalir pelan. Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteriKimiawiAnalisa kimia LCS membantu diagnosis / menilai prognosis. Pemeriksaan rutin yang dilakukan : penetapan protein secara kualitatif kadar protein kadar glukosa kadar klorida

Protein Kualitatif Keadaan normal cairan otak mengandung sedikit sekali protein . Perbandingan antara albumin dan globulin LCS leih kecil daripada dalam plasma. Konsentrasi protein :Permeabilitas sawar darah-otak oleh radang.Meningitis yang berat

1. TEST PANDY Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut. Alat dan reagen yang dipakai.\Tabung serologi (garis tengah 7 mm).Kertas putih.Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air). Cara pemeriksaan : Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy. Tambahkan 1 tetes LCS. Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.

Interprestasi hasil Negatif : tidak ada kekeruhan. Positif : terlihat kekeruhan yang jelas. +1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut). +2 : keruh. +3 : sangat keruh. +4 : Kekeruhan seperti susu. Nilai normal : (-) / (+1)

2. TEST NONNE APELT Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin.Ketebalan cincin berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal. Alat dan reagen yang dipakai : Tabung serologi (garis tengah 7 mm). Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air). Cara pemeriksaan : Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne. Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit. Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap.

Interprestasi hasil : Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan. +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya). +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi. +3 : mengawan setelah dikocok. Normal : (-)

Protein Kuantitatif Metode : Biuret. Prinsip: Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer. Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam LCS. Alat : Tabung reaksi Mikropipet 20 Ldan 1000 L. Tip kuning dan biru. Fotometer. Reagensia : Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen. Reagen standard : 8,0 g/Dl. Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang. Spesimen : LCS Cara Kerja : Masukkan ke dalam tabung berlabel :BlankoStandarSampel

StandarSerumReagen kerja--1000 l20 l-1000 l-20 l1000 l

- Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.- Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm terhadap blanko reagent.

Perhitungan :Total Protein =Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL) Absorben standard = ..............g/dL x 1000 = ......mg/dLNilai Normal : 15 45 mg/dl

Glukosa Kuantitatif

Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS meningitis purulenta (metabolisme leukosit & bakteri kadar glukosa 0). Semua mikroorganisme menggunakan glukosa pe kadar glukosa dapat disebabkan oleh : fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen.Meningitis oleh virus sedikit me kadar glukosa dalam LCS. Metode : GOD-PAP. Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidasemenghasilkan quinoneimine yang berwarna merah. Tujuan : Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS. Reaksi:Glukosa + O2+ 2 H2Oglukosa oxidase Glukonate + H2O2. 2 H2O2+ 4-Aminoantipyrine + PhenolPODQuinoneimine + 4 H2O

Alat :-Tabung reaksi kecil - Timer-Mikropipet 10 dan 1000 l - Tissue-Tip kuning dan biru - Rak Tabung-Fotometer

Reagensia :-Reagen kerja Glukosa-Reagen standar Glukosa 100 mg/dl-Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.

Spesimen : LCS

Cara kerja:-Dipipet ke dalam tabung:BlankoStandarSampel

StandarSerumReagen kerja--1000 l10 l-1000 l-10 l1000 l

-Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.-Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.

Pengamatan dan Pembacaan :-Absorben blanko aquabidest : 0,000-Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan sampel

Perhitungan :Glukosa =Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mg/dL) Absorben standard = ..............mg/dL

Nilai Normal : 45 70 mg/dL

Chlorida Kuantitatif

Metode : TPTZ Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2 pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.

Tujuan : Untuk menentukan kadar Chlorida dalam LCS

Alat :-Tabung reaksi kecil - Timer-Mikropipet 10 dan 1000 l - Tissue-Tip kuning dan biru - Rak Tabung-Fotometer

Reagensia :-Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L-Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL

Spesimen : LCS

Cara Kerja :-Dipipet ke dalam tabung:

BlankoStandarSampel

StandarSerumReagen kerja--1000 l10 l-1000 l-10 l1000 l

-Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.-Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blankodengan panjang gelombang 546 nm.

Perhitungan : Chlorida =Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L) Absorben standard = ..............mmol/L Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L

Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kekeruhan, pH, konsistensi (bekuan), dan berat jenis :1. Warna Normal warna LCS tampak jernih, ujud dan viskositasnya sebanding air. Merah muda perdarahan trauma akibat pungsi. Merah tua atau coklat perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge. Hijau atau keabu-abuan pus. Coklat terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik. Xanthokromia mengacu pada warna kekuning-kuningan biasanya akibat pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); tetapi mungkin juga disebabkan oleh kadar protein tinggi, khususnya jika melebihi 200 mg/dl.

2. Kekeruhan Normal tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa. Keruh ringan seperti kabut mulai tampak jika jumlah lekosit 200-500/ul3, eritrosit > 400/ml, mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba), aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi, atau media kontras radiografi.

3. Konsistensi bekuanTerjadinya bekuan menandakan bahwa banyak darah masuk ke dalam cairan pungsi pada waktu pungsi; darah dalam LCS yang disebabkan perdarahan subarachnoid tidak membeku. Normal tidak terlihat bekuan Bekuan banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin. Disebabkan oleh trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa. Jendalan sangat halus dapat terlihat setelah LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam.

ANALISA LABORATORIUM1. Metode : perbandingan dengan aquadest secara visual2. Prinsip : pada keadaan normal ujud LSC seperti air, dengan membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan ujud LCS.3. Peralatan yang dipergunakan :a. Tabung reaksi b. Kertas putih4. Tata cara pemeriksaan :a. Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.b. Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding.c. Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.d. Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.5. Tata cara pembacaan hasil :a. Warnab. Kejernihan / kekeruhan

0 = jernih + 1 = berkabut + 2 = kekeruhan ringan + 3 = kekeruhan nyata + 4 = sangat keruhc. Bekuan, tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)

PEMERIKSAAN MIKROSKOPISEritrosit dan leukosit masuk ke dalam LCS jika ada kerusakan pada pembuluh darah atau sebagai akibat reaksi terhadap iritasi. Bilirubin yang dalam keadaan normal tidak ada dalam LCS, mungkin dapat ditemukan dalam LCS seorang yang tidak menderita ikterus setelah terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin itu adalah bilirubin tidak dikonjugasi dan karena itu menandakan adanya katabolisme hemoglobin setempat dalam SSP. Perhitungan sel lekosit dan eritrosit harus segera dilakukan, hal ini dikarenakan 40% dari lekosit dapat lisis setelah 2 jam, sedangkan eritrosit akan lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan. Perhitungan jumlah eritrosit LCS memiliki nilai diagnostik terbatas yaitu untuk differensial diagnosis trama pungsi vs hemorhagi subarakhnoid dan koreksi jumlah lekosit LCS dan protein untuk kontaminasi darah tepi yang ada kaitannya dengan trauma pungsi. Nilai rujukan normal pada anak dan dewasa untuk jumlah lekosit (monosit dan limposit) adalah 0 5 sel/ul, sedangkan untuk neonatus 0 30 sel/ul. Walaupun belum ada kesepakatan batas tertinggi normal netropil dalam LCS sebagai patokan dapat dipergunakan sampai angka 7%, hal ini dapat disebabkan adanya kontaminasi minimal dari darah tepi. Sedangkan monosit (14%) lebih rendah dibandingkan limposit (86%), tingginya perbedaan ini dapat disebabkan karena monosit sering diklasifikasikan sebagai limposit. Pada tahap dini meningitis bakteria akut, netrofil biasanya lebih dari 60%. Peningkatan monosit biasanya diikuti peningkatan limposit, netropil, dan sel plasma merupakan cirri khas meningitis tuberkulosa, meningitis fungi, dan meningitis bakteria kronis. Sedangkan pada meningoensepalitis virus pada awalnya terjadi netrofilia kemudian berubah ke respons limposit.

Spesimen yang Mengandung DarahAdakalanya perlu untuk mengetahui jumlah leukosit atau kadar protein dalam LCS yang mengandung darah oleh trauma pungsi. Satu cara kasar untuk meniadakan pengaruh dari darah trauma ialah dengan menganggap bahwa darah itu berisi 1-2 lekosit per 1000 eritrosit; demikian kalau dalam LCS hanya ada darah yang berasal dari trauma pungsi didapat 20.000 eritrosit/ul maka jumlah lekosit tidak lebih dari 30-40 per ul. Kecuali jika dalam darah pasien itu ada leukositosis tegas, maka menemukan lebih dari 45 leukosit/ul menunjukkan ada pleiositosis yang sudah ada sebelum pungsi. Selain itu perdarahan oleh trauma pungsi menambah sekitar 1 mg protein/dl untuk setiap 1000 eritrosit/ul.

ANALISA LABORATORIUM JUMLAH LEKOSIT1. Metode : bilik hitung Improved Neubauer2. Prinsip : LCS diencerkan dalam perbandingan tertentu dan lekosit dihitung dalam volume tertentu.3. Alat yang dipakai : a.Pipet lekosit b.Bilik hitung Improved Neubauer c.Tabung reaksi kecil d. Mikroskop4. Reagen yang dipakai : larutan Turk5.Tata cara pemeriksaan Kocoklah dengan perlahan-lahan LCS yang akan diperiksa. Isaplah larutan Turk dengan pipet lekosit sampai tanda 1 (satu). Kemudian LCS dihisap sampai tanda 11 (sebelas) dan seterusnya dikocok. Letakkan kaca penutup di atas bilik hitung. Larutan LCS yang ada dalam pipet lekosit dibuang antara 2-3 tetes, kemudian diteteskan pada bilik hitng hingga bidang-bidang pada bilik hitung terisi. Diamkan lebih kurang 5 menit dalam posisi datar. Kemudian diperiksa dalam mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa obyektif 10 kali. Hitung semua lekosit yang terdapat pada 9 (sembilan) bidang besar.

PEMERIKSAAN KIMIAAnalisa kimia LCS dapat banyak membantu dalam diagnosis atau menilai prognosis terhadap penderita. Pemeriksaan rutin yang sering dilakukan adalah penetapan protein secara kualitatif, kadar protein, dan kadar glukosa.

ANALISA LABORATORIUM PROTEIN KUALITATIFDalam keadaan normal, cairan otak hanya mengandung sedikit sekali protein, karena sawar darah-otak tidak dapat ditembus oleh protein-protein plasma yang besar molekulnya. Konsentrasi normal kurang dari 1% dari kadar protein dalam serum yang nilainya 5-8 g/dl. Perbandingan antara albumin dan globulin lebih besar dalam LCS daripada dalam plasma karena molekul albumin lebih kecil sehingga lebih mudah melalui sawar endotel.Ada bermacam-macam sebab konsentrasi protein meningkat. Satu di antaranya adalah permeabilitas sawar darah-otak yang menigkat oleh radang. Pada meningitis yang berat, semua jenis protein dapat menembus ke dalam LCS, termasuk juga fibrinogen yang molekulnya besar sekali. Pada meningitis purulenta, protein dalam LCS lebih meningkat lagi oleh karena bakteri dan sel-sel, baik yang utuh maupun yang rusak menambah protein ke dalam LCS.

A. TEST PANDY1.Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.2. Alat dan reagen yang dipakaia. Tabung serologi (garis tengah 7 mm)b. Kertas putihc. Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)3. Tata cara pemeriksaan a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandyb. Tambahkan 1 tetes LCSc. Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.

4. Tata cara pembacaan hasil a. Negatif : tidak ada kekeruhanb. Positif : terlihat kekeruhan yang jelas+1: opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)+2: keruh+3: sangat keruh+4: Kekeruhan seperti susu

TEST NONNE APELT1. Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin yang terbentuk berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal. Pada keadaan normal, tidak terjadi kekeruhan. 2. Alat dan reagen yang dipakaia. Tabung serologi (garis tengah 7 mm)b. Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air)3. Tata cara pemeriksaan a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonneb. Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.c. Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap.4. Tata cara pembacaan hasil Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya). +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi +3 : mengawan setelah dikocok

GLUKOSAMenyusutnya kadar glukosa dalam LCS paling mengesankan pada meningitis purulenta di mana kominasi metabolisme leukosit dan bakteri dapat menurunkan kadar glukosa menjadi nol. Metabolisme glukosa adalah satu proses aktif yang tetap masih dapat berlanjut setelah sampel diaspirasi; karena it penetapan glukosa harus segera dilakukan apabila ada persangkaan bahwa LCS berisi granulosit dan bakteri. Karena semua macam mikroorganisme menggunakan glukosa, maka penurunan kadar glukosa dapat disebabkan oleh fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen. Meningitis oleh virus hanya sedikit merendahkan kadar glukosa dalam LCS.

ASAM LAKTATKonsenttrasi asam laktat mencerminkan aktifitas glikolisis setempat dan karena itu penetapan kadarnya dapat menambah informasi apabila hasil pemeriksaan lainnya meragukan. Kadar asam laktat lebih dari 35 mg/dl jarang terjadi kecuali pada meningitis oleh bakteri atau fungi.