24
FACTORING AND LEASING FACTORING ( ANJAK PIUTANG ) Pengertian dan Kegiatan Anjak Piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam negeri ataupun transaksi perdagangan luar negeri. Dari definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa kegiatan anjak piutang meliputi : a. Pengambil-alihan tagihan suatu perusahaan, baik dengan cara dibeli atau dengan cara lain sesuai kesepakatan b. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan c. Penagihan piutang perusahan klien Anjak Piutang merupakan alternatif pembiayaan jangka pendek/modal kerja atau sebagai alternatif pengelolaan administrasi tagihan / penjualan secara lebih efektif bagi Penjual Piutang (client). Kegiatan usaha anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri dan penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang klien. 1

Leasing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

Page 1: Leasing

FACTORING AND LEASING

FACTORING ( ANJAK PIUTANG )

Pengertian dan Kegiatan

Anjak Piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian

dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan

dari transaksi perdagangan dalam negeri ataupun transaksi perdagangan luar negeri.

Dari definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa kegiatan anjak piutang meliputi :

a. Pengambil-alihan tagihan suatu perusahaan, baik dengan cara dibeli atau dengan cara

lain sesuai kesepakatan

b. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan

c. Penagihan piutang perusahan klien

Anjak Piutang merupakan alternatif pembiayaan jangka pendek/modal kerja atau

sebagai alternatif pengelolaan administrasi tagihan / penjualan secara lebih efektif bagi

Penjual Piutang (client).

Kegiatan usaha anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan

piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri dan

penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang klien.

Kegiatan anjak piutang dapat dilakukan oleh Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank,

dan Perusahaan Pembiayaan berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Dalam mengelola kegiatan sehari-harinya perusahaan anjak piutang seperti halnya

perusahaan lainnya juga memiliki tujuan tertentu yaitu mencari keuntungan. Keuntungan

yang diperoleh perusahaan anjak piutang antara lain dari berbagai biaya yang dikenakan

terhadap kliennya. Kemudian dari keuntungan inilah perusahaan anjak piutang dapat

menutupi seluruh kegiatan operasionalnya.

Dalam praktiknya keuntungan yang diperoleh dari biaya-biaya yang dibebankan

kepada para nasabahnya terdiri dari :

1

Page 2: Leasing

a. Jasa Penagihan (service charge),

Yaitu biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang kepada kliennya, yang

dikenal dengan istilah fee dan besarnya dihitung berdasarkan presentase tertentu.

Kemudian besarnya fee yang diberikan tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak

dengan berbagai pertimbangan seperti misalnya tingkat kesulitan atau jumlah piutang

yang ditagihkan.

b. Discount fee/charge

Yaitu biaya yang dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa

pembiayaan (uang muka) atas piutang yang diberikan oleh factor. Discount fee

diperhitungkan sebesar persentase tertentu terhadap besarnya pembiayaan yang di

berikan atas dasar resiko tertagihnya piutang, jangka waktu dan rata-rata tingkat

bunga perbankan.

c. Biaya Administrasi,

Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah melakukan

pengelolaan perusahaan kreditor oleh klien dan besarnya pun tergantung dari

kesepakatan yang dibuat bersama.

Jenis Anjak Piutang (Factoring)

Dalam praktiknya terdapat beberapa jenis perusahaan anjak piutang, tergantung pada

tujuan pendirian perusahaan itu yang ditentukan oleh pemiliknya. Adapun jenisnya adalah

sebagai berikut :

a. Berdasarkan Pemberitahuan

Anjak piutang apabila dilihat dari sudut pemberitahuan kepada customer, dapat

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: Notification Factoring (Disclosed Factoring) dan

Non-Notification Factoring (Undisclosed)

Disclosed.

2

Page 3: Leasing

Yaitu fasilitas yang diberikan kepada perusahaan anjak piutang dalam penagihan

piutangnya dengan sepengetahuan debitur.

Undisclosed.

Merupakan fasilitas yang diberikan kepada perusahaan anjak piutang tanpa

sepengetahuan si debitur, kecuali jika ada pelanggaran terhadap kesepakatan yang

telah dibuat atau oleh perusahaan anjak piutang mengandung suatu resiko.

b. Berdasarkan Tanggung Jawab / Distribusi Resiko

With Recourse

Dalam hal apabila si debitur tidak mampu untuk melunasi segala kewajibannya,

maka resiko kredit tersebut menjadi tanggung jawab pihak si kreditur dan pihak

anjak piutang mengembalikan tanggung jawab penagihannya.

Without Recourse

Dalam fasilitas ini apabila semua resiko yang tidak terbayar dalam suatu

penagihan piutang menjadi tanggung jawab pihak anjak piutang sepenuhnya dan

bukan tanggung jawab kreditur.

c. Berdasarkan Pelanggan / Jasa Yang Ditawarkan

Full Service Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang memeberikan semua

jasa, baik jasa pembiayaan maupun jasa non pembiayaan.

Recource Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang memberikan hamper

semua jasa, kecuali risiko tidak terbayarnya tagihan, yang tetap berada pada klien.

Bulk Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang hanya memberikan jasa

pembiayaan dan pemberitahuan jatuh tempo pada debitur.

Maturity Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang memberikan jasa

perlindungan kredit yang meliputi pengurusan atas penjualan, penagihan dari

debitur dan perlindungan atas piutang. Jasa yang diberikan tanpa pembiayaan.

Agency factoring, yaitu kreditur menyerahkan seluruh penjualan kredit kepada

perusahaan anjak piutang atas dasar pemberitahuan.

3

Page 4: Leasing

Invoice Discounting, yaitu pemberian jasa hanya untuk pembiayaan anjak piutang.

Undisclosed Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang memberikan proteksi

terhadap kemacetan pelunasan piutang sampai dengan persentase tertentu dari

jumlah faktur yang telah disetujui.

d. Berdasarkan Wilayah

Kegiatan anjak piutang apabila ditinjau dari jangkauan pekerjaan atau skala kegiatan

dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu anjak piutang domestic (Domestic

Factoring) dan anjak piutang internasional (International Factoring).

Domestic Factoring

Anjak Piutang Domestik (Domestic Factoring ) adalah bila anjak piutang

dilaksanakan secara domestik/dalam negeri atau Merupakan perusahaan anjak

piutang yang hanya beroperasi di wilayah Indonesia.

International Factoring

Anjak Piutang Internasional (International Factoring) adalah pelaksanaan suatu

transaksi anjak piutang internasional bila ditinjau dari segi lokasi eksportir dan

importir akan memperlihatkan dua jenis anjak piutang yaitu Export Factor dan

Import Factor, sehingga terdapat empat pihak yang terlibat yaitu Eksportir,

Importir, Export Factor dan Import Factor. Ada beberapa langkah yang harus

ditempuh dalam transaksi anjak piutang Internasional atau merupakan kegiatan

anjak piutang yang kegiatannya dapat dilakukan antar Negara seperti pembiayaan

fasilitas ekspor dan impor.

Pihak yang Terlibat Dalam Anjak Piutang

Dalam kegiatan transaksi perusahaan anjak piutang terdapat tiga pihak yang saling

berkepentingan. Tanpa keterlibatan ketiga pihak tersebut, maka kegiatan perusahaan anjak

piutang tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan transaksi anjak piutang adalah sebagai berikut.

4

Page 5: Leasing

Perusahaan Anjak Piutang Kreditor (klien)

Debitur

a. Kreditor atau klien yang menyerahkan tagihannya kepada pihak anjak piutang untuk

ditagih atau dikelola atau diambil alih dengan cara dikelola atau dibeli sesuai

perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat.

b. Perusahaan anjak piutang(factoring), yaitu perusahaan yang akan mengambil alih atau

mengelola piutang atau penjualan kredit debiturnya.

c. Debiturnya, yaitu nasabah yang mempunyai masalah (utang) kepada kreditor (klien).

Untuk lebih jelasnya transaksi yang terjadi di antara ketiga pihak yang terlibat dalam

kegiatan anjak piutang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

1

4

3 2

1. Kreditor menyerahkan persoalan piutangnya kepada perusahaan anjak piutang baik

dengan cara memberitahukan kepada debitur maupun tidak.

2. Perusahaan anjak piutang melakukan penagihan kepada debitur sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan kreditor.

3. Debitur membayar kepada perusahaan anjak piutang

4. Perusahaan anjak piutang membayar sesuai tanggung jawabnya kepada kreditor

sesudah semua persoalan utang piutang diselesaikan.

Jasa-jasa Usaha untuk Anjak Piutang

Pada dasarnya ada dua jenis yang ditawarkan dalam usaha anjak piutang, yaitu jasa

pembiayaan dan jasa non pembiayaan.

a. Jasa pembiayaan

Jasa pembiayaan ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan pembiayaan dimuka

(prefinancing) yang berkisar antara 60% - 80% dari total piutang yang setelah

dilakukan kontrak anjak piutang dan penyerahan bukti-bukti penjualan barang. Dalam

5

Page 6: Leasing

hal jasa pembiayaan, kontrak perjanjian dapat dibuat berdasarkan recourse, yaitu

apabila debitur tidak melunasi segala kewajiban, resiko kredit menjadi tanggung

jawab pihak kreditur. Sedangkan berdasarkan without recourse, yaitu semua resiko

yang tidak terbayar dalam suatu penagihan piutang menjadi tanggung jawab pihak

perusahaan anjak piutang.

b. Jasa non pembiayaan

Produk jasa-jasa non pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang

antara lain:

Investigasi kredit (credit investigation)

Sales ledger administration atau sales accounting, merupakan jasa

penatausahaan atas penjualan yang dilakukan klien. Dalam jasa ini kadang-

kadang juga meliputi penjualan dalam berbagai valuta asing,yaitu dalam

export factoring

Pengawasan kredit dan penagihannya

Perlindungan terhadap resiko kredit, misalnya jika terjadi fluktuasi nilai kurs.

Manfaat Usaha Anjak Piutang

a. Manfaat Bagi Client

Manfaat yang dapat diterima klien terdiri dari manfaat karena menerima jasa

pembiayaan dan manfaat yang diterima karena jasa non pembiayaan.

Manfaat yang diterima melalui jasa pembiayaan,antara lain:

o Peningkatan penjualan.

Adanya jasa pembiayaan memungkinkan klien melakukan penjualan

dengan cara kredit. Penjualan dengan kredit ini sebenarnya sulit untuk

dilakukan apabila klien mengalami kesulitan modal.Namun dengan adanya

jasa anjak piutang,klien mampu menjual dengan cara kredit. Penjualan

dengan cara kredit meningkatkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli

dengan dana terbatas untuk melakukan pembelian pada klien.

o Kelancaran modal kerja

Jasa anjak piutang memungkinkan klien untuk mengkonfrensikan

piutangnya yang belum jatuh tempo menjadi dana tunai dengan prosedur

6

Page 7: Leasing

yang relative mudah dan cepat. Tersedianya dana tunai yang lebih besar ini

dapat dimanfaatkan oleh klien untuk mendanai kegiatan operasional klien

seperti pembelian bahan baku,pembayaran gaji pegawai,pembayan

rekening listrik dll.

o Pengurangi resiko tidak tertagihnya piutang

Pembayaran dengan cara without recourse memungkinkan adanya

penagihan sebagai resiko tidak tertagihnya piutang kepada factor.

Pengalihan resiko ini sangat menguntungkan bagi kelancaran dan

kepastian usaha bagi pihak klien.

Manfaat yang diterima melalui jasa non pembiayaan antara lain :

o Memudahkan penagih piutang

Jasa penagih piutang yang diberikan oleh factor menyebabkan klien tidak

perlu secara langsung melakukan penagihan piutang kepada customer

sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat dimanfaatkan untuk

melakukan kegiatan lain yang lebih produktif

o Efisien usaha

Jasa administrasi penjualan memumgkinkan klien untuk mengelola

kegiatan penjualan secara lebih rapi dan efisien karena administrasinya

dilakukan oleh pihak factor yang sudah lebih berpengalaman.

o Peningkatan kualitas piutang.

Jasa administrasi penjualan memungkinkan pemberian fasilitas kredit

kepada penbeli secara lebih efektif,sehingga kemungkinan tertagihnya

piutang menjadi lebih tinggi.

o Memudahnya perencanaan cash flow

Jasa investigasi kredit atau piutang memungkinakn klien melakukan

perkiraan dan jumlah piutng yang dapat ditagih,sehingga memudahkan

proyeksi cash flow usaha secara keseluruhan.

b. Manfaat Bagi Factor

Maanfaat utama yang diterima factor adalah penerimaan dalam bentuk fee dari pihak

klien. Fee tersebut terdiri dari:

Discount fee/charge

7

Page 8: Leasing

Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa

pembiayaan (uang muka) atas piutang yang diberikan oleh factor. Discount fee

diperhitungkan sebesar persentase tertentu terhadap besarnya pembiayaan

yang di berikan atas dasar resiko tertagihnya piutang, jangka waktu dan rata-

rata tingkat bunga perbankan.

Service fee/ charge

Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa

non pembiayaan yang nilainya di tentukan sebesar persentase tertentu dari

piutang atas dasar beban kerja yang akan dilakukan oleh factor. Semakin besar

volume penjualan, maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan

piutang maka fee ini akan semakin besar

c. Manfaat Bagi Custumer

Cutomer memperoleh maanfaat berupa :

Kesempatan untuk melakukan pembelian dengan kredit. Kehadiran jasa

pembiayaan anjak piutang memungkinkan klien untuk melakukann penjualan

secara kredit.

Pelayanan penjualan yang lebih baik. Jasa administrasi penjualan

memungkinkan klien melalukan penjualan dengan lebih cepat dan tepat .

Pepajakan Anjak Piutang (Factoring)

Perlakuan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai yang berlaku saat ini

khususnya untuk client atas transaksi anjak piutang yang dilakukannya adalah sebagai

berikut:

Pajak Penghasilan dari Sisi Client. Berdasarkan Surat Direktur Jendral Pajak No. S-

78/PJ-311/1996 tanggal 19 April 1996 perihal Pembebasan PPh Pasal 23 atas Penghasilan

yang diperoleh perusahaan anjak piutang, ditegaskan bahwa penghasilan dari perusahaan

anjak piutang yang dilakukan perusahaan pembiayaan baik yang diterima berupa diskon,

service charge dan provisi tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 oleh perusahaan yang

membayarkan (Factor). Hal ini berarti Client tidak boleh memotong Pajak Penghasilan Pasal

8

Page 9: Leasing

23 yang terhutang oleh factor serta bagi client peraturan ini tidak mempunyai pengaruh

apapun.

Pajak Pertambahan Nilai dari sisi Client. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Keuangan No. 202/KMK.04/1996 tanggal 18 April 1996 tentang Nilai Lain sebagai Dasar

Pengenaan Pajak, disebutkan bahwa Penyerahan Jasa Anjak Piutang terhutang Pajak

Pertambahan Nilai sebesar 10% x 5% x jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service

charge, provisi, dan diskon. sehingga tarif efektif adalah 0,5% x seluruh imbalan tersebut,

dan Pajak Masukan yang berkenaan dengan pajak yang terutang tersebut tidak dapat

dikreditkan, karena dalam Nilai Lain sebagai DPP telah diperhitungkan Pajak Masukan dari

Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang bersangkutan.

PAJAK SEWA GUNA USAHA ( LEASING )

Pengertian Sewa Guna Usaha

a) Leasing (Sewa Guna Usaha/SGU) menurut KMK No. 1169/KMK.01/1991 adalah

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-

usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi

(operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara berkala.

b) Barang Modal adalah peralatan yang mempunyai hubungan langsung dengan proses

menghasilkan jasa oleh pengusaha dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1

(satu) tahun.

c) Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah

memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa-guna-

usaha.

d) Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan

pembiayaan dari Lessor. 

e) Pembayaran Sewa-guna-usaha (Lease Payment) adalah jumlah uang yang harus

dibayar secara berkala oleh Lessee kepada Lessor selama jangka waktu yang telah

disetujui bersama sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian

sewa-guna-usaha.

f) Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi

(finance lease) apabila memenuhi semua kriteria berikut :

9

Page 10: Leasing

a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama

ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga

perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

b. Masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya :

i. 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I,

ii. 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III,

iii. 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan.

(Golongan jenis barang modal tersebut sesuai ketentuan tentang Pajak Penghasilan)

Perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating

lease) apabila memenuhi semua kriteria berikut :

a) jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama tidak

dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah

keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.

b) Perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. 

c) Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa-guna-usaha dapat dilaksanakan

sebagai berikut :

a. Sewa-guna-usaha Langsung (Direct Lease).

Dalam transaksi ini lessee belum pernah memiliki barang modal yang menjadi

obyek sewa-guna-usaha, sehingga atas permintaannya lessor membeli barang

modal tersebut.

b. Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Lease Back).

Dalam transaksi ini lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah

dimilikinya kepada lessor dan atas barang modal yang sama kemudian

dilakukan kontrak sewa-guna-usaha antara lessee (pemilik semula) dengan

lessor (pembeli barang modal tersebut).

c. Sewa-Guna-Usaha Sindikasi (Syndicated Lease).

Yaitu beberapa perusahaan sewa-guna-usaha secara bersama melakukan

transaksi sewa-guna-usaha dengan satu lessee. Dalam hal ini salah satu

10

Page 11: Leasing

perusahaan sewa-guna-usaha akan bertindak sebagai koordinator, sehingga

lessee cukup berkomunikasi dengan koordinator ini.

Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah

memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa-guna-usaha.

Lessor hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada lessee yang telah

memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. 

Lessor wajib menempelkan plakat atau etiket pada barang modal yang disewa-guna-

usahakan dengan mencantumkan nama dan alamat lessor serta pernyataan bahwa barang

modal dimaksud terikat dalam perjanjian sewa-guna-usaha. Plakat atau etiket ini harus

ditempatkan sedemikian rupa sehingga dengan mudah barang modal tersebut dapat dibedakan

dari barang modal lainnya yang pengadaannya tidak dilakukan secara sewa-guna-usaha.

Selama masa sewa-guna-usaha, lessee bertanggung jawab untuk memelihara agar

plakat atau etiket ini tetap melekat pada barang modal yang disewa-guna-usaha. Lessee

adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan

dari lessor.

Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang modal yang disewa-guna-

usaha kepada pihak lain, kecuali Lessee yang memang bergerak di bidang usaha persewaan.

Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha,

maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam

menetapkan piutang sewa-guna-usaha.

Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan

hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa

sewa-guna-usaha. Dalam hal lessee menggunakan hak opsi membeli maka dasar

penyusutannya adalah nilai sisa barang modal. Opsi untuk membeli dilakukan dengan

melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usaha.

Perlakuan Perpajakan

1. Finance Lease

Perlakuan Pajak bagi Lessor

11

Page 12: Leasing

a) Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran finance

lease  yaitu berupa imbalan jasa leasing dikurangi dengan angsuran pokok. Dalam hal

sewa-guna-usaha sindikasi, imbalan jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara

proporsional sesuai dengan perjanjian antar anggota sindikasi yang bersangkutan. 

b) Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang di leasing.

c) Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP

melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.

d) Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya 2,5% (dua setengah persen)

dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang finance lease.

e) Kerugian yang diderita karena piutang leasing yang nyata-nyta tidak dapat ditagih lagi

dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada

awal tahun pajak yang bersangkutan. 

f) Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak

sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud, maka sisanya dihitung

sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka

kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan

bruto.

g) Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah PPh terutang

berdasarkan Laporan Keuangan Triwulanan terakhir yang disetahunkan, dibagi dua

belas. Dalam hal lessor juga melaksanakan kegiatan operating lease, maka laporan

keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan gabungan.

Perlakuan Pajak bagi Lessee

a) Selama masa leasing, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal

yang dileasing, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.

b) Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee

melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value)

barang modal yang bersangkutan.

c) Pembayaran leasing oleh lessee merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi leasing tersebut memenuhi ketentuan

yang berlaku.

d) Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP (Dewan

Jenderal Pajak) melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing.

12

Page 13: Leasing

e) Dalam hal terjadi transaksi sale and lease back, harus diperlakukan sebagai 2 (dua)

transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa-guna-usaha.

Transaksi penjualan barang modal kepada lessor diperlakukan sebagai penarikan

aktiva dari pemakaian oleh sebab biasa.

f) Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran leasing.

g) Atas penyerahan jasa ini dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

B. Operating Lease

Perlakuan Pajak bagi Lessor

a) seluruh pembayaran operating lease yang diterima lessor merupakan obyek Pajak

Penghasilan.

b) Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di leasing tersebut.

c) Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu.

Perlakuan Pajak bagi Lessee

d) Pembayaran operating lease yang dibayar oleh lessee adalah biaya yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

e) Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing.

f) Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran operating lease yang

dibayarkan kepada lessor.

g) Atas penyerahan jasa ini terhutang Pajak Pertambahan Nilai. Opsi adalah hak Lessee

untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka

waktu perjanjian sewa-guna-usaha.

3. Pajak Penghasilan (PPh)

Berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000 dan surat Keputusan Menteri Keuangan RI

No. 1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2 menyatakan: “Lessee tidak memotong pajak

penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang

berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi”. Dalam pasal tersebut dengan jelas

menyatakan bahwa angsuran-angsuran atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee

untuk jenis transaksi finance lease tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

Pasal 17 ayat 2 menyatakan:

a. Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah

13

Page 14: Leasing

biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

b. Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha

tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.

c. Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessee. Di sini

dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk transaksi operational

lease diperlukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak diperlakukan

sebagi sewa-menyewa biasa.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Perlakuan PPN atas transaksi capital lease:

1) Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 1994 huruf d dan e,

Pengumuman Direktur Jenderal Pajak No. Peng- 139/PJ.63/1989 dan Pasal 1 angka 4

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep05/PJ/1994, penyerahan jasa dalam transaksi

capital lease dari lessor kepada lessee adalah penyerahan jasa yang terutang PPN, karena

lessor sebagai perusahaan jasa persewaan barang dengan demikian adalah pengusaha kena

pajak.

2) Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan merupakan penyerahan barang

kena pajak karena pengalihan barang tersebut adalah dalam rangka persewaan biasa.

3) Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai Penggantian.

4) PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3) merupakan PPN Keluaran bagi lessor dan

merupakan PPN Masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah Pengusaha Kena Pajak. PPN

yang dibayar atas perolehan barang kena pajak (BKP) yang dilease merupakan PPN Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN Pajak Keluaran lessor.

Dalam hal transaksi sale and lease back tanpa hak opsi, PPN masukan atas perolehan barang

tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal lessee kemudian melease kembali barang

14

Page 15: Leasing

tersebut, maka lessor harus mengenakan PPN yang terutang atas jasa persewaan barang yang

dilakukan.

PT ABC melakukan Leasing mobil truk dari PT XYZ Finance, dg persyaratan sbb:

1. Periode lease 5 Tahun dimulai tanggal 1 Januari 2007

2. Jumlah sewa Rp 60.000.000 pertahun dibayar dimuka setiap tahun

3. Taksiran umur ekonomis truk 5 tahun

4. Taksiran nilai residual truk pada akhir periode lasing tidak ada

Tabel Pembayaran Lease

PV(10%;5;-60000000;;1)

1. Capital Lease

Journal Akuntansi Lessee

Pencatatan lease pada awal periode

Truk Leasing 250.191.927

Kewajiban menurut Capital Lease 190.191.927

Kas 60.000.000

Amortisasi GL

Beban Amortisasi atas Truk Leasing 50.038.385

Akumulasi Amortisasi atas Truk Leasing 50.038.385

Pencatatan Pembayaran Leasing

Kewajiban menurut Capital Lease 40.980.807

Beban Bunga 19.019.193

15

Page 16: Leasing

Kas 60.000.000

Capital Lease

Journal Akuntansi Lessor

Pencatatan lease pada awal periode

Kas 60.000.000

Piutang Pembayaran Leasing 240.000.000

Truk yg dibeli untuk Leasing 250.191.927

Pendapatan bunga diterima dimuka 49.808.073

Pencatatan Pembayaran Leasing

Kas 60.000.000

Piutang Pembayaran Leasing 60.000.000

Pencatatan Pendapatan Bunga

Pendapatan bunga diterima dimuka 19.019.192

Pendapatan bunga 19.019.192

2. Operating Lease

Journal Akuntansi Lessee

Beban Sewa 60.000.000

PPN – PM 6.000.000

Hutang PPh pasal 23 1.200.000

Kas 64.800.000

Operating Lease

Journal Akuntansi Lessor

Kas 64.800.000

16

Page 17: Leasing

PPh psl 23 dibayar dimuka 1.200.000

Pendapatan Sewa 60.000.000

PPN – PK 6.000.000

17