33
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

BAB III

METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum

Penelitian ini terfokus pada perancangan environmentdalam sebuah karya animasi

2D berteknik Kinegram. Dalam perancangan environment ini, penulis mengangkat

tema etnik Suku Asmat. Untuk itu, penulis melakukan penelitian kualitatif

mengenai lingkungan dan budaya Asmat di Papua melalui studi literatur dan

melakukan studi eksisting untuk mengambil data acuan tentang perancangan

environmentbertema etnik dalam karya-karya animasi yang sudah ada.

Studi literatur dilakukan dengan mencari sumber yang membahas

lingkungan alamiah dan lingkungan budaya Asmat di Papua. Untuk lebih

spesifiknya, sumber literatur yang diteliti adalah yang membahas tentang alam

Papua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku

Asmat, khususnya tentang ukiran dan ragam hiasnya. Di dalam sumber-sumber

literatur tersebut, penulis juga mengumpulkan data dokumentasi fotografis

mengenai lingkungan alamiah maupun budaya Asmat.

Studi eksisting dilakukan dengan menonton dan menganalisa film animasi

2D yang mengangkat tema etnik atau budaya dalam ceritanya. Hal ini menjadi

pertimbangan utama, karena penulis memerlukan contoh perancangan

environment yang mengangkat tema etnik di dalam sebuah karya animasi.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.1.1. Sinopsis

Proyek yang dikerjakan adalah sebuah karya animasi Kinegram untuk buku cerita

yang berjudul Sirets. Buku ini bercerita tentang seorang anak lelaki Asmat

bernama Amates, yang kehilangan kakak kembarnya karena perang suku.

Kematian kakaknya ini berpengaruh buruk terhadap keberlangsungan hidup warga

desanya, karena kakak Amates adalah seorang Penjaga Hutan. Untuk

menyelamatkan warga desa, Amates dimintai tolong untuk menggantikan posisi

kakaknya sebagai Penjaga Hutan. Syaratnya, adalah dengan menemui roh

kakaknya di laut – tempat bersemayamnya para arwah, pada saat bulan purnama,

untuk menanyakan nama rohnya.

Dalam perjalanannya dari pegunungan hingga ke pesisir laut, Amates

menemui banyak tantangan. Ia dikejar suku kanibal, memasuki dunia roh, dan

diserang ular roh. Berkat ujung tombak peninggalan kakak yang dibawanya,

Amates berhasil mengalahkan ular tersebut, yang berubah menjadi perahu lesung.

Ia terbangun dari dunia roh dan berada di dalam perahu lesungnya di tengah-

tengah laut. Namun saat memanggil kakaknya, ia tak kunjung mendapat jawaban,

sehingga perlahan nyawanya mulai terancam. Akhirnya Amates yang kesulitan

ditolong oleh Fumiripits, dewa suku Asmat, yang segera membantunya

menemukan lokasi roh kakaknya yang sebenarnya. Di sanalah, Amates berhasil

menemukan roh kakaknya, lalu menjadi Penjaga Hutan.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.1.2. Posisi Penulis

Dalam proyek ini, pekerjaan penulis adalah sebagai production designer, di mana

perancanganenvironmentyang menjadi fokus utamanya.

3.2. Tahapan Kerja

Dalam proses perancangan environment, desainer produksi harus melewati tiga

tahap pembuatan animasi, yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi.

Pada tahap pra-produksi, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan

riset dan brainstorming untuk menentukan gaya visual dari environment maupun

keseluruhan animasi. Ini dibutuhkan agar visual animasinya sesuai dengan latar

cerita. Dalam pembuatan Sirets, penulis terlebih dahulu melakukan riset dan studi

literatur, serta mencari dokumentasi foto-foto agar memahami seni visual dari

kebudayaan Asmat. Dari situ, dilakukanlah brainstorming dan sketsa konseptual

untuk menentukan gaya visual untuk animasi Sirets.

Tahap produksi merupakan tahap di mana penulis mulai merealisasikan

konsep gaya visual ke dalam proses penggambaran animasi. Lalu dibuatlah

gambar-gambar environmentuntuk semua adegan, sesuai dengan data-data riset

yang dijadikan landasan konsep Sirets.

Dalam tahap pasca produksi, environment dalam setiap adegan dilayout,

sehingga animasi Sirets dapat diwujudkan dalam bentuk buku cetak. Proses ini

juga mencakup proses pengambilan gambar video demo untuk menunjukkan tata

cara penggunaan Kinegram animasiSirets buat para pembacanya.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.3. Metode Perancangan Environment

Perancangan environment untuk animasi Sirets merupakan sebuah proses

bertahap. Setiap tahap di dalam proses tersebut saling berkesinambungan. Tahap-

tahap tersebut mencakup pembuatan cerita, riset data, riset referensi, sketsa, lalu

finalisasi perancangan environment.

Gambar 3.21. Alur kerja dalam proses perancangan EnvironmentSirets.

(Dokumentasi pribadi/2016)

Tahap pertama adalah pembuatan cerita. Ini dibutuhkan untuk menentukan

latar tempat dan waktu. Dengan mengetahui latar-latar tersebut, perancang

environmentbisa mendapat gambaran tentang data-data apa saja yang

diperlukannya, agar memvisualisasikan cerita dengan tepat.

Tahap berikutnya adalah mencari data-data yang dapat menunjang

pembuatan visual dari environmentnya. Untuk pembuatan Sirets, peneliti mencari

data yang berhubungan denganlingkungan alam Papua serta kebudayaan

SukuAsmat. Data tentang alam Papua diperlukan agar peneliti dapat

memvisualisasikan cerita Sirets, supaya sesuai dengan settingnya yang berlokasi

di Asmat, Papua. Kemudian, data mengenai kebudayaan Suku Asmat diperlukan,

agar peneliti dapat memasukkan unsur visual khas Asmat ke dalam environment

yang dirancang.Untuk hal tersebut, peneliti fokus pada ragam hias Suku Asmat

saja.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Setelah memperoleh data-data, peneliti melanjutkan proses perancangan

dengan mencari referensi penggunaan ciri seni etnik di dalam environment

animasi. Referensi-referensi yang mendukung tujuan peneliti tersebut adalah

karya-karya animasi yang mempunyai penggayaan objek-objek dan warna

environment yang terinspirasi dari suatu seni budaya dan etnik. Referensi yang

seperti itu dapat membantu peneliti untuk mempelajari bagaimana para

desainernya memasukkan elemen-elemen visual suatu budaya ke dalam

environmentnya, lalu juga seberapa jauh kebudayaan-kebudayaan yang diangkat

dapat menginspirasi mereka dalam merancang visual animasinya.

Setelah riset data dan referensi, peneliti melanjutkan proses perancangan

environment dengan membuat sketsa visual. Tahap ini merupakan tahap awal

realisasi konsep ke atas kertas. Pembuatan sketsa dimulai dengan membuat shot

adegan-adegan yang terjadi di setiap lingkungan yang berbeda. Pada proses sketsa

yang masih terfokus pada cara pengambilan gambar ini, perancang

mempertimbangkan pepohonan dan ciri lingkungan apa yang harus ditonjolkan

sesuai dengan cerita.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.22. Sketsa shots untuk lingkungan pegunungan dalam Sirets

(Dokumentasi pribadi/2016)

Setelah tahap pembuatan sketsa shots, perancangan environment pun

dilanjutkan dengan membuat sketsa visual. Di sini peneliti mendesain setiap objek

environmenthingga ke hasil finalnya, kemudian meletakkannya pada environment

sesuai dengan komposisi yang ditentukan dalam sketsa shots.

3.4. Pengambilan Data

Seperti yang sudah disinggung penulis sebelumnya, pengambilan data yang

dilakukan adalah melalui metode studi literatur yang berupa tulisan dan

dokumentasi fotografis, serta studi eksisting. Berikut, penulis akan memamparkan

data yang diperoleh dari studi literatur, lalu kemudian data dari studi eksisting,

yang akan dibahas dalam sub-bab berikutnya.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.5. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan penulis untuk mendapatkan data mengenai lingkungan

alam di sekitar suku Asmat, ciri vegetasinya, serta jenis-jenis dan variasi ragam

hias suku Asmat.

3.5.1. DataAlam Asmat

Asmat adalah sebuah suku pedalaman yang tinggal di wilayah Pesisir Barat Daya

Irian Jaya. Jumlah penduduknya sekitar 80.000 kepala (Konrad, 2002). Daerah

tempat tinggal mereka dipenuhi rawa-rawa dan hutan tropis, serta memiliki sangat

banyak sungai yang bermuara di Laut Arafura (Sudarman, 1984).

3.5.1.1. Bentangan Alam

Wilayah Asmat terletak di sebuah delta besar, tempat bermuaranya sungai-sungai

dari pegunungan. Daerah ini terdiri oleh empat kecamatan, yaitu: kecamatan

Sawa-Erma, Agats, Ats, dan Pirimapun (memasuki daerah Merauke). Suku Asmat

menduduki daerah yang terisolasi secara alamiah. Di utara terdapat tembok besar

pegunungan yang berpuncak salju, sementara di selatan terdapat Laut Arafura.

Timur dan Baratnya pun terhalangi oleh Sungai Juliana dan Pomats (Sudarman,

1984).

3.5.1.2. Vegetasi

Secara geografis, wilayah suku Asmat terletak di daerah Dataran Rendah Pesisir

Arafura (atau Dataran Rendah Bagian Barat Daya). Secara umum, vegetasi di

daerah tersebut dapat dibagi ke dalam tiga zona berbeda, berdasarkan ketinggian

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

dan iklimnya, yaitu: Vegetasi Pegunungan, Vegetasi Dataran Rendah, dan

Vegetasi Pesisir (Kartikasari, 2007). Ketiga zona vegetasi ini mempunyai jenis-

jenis tumbuhan yang berbeda. Data ini penting, karena dapat digunakan untuk

menunjukkan perpindahan lokasi dalam animasiSirets.

Vegetasi Pegunungan terbagi ke dalam tiga sub-zona, berdasarkan

ketinggiannya, yaitu Pegunungan Atas, Tengah, dan Bawah. Pegunungan Atas

didominasi oleh lumut, Pegunungan Tengah didominasi paku-pakuan, Anggrek

dan Nothofagus, sementara Pegunungan Bawah yang sudah mulai menyentuh

daerah Dataran Rendah dipenuhi oleh pohon ek, dan Araucaria. Kalau melihatnya

secara umum, zona Vegetasi Pegunungan didominasi pepohonan Araucaria dan

Nothofagus.

Vegetasi Dataran Rendah terbagi ke dalam dua macam sub-zona, yaitu

hutan dan rawa. Daerah hutan didominasi pohon Campnosperma, sementara

daerah rawa didominasi pohon sagu (Metroxylon sagu), pandan (Pandanus spp.),

dan pohon bakau. Daerah suku Asmat, secara biogeografis terletak di perbatasan

pesisir bagian selatan Laut Arafura. Menurut Kartikasari (2007), daerah ini

dipenuhi lahan-lahan basah yang berhutan dan terletak di tepi sungai. Lahan-lahan

tersebut merupakan tempat bertumbuhnya pohon-pohon sagu, pandan, dan bakau

air tawar. Pohon bakau yang tumbuh di situ adalah Bakau Merah, Sonneratia,

beserta dengan pohon-pohon lainnya seperti Syzygium, Campnosperma, dan

Callophyllum. Banyaknya sungai di daerah ini membentuk komunitas-komunitas

perairan yang didominasi tanaman di bawah permukaan air seperti Hydrilla

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

verticillata, dan tanaman mengapung seperti Lemna, ataupun tanamanan berakar

yang terendam air berjenis Numphoides.

Vegetasi Pesisir secara umum tidak menjadi tempat ideal untuk pepohonan

besar. Jenis vegetasi yang tumbuh adalah herba pantai yang merambat di lereng,

seperti Ipomea pescapraea dan Canavallia maritime. Adapun pepohonan pesisir

seperti Barrintonia dan pohon kelapa (Cocos nucifera) yang sangat umum

ditemukan di wilayah pesisiran.

3.5.1.3. Perairan

Wilayah dataran rendah dipenuhi sungai dan rawa-rawa, serta mempunyai curah

hujan yang tinggi. Daerah tersebut dipenuhi sedimen lumpur dan pasir, yang

membuat air sungai keruh dan berwarna cokelat (Sudarman, 1984). Bebatuan

alamiah dalam bentuk apapun tidak ditemukan di daerah ini (Boelaars, 1986).

Sungai-sungai besar seperti Sungai Sirets (Eilanden), Bets, Asewets, dan Pomats

bermuara di Laut Arafura, sebuah perairan laut yang membentang dari Papua

Selatan hingga Australia Utara.

3.5.2. Motif-motif Suku Asmat

Keanekaragaman desain ragam hias suku Asmat sangat dipengaruhi oleh

banyaknya kelompok yang terdapat di antara suku Asmat sendiri. Ada dua belas

kelompok suku Asmat yang diketahui hingga sekarang: Emari Ducur, Unir

Epmak, Unir Siran, Bras (Brazza), Yupmakcain, Aramatak, Kenekap, Simai,

Joerat, Bismam, Becembub, dan Safan. Keduabelas kelompok tersebut tersebar di

tiga kawasan geografis, sehingga ada tiga kelompok besar yang diklasifikasi,

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

yaitu: Asmat Pegunungan, Asmat Pedalaman, dan Asmat Pantai (Konrad, 2002).

Namun, barang-barang kesenian orang Bras di wilayah pegunungan Brazza

mempunyai desain dan motif yang berbeda sendiri dari kawasan-kawasan lainnya,

sehingga pada 1981 wilayah suku Asmat dibagi menjadi empat kawasan (A, B, C,

D).

Gambar 3.1. Peta wilayah Asmat dengan empat kawasannya

(ASMAT – Mencekap kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)

Kelompok-kelompok suku di empat kawasan tersebut mempunyai gaya

dan ciri desain ragam hias yang berlainan satu dengan yang lain, namun secara

keseluruhan memiliki kesamaan yang membuat mereka dikenal sebagai orang

Asmat (Konrad, 2002). Keempat macam motif dan ragam hias suku Asmat

berdasarkan kawasannya, akan penulis jelaskan berikut ini.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.5.2.1. Ragam Hias Asmat Pantai (Kawasan A)

Ragam hias dari kawasan pesisir mempunyai ciri desain yang sering

menggambarkan motif berbentuk S dan lengkungan-lengkungan berikail, yang

dipercaya menggambarkan roh nenek moyang (Konrad, 2002). Motif yang juga

sering dijumpai adalah motif Bipane (hiasan hidung orang Asmat), dan Ainor

yang bermakna sihir (Konrad, 2002).

Gambar 3.2. Motif ragam hias Asmat Pantai

(ASMAT – Mencekap kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)

Gambar 3.3. Motif Bipane (kiri) dan Ainor (kanan)

(ASMAT – Mencekap kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.5.2.2.Ragam Hias Asmat Pegunungan (Kawasan B)

Motif ragam hias dari kawasan pegunungan memiliki ciri khas desain yang penuh

dan meriah. Hal ini dicapai dengan menggambarkan sebuah motif besar utama

(seringkali berbentuk keluang) kemudian mengelilinginya dengan motif-motif

kecil, sehingga tercipta kesan rumit (Konrad, 2002).

Gambar 3.4. Motif ragam hias Asmat Pegunungan

(ASMAT – Mencekap kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)

3.5.2.3. Ragam Hias Asmat Pedalaman (Kawasan C)

Kelompok suku di daerah pedalaman mempunyai ciri desain khas yang sering

menggambarkan bunga-bunga, jorong, hati, dan spiral-spiral yang ujungnya

membentuk gambar tangan. Secara umum motif-motif daerah ini mempunyai

variasi motif yang banyak (Konrad, 2002).

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.5. Motif ragam hias Asmat Pedalaman

(ASMAT – Mencekap kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)

3.5.2.4. Ragam Hias Asmat Brazza (Kawasan D)

Kelompok Asmat Brazza adalah suku yang tinggal di pegunungan dan

mempunyai desain motif-motif yang berbeda dari kelompok-kelompok Asmat

lainnya. Secara umum, kelompok ini mempunyai desain kelok-kelok bersiku yang

mirip seperti spiral kotak.

Gambar 3.6. Motif ragam hias Asmat Brazza

(ASMAT – Mencekap kehidupan dalam Seni/ Ursula Konrad/ 2002)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.6. Studi Eksisting

Untuk melihat bagaimana unsur etnik dapat diaplikasikan pada perancangan

environment sebuah animasi, penulis mengacu pada film-film animasi 2D

sepertiMulan(1998), Hercules (1997), The Lion King (1994),danSong of the Sea

(2014). Film-film animasi ini dipilih sebagai acuan karena terdapatnya desain

visual yang berlandaskan budaya dan etnik tertentu di dalam karya-karya tersebut.

3.6.1. Acuan

Penggunaan referensi seni tradisional budaya tertentu di dalam animasi sudah

pernah dilakukan di dalam industri animasi. Penonton dapat menemukannya

dalam karya animasi seperti Mulan (1997), yang memiliki setting cerita di Cina.

Ciri seni tradisional Cina yang ditunjukkan dalam Mulan dapat dilihat pada

adegan-adegan yang berlokasi di tengah pegunungan – tempat berlatihnya para

serdadu Han. Di sini, seperti yang ditulis oleh desainer produksinya Hans Bacher

(2008), para perancang visual Mulan mengambil referensi penggambaran

pemandangan gunung dari lukisan-lukisan tradisional tinta Cina.

Gambar 3.7. Latar belakang pemandangan gunung dalam Mulan (1998)

(http://images6.fanpop.com/image/articles/248000/disney-

princess_248945_10.png?cache=1441507740)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 16: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.8. Latar belakang pemandangan gunung dalam Mulan (1998)

(https://lumiere-a.akamaihd.net/v1/images/li-shang-with-stick-singing-be-a-man-in-

mulan_fe77ae79.jpeg?width=445&height=445&mode=crop)

Gambar 3.9. Gambar lukisan tradisional tinta dari Cina

(http://colorpaintingart.com/wp-content/uploads/2009/12/Summer-Mountains.jpg)

Dalam animasi Mulan, pemandangan gunung digambar dengan bentuk

sederhana namun mempunyai perbedaan value untuk menciptakan kesan

kedalaman dan perspektif. Hal ini mirip dengan cara penggambaran gunung-

gunung dalam lukisan tradisional tinta dari Cina, di mana bentuk pegunungan

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 17: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

digambarkan sederhana namun mempunyai variasi value, akibat dari penggunaan

teknik color wash (penambahan air untuk mengencerkan warna) pada tinta.

Film animasi lain yang berlatar belakang budaya tertentu adalah Hercules

(1997), yang mengambil setting di Yunani kuno. Pengambilan referensi seni

tradisional Yunani kuno untuk menggarap visual animasinya sangat terlihat dalam

adegan pembuka, saat para Musai (kelompok dewi Seni dalam mitologi Yunani

kuno) menyanyikan “The Gospel Truth”.

Gambar 3.10. Adegan para Musai bernyanyi dalam Hercules (1997)

(https://www.youtube.com/watch?v=Pa0lMzaljTk)

Keseluruhan adegan tersebut digambarkan dengan gaya lukisan vas

Yunani kuno, mulai dari warna, bentuk penggambaran siluet yang rata (flat),

hingga ornamen yang menghiasi latar tempatnya. Stilasi tumbuhan juga sesaat

terlihat dalam satu potongan adegan, di mana kita bisa melihat gaya

penggambarannya yang menampilkan ciri lukisan vas Yunani kuno.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 18: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.11. Gaya penggambaran pepohonan seperti lukisan vas Yunani kuno dalam

Hercules (1997)

(https://www.youtube.com/watch?v=RRq7lLawQB4)

Gambar 3.12. Lukisan vas khas Yunani kuno

(http://www.ancientcivilizationslist.com/wp-content/uploads/2016/05/Greek-Vase-painting-

Achilles-and-Penthesella.jpg)

Kalau melihat film Sleeping Beauty(1959), seluruh latar belakang dan

environment terlihat sangat digayakan berdasarkan kesenian lukisan dan

manuskrip abad pertengahan, yang sarat dengan hiasan ornamental bergaya gotik.

Penggayaan visual di dalam animasi ini dirancang oleh illustrator Eyvind Earle,

yang banyak mengambil inspirasi dari lukisan abad pertengahan karya Dürer, Van

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 19: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Eyck, Breughel, lalu manuskrip Prancis dan kesenian karpet. Karya-karya seni

tersebut menginspirasinya untuk mencipatakan gaya visual abad pertengahan yang

banyak dapat ditemukan pada bentuk-bentuk pepohonan, rumput, dan bunga

dalam animasinya (Canemaker, 1996).

Gambar 3.13. Environment dalam Sleeping Beauty (1959)

(http://41.media.tumblr.com/tumblr_lu8cu1CWJD1r3gua1o1_1280.jpg)

Film animasi yang baru-baru ini juga mengangkat tema etnik dan budaya,

adalah Song of the Sea (2014), yang memiliki tema utama mitos Keltik dan

berlatar tempat di Irlandia. Animasi ini menggunakan sebuah gaya visual bertema

etnik secara konsisten pada keseluruhan filmnya. Hal ini dicapai melalui

penyederhanaan bentuk objek-objek environmentnya, hingga pemberian warna

dan tekstur yang mengacu pada gaya visual seni Keltik.

Dalam Song of the Sea penulis memperhatikan ada banyaknya elemen

dekoratif bergaya Keltik yang diterapkan pada beragam objek environmentnya,

sehingga Song of the Sea berhasil menyuguhkan sebuah gaya visual yang

bernuansa etnik Irlandia. Motif ornamental bergaya Keltik sendiri, sangat banyak

menunjukkan elemen-elemen geometris yang bulat dan spiral.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 20: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.14. Elemen bulat dan spiral dalam ragam hias bergaya Keltik

(https://en.wikipedia.org/wiki/Celtic_art)

Ciri ornamental Keltik yang banyak mengandung spiral dan elemen bulat

pun dapat ditemukan dalam penyederhanaan bentuk awan, ombak, dan objek

lainnya dalam Song of the Sea.

Gambar 3.15. Elemen spiral yang diterapkan pada bentuk ombak dalam Song of the Sea

(2014)

(Dokumentasi pribadi/2016)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 21: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.16. Elemen bulat dan spiral yang diterapkan pada bentuk awandalam Song of

the Sea (2014)

(Dokumentasi pribadi/2016)

Gambar 3.17. Elemen spiral yang mendominasi environment dalam adegan saat Ben

bertemu The Great Seanachai dalamSong of the Sea (2014)

(Dokumentasi pribadi/2016)

Selain menggayakan bentuk objek environmentmenjadi spiral, penerapan

elemen visual bergaya Keltik juga dapat dijumpai pada pengaplikasian tekstur

bebatuan dan tembok.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 22: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.18. Elemen spiral yang diterapkan sebagai tekstur bebatuandalam Song of the

Sea (2014)

(Dokumentasi pribadi/2016)

Gambar 3.19. Elemen spiral yang diterapkan sebagai tekstur tembokdalam Song of the

Sea (2014)

(Dokumentasi pribadi/2016)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 23: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.6.2. Temuan

Dari acuan yang diambil dari karya-karya animasi bertema etnik di atas, penulis

menyimpulkan bahwa gaya gambar tradisional suatu budaya, maupun motif-motif

ornamen etnik dapat digunakan sebagai referensi untuk pemilihan warna,

penggambaran tekstur, dan penggayaan bentuk objek-objek dalam environment.

Penerapan gaya gambar tradisional atau ornamen etnik pada ketiga hal tersebut

dapat mendukung pembentukan gaya visual yang menunjukkan ciri budaya serta

lokasi yang ingin diperlihatkan oleh animasi yang mengangkat tema etnik.

3.7. Konsep Perancangan Environment

Konsep visual dari animasi Sirets cukup banyak ditentukan oleh latar-latar tempat

yang terdapat dalam ceritanya. Di dalam cerita, pembaca dapat menemukan

adanya perpindahan tempat yang Amates lalui dari awal hingga akhir cerita.

Apabila memperhatikan perpindahan tempat Amates sambil mengikuti timeline

cerita, latar tempat yang terdapat di dalam cerita Sirets dapat dibagi menjadi tiga

wilayah geografis, yaitu:

1. Pegunungan (awal cerita)

2. Pedalaman (tengah cerita)

3. Pesisir (akhir cerita)

Selain itu, juga terdapat sebuah babak cerita, di mana Amates memasuki

keadaan antara mati dan hidup.Lingkungan tersebut berbeda sendirisecara visual,

karena tidak berpatokan pada lokasi geografis manapun. Penulis menamakan

lingkungan itu “dunia roh”.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 24: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.20. Timeline cerita yang sekaligus menunjukkan lingkungan apa yang dilewati

karakter utama, Amates.

(Dokumentasi pribadi/2016)

3.8. ProsesPerancangan Environment

Dari proses pencarian data, peneliti menemukan bahwa terdapat tiga kelompok

utama motif Asmat, yaitu motif Asmat Pegunungan (dan motif Brazza), motif

Asmat Pedalaman, dan motif Asmat Pantai. Peneliti juga menemukan bahwa ada

tiga wilayah geografis Suku Asmat di Papua, yaitu pegunungan, pedalaman hutan,

dan pesisir. Kedua data ini memiliki kesamaan yang dapat digunakan untuk

merealisasikan konsep environment Sirets.Konsep environment Sirets membagi

lingkungan Amates menjadi tiga wilayah utama juga, yaitu pegunungan,

pedalaman, dan pesisir. Ketiga wilayah ini perlu mempunyai perbedaan secara

fisik. Ini dapat ditonjolkan lewat penggambaran objek-objek environment yang

berbeda di setiap wilayah itu. Dalam penelitian ini, metode utama untuk

menggambarkan objek-objek environmenttersebutadalah denganmenggayakannya

berdasarkan motif-motif Asmat.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 25: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Peneliti akanmenggambar vegetasi masing-masing lingkungan

(pegunungan, pedalaman, pesisir) yang digayakan menggunakan ciri visual ragam

hias suku Asmat berdasarkan wilayahnya (motif Asmat Pegunungan dan motif

Brazza, motif Asmat Pedalaman, motif Asmat Pantai). Hal utama yang dilakukan

di sini adalah mencari bentuk pada motif yang mempunyai kesamaan bentuk

dengan bentuk pepohonan yang ingin digambar.

3.8.1. Proses Perancangan EnvironmentPegunungan

Menurut metode perancangan environmentyang telah dipaparkan di atas,

penggambaran lingkungan pegunungan dalam animasi Siretsharus mengacu pada

warna dan bentuk dari motif-motif Asmat Pegunungan. Di sini, lingkungan yang

digambarkan merupakan daerah pegunungan yang menurut data dipenuhi dengan

pepohonan besar Araucaria.

Gambar 3.23. Pepohonan Araucaria di daerah Pegunungan Asmat

(http://1.bp.blogspot.com/-Jds3TZ2TLqo/VSxnp-

YndEI/AAAAAAAAHZA/WdL638iQOqA/s1600/P4095674.jpg)

Dengan mengacu pada motif Asmat Pegunungan dan Brazza yang

merupakan ragam hias Asmat yang berasal dari lingkungan pegunungan di Papua,

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 26: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

peneliti mengambil bentuk-bentuk yang mirip dengan bentuk dahan dan ranting,

serta tekstur pohon Araucaria.

Gambar 3.24. Proses penggayaan pohon Araucaria menurut motif Asmat Pegunungan

(Dokumentasi pribadi/2016)

Setelah menggambarkan pohon besar, peneliti juga menggayakan tanaman

merambat serta semak yang ada di zona vegetasi pegunungan, yaitu Elmerrillia,

Smilax anceps,Phyllocladus dan Campnosperma seychellarum.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 27: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.25. Elmerrillia, Smilax anceps, Phyllocladus dan Campnosperma seychellarum.

(http://cdn2.arkive.org/media/C1/C1655DF8-A9FE-49C7-9112-

FB46CD65F768/Presentation.Large/Campnosperma-seychellarum-flower-buds.jpg)

Untuk menggayakan keempat macam semak dan tanaman merambat

tersebut, peneliti juga mengacu pada elemen visual dari motif-motif Asmat

Pegunungan. Elemen-elemen yang diambil digunakan untuk menggayakan bentuk

dedaunan dan kelopak bunga.

Gambar 3.26. Penggayaan bentuk semak dan tanaman merambat menurut motif Suku

Asmat Pegunungan

(Dokumentasi Pribadi/2016)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 28: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Khusus untuk environmentpegunungan, peneliti juga melihat

diperlukannya gambar pegunungan di latar belakang, untuk memberi ciri

pegunungan yang khas. Di sini, pegunungan yang digambar juga mengambil

unsur visual dari motif Asmat Pegunungan. Unsur motif yang diambil, digunakan

untuk menggayakan bentuk pepohonan gunung yang terlihat dari kejauhan.

Gambar 3.27. Penggayaan bentuk gunung

(Dokumentasi Pribadi/2016)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 29: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.8.2. Proses Perancangan EnvironmentPedalaman

Untuk merancang environmentpedalamanan, peneliti pun menggunakan metode

perancangan yang sama seperti di atas. Di sini, peneliti terlebih dahulu melihat

jenis pepohonan apa yang khas dari daerah Asmat Pedalaman. Dalam buku

Kartikasari - Ekologi Papua, zona vegetasi di daerah pedalaman ada dua macam,

yaitu daerah hutan dan rawa. Di daerah hutan ini, jenis pepohonan yang khas

adalah Bischofia javanica, Livistona, Pandan dan microsoriummusifolium.

Gambar 3.28. Bischofia javanica, Livistona, Pandandan microsorium musifolium.

(http://tropical.theferns.info/plantimages/b/9/b95989ef99935d9d00d0eca542a5f929ad2d4f4f.jpg)

Setelah mengetahui jenis pepohonan apa yang akan dimasukkan ke dalam

environment pedalaman hutan, peneliti kemudian mengacu pada motif Asmat

Pedalaman. Motif-motif tersebut digunakan untuk menggayakan pepohonan di

atas, agar mempunyai ciri motif Asmat Pedalaman.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 30: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.29. Penggayaan bentuk untuk vegetasi Pedalaman Hutan menurut motif Asmat

Pedalaman.

(Dokumentasi Pribadi/2016)

Environment pedalaman kedua yang perlu dirancang adalah rawa-rawa.

Menurut buku Ekologi Papua, rawa-rawa di pedalaman Asmat banyak ditumbuhi

pepohonan Bakau Merah dan Bakau Sonneratia.

Gambar 3.30. Pohon Bakau Merah dan Bakau Sonneratia yang khas lingkungan

Pedalaman Asmat.

(http://new.artsmia.org/wp-content/uploads/2014/08/Key2_Img1_e3.jpg)

Dengan mengacu pada motif Asmat Pedalaman, peneliti mencari unsur

motif apa yang dapat digunakan untuk menggayakan bentuk ranting dan akar

pohon Bakau, agar mempunyai bentuk khas seperti motif Asmat Pedalaman.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 31: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.31. Penggunaan motif Asmat Pedalaman untuk menggayakan pepohonan

Bakau dalam Environment Pedalaman.

(Dokumentasi Pribadi/2016)

3.8.3. Proses Perancangan EnvironmentPesisir

Dalam perancangan environment pesisir, peneliti mengacu pada cerita Sirets yang

lebih banyak bersetting di laut dan pulau, tempat Amates mencari roh kakaknya.

Karena itu, hanya sedikit vegetasi yang digayakan di dalam environment ini.

Khusus untuk pepohonan di pulau, jenis pohon yang digambar adalah pohon

Kelapa.

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 32: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

Gambar 3.32. Pepohonan Kelapa – cocos nucifera

(http://images.floridata.com/gallery/Cocos_nucifera_grv800.jpg)

Selain itu, karena settingSirets di daerah pesisir lebih banyak bermain di

laut, peneliti lebih terfokus untuk menggunakan elemen motif Asmat Pantai untuk

menggambar bentuk gelombang dan awan.

Gambar 3.33. Penggayaan bentuk gelombang, awan, dan pohon berdasarkan bentuk motif

Asmat Pantai.

(Dokumentasi Pribadi/2016)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017

Page 33: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2805/4/BAB III.pdfPapua Barat Daya (daerah geografis suku Asmat) dan budaya kesenian suku Asmat, khususnya tentang

3.8.4. Proses Perancangan EnvironmentDunia Roh

Berbeda dengan environmentlainnya, dalam merancangenvironmentDunia Roh,

peneliti tidak mengacu pada motif-motif Asmat untuk menggambarkan

lingkungannya. Dunia Roh digambarkan tidak berisikan apapun selain kolam-

kolam bagi arwah-arwah keluarga yang mati beserta sebuah tiang Bisj untuk

masing-masing kolamnya. Lingkungan tersebut begitu kosong, sehingga tidak

banyak hal yang bisa digayakan. Selain itu, Dunia Roh tidak berada di wilayah

geografis manapun. Atas dasar alasan inilah, peneliti tidak berpatokan pada motif-

motif Asmat dari wilayah manapun untuk menggambarkan objek lingkungannya,

melainkan menggambarkan tiang-tiang Bisjsesuai dengan keadaan aslinya.

Gambar 3.34. Gambar tiang-tiang Bisj untuk EnvironmentDunia Roh.

(Dokumentasi Pribadi/2016)

Perancangan environment..., Aletheia Herdiman, FSD UMN,2017