49
LIT . t' ! Tawangmangu 1 1 11 - - LAPORAN PENELITIAN - ··' . - - ' I t ,. I w - ST ARISASI TANAN PURWOCENG inea pruaan Molk) I I t SEBA GAl B U OBAT AFRODIS I ' •' ' Sub Judul: TERISASI GENETIK DAN KAJµN TEKNIK BUDJDA YA TANAMAN PWOCENG iineUa pruaan Mol) - I - . �: I I I t . I I - I ' - , . - - . - ' , . - , _ . . - I Oleh: -- TO WID O D O d - I ' . 1 a• f I I - I I I - ' -� - - , - -. . . . I - I ' -1 l - I � - I - , . - i ,. '

repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

LIT . t' ! Tawangmangu 1 1 11

-•

-

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

-··' . -

-

' ..

I t

.... • ,;�,.. I

••

i' w -

• ST ANDARISASI T ANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk) I' I .:_

.• � I '" t SEBAGAl BAHAN BAKU OBAT AFRODISIAKA ' •' ..

' Sub Judul:

KARAKTERISASI GENETIK DAN KAJµ.N TEKNIK BUDJDA YA TANAMAN PURWOCENG (PimpineUa pruatjan Molle.)

-

I -. . •

�: I I I

t ..

...

I I

.. • -L� • I

' -, ...

- -...

..

.. -

' � , .

- , _ ...

... -

I Oleh: --BARTO WIDODO dkk -

.. I • '

.. .1 ..

a• • f

.. I

I � ":' .. - I I

I --I

' -� -.I" -

,,,.

-. .. -.

.... •

. -1 I .1

-• .. I ' -1 l ..

- � I � -

.. I - ,.) .t:

-"ti ,.. • ' '•

Page 2: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

- ..

STANDARISASI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) SEBAGAI DAHAN BAKU OBAT AFRODISIAKA

Sub Judul:

KARAKTERISASI GENETIK DAN KAJIAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.)

Oleh: \.

HARTO WIDODO dkk

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

2011

i

Page 3: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

BALA! BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

Jalan Raya Lawu No. 11 Tawaugmangu, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah Telepon: (0271) 697010 Faksimile: (0271) 697451

E-mail: [email protected] Website: http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id

SURAT KEPUTUSAN

- .

KEPALA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

BADAN LITBANG KESEHATAN NO. HK.03.07/3/242f/2011

Tentang

KARAKTERISASI GENETIK DAN KAJIAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PURWOCENG (Pimpinel/a pruatjan Molk.)

MENIMBANG

MENGINGAT

MENETAPKAN Pertama

1. Bahwa Purwoceng merupakan tanaman asli Indonesia, karakter genetiknya berdasarkan sebaran geografis, belum banyak diketahui

2. Bahwa purwoceng sebagai tanaman yang berkhasiat sebagai afrodisiaka, belum dibudidayakan secara intensif.

3. Bahwa perlu dikembangkan system budidaya tertentu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas purwoceng yang dihasilkan

4. Bahwa mereka yang namanya tercantum dalam Surat Keputusan m1 dipandang cukup cakap untuk melaksanakan penelitian tersebut.

1. Undang-undang No. 18 Tahun 2001 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu Pengetahuan dan Teknologi.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

3. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian No: LB.01.07/3/168f/2011 tanggal 26 Januari 2011, tentang Karakterisasi Genetik dan Kajian Teknik Budidaya Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.)

4. Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional tahun Anggaran 2011, 0811/024-11.2.01/Xl ll/2011 tanggal 20 Desember 2010, Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan llmu Pengetahuan · dan Teknologi.

MEMUTUSKAN

Membentuk Tim Pelaksana Penelitian Karakterisasi Genetik dan Kajian Teknik Budidaya Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.)

1. Ketua Pelaksana Harte Widodo, M.Biotech.

2. Peneliti DR. Usman Siswanto Tri Widayat, S.Si Dyah Subositi, M.Sc

Page 4: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

KEMENTERIAN KESEI-IATAN RI SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

BALA! BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADIS!ONAL

Jalan Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah Tclcpon: (0271) 697010 Faksimilc: (0271) 697451

. . E-mail: [email protected] Website: http://ww�b2p2toot.11tbang.depkes.go.1d

3. Pembantu Peneliti Sadiman Mingun ! Putut Suharto Teguh Fani.1.

Kedua Tim bertugas:

Ketiga

Keempat

a. Melaksanakan penelitian sampai selesai dengan menyerahkan laporan kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian.

b. Membuat pertanggung jawaban penggunaan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.

Semua pengeluaran untuk pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional tahun anggaran 2011 sesuai peraturan yang berlaku.

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 Februari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011, dengan catatan segala sesuatu akan ditinjau kembali apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

An.

Ditetapkan di : Tawangmangu Pada Tanggal : 8 Februari 2011

5...::rat Keputusan ini disampaikan Kepada Yth: 1. Kepala Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI 2.. lnspektur Jenderal Kemenkes RI 3. Sekretaris Jenderal Kemenkes RI 4. Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Set. Jend. Kemenkes RI 5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sragen 6. Bendahara Pengeluaran Balai Besar litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional 7. Yang bersang�utan

Page 5: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. (!tas. segala kemurahan dan �jl<"""-"'--- -

curahan rahmat sehingga laporan ini dapat kami selesaikan. Penelitian dengan judul

"'Karakterisasi Genetik dan Kajian Teknik Budidaya Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina

�folk)" merupakan bagian dari standarisasi tanaman purwoceng sebagai bahan baku jamu

afrodisiak. Purwoceng merupakan salah satu simplisia yang digunakan dalam klinik

Saintifikasi Jamu Hortus Medicus, oleh karena itu diperlukan informasi yang jelas (otentik)

mengenai tanaman ini, baik kepastian jenis (spesies) maupun produktifitas termasuk

k.andungan senyawa aktif tanaman.

Karakterisasi genetik merupakan salah satu pendekatan yang baik untuk autentikasi

saatu spesies. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi genetik berdasarkan marka RAPD

dan ISSR. Teknik molekuler ini merupakan tahap awal untuk mengungkap karakter genetik

1a11aman purwoceng. Tahan ini juga menjadi sangat penting untuk perlindungan plasma

nntfah karena Rurwoceng merupakan tanaman asli Indonesia dan memiliki potensi yang besar

untuk dikembangkan.

Purwoceng merupakan tanaman yang sudah mulai langka karena memiliki habitat

mmbuh yang sangat terbatas dan belum banyak ditanam oleh penduduk walaupun kebutuhan

a.kan tanarnan ini cukup tinggi. Untuk memperoleh bahan baku yang standard maka

diperlukan usaha budidaya tanaman purwoceng sehingga terjamin kualitas, kuantitas dan

hmtinyuitasnya.

Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi yang membutuhkannya.

Tawangmangu, Januari 2012

Penyusun

11

Page 6: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

KARAKTERISASI GENETIK DAN KAJIAN TEKNIK BUDIDAYA

TANAMAN PURWOCENG (Pimpinellapruatjan Molk.)

Barto Widodo, dkk. - � 4• .. ... ...:;,. •. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI JI. Raya Lawu No. 11 Tawangangu, Surakarta

RINGKASAN EKSEKUTIF

Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupak:an salah satu tanaman obat langka

3Sli Indonesia yang dikategorikan endangered atau hampir punah adalah (Roostika et al.,

2009), dan perlu mendapat perhatian. Purwoceng merupak:an komoditas yang mahal dan

banyak dicari oleh industri-industri jamu. Selain dalam bentuk segar atau kering (bahan baku

jmnu), bibitnya juga banyak: dicari terutama oleh industri jamu. Permintaan porwoceng oleh

industri jamu 200-800 kg/bulan, namun petani hanya mampu memasok 40-50

kg/bulan(Yuhono, 2004). Walaupun purwoceng dapat dibudidayak:an di luar habitatnya dan

dapat menghasilkan benih untuk bahan konservasi (Darwati dan Roostika, 2006), namun

knalitas dan kuantitas hasil masih lebih rendah di banding di basil budidaya di daerah Dieng

(Rostiana et al., 2006). Selain itu sampai saat ini belum ada dukungan teknologi budidaya

(Rostiana et al., 2006).

Sebagai bahan bak:u obat, mak:a simplisia yang dihasilkan memiliki persyaratan

tertentu, terutama bahan ak:tif. Budidaya purwoceng belum dilak:ukan secara intensif dengan

penerapan paket teknologi yang baik. Pembudayaan purwoceng oleh petani biasanya dalam

sekala sangat sempit, sebagai tanaman pekarangan, umumya tidak dilak:ukan secara

monokultur, dan masih menggunak:an teknologi budidaya yang sederhana Untuk itu perlu

mlak:ukan pengkajian pengaruh naung� mulsa dan tanaman intercropping terhadap

produktivitas tanaman purwoceng, baik kuantitas basil tanaman maupun kualitas

simplisianya terutama kandungan stigmasterol dari purwoceng. Oleh karena Purwoceng

merupak:an tanaman asli Indonesia, untuk mendukung autentikasi baik sebagai bah.an baku

obat maupun untuk memberi perlindungan kekayaan hayati Indonesia mak:a perlu dilak:ukan

karakterisasi genetik.

111

Page 7: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Penelitian dilakuk:an di kebun percobaan B2P2TOOT Tawangmangu, pada ketinggian 1800 m dpl (Tlogodlingo) dan 1200 m dpl (Kalisoro). Wak:tu pelaksanaan Maret s/d

Desember 2011. Bah.an untulc karakter genetik: bibit dari Wonosobo dan bibit dari koleksi B2P2T-OOT. Bibit dari B2P2TO-OT digunakan pula sebag-;ri.bahan kajian "'b'ii'aidaya mnaman dengan intercroping menggunakan tanaman strawberry, pupulc organik dan anorganik. Bah.an kimia untulc analisis kandungan senyawa tanaman (kumarin dan

stigmasterol). Senyawa kumarin dan stigmaterol ditentulcan dengan TLC. Karakter genetik tmaman purwoceng menggunakan metode ekplorasi terhadap berbagai aksesi tanaman pmwoceng dengan perbedaan morfologi yang mencolok. Isolasi genomik DNA sesuai dengan prosedur kerja kit (Qiagen miniprep, phyto pure, Invitrogen). Analisis RFLP, menggunakan DNA genom dan enzim restriksi EcoRI; BamHI; NotI; BgnI, hasil d.iektroforesis gel agarose dan divisualisasi dengan Gel-doc (BioRad). Analisis ISSR dengan primer ISSR, hasil diektroforesis gel agarose dan divisualisasi dengan Gel-doc (BioRad). Data ISSR dan RFLP diskoring dengan indeks similaritas Dice, selanjutnya dikelompokkan clustering), konstruksi dendogram dibuat dengan UPGMA (software NTSYS 2.02).

Berdasarkan karakterisasi morf ologi terdapat enam jenis purwoceng dengan dengan perbedaan minor, dua jenis diantaranya memiliki perbedaan yang culcup nyata, yaitu ?filWOCeng berbunga ungu (U) dan purwoceng berbunga putih (P). Karakterisasi genetik berda.sarkan marka ISSR dan RAPD menunjukkan bahwa perbedaan morfologi keduanya disebabkan adanya polimorfisme DNA.

Penerapan teknik budidaya dapat meningkatkan produlcsi purwoceng, baik dari uio:masa maupun kandungan senyawa aktif. Pemberian naungan dapat meningkatkan berat segar, berat kering serta produlcsi senyawa kumarin dan stigmasterol dari tanaman r.mrwoceng. Tanpa penerapan teknik budidaya, penanaman purwoceng pada ketinggian 1.800 m dpl dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi senyawa aktif yang lebih baik. Namun, �an penerapan teknik budidaya (naungan dan mulsa), penanaman purwoceng pada itetinggian 1.200 m dpl dapat memberikan produlcsi yang lebih baik.

iv

Page 8: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

KARAKTERISASI GENETIK DAN KAilAN TEKNIK BUDIDAYA

T ANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.)

Harto Widodo, dkk. - ....

Balai Besar Penelitian clan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI n. Raya Lawu No. 11 Tawangangu, Surakarta

ABSTRAK

Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupakan salah satu tanaman obat langka asli Indonesia yang dikategorikan endangered atau hampir punah. Tanaman ini belum banyak dibudidayakan, namun telah banyak dibutuhkan industri jamu yang berakibat lingginya harga. Purwoceng merupakan tumbuhan asli indonesia dengan sebaran tumbuh yang terbatas sehingga perlu upaya pelestarian. Terlebih lagi simplisia purwoceng telah :f'igunakan sebagai salah satu bahan obat afrodisiaka dalam program Saintifikasi Jamu yang acanangkan oleh Menteri Kesehatan tahun 2010. Standardisasi tanaman purwoceng serta ±!kungan teknik budidaya diperlukan untuk memberi jaminan kepastian jenis, kualitas, Gma:ntitas dan kontinuitas. Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi genetik serta mengkaji penerapan teknik budidaya purwoceng. Penanaman dilakukan dua lokasi pada ketinggian 1200 dan 1.800 m dpl. Berdasarkan karakterisasi morfologi terdapat enam jenis purwoceng :;engan dengan perbedaan minor, dua jenis diantaranya memiliki perbedaan yang cukup nyata, yaitu purwoceng berbunga ungu (U) dan purwoceng berbunga putih (P). Karakterisasi �tik berdasarkan marka ISSR dan RAPD menunjukkan bahwa perbedaan morfologi 'hdnanya disebabkan adanya polimorfisme DNA. Penerapan teknik budidaya dapat =a:ri:ngkatkan produksi purwoceng, baik dari biomasa maupun kandungan senyawa aktif. ?anberian naungan dapat meningkatkan berat segar, berat kering serta produksi senyawa bnarin dan stigmasterol dari tanaman purwoceng. Tanpa penerapan teknik budidaya, ;::enanaman purwoceng pada ketinggian 1.800 m dpl dapat menghasilkan pertumbuhan dan r:::::OOnk.si senyawa aktif yang lebih baik. Namun, dengan penerapan teknik budidaya

�gan dan mulsa), penanaman purwoceng pada ketinggian 1.200 m dpl dapat memberikan ;roduksi yang lebih baik.

v

Page 9: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

DAFT AR GAMBAR

- � • .,�halaman Ciambar 1. Denah lapangan. . . . .. . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . .. . ... 9

Gambar 2. Agarose gel elektroforesis DNA basil isolasi dari tanaman purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.); M: Marker DNA 1 kb (Fennentas), DNA purwoceng berbunga ungu (1), DNA purwoceng berbunga putih (2). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

Gambar 3. Pola pita ISSR pada dua aksesi purwoceng: berbunga ungu (1) dan berbunga putih (2), dengan primer UBC 834 (A), ISSR 2 (B), AG­G (C), UBC 859 (D), ISSR 5 (E), dan UBC 812 (F); Ml: Marker lkb (Fennentas), Ml: Marker 100 bp (Fennentas), dan M3: Marker 100 bp (Invitrogen); K: kontrol negatif (air).............................. 15

Gambar 4. Pola pita-pita RAPD pada dua aksesi purwoceng: berbunga ungu (1) dan berbunga putih (2), dengan primer OPH 13 (A), OPE 6 (B), OPA 18 (C), dan OPE 5 (D), Ml: Marker 100 bp (Fennentas), M2: Marker 1 kb (Fermentas), dan M3: Marker 100 bp (Invitrogen); K: kontrol negatif . . .... . . . . . .. . . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. .... . .. .. . . . .. . 16

Gambar 5 Pengembangan spot dari tanaman purwoceng dan standard stigmasterol pada plat TLC dengan fase gerak klorofonn : metanol (50: 1) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 23

Vlll

Page 10: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

T�l.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

DAFTAR TABEL

halaman Karakterisasi morfologi purwoceng berbunga tlligu dan purwoceng. berbunga putih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Primer yang digunakan dan jumlah pita DNA basil amplifikasi dengan primer ISSR pada 2 aksesi purwoceng . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... . . . . . . 15

Primer yang digunakan dan jumlah pita DNA basil amplifikasi pada 2 aksesi purwoceng . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . 16

Pengaruh teknik budidaya terhadap kandungan klorofil daun dan diameter tajuk tanaman purwoceng yang ditanam pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl ... . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... ... . . . .. . . . . . . . . . . 18

Pengaruh teknik budidaya terhadap berat segar dan berat kering tanaman purwoceng pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl ........... 20

Pengaruh ketinggian lokasi tumbuh terhadap kadar sari larut air dan 20 larut etanol tanaman purwoceng ........................ ................... . Pengaruh teknik budidaya terhadap kandungan kumain tanaman purwoceng pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

Pengaruh teknik budidaya terhadap kandungan stigmasterol tanaman purwoceng pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 23

lX

Page 11: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

DAFT AR LAMPIRAN

halaman lLEJ:J:piran 1. Karakter morfologi purwoceng (Pimpinella pruilljan) .. ...... .. . . :-�u 32

!.!..E::lpiran 2. Deteksi senyawa kumarin pada tanaman purwoceng dengan standard kumarin pad a plat KL T . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 8

ll..:;:rnpiran 3. SK Penelitian .. . . . . . . .. . . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . .. . . ..... 40

x

Page 12: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

I. PENDAHULUAN

JL:nar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara dengan biodiversitas- yang tinggi, narnlin

..._... ........... �· track record konservasi alam paling buruk yang clapat berisiko terhaclap

=;nya kekayaan alam yang sangat berharga (Noske, 2010). Tumbuhan obat tennasuk

�.-.. claya alam dengan erosi genetik yang tergolong cepat. Pesatnya perkembangan

:::::::sn· obat tradisional (OT) berdampak pada meningkatnya keb�tuhan pasokan bahan

obat. Namun sayangnya bahan baku industri jamu di Indonesia masih sangat

" -::a:mmg pada ketersediaan tumbuhan liar yang ada di alam, bukan dari tanaman yang

__.�· · .... yakan (Raharjo et al., 2006). Salah satu tanaman obat langka asli Indonesia yang

� ri.kan endangered atau hampir punah adalah purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.)

�J;>UJr.a et al., 2009).

Walaupun purwoceng dapat dibudidayakan di luar babitatnya dan clapat

• ;basilkan benih untuk bahan konservasi (Darwati dan Roostika, 2006), misalnya di

�::::::Il1?0 Putri, Jawa Barat (Wahyuni et al., 1997; Rostiana et al., 2006) namun kualitas

luantitas hasil masih lebih rendah di banding di hasil budidaya di daerab Dieng

�""Siana et al., 2006). Dengan kondisi lingkungan yang sesuai, purwoceng

,.....?'J'T111Dgkinkan untuk dikembangkan di daerah lain, Siswanto et al. (2010) melaporkan

.._:_:ti oceng dapat dibudidayakan di Tawangmangu (pada ketinggian1250-1800 m dpl),

�::::;iiaten Karanganyar Jawa Tengah.

Seluruh bagian tanaman purwoceng dapat digunakan sebagai obat tradisional,

"-wzma akar. Akarnya mempunyai sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak

.......,..-.....u Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1987).

Purwoceng merupakan komoditas yang mahal dan banyak dicari oleh industri­

-"'""""' .... · jamu. Selain dalam bentuk segar atau kering (bahan baku jamu), bibitnya juga

_____, .• ......,. dicari terutama oleh industri jamu. Permintaan porwoceng oleh industri jamu 200-

�ulan, namun petani hanya mampu memasok 40-50 kg/bulan. Potensi tanaman

'l)Cellg cukup besar dan peluang pengembangan purwoceng masih terbentang luas

, 2004), tetapi masih terkendala oleh langkanya penyediaan benih dan

iem;fmasan lahan yang sesuai untuk tanaman tersebut (Yuhono, 2004). Selain itu sampai - · belum ada dukungan teknologi budidaya (Rostiana et al., 2006).

Page 13: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Dalam rangka penyediaan bahan baku obat yang bermutu secara berkelanjutan,

dilakukan pembudayaan yang mengacu pada standar prosedur operasional (SOP)

.___.ya yang dibakukan (Rostiana et al., 2006). Beberapa kajian budidaya menunjukkan ·

perlakuan argronomis seperti pemberian pupuk (organik dan anorgaclk),

u;:r:::ulsaan, dan pemberian paranet dapat meningkatkan produksi dan mutu simplisia

... ---."l"l"fM�P ng (Rostiana et al., 2006; Widiyastuti et al., 2006; Djazali dan Pitono, 2009;

�to et al., 2010)

Sebagai bahan baku obat, maka simplisia yang dihasilkan memiliki persyaratan

� terutama bahan aktif. Budidaya purwoceng belum dilakukan secara intensif

;an penerapan paket tek.nologi yang baik. Pembudayaan purwoceng oleh petani

__... ........ ya dalam sekala sangat sempit, sebagai tanaman pekarangan, umumya tidak

.-::iuukan secara monokultur, dan masih menggunakan teknologi budidaya yang

wdrrliana Untuk itu perlu dilakukan pengkajian pengaruh naungan, mulsa dan tanaman

_,,..,,...opping terhadap produktivitas tanaman purwoceng, baik kuantitas hasil tanaman

=::i::;xim kualitas simplisianya terutama kandungan stigmasterol dari purwoceng.

Tmjauan Pustaka

oceng, tumbuhan obat yang hampir punah

Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. K.DS.). merupakan spesies endemik yang

:::=bub di pegunungan dengan ketinggian 1.800-3.500 m dpl Jawa Barat (gunung

�go), Jawa Tengah (dataran tinggi Dieng) dan Jawa Timur (Burkill, 1935; Heyne,

• / . Dewasa ini populasi purwoceng sudah langka karena mengalami erosi genetik

besar-besaran, bahkan populasinya di Gunung Pangrango Jawa Barat dan area

:ungan di Jawa Timur dilaporkan sudah musnah (Darwati dan Roostika, 2006). Jenis

� bisa digolongkan ke dalam katagori Extinct in the Wild dikarenakan tidak

�annya di habitat aslinya di hutan, tetapi ditemukan di areal budidaya. Sebuah

ekologi di Ranu Pani, gunung Bromo, didapati purwoceng sudah mulai langka

� dan Risna, 2007). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan obat asli Indonesia

� dan Roostika, 2006). Dataran tinggi Dieng dikenal sebagai daerah

---mbangan namun dalam skala sangat sempit (Zuhud clan Haryanto, 1991; Rahardjo,

2

Page 14: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

logi Purwoceng tumbuhan yang termasuk dalam keluarga Apiacae, merupakan herba

s:::::::::run yang tum.huh merumpun dengan tinggi 20-50 cm. Daun majemuk berhadapan, f:c J%S31lg-pasangan dan di ujung tangkai terdapat daun tunggai.· Bentuk anak "'d-aun· �mbuJat namun tidak simetris dari tulang daun utamanya dengan pinggiran bergerigi, -- daun menyirip ganjil. Warna permukaan daun hijau, dan pennukaan bawahnya � hijau keputihan. Tulang daunnya berbulu halus-jarang (Hidayat dan Risna,

1 • Purwoceng berakar tunggal, bagian pangkal semakin membesar dengan semakin te=iQ3JDbahnya umur tanaman seolah membentuk umbi seperti bentuk gingseng, walaupun

sebesar gingseng, akar-akar rambut keluar dari ujung akar (Rahardjo et al., 2006).

�--.�gan dan Khasiat Purwoceng

Kandungan mineral purwoceng antara lain: N, P, K, Ca, Mg, S dan Zn. Tajuk dan mengandung minyak atsiri, diantaranya: gennacrene, P-bosalene, P-caypphylline, a­

_ _.....ene, dan carvacrol. Vitamin E juga dijumpai pada akar dan tajuk tanaman (Rahardjo 2006).

Akar purwoceng diketahui mengandung turunan senyawa sterol, saponin dan

,__..�-iu (Caropobeka dan Lubis, 1985). Sidik et al. 1985 dalam Rostiana et al. , 2006 _ _..._..U1A,an bahwa akar purwoceng juga mengandung turunan senyawa kumarin yaitu ,,,,_-.-...:il.l'!l bergapten, iso-bergapten dan saponin, yang banyak digunakan dalam industri

modem sebagai obat analgesik, anti piretik, sedatif, anthelmitik, anti fungi, anti -i---.: dan anti kanker. Dilaporkan pula bahwa di dalam tanaman purwoceng juga

senyawa stigmasterol (Suzery et al., 2004), xanthotoksin, marmesin dan

n (Hemani dan Rostiana, 2004 ). Lebih lanjut dari hasil isolasi dan identifikasi kimia dalam fraksi semipolar dan non polar pada tanaman purwoceng juga

:.=:::::::an senyawa metil palmitat, phytol (Sugiastuti dan Rahrnawati, 2006), clan y

==�LOI (Widowati dan Faridah, 2006). Pmwoceng oleh penduduk di sekitar dataran tinggi Dieng dikenal sejak dulu

_....._._._ __ salah satu bagian dalam ramuan tradisional, yaitu sebagai diuretik, tonik dalam

�- seduhan, dan akamya sebagai bahan rokok (Sidik et al., 1975). Di Indonesia

===� atau tanaman obat yang digunakan sebagai aprosidiak lebih banyak hanya

:'!'.:��m kepercayaan dan pengalaman (Hemani dan Yuliani, 1991 ).

3

Page 15: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Pemberian ekstrak akar purwoceng pada hewan coba menunjukkan adanya

estrogenik (Caropeboka, 1980) dan efek androgenik (Kosin 1992). Penelitian

Taufiqqurrachman ( 1999) juga mendukung hasil tersebut, pemberian ekstrak akar �ng dilaporkan mampu meningkatkan kadar hormon LH (L��einizing horm�e)

testosteron pada pada tikus Sprague Dawley (SD). Pemberian ekstrak purwoceng

meningkatkan kadar testosteron dan LH dari tikus SD (Taufiqurrohman dan

:lx>wo, 2006). Juniarto (2004) melaporkan bahwa ekstrak akar purwoceng yang

Jerikan pada tikus SD juga dapat meningkatkan derajat spermatogenesis dalam testis,

jumlah maupun motilitas spermatozoa.

jl1n Budidaya Purwoceng

Purwoceng awalnya merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di bawah tegakan, -

penutup lantai hutan (ground cover species) (Rostiana et al., 2006; Hidayat dan

2007), namun demikian tumbuhan ini dapat dibudidayakan di daerah lain bila

_ ...... · .... · lingkungan sama atau mirip dengan daerah asal (Rostiana et al., 2006).

Di daerah asal purwoceng dibudidayakan secara tradisional tanpa penggunaan

buatan. Penanaman di daerah pengembangan baru memerlukan kajian khusus,

__.. ...... ya kemiripan agroekosistim dengan habitat asli, kebutuhan hara optimal� dan

�ocokan faktor tumbuh lainnnya. Purwoceng tumbuh dengan baik pada tanah yang

, subur dan kaya bahan organik, pH 5,7-6,0. Tanaman ini tumbuh kurang baik

tanah dengan tekstur liat (Rahardjo et al., 2006; Rostiana et al., 2006).

Pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas dan mutu terna ini. Aplikasi

kandang (pukan) ayam dengan taraf yang rendah sebesar 0,24 kg/tanaman atau dengan 20 ton/ha mempunyai efisiensi pemupukan yang paling tinggi dan tidak

!:'c:::ecla nyata dengan aplikasi pemupukan yang lebih tinggi. Aplikasi pukan ayam dan

sapi menghasilkan kadar sitosterol yang lebih tinggi dibanding aplikasi pukan

t.":!1::::.:Jlll. g dan pupuk kompos. Sebaliknya, pupuk kompos dan pukan kambing

:=:r:ftasilkan kadar stigmasterol yang lebih tinggi dibanding pukan ayam dan pukan sapi.

Jf;;::znli dan Pitono, 2009).

Penggunaan pupuk anorganik dilaporkan bisa meningkatkan basil dan mutu

.__.,...· ...... ·:o.>"ia purwoceng. Pemupukan NPK (15:15:15) dosis 5 g/tanaman dapat

� ;:hasilkan biomassa lebih tinggi di banding dengan kontrol dan pemupukan 2,5

=man (Widiyastuti et al., 2006). Pemberian pupuk secara lengkap: 40 ton/Ha pukan +

4

Page 16: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Urea + 200 kg/Ha SP36 + 300 kg/Ha KCI dapat meningkatkan produksi dan

s::rplisia purwoceng dibanding tanaman yang tidak dipupuk. Produksi simplisia

=::'.�� 40% dan kadar stigmasterol di akar meningkat 10 kali dan tanaman yang tidak

�-... �ya tidak mengandung sitosterol, serta tajuk tidak ��ngandung bergapten

et al., 2005). Asupan pupuk P anorganik dapat dilakukan bila kandungan

(P) tanah yang rendah (Rahardjo et al, 2005).

Ketinggian tempat tanaman dan intensitas cahaya berpengaru.h terhadap

-:i:::=.buhan dan kandungan kimia tanaman purwoceng, penanaman di 1. 700 m dpl

�11<an pertumbuhan tanaman yang lebih baik clan kandungan stigmastero lebih

= dibanding penanaman di ketinggian tempat 1.250 m dpl. Intensitas cahaya matahari menghasilkan kandungan stigmasterol yang lebih tinggi dibanding pencahayaan

dan 55% (Siswanto et al., 2010). Selain itu, jenis mulsa dapat mempengaru.hi

,__,.......buhan tanaman purwoceng, mulsa jerami padi menghasilkan biomassa yang lebih

_ · dibanding mulsa plastik hitam perak maupun penanaman tanpa mulsa (Widiyastuti

2006).

5

Page 17: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

II. TUJUAN

, - .

'=i!IIIDl penelitian:

�-:.sasi Pimpinella pruatjan Molk. sebagai bahan baku obat afrodisiaka.

thusus:

_ • tengetahui karakter genetik P. pruatjan Molk. menggunakan marka genetik

SR RAPD dan RFLP

• f engetahui pengaruh sis tern budidaya terhadap produktivitas tanaman purwoceng.

Y..xiEfa.at

Mendapatkan data karakter genetik tanaman P. pruatjan Molk. berdasarkan marka

_ RAPD dan RFLP dan teknik budidaya yang baik kaitannya dengan produktivitas

:=;;:nan sehingga dapat memberi dukungan perlindungan terhadap tanaman asli

..::::znesia. Selain itu dengan mendapatkan kejelasan informasi karakter genetik dan

::6Iksi tanaman ini, diharapkan dapat memberikan kepastian bahan baku simplisia yang

�dar (data pendukung autentikasi tanaman obat), sehingga P. pruatjan Molk.

'!eCagai bahan baku obat afrodisiaka dapat digunakan dalam program saintifikasi jamu.

6

Page 18: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

ID. METODOLOGI

mi.pat dan Waktu

Penelitian dilakukan di kebun percobaan B2P2TOOT Tawangmangu, pada

b:bnggian 1.800 m dpl (Tlogodlingo) dan 1.200 m dpl (Kalisoro). Waktu

pdaks:maan Maret s/d Desember 2011.

!Qtban dan Alat

_ r<arakterisasi Genetik

Bahan: Tanaman purwoceng koleksi B2P2TO-OT, DNeasy Plant Mini Kit

Qiagen), phyto pure (GE Healthcare), Dream Tag Green PCR Mater Mix (2x)

�ennentas), Primer ISSR, Primer ANS, Primer ITS (ITSl dan ITS4), Enzim

Restriksi. Alat: Centrifuge (MPW-65R), Thermal cycler (Bio-Rad), Electroforesis apparatus

�ioRad), Micro inubator (Provocell)

:. Kajian Budidaya

Bah.an: Bibit purwoceng dari B2P2TO-OT dan tanaman intercropping (bibit

strawberry), pupuk organik dan anorganik. Bahan kimia untuk analisis kandungan

senyawa tanaman (kumarin dan stigmasterol): Alkoholj Kloroformj Plat TLC.

Alat yang dipergunakan: alat pengolahan tanah, alat ukur pertumbuhan dan

biomassa tanaman, Chlorophyll content meter CCM-200, Timbangan analitik,

Sonycator, TLC densitometer (Camag), TLC Reader (Camag), untuk analisis

kandungan kimia.

Desain Penelitian

• _ K.arakter genetik tanaman purwoceng menggunakan metode ekplorasi.

a Sampel: berbagai aksesi tanaman purwoceng dengan perbedaan morfologi yang

mencolok.

b. Isolasi genomik DNA sesuai dengan prosedur kerja kit (Qiagen miniprep, phyto

pure GE Healthcare).

7

Page 19: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

c_ Analisis ISSR dengan pnmer ISSR, hasil diektroforesis gel agarose dan

divisualisasi dengan Gel-doc (BioRad). Data diskoring dengan indeks

similaritas Dice, selanjutnya dikelompokkan (clustering), konstruksi dendogram - . .

chlmat dengan UPGMA (software NTSYS 2.02).

d. Analisis RAPD

Sebanyak 4 jenis primer dari Operon Technology Ltd. (OPH 13, OPE 6, OPA

18, dan OPE 5), dengan urutan basa nitrogen yang berbeda dan mengandung

G+C f 60% diaplikasikan pada reaksi PCR, sedangkan sebagai cetakan DNA

(DNA template) adalah aksesi terpilih purwoceng basil koleksi B2P2TO-OT.

Berdasarkan hasil optimasi PCR di atas, PCR dilakukan pada total volume 25

µL pada setiap tabung PCR 200 µL. Masing-masing tabung PCR berisi 0,2 nM

dNTPs; 1,5 µL bufer reaksi; 2 mM MgCh; 25 ng DNA sampel; 5 pmole primer

tunggal; dan 1 unit Taq DNA polymerase (Fennentas).

e. Analisis RFLP, menggunakan DNA genom clan enzim restriksi EcoRl; Bamm;

Notl; Bgffi, hasil diektroforesis gel agarose dan divisualisasi dengan Gel-doc

(BioRad). Data diskoring dengan indeks similaritas Dice, selanjutnya

dikelompokkan (clustering), konstruksi dendogram dibuat dengan metode

UPGMA (software NTSYS 2.02)

_ K.ajian budidaya dilakukan melalui percobaan lapang menggunakan Rancangan

Acak Lengkap. V ariabel bebas adalah teknik budidaya:

A. Kontrol: Tanpa naungan, tanpa intercropping, dan tanpa mulsa

B. Tanaman dengan naungan

C. Tanaman dengan twnpang sari (intercropping)

D. Tanaman dengan mulsa

E. Tanaman dengan naungan dan intercropping

F. Tanaman dengan naungan dan mulsa

G. Tanaman dengan mulsa dan intercropping

H. Tanaman dengan naungan, intercropping dan mulsa

8

Page 20: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Desain Lapang

Percobaan terdiri dari 8 perlakuan, masing-masing diulang 3 kali, tiap ulangan

:erdiri dari 20 tanaman. Tanaman ditanaman dengan jarak 30 .X 40 cm. Penanaman &.oi"'"t

tmaman pada lahan disusun seperti pada gambar di bawah ini:

v.-...-.....1 tergantung adalah:

120cm

200cm

• • • • • . ---· ·······---- . • r• • e·: • e; • • i•

' :e • e: • � . ··········-·' . • : • . . .

0 Tanaman purwoceng

e Tanaman intercroping

Gambar 1. Denah lapangan.

l?enumbuhan tanaman: diameter tajuk, kadar klorofil, berat segar tanaman (bagian

a::as dan bagian bawah tanaman)

_ Produksi tanaman: biomassa (berat kering bagian atas dan bagian bawah tanaman),

sari larut etanol, kadar sari larut air, kandungan kumarin dan kandungan

61J18Sterol.

9

Page 21: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Analisis data

mnk mengetahui perbedaan perlakuan digunakan Anova dengan tingkat ketelitian I%

5% dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). , . .

Pdaksanaan Penelitian

E=ah dibersihkan dari gulma bersamaan dengan pengolaban tanab yaitu mencangkul

percobaan sedalam 15-25 cm, didiamkan selama 1 minggu. Laban dibuat

b:dengan sesuai dengan rancangan percobaan. Laban percobaan diberi pupuk kandang

ton/Ha dicampur rata dengan cara pencangkulan dan didiarnkan 1 minggu.

eliharaan

liharaan meliputi: pengairan, pemupukan dilakukan 2 kali pada awal penanaman

_ 6:>sis dari 400 kg/ha Urea + 200 kg/Ha SP36 + 300 kg/Ha KCI dan Y2 dosis lagi

e:.=:nlcan pada saat tanaman berumur 3 bulan, pengandalian hama dan penyakit,

�gan.

�_.:;Jrn11.Anenan

dilakukan pada waktu 50% tanaman berbunga yaitu berumur 6-9 bulan setelab

(BST).

gmatan, pengukuran basil dan analisis

.-r:meter yang diukur meliputi:

Kandungan klorofil daun

Kandungan klorofil daun diukur dengan Chlorophyll content meter CCM-200

!)iameter tajuk

Berat basab dan biomassa tanaman

Bcrat basab diukur dengan cara mencabut tanaman, dibersihkan dari pengotor dan

:mimbang, penimbangan per rumpun. Biomassa diukur dengan mengeringkan

:ranarnan utuh pada suhu 40°C selama 36 jam (hingga berat konstan).

Kadar sari larut dalam air (FHI, 2008)

Scrbuk purwoceng ditimbang 5 g (x) lalu dimasukkan ke dalam gelas piala,

Cta.mbahkan I 00 ml air jenuh kloroform dan dikocok selama 5 jam. Campuran

didiamkan 18 jam dan disaring. Ampas ditambah air jenuh kloroform hingga

C:i!apat filtrat sebanyak 100 ml. Filtrat diambil 20 ml dimasukkan dalam cawan

pmguap yang sebelumnya telab ditimbang selanjutnya diuapkan hingga filtrat

10

Page 22: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

tental (hampir kering). Cawan penguap dioyen 105°C selama 20 menit selanjutnya

cawan ditimbang (b ).

Kadar sari larut dalam etanol

Serbuk purwoceng ditimbang 5 g lalu dimasukkan k�. dalam gelas "'pfala, ditambahkan 100 ml etanol 96%, dan dikocok selama 5 jam. Campuran lalu

didiamkan 18 jam dan disaring. Ampas ditambah etanol hingga didapat filtrat

sebanyak 100 ml. Filtrat diambil 20 ml dimasukkan dalam cawan penguap yang

sebelumnya telah ditimbang (a) selanjutnya diuapkan hingga filtrat kental (hampir

ering). Cawan penguap dioven 105°C selama 20 menit, slanjutnya cawan

ditimbang (b ).

Xadar sari ektrak larut air dan larut etanol dihitung berdasarkan rumus sebagai

aerikut:

( b-a) Kadar sari (%) = x5x 100%

x

_ Kandungan senyawa kimia:

). Kumarin

Senyawa kumarin dianalisis secara kualitatif clan kuantitatif dengan TLC

Densitometry. Sampel (serbuk akar dan daun purwoceng) ditimbang 100 mg,

dimasukkan dalam micro tube ditambah etanol (p.a). Sampel disonikasi

selama 15 menit pada suhu ruang. Sampel dishaker ± 10 detik, selanjutnya

disentrifuge 10.000 rpm selama 5 menit. Supematan 5 µI ditotolkan pada plat

TLC menggunakan Linomart. Jarak antar tololan 6,5 mm, lebar totolan 2 mm.

KL T menggunakan fase diam Silica gel F254 dan fase gerak campuran toluen

: etil asetat : asetat asetat (15 : 4: 1). Jarak pengembangan 85 mm.

Penampakan bercak 6 nm, yaitu dengan disemprot reagen anisaldehid. Plate

dipanaskan 110°C selama 10 menit, bercak dideteksi pada panjang gel om bang

320 nm dengan TLC visualiser Camag.

- Stigmasterol

Senyawa stigmasterol dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan TLC

Densitometry. Sampel (serbuk akar dan daun purwoceng) ditimbang 100 mg,

11

Page 23: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

dimasukkan dalam micro tube clitambah etanol (p.a). Sampel disonikasi

selama 1 5 menit pada suhu ruang. Sampel clishaker ± I 0 detik, selanjutnya

d.isentrifuge 10.000 rpm selama 5 menit. Supematan 5 µI clitotolkan pada plat - - .

TLC menggunakan Linomart. Jarak antar tololan 6,5 mm, lebar totolan 2"1nm. KL T menggunakan fase diam Silica gel F254 clan fase gerak campuran

kloroform:metanol (50: 1). Jarak pengembangan 85 mm. Penampakan bercak

6 run, yaitu dengan disemprot reagen anisaldehid. Plate dipanaskan 1 1 0°C

selama 10 menit, bercak dideteksi pada panjang gelombang 650 nm dengan

TLC visualiser Camag.

12

Page 24: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

erisasi Genetik

o:rf ologi Tanaman Purwoceng

Berdasarkan basil pengamatan didapat 6 vareasi morfologi secara minor (Lampiran

.. Dari enam vareasi morfologi tersebut hanya dua yang menunjukkan perbedaan

pmg menonjol, yaitu: tanaman purwoceng dengan bunga ungu dan tangkai bunga

;:endek sampai sedang (10-20 cm) dan purwoceng dengan bunga hijau putih dengan

� bunga panjang (Tabel 1.)

zbel 1. Karakterisasi morfologi purwoceng berbunga ungu dan purwoceng berbunga putih

Berbunga Ungu - Bunga berwama

ungu - Tangkai bunga

sedang (10-20) - Daun Hijau tua

dan agak tebal dan kaku

Berbunga putih - Bunga berwarna

putih - Tangkai bunga

panjang (20-43 cm)

- Daun berwarna hijau hingga hijau muda

- Daun tidak kaku

13

Page 25: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

K.arakterisasi Moleknlar

K.mikterisasi molekular terutama karak:terisasi genotip sangat mendukung

li:!sifikasi berdasarkan kenampakan morfologi dan dapat memberikan kejelasan

assesi dari spesies tumbuhan. Analisis genetik rumy� dilakukan pada dua

purwoceng tersebut. Langkah pertama untuk karakterisasi genetik tanaman

�ng yaitu dilakukan ekstraksi DNA (Gambar 2.)

Gca:b:lr.r l. Agarose gel elektroforesis DNA basil isolasi dari tanaman purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.); M: Marker DNA 1 kb (Fermentas), DNA purwoceng berbunga ungu (1), DNA purwoceng berbunga putih (2).

mengetahui karakter genetik terhadap kedua jenis purwoceng terse but maka

.:.'.'..::�mn analisis barbasis PCR menggunakan marka Inter Simple Sequence

1.SSR), Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), dan analisis - •

Fragment Length Polymorfism (RFLP) sekuen DNA tertentu.

Simple Sequence RepeaJ (ISSR)

�;m ISSR banyak digunakan karena jumlahnya melimpah dalam genom, ��-� reprodusibel, polimorfismenya tinggi, informative dan penggunaannya

'Zietkiewicz et al., 1994; Bomet et al., 2002). Marica ISSR dapat

-..bn untuk membedakan genus hingga membedakan spesies karena �:'Cl?:3all tempat tumbuh (Bonet et al., 2004 ).

14

Page 26: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

bar 3. Pola pita ISSR pada dua aksesi purwoceng: berbunga ungu (1) dan berbunga putih (2), dengan primer UBC 834 (A), ISSR 2 (B), AG-G (C), UBC 859 (D), ISSR 5 (E), dan UBC 812 (F); Ml: Marker lkb (Fermentas), Ml: Marker 100 bp (Fermentas), dan M3: Marker 100 bp (lnvitrogen); K: kontrol negatif(air)

Primer ISSR UBC 859 menghasilkan fragmen-fragmen berukuran 279-1.738

_ dengan fragmen spesifik berukuran 508 bp dan 983 bp pad.a purwoceng

Oe:rbunga un� sedangkan pada purwoceng berbunga putih terbentuk fragmen

s.;:esifik berukuran 340 bp (Gambar 3. Panah wama putih). Sementara itu primer

:ssR. S menghasilkan fragmen spesifik beruk:uran 953 dan 1.137 bp hanya pada

pr.::IWOcellg berbunga ungu.

2. Primer yang digunakao dao jumlab pita DNA basil amplifikasi dengan primer

ISSR pada 2 aksesi purwoceog

Kode Primer Urutan Basa Jumlah Fragmen DNA

FragI11en DNA Polimorfik �'"BC 834 (AG)8YT 17 1 ( 5,8%) :ill 12 (GTG)3GC 20 0 ( 0,0%) AG-G (AG)8G 18 2 (11,1 %) :""BC 859 (TG)8RC 15 3 (20,0%) :ssR El (AC)8T 18 2 (1 1.1%) :.."BC 812 (GA)8A 23 1 ( 4,3%) ·�ah 1 1 1 9 ( 8,1%)

�::b HB 12 dan AG-G menghasilkan fragmen monomorfik. Berdasarkan

ISSR polimorfisme purwoceng berbunga ungu dan berbunga putih

----tc?<:'....,c:uk rendah yaitu hanya 8, 1 %.

15

Page 27: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

2. RAPD

RAPD telah banyak digunakan untuk mendeteksi variabilitas genetik berbagai tanaman. Keuntungan penggunaan metode ini adalah cepat, sederhana dan

kurang membutuhkan informasi genetik awal dari suatu. tanaman (Ariefel' al.,

2010). Hasil amplifikasi DNA dari dua aksesi purwoceng dengan PCR

menggunakan 4 jenis primer RAPD menghasilkan produk PCR dalam bentuk

fragment DNA setelah dilakukan elektroforesis agar (Gambar 4). Sekuens dari keempat primer ini dan jumlah marka RAPD yang dihasilkan tertera pada Tabel

3.

Gtmhar 4. Pola pita-pita RAPD pada dua aksesi purwoceng: berbunga uogu (1) dan berbunga putih (2), deogan primer OPH 13 (A), OPE 6 (B), OPA 18 (C), dao OPE S (D), Ml: Marker 100 bp (Fermentas), Ml: Marker 1 kb (Fermentas), dan M3: Marker 100 bp (lnvitrogen); K: kontrol negatif

Setiap jenis primer menghasilkan pita DNA yang berbeda. Walaupun belum ada

tdonnasi mengenai polimorfisme pada purwoceng, namun primer OPH 13,

:?E 6, OP A 18, dan OPE 5 dapat menunjukkan adanya polimorfisme pada

b:rloa aksesi purwoceng yang dibudidayakan di B2P2TO-OT. Primer RAPD

?E 5 menunjukkan polimorfisme yang lebih tinggi dibanding primer RAPD - yang dicobakan, walaupun fragmen yang dihasilkan lebih sedikit dari pada

¢=,er OPH 13.

16

Page 28: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Marka RAPD menunjukkan polimorfisme purwoceng berbunga ungu dan

berbunga putih lebih tinggi dari pada marka ISSR.

Ttbel 3. Primer yang digunakan dan jumlah pita DNA basil amplifikasi pada 2 aksesi purwoceng

Kode Primer Urutan Basa Jumlah Fragmen DNA

Fragmen DNA Polimorfik

OPH 13 GACGCCACAC 21 5 (23,8%)

OPE 6 AAGACCCCTC 8 2 (25,00/o)

OPA 18 AGGTGACCGT 18 5 (27,7%) OPE S TCAGGGAGGT 12 5 (41,6%)

Jumlah 59 17 (28,8%)

Analisis RFLP sekuen DNA tertentu

Analisis sekuen DNA yang dijadikan obyek penelitian adalah Internal

Transcribed Sopacers (ITS) dan sekuen gen pengkode protein Anthocyanidin

$)1111hase (gen ANS).

L GenANS

Unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan warna merah, ungu atau biru

pada tumbuhan adalah antosianin (Jaakola et al. , 2010). Anthocyanidin

synthase merupakan salah satu dari enam enzim yang telah diketahui

memiliki peranan dalam biosintesis antosianin yaitu merubah leocoanthocyanidin menjadi anthocyanidin (Kim et al., 2003). Untuk

mengetahui perbedaan kedua jenis purwoceng dilakukan pengujian gen

pengkode anthocyanidin synthase (ANS). Gen ANS diamplifikasi dengan

metode PCR menggunakan primer ANS-SI dan ANS-Al yang dirancang

berdasarkan conserved domain gen ANS pada beberapa spesies tumbuhan

(Kim et al., 2003).

Gen ANS berhasil diamplifikasi dengan PCR, namun menghasilkan banyak

fiagment walaupun telah dioptimasi dengan berbagai metode ( suhu

annealing, jumlah template). Hal ini kemungkinan primer yang digunakan

tmang spesifik untuk mengamplifikasi gen ANS pada purwoceng. Analisis

lebih lanjut gen ANS dengan metode RLFP belum dapat dilakuk:an dan akan

dianalisis berdasarkan sekuen conserved lainnya.

1 7

Page 29: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

tilf;tiit:(T;J Tanaman Purwoceng

JI::::::;;= purwoceng termasuk salah satu spesies tanarnan obat yang yang hampir

Ji Indonesia tanaman hanya dijurnpai di pu1au Jawa, clan tumbuh liar pada .

c.engan ketinggian l .80(}-3.300 m dpl (Samanhudi dkk, 201 1 ; Sangat" aan

�::=m.· 2002). Budidaya merupakan cara yang terbaik untuk. melestarikan serta

_.__ ........... _..� hasil yang kontinyu (Sangat dan Larashati, 2002). Teknik budidaya

berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Penelitian ini mengkaji

mulsa, naungan dan tanaman intercropping terhadap produktivitas

...::.::::::=� purwoceng.

ungan Klorofil dan Diameter Tajuk

�gan klorofil dapat digunakan untuk. menilai kapasitas potensial fotosintesis

_�nder, 1992), serta dapat memberi gambaran toleransi tanaman terhadap intensitas

.�ya (Griffin et al., 2004). Penanaman purwoceng pada ketinggian 1 .200 m dpl

;::::enghasilkan daun dengan kandungan klorofil yang lebih tinggi dari pada

;enanaman di 1 .800 m dpl (Tabel 4.).

zbel 4. Pengaruh teknik budidaya terbadap kandungan klorofil daun dan diameter tajuk tanaman purwoceng yang ditanam pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl

�o Perlakuan Kandungan klorofil (CCI) Diameter Tajuk (cm)

-1 .200 m dpl 1 .800 m dpl 1 .200 m dpl 1 .800 m dpl

l . A: Kontrol 17,071 16,385 15,940 19,184 2. B: T + N 23,332 1 5,789 3 1,319 23,334 3. C: T + I 16,895 1 8,567 18,729 16,362 4. D: T + M 22,244 19,850 32,497 22,239 5. E: T + N + I 18,165 14,091 26,266 18,358 6. F: T + N + M 19,782 17,446 41,276 30,829 7. G: T + M + I 21,8 1 6 19, 1 1 4 49,627 27,021 8. H: T + N + I + M 13,763 14,582 34,442 24,425

Rata-rata 19,136 16,978 31,262 22�719

T: Tanaman Purwoceng; N: Naungan; I: Tanaman intercropping (strawbery); M: Mulsa plastik hitam perak; Kontrol: Tanaman purwoceng tan.pa N, I dan M

Penanaman menggunakan mulsa dapat meningkatkan kandungan klorofil tanaman

purwoceng, hal ini kemungkinan disebabkan karena pantulan cahaya matahari dari

mulsa hitam perak mengenai permukaan bawah daun yang dapat merangsang

pembentukan klorofil untuk meningkatkan efisiensi penangkapan sinar matahari.

Bila penggunaan mulsa dikombinasikan dengan naungan dan tanaman intercropping

18

Page 30: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

J:andungan klorofil cenderung menurun. Kurangnya cahaya matahari karena

.i:2Il1lgan dan tanaman intercropping dapat menyebabkan tanaman etiolasi yang

�akibatkan produksi klorofil menurun. - . . �jlr .... � ..

:mmeter tajuk daun yang diukur dari pangkal batang hingga ujung daun digunakan

�bagai parameter pertumbuhan tanaman karena panjang tajuk daun dapat

�ngaruhi pertumbuhan tanaman kaitannya dengan penerimaan cahaya

c:rtahari untuk proses fotosintesis. Semakin besar diameter tajuk semakin banyak

�ya matahari yang dapat ditangkap sehingga proses fotosintesis meningkat, yang

:::?da akhirnya meningkatkan produksi (biomassa) tanaman. Namun demikian

::csamya diameter tajuk akan berpengaruh terhadap jarak tanam yang digunakan.

-�n purwoceng dengan diameter tajuk yang sedang namun dengan

_wc::a:mbuhan rumpun yang kompak dan meninggi akan menghasilkan biomassa

-= lebih besar dari pada tanaman dengan diameter tajuk yang besar namun

� mendatar di permukaan tanah. Diameter tajuk terbesar diperoleh dari

;:e:Muan pemberian mulsa dan tanaman intercropping (pada 1.200 m dpl) dan .

;;ec:::r:cian mulsa dan naungan (pada 1.800 m dpl).

Segar dan Berat Kering Tanaman

_ segar tanaman yang sering disebut sebagai berat segar brangkasan

� tingkat kandungan air dan unsur hara yang serap oleh tanaman untuk

'�'C""I::: met:abolisme. Sedangkan berat kering atau biomassa tanaman mencerminkan

"" rosintesis tanaman, karena 90% berat kering tanaman merupakan hasil

:....cn::s::�;is· (Fitter dan Hay, 1981). Tanaman purwoceng lebih cocok di tanam pada

:yang lebih tinggi, yang ditunjukkan produksi biomassa pada kontrol (tanpa

;:::::--=::::::an mulsa dan paranet lebih) lebih tinggi pada penanaman 1 .800 m dpl dari

m dpl (Tabet 5.).

:r:::;::�-n teknik budidaya dapat meningkatkan produksi purwoceng. Penanaman

� mulsa (perlakuan D, F, G dan H) memiliki rata-rata produksi

� yang lebih tinggi bila dibandingkan tidak menggunakan mulsa (perlakuan

C, dan E). Penggunaan mulsa memiliki berbagai manfaat, antara lain: e:fisiensi

---...n air irigasi, mengurangi gulma, mengurangi serangan hama penyakit,

___ - �aan sinar matahari. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei­

__.._.,__--"-'L,,,. selama bulan Mei hingga November tidak terjadi hujan sehingga 19

Page 31: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

penggunaan mulsa cenderung meningkatkan efisiensi pengguaan air oleh tanaman.

?enggunaan mulsa membuat kelembaban tanah lebih stabil sehingga tanaman dapat

=mbuh lebih baik. - . .

Tabet S. Pengaruh teknik budidaya terbadap berat segar dan berat kering tanaman purwoceng pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl

No Perlakuan Berat segar/tanaman (g) Berat kering/tanaman (g)

1.200 m dpl 1.800 m dpl 1.200 m dpl 1.800 m dpl

1 . A: Kontrol 7.217 12.643 1 .500 2.588 2. B: T + N 32.978 17.418 6.647 4.023 3. C: T + I 13.410 13.280 2.509 2.529 4. D: T + M 4 1.043 28.422 7.633 5.871 S. E: T + N + I 19.478 12.455 3.794 2.5 1 2 6. F: T + N + M 44.690 39.000 8.567 7.773 7. G: T + M + I 56.490 26.350 10.404 5 . 265 8. H: T + N + I + M 48.233 25.967 7.828 5.100

Rata-rata 32.942 21.942 6.110 4.458

T: Tanaman Purwoceng; N : Naungan; I: Tanarnan intercroping (strawbery); M: Mulsa plastik hitam perak; Kontrol: Tanaman purwoceng tanpa N, I dan M

Produksi biomassa paling tinggi diperoleh dari penanaman menggunakan mulsa clan

tanaman intercropping pada 1 .200 m dpl, sedangkan pada 1.800 m dpl diperoleh

rlari penaman menggunakan mulsa clan naungan.

�- Kandar Sari Larut Air dan Larut Etanol

Teknik budidaya berpengaruh tidak nyata terhadap kadar sari larut air dan larut etanol, namun ketinggian tempat budidaya mempengaruhi kadar sari tanaman

terutama kandar sari larut air dari akar tanaman purwoceng (Tabel 6.).

Tabet 6. Pengaruh ketinggian lokasi tumbub terbadap kadar sari larut air dan larut etanol tanaman purwoceng

No Tempat Kadar sari larut air (%) Kadar sari larut etanol (%)

budidaya Akar Daun Akar Daun

1 . 1 .200 m dpl 12.28 1 6.29 10.20 12.78

2. 1.800 m dpl 9.98 15.66 1 1 .56 1 4.03

Rata-rata 11.13 15.97 10.88 13.41

Bagian akar menghasilkan kadar sari yang lebih rendah dari pada bagian daun.

Sedangkan seluruh bagian tanamam menghasilkan kadar sari larut air yang lebih

20

Page 32: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

tinggi dari pada kadar sari larut etanol Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak

herba purwoceng lebih banyak terlarut dalam air dibanding dalam etanol.

, - . 4. Kandungan Kumarin ""v

Salah satu senyawa yang banyak: dijumpai pada tumbuhan adalah kumarin, sehingga

senyawa ini banyak ditemukan pada produk-produk alarni (Choure and Pitre, 201 0).

Kumarin atau benzopyran-2-one dan senyawa turunannya memiliki aktifitas

biologis dan farmakologis seperti vasorelaksan, agen antivirus hepatitis-C, aktivitas

antiproliferative, inhibitor xanthine oxidase, antimikrobia, antifungi, antivirus dan

ak:tivitas antidiabetik; yang paling poten adalah aktivitas antibak:teri dan

antiinflamasi (Reddy et al., 2010). Mengingat banyaknya fungsi kumarin tersebut,

untuk itu dilakukan perhitungan kandungan kumarin dari tanaman purwoceng.

Deteksi senyawa kumarin menggunakan KL T menunjukkan sampel tanaman

purwoceng baik di bagian tanaman di atas tanah ( daun ) maupun akar menunjukkan

hasil positif (Lampiran 2.). Kandungan kumarin pada daun (bagian tanaman di atas

tanah) lebih tinggi dibanding di akar (Tabel 6). Menurut Murray et al. ( 1982)

tempat utama sintesis kumarin adalah di jaringan muda tanaman, daun yang sedang

tumbuh, sedangkan batang dan akar tanaman memiliki peran yang lebih kecil.

Namun demikian, pembentukan k.umarin tergantung juga dari jenis tumbuhan dan

keragaman senyawa tersebut, misalnya furanokumarin pada Pastinica sativa

dibentuk dan terakumasi di buah, sedangkan osthenol (senyawa sederhana dari

kumarin) pada Angelica archangelica kemungkinan diproduksi di akar (Ojala,

2001).

Penanaman purwoceng pada lokasi 1 .200 m dpl cenderung memiliki kandungan

kumarin lebih tinggi (Tabel 7.). Hal ini kemungkinan tanaman disebabkan karena

purwoceng mengalarni kondisi cekaman lingkungan yang lebih besar, misalnya

intensitas matahari, suhu siang hari, dan serangan hama penyakit yang lebih tinggi

bila dibandingkan penanaman pada ketinggian 1.800 m dpl. Pada penelitian ini

serangan hama dan penyakit tanaman lebih intensif bila ditanam di dataran yang

lebih rendah. Pada tanaman sendiri, kumarin berfungsi sebagai fitoaleksin karena

menurut Ojala (2001) tanaman mensintesis kumarin sebagai bahan pertahanan

ketika tanaman terluka atau diserang organisme lain.

21

Page 33: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Tabel 7. Pengaruh teknik budidaya terhadap kandungan kumain tanaman purwoceng pada ketinggiao 1.200 dan 1.800 m dpl

Kumarin (% bib)

�o Perlakuan 1.200 m dpl �:800 m dpl

Daun Akar Daun Akar �

I. A: Kontrol 0.0487 0.0 1 1 1 0.0317 0.0145 2. B: T + N 0.0538 0.0359 0.0608 0.0319 3. C: T + I 0.0461 0.0105 0.0360 0.0086 4. D: T + M 0.0447 0.0212 0.0375 0.0136 5. E: T + N + I 0.0721 0.0153 0.0696 0.0109 6. F: T + N + M 0.0915 0.0459 0.0787 0.0277 7. G: T + M + I 0.0686 0.0359 0.0701 0.0136 8. H: T + N + I + M 0.0370 0.0280 0.0738 0.0405

Rata-rata 0.0578 0.0255 0.0573 0.0202 T: Tanaman Purwoceng; N: Naungan; I: Tanaman intercroping (strawbery); M: Mulsa plastik hitam perak; Kontrol:Tanaman purwoceng tanpa N, I clan M

Penanaman menggunaan mulsa clan naungan menghasilkan kandungan kumarin

(daun dan akar) yang lebih tinggi baik purwoceng yang ditanam di 1 .200 m. dpl

maupun 1 .800 m dpl. Kondisi lingkungan tumbuh dapat mempengaruhi produksi

kumarin (Ojala, 2001), penggunaan mulsa, naungan dan tanaman intercropping

dapat menciptakan iklim mikro yang berbeda di sekitar tanaman sehingga

kandungan kumarin berbeda pada perlakuan yang berbeda.

5. Kandungan Stigmasterol

Khasiat purwoceng sebagai aprodisiak disebabkan kandungan stigmasterol dari

tanaman. Menurut Taufiqurrachman dan Wibowo (2005), stigmasterol

dimetabolisme tubuh menjadi testoteron yang dapat meningkatkan aktifitas sexual.

Selain itu stigmasterol juga bermanfaat unmk mengurangi pembentukan kolesterol

dalam tubuh (Yang et al., 2005). Deteksi stigmasterol tanaman purwoceng

menunjukkan basil positif baik pada akar maupun bagian atas tanaman, yang

ditujukkan dengan harga Retension factor (Rf) yang sama antara sampel dan

standard stigmasterol, yaitu 0,69 (Gambar 5.).

22

Page 34: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

I BAKU STEROL 11.__ _______ s_AM_P_EL_Pu_R_w_oa_N_G ______ _,

Gambar 5. Pengembangan spot dari tanaman purwoceng dan standard stigmasterol pada plat TLC dengan fase gerak kloroform : metanol (SO : 1)

Kandungan stigmasterol daun purwoceng Iebih tinggi dari pada ak:ar pada

penanaman di ketinggian 1 .200 m dpl, namun sebaliknya pad.a penanaman di 1 .800

m dpl akar lebih tinggi (Tabel 8.). Tingginya kadar stigmasterol di daun yang

hampir sama dengan kadar di akar ini sangat menguntungkan, yaitu apabila

purwoceng digunak:an sebagai bahan baku jamu atau obat aprodisiak: dapat

digunakan herba atau seluruh bagian tanaman.

Tabel 8. Pengaruh teknik budidaya terhadap kandungan stigmasterol tanaman purwoceng pada ketinggian 1.200 dan 1.800 m dpl

Stigmasterol (% b/b)

No Perlakuan 1.200 m dpl 1.800 m dpl

Daun Akar Daun Akar

1 . A: Kontrol 0.1349 0.1437 0.0986 0.1262 2. B: T + N 0.1264 0.0940 0.0941 0.1123 3. C: T + l 0.1370 0.1443 0.1225 0.1163 4. D: T + M 0.1440 0.1413 0.0759 0.1374 5. E: T + N + I 0.1 192 0.1 199 0.0632 0.1088 6. F: T + N + M 0.1 191 0.1187 0.0828 0.1315 7. G: T + M + I 0.1225 0.1049 0.0660 0. 1 1 8 1 8. H: T + N + l + M 0.1 1 88 0.0949 0.0799 0.1249

Rata-rata 0.1278 0.1202 0.0854 0.1219

T: Tanaman Purwoceng; N: Naungan; I: Tanaman intercroping (strawbery); M: Mulsa plastik hitam perak; Kontrol: Tanaman purwoceng tanpa N, I dan M

23

Page 35: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan perbedaan morfologi tanaman purwoceng did�pat enam jenis:�Cfua

diantaranya menunjukk:an perbedaan yang mencolok, yaitu purwoceng

berbunga ungu dan berbunga putih.

2. Purwoceng berbunga putih clan berbunga putih memiliki memiliki perbedaan

secara genetik berdasarkan marka ISSR dan RAPD.

3. Purwoceng lebih cocok ditanam di lahan 1.800 m dpl dari pada 1.200 m dpl,

namun pemberian mulsa clan naungan pada 1.200 m dpl dapat meningkatkan

produksi biomassa, kandungan kumarin dan stigmasterol yang lebih baik dari

pada penanaman di 1.800 m dpl.

B. Saran

Dari penelitian ini dapat disaranklan:

1 . Perlu dilakukan pendataan seleksi assesi tanaman purwoceng, sehingga didapat

informasi masing-masing assesi dengan jelas.

2. Perlu dilakukan penelitian produktivitas masing-masing assesi tanaman

purwoceng, sehingga dapat ditentukan tanaman standar dan standarisasi

budidaya tanaman purwoceng.

3. Perlu dilakukan inventarisasi keragaman morfologi, genetik dan kandungan

kirnia purwoceng berdasarkan sebaran geografis.

24

Page 36: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

UCAP AN TERIMA KASm

Penulis mengucapkan syukur tiada terhingga kepada Allah SWf, atas ijinNya jua - . .

penelitian dan laporan ini dapat terselesaikan.. Penulis mengucapkan terima kasili

kepada:

1 . Indah Yuning Prapti, S.K.M., M.Kes. selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT),

2. Seluruh anggota tim penelitian ini,

3. Semua rekan B2P2TO-OT yang terlibat langsung maupun tidak dalam

penelitian ini.

Semua orang yang terlibat dalam pembuatan laporan penelitian ini, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

25

Page 37: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

VI. DAFTAR PUSTAKA

A.., M.A. Bakir, H.A. Khan, A.H. Al Farhan, A.A. Al Homaidan, A.H. Bahkali, M. Sadoon and M. Shobrak. 2010. Application of RAPD for moleoolar

�terization of plant species of medicinal value from an arid environment. 3enetics and Molecular Research 9 (4): 2191-9198.

- Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia . • Jilid III (Terjemahan dari K. Heyne 1950). Jakarta. 1550 hlm.

--"----' ........ B., C. Muller, F. Paulus, and M. Branchard. 2002. High informative nature of lnter Simple Sequence Repeat (ISSR) sequences amplified with tri- and tetra­=ucleotide primers from cauliflower (Brassica oleracea var. botrytis L.) DNA. Genome 45:

.890-896.

�� B., E. Antoine, M. Bardouil, and C. Marcaillou-Le Baut. 2004. ISSR as new markers for genetic characterization and evaluation of relationships among phytoplankton. Journal of Applied Phycology, 16(4): 285-290.

----� I.H. 1935. A Dictionary of Economic Product of the Malay Peninsula. Vol. 2. London.

�boka, A.M. 1980. Pengaruh ekstrak akar Pimpinella a/pina Koord. terhadap sistem reproduksi -tikus. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hlm.

peboka, A.M. dan I. Lubis. 1985. Pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia akar Pimpinella alpina (purwoceng). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Obat I, Bogor.

ure, R. and K.S. Pitre. 2010. Structural Modification of Coumarin for its increased Anticoagulation Potency. Canadian Journal on Chemical Engineering & Technology, 1(2): 7-15.

:J:mvati, I dan I. Roostika, 2006. Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah. 12(1): 9-15.

:;azali, M. dan J. Pitono, 2009. Pengaruh Jenis dan Taraf Pupuk Organik Terhadap Produksi dan Mutu purwoceng. Jurnal Littri 15(1): 40-45

7::ter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Y ogyakarta.

� J.J., T.G. Ranny, and D.M. Pharr. 2004. Photosynthesis, Chlorophyll Fluorescence, and Carbohydrate Content of Illicium Taxa Grown under Varied Irradiance. J.Amer.Soc.Hort.Sci 129(1):46-53.

�i dan 0. Rostiana. 2004. Analisis kimia akar purwoceng (Pimpine//a pruatjan). Prosiding Fasilitasi Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka. Ditjen Hortikultura, Deptan. hlm. 212-225.

:!emani dan Yuliani S. 1991. Obat-obat aprosidiak yang bersumber dari bahan alam. Prosiding Seminar Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dan Hutan Tropis Indonesia. Fakultas Kehutanan, lnstitut Pertanian Bogor, Bogor. hlm. 130-134.

26

Page 38: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

.::rlayat, S clan R.A. Risnakajian. 2007. Ekologi Tumbuhan Obat Langka di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Biodiversitas 8(3): 169-173.

ola, L., Mervin Poole, M.O. Jones, T. Ka··ma .. ra·"inen-Karppinen, J.J. Koskima'lci, A.

Hohtola, H. Ha .. ggman, P.D. Fraser, K. Manning, G.J. King, H.-Thomson, and Q,..�.

Seymour, 2010. A SQUAMOSA MADS Box Gene Involved in the Regulation of Anthocyanin Accumulation in Bilberry Fruits. Plant Physiol. 153: 1619-1629 .

.bllarto, A.Z. 2004. Perbedaan pengaruh pemberian ekstrak Eurycoma longifolia clan Pimpinella alpina pad.a spermatogenesis tik:us Spragul Dawley. Tes is. Pascasarjana Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro, Semarang. 63 him.

Kim, S-H., J-R. Lee, S-T. Hong, Y-K. Yoo, G. An, S.-R. Kim, 2003 . Molecular cloning and analysis of anthocyanin biosynthesis genes preferentially expressed in apple skin. Plant Science, 165: 403-413.

!Cosin, A.M. 1992. Efek androgenik dan anabolik ekstrak akar Pimpinella alpina Molk. (purwoceng) terhadap anak ayam jantan. Skripsi. FMIPA, Universitas Pakuan Bogor. 61 hlm.

Iurray, R.D.H., J. Mendez, and S.A. Brown. 1982. The Natural Coumarins - Occurrence, Chemistry and Biochemistry, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, UK.

_ ·oske, R. 2010. Indonesia's Worsening Biodiversity Crisis and Possible Solution. Proceeding, International Converence on Biological Science, Fae. of Biology UGM. Jogjakarta, Indonesia.

!:>jala, T. 2001. Biological Screening of Plant Coumarins. Academic Dissertation. Faculty of Science of the University of Helsinki. University of Helsinki, Finland.

Rahardjo, M, S. Wahyuni, 0. Trisilawati clan E. Djauhariya. 2006. Ciri Agronomis, Mutu dan Lingkungan Tumbub Tanaman Obat Langka Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Balitbang Pertanian Puslitbang Perkebunan Balitro Bekerjasama dengan POKJANASTOI Dir Tan sayuran dan Biofarmaka. Bogor. hlm. 62-71 .

Rahardjo, M. 2003. Purwoceng tanaman obat aprodisiak yang langka Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 9(2): 4-7.

Rabardjo, M. Roshita SDM, dan I. Darwati. 2005. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produ.ksi dan Mutu Simplisia Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.). Makalah disampaikan pad.a seminar Nasional POKJANASTOI ke XXVIII, tanggal 15-16 September di Bogor, 14 hlm.

Reddy, C.P.K., V.M. Goud, N. Sreenivasulu, R Prasad. 2010. Design, Synthesis and Chemical Characterization of Some Novel Coumarin compounds and Evaluation of their Biological Activity. An International Quarterly Published Online Research Journal 1(2):1-19.

Rostiana, 0., M. Raharjo, dan M. Rizal. 2006. Pengembangan Teknologi Budidaya Purwoceng dan Mimba Mendukung Penyiapan Bahan Obat Alami secara Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat

27

Page 39: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Indonesia XXVlll. Balitbang Pertanian Puslitbang Perkebunan Balitro Bekerjasama dengan POKJANASTOI Dir Tan Sayuran dan Biofarmaka Bogor.

Samanhudi, A. Yunus, A.T. Sakya, M. Rahayu. 201 1 . Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Jenis CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina Molkenb.). Simposium Nasional Baha;;' · Obat Alami XV dan Kongres Obat Tradisonal Indonesia IV. Bag. Farmakologi clan Terapi Fak. Kedokteran UNS dan PERHIPBA. hal.: 59-69.

Sangat, H.M. dan I. Larashati, 2002. Some Ethnophy tomedical Aspects and Conservation Strategy of Several Medicinal Plants in Java, Indonesia. Biodiversitas, 3(2): 231-235.

Sidik, Sasongko, E. Kurnia, dan Ursula. 1975. Usaha Isolasi Turunan Kumarin dari Ak:ar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) asal Dataran Tinggi Dieng. Simposium Penelitian Tanaman Obat I, Bogor.

Siswanto, U, T. Widayat, R. Mujahid, Rahma, Y. Widiyastuti, Sujarto, and Elok. 2010. Ex-situ Growth, Yield, and Stigmasterol of Pimpinella alpina in Altitude and Light Intensity.

Sugiastuti, S. dan H. Rahmawati. 2006. Isolasi dan identifikasi senyawa organik fraksi semipolar herba purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVJJL Bogor. hlm.255-261 .

. Suzery, M., B. Cahyono, Ngadiwiyana, dan H. Nurhanawati. 2004. Senyawa stigmasterol

dari Pimpinella alpina Molk. (Purwoceng). Suplemen. 39(1): 39-41.

Taufiqqurrachman. 1999. Pengaruh ekstrak Pimpinella alpina Molk. (purwoceng) dan akar Eurycoma longifolia Jack. (pasak bumi) terhadap peningkatan kadar testosteron, LH, dan FSH serta perbedaan peningkatannya pada tikus jantan Sprague Dawley. Tesis. Pascasarjana Ilmu Biomedik, Universitas Diponegoro, Semarang. 1 1 9 him.

Taufiqurrachman and S. Wibowo. 2005. Purwoceng (Pimpinella alpina KDS) extract experimental study in nale rats Sprague Dawley. National Seminar of Medicinal Plant XXVII, /SMECRl-POKJANAS TOI Bogor, September 15-16th 2005.

Taufiqurrachman and S. Wibowo. 2006. Effect of Purwoceng (Pimpinella alpina) Extract in Stimulating Testosterone, Leuteinizing Hormon (LH) and Follicle Stimulating Hormone (FSH). In Sprague Dawley Male Rats. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIll. Balitbang Pertanian Puslitbang Perkebunan Balitro Bekerjasama dengan POKJANASTOI Dir Tan sayuran dan Biofarmaka. Bogor. him. 45-54.

Wahyuni, S., S. Koerniat� dan Nasrun. 1997. Konservasi tanaman obat langka purwoceng. Warta Perhipba 5: 8-1 1.

Widiyastuti, Y., Y. Kusumodew� dan S. Wahyono. 2006. Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Purwoceng (Pimpinella alpina KOS.). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIJI. Balitbang Pertanian Puslitbang Perkebunan Balitro Bekerjasama dengan POKJANASTOI Dir Tan sayuran dan Biofarmaka. Bogor. him. 72-74.

28

Page 40: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

,'idowati, D. dan Faridah. 2006. Isolasi dan identifikasi senyawa kimia dalam fraksi non­polar dari tanaman purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVlll. Bogor.hlm.255-261.

• .. :ang, C., L. Yu, W. L� F. Xu, J.C. Cohen, and H.H. Hobbs. 20.04.. Disruption of ... ,.� cholesterol homeostatis by plant sterols. The Jounal of Clinical Investigation, 114(6): 813-822.

""oder, BJ., 1992. Photosynthesis of Conifers: Influential Factors and Potentials for Remote Sensing. Thesis. Oregon State University.

Yuhono, J.T. 2004. Usahatani purwoceng (Pimpinella pruatjan Molkenb., potensi, peluang, dan masalah pengembangannya. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 15(1): 25-32.

Zietk.iewicz, E., A. Rafalski, D. Labuda, 1994. Genome fingerprinting by simple sequence repeat (SSR)-anchored polymerase chain reaction amplification. Genomics 20: 176-183.

Zuhud, E.A.M dan Haryanto. 1991. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Indonesia. Dalam Zuhud, E.A.M dan Haryanto, Editor. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia. Jur. Konservasi Sumber Daya Hutan, Fak. Kehutanan IPB dan IWF, Bogor, hlm . 13-26.

29

Page 41: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian dengan judul "Karakterisasi Genetik Dan Kajian Teknik Budidaya Tanaman ... .... . ....,.., .. Purwoceng (Pimpinella Alpina Molk.)", dinyatakan telah selesai dan telah dibahas Panitia ·

Pembina 11.miah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional, Badan Litbang Kesehatan.

Menyetujui Ketua PPI

Ir. Yuli WidiyastutL M.P NIP .197607 171993032002

30

Tawangmangu, Januari 2012

Ketua Pelaksana

Harto Widodo. M.Biotech. NIP. 197109022005011002

Page 42: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

� . .

LAMP IRAN

3 1

Page 43: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Lampiran 1. Karakter morfologi purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) TIPE I

32

Ciri morfologi:

- Thu tangkai daun� .... berwarnaungu

lbu tangkai

bunga berwarna

ungu

Helaian anak daun berwarna

hijau tua

Helaian daun

kaku

Page 44: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

TIPE II

33

... f' � '.:!?,' ' Ciri morfologi:

:r.. Helaian daun

-bagian atas

berwarna hijau,

helaian daun bagian bawah terutama daun

muda berwama ungu kemerahan

Tepi daun

bergerigi rapat

Page 45: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

TIPE III

34

Ciri morfologi:

Bunga berwarna

p�tj_Q

lbu tangkai daun

berwarna ungu

Jarak antar daun

le bar

Tepi daun bergiri

Page 46: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

TIPE IV

35

Ciri morfologi:

Daun dan ibu tanglqll daun -- - . berwarna hijau muda

Tangkai bunga panjang

Jarak antar daun le bar

Page 47: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

TIPE V

36

Ciri morfologi:

Bunga berwarna

ungu- ·

Pertumbuhan tajuk

meninggi,

sehingga terbentuk

rumpun yang

kompak

Page 48: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

TIPE VI

37

Ciri morfologi:

hija� . . •

Jarak antar daun

sedang ( dekat

namun tidak

saling

menumpuk)

Page 49: repository.litbang.kemkes.go.idrepository.litbang.kemkes.go.id/611/2/156 LIT - STANDARISASI TANAMAN... · Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sesuai dengan

Lampiran 2. Deteksi senyawa kumario pada taoaman purwoceng dengan standard kumarin pada

plat KLT

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

. I BAKU KUMARIN 11 ... ________ s_A_IM_PE_L_Pu_R_w_o_ce_N_G ______ ___.

Keterangan: Fisualisasi menggunakan sinar UV pada panjang gelombang 254 Spot senyawa kumarii; dari sampel nampak pada Rf 0, 76

38