Upload
iim-cie-thembemb
View
275
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN PRE OPERASI HEMOROID DI RUANG DAHLIA
RS BHAKTI WIRA TAM TAMA
SEMARANG
Disusun oleh :
HERI SURYONO
( 08.034)
II
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO
SEMARANG
2010
HEMOROID
A. PengertianHemoroid adalah pembengkakan yang tidak wajar/ distensi vena di daerah
rectal yang tidak signifikan (Keigley MRB. 2001).
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. ( Smeltzer, Suzane. C dan
Brenda G. Bare. 2002)
Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroidal interior atau superior (kamus
saku kedoteran Dorland, 1998 ).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal.(
brunner & suddarth. 2001 )
Hemoroid dalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan
keluhan keluhan dan gejala – gejala. ( Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G.
Bare. (2002).
Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah atau vena ( pleksus
hemoroidalis ) sering terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15 %.( Smeltzer,
Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002).
Hemoroid adalah pemekaran pembuluh darah balik poros usus karena
bendungan darah eksternal ( ramli, ahmad or med : 2003 )
B. Etiologi
Faktor predisposisi penyebab hemoroid adalah :
1. Mengejan pada waktu defekasi
2. Konstipasi menahun
3. Kelemahan dinding struktural dari dinding pembuluh darah
4. Herediter : Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding
pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
5. Peningkatan tekanan intra abdomen
6. Berdiri dan duduk terlalu lama, Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri
atau duduk terlalu lama dimana gaya grafitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid.seperti pada dokter yang mana tedapat :
7. Kehamilan : disebabkan oleh karena perubahan hormone. Pada seseorang
wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid
yitu :
A. Adanya tomur intra abdomen
B. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh
perubahan hormonal
C. Menedan ,sewaktu partus
8. Hubungan seks tidak lazim (perianal)
9. Usia lanjut.
10. Tomur intra abdomen :pada didaerah velvis, yang menekan vena
sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur
ovarium, tumorrektal dan lain lain.
11. Faktor mekanisme : Kelinan sirkulasi personal dan peningkatan tekanan
intra abdominal, terutama di daerah pelvis yang menekan vena sehingga
menyebabkan aliran darah terganggu.
( brunner and suddarth : 2001 )
C. Patofisiologi
Kongestivena menjalar dan menyebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung – kantung vena yang menonjol kedalam saluran anus,
rektum dan vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal
yang akan menjadi hemoroid, yang akan menjadikan golongan yang menyerang
bagian anus internal dan eksternal yang mengakibatkan pembengkakan sekitar
anus dan terdapat lipatan kulit anus yang menimbulkan nyeri / gatal, pendarahan
dan cemas yang bisa mengakibatkan pola eliminasi bab ( konstipasi ) kuman akan
masuk hingga tahap I - IV yang membawa intake serat ade kuat yang akan
merusak pembuluh darah sekitar anus yang mengakibatkan terjadinya
hemoroidektomi
( Suzzane : 2001 )
D. Manifestasi Klinis
Hemoroid sering menyebabkan tanda dan gejala yaitu :
Rasa gatal dan nyeri disebabkan karena benjolan yang terdapat pada
interna/eksterna yang akan menjadikan Pembengkakan sekitar anus dan
Terdapat lipatan kulit anus maka akan menjadikan rasa nyeri.
Pada hemoroid eksternal ( akut ), sering timbul nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah
dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada
area tersebut.
Adanya trauma karena feses yang keras yang mana seringnya memakan
makanan yang tiggi serat yang akan mengkibatkan feses semakin
mengeras akibat lambung tidak bisa memproses makanan yang berserat
yang akan menjadikan pengeluaran feses menjadi keras.
Adanya darah keluar dengan warna merah segar karena pecahnya bagian
vena yang berdilatasi di dalam kanal anal ( sekitar anus )
Adanya prolaps ( benjolan yang keluar dari anus ) yang berasal dari
tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Timbulnya nyeri ( hemoroid eksterna ) Terdapat lipatan kulit anus dan
Pembengkakan sekitar anus.
Iritasi : kronis sekitar anus karena anus selalu basah.
( Samsu hidayat : 2005 )
E. PathwaysKonstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
fibroma uteri, pembesaran prostat, tumor rectum.
Kongesti vena
(gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis)
Hemoroid keluar dari usus
Rasa sakit saat defekasi
Cemas/ takut
Pre operasi Dilatasi pembelahan darah hemorodialis inferior
Mengalami prolaps menetap
Hemoroid dalam usus
DRJ III DRJ IVDRJ I
Nyeri/ gatal Nyeri
Terdapat lipatan kulit anus
Kronik
Pembengkakan sekitar anus
Akut
Internal
HEMOROID
Eksternal
DRJ II
Takut untuk bab
Feses mengeras
Medis- Non farmakologi- Farmakologi- invasif
F. Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna dan interna :
1. Hemoroid Interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu :
1. Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk
mengalami trombosis atau infark.
Untuk melihat risiko perdarahan, hemoroid dapat dideteksi olek adanya stigmata
perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas
hemoroid.
2. Hemoroid Exsterna
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid
interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Nyeri
Saraf perifer terputusGangguan eliminasi BABkonstipasi
Perdarahan
Gangguan volume keseimbangan cairan
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
G. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesa / riwayat penyakit
Laboratorium : Eritrosit, Lekosit, LED ( Laju Endap Darah )Kadar
HB, Leokosit, Trombosit, Pendarahan, Penjedalan, Hematokrit, urine
& feses
Kimia Darah : Gula darah sewaktu, Ureum, Creatinin, SGOT,
SGIT.
Serologi : HBS Ag
Therapy : @. Per-oral @. Parenteral
Rotgen ( colok inloop / kolonoskop )
Pemeriksaan dengan teropong yaitu anuskopi, proktoskopi, rektoskopi.
H. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk
dan menempel pada tempat tidur.
1. Inspeksi
Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
Bagaimana warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman .
Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
2. Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan
melakukan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus.
Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat
hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang menolak
operasi.
Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara
memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang
terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan
perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu,
lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam
air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini,
eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja
yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau
menghilangkan keluhan dan gejala.Obat-obat farmakologis hemoroid
dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
1. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement)
dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang
yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.:
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji
plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat
ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
2. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4
hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
Minimal Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu
invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau
terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-
farmakologis tidak berhasil.
( Keigley MRB. 2001 )
2. Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua
derajat hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis.
Prosedur ligasi pita karet
Hemoroidektomi kriosirurgi
Laser Nd: YAG
Hemoroidektomi
3. Penatalaksanaan Tindakan non-operatif
Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tekhnik
terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang
mendasarinya
Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil
dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.
( Gurley, D: hemorrhoid )
J. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex: berjalan)
3. Makan makanan rendah berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubungan seks yang tidak wajar
7. MiNum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10. Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12. Minum obat sesuai anjuran dokter
13. Personal Hygiene yang baik terutama didaerah anal
14. Menghindari mengejan selama defekasi
15. Bedrest/tirah baring untuk mengurangi pembesaran hemoroid
K. Diagnosa keperawatan
I. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan:
Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?
Adakah nyeri abdomen pada saat defekasi ?
Apakah terdapat perdarahan dari rektum? Berapa banyak, seberapa sering?
Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan laksatif?
Berapa lama nyeri tersebut berlangsung ?
2. Riwayat diet:
Bagaimana pola makan klien dalam kesehariannya?
Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?
3. Riwayat pekerjaan:
Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama?
4. Aktivitas dan latihan:
Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas / Sering mengangkat barang-barang berat ?
5. Pengkajian obyektif:
Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
6. Pola fungsional gordon
1. Pola persepsi kesehatan dari manajemen kesehatan,
2. Pola nutrisi dan metabolisme
3. Pola eliminasi
4. Riwayat keperawatan/kesehatan
5. Pola aktifitas dan latihan dan skala
6. Pola istirahat tidur
7. Pola persepsi sensori dan kognitif
8. Pola peran dan hubungan
9. Pola seksual / reproduksi
10. Pola persepsi dan konsep diri
11. Pola toleransi dan koping stres
12. Pola nilai dan keyakinan
L. DP DAN FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri b/d iritasi, tekanan sensifitas pada area rektal/anal sekunder,
pembengkakan dan lipatan kulit anus akibat penyakit hemoroid.
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Berikan posisi yang nyaman ( perubahan posisi ), bantu aktifitas perawatan diri
2. Ajarkan tekhnik relaksasi3. Berikan radam duduk
4. Berikan diet rendah sisa
5. Anjurkan pasien agar jangan banyak berdiri / duduk
1. Dapat menurunkan drajat nyeri.
2. Dapat menurunkan /mempercepat
kesembuhan klien
3. Menurunkan ketidak nyamanan lokal,
menurunkan edema dan meningkatkan
penyembuhan
4. Mengurangi rangsangan anus dan
melemahkan feses
5. Gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid dan duduk dapat
6. Observasi keluhan nyeri pasien
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program medis
8. Berikan penjelasan tentang timbulya rasa nyeri dan jelaskan dengan singkat
meningkatkan tekanan intra abdomen
6. Membantu mengevaluasi derajat ketidak
nyamanan dan ketidakefektifan tindakan
atau menyatakan terjadinya komplikasi
7. Dapat mengurangi nyeri dan menurunkan
ketegangan otot.
8. Pendidikan tentang hal tersebut
membantu dalam keikut sertaan pasien
untuk mencegah / mengurangi rasa nyeri.
2. Cemas / takut b.d lingkungan baru, jauh dari orang yang disayangi, kurang
pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
4. Ajarkan tekhnik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
5. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
1. Agar pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Mengetahui derajat kecemasan mejelang tindakan operasi
3. Mengetahui keadaan reaksi fisik yang b/d tingkat kecemasan
4. Relaksai dapat meringankan penyakit yang diderita klien
5. Dapat menurunkan kecemasan yang di alami pasien
3. Gangguan Eliminasi BAB konstipasi b/d faktor fungsional ( penolakan,
kebiasaan, mengguguakan keinginan, untuk defekasi )
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Berikan diit dengan kadar tinggi serat
2. Berikan asupan cairan sedikit-dikitnya 2
liter ( 8-10 gelas ) perhari
3. Berikan 1 gelas air hangat sebelum
1. Makanan tinggi serat dapat
memperlancar bab
2. Asupan cairan dapat meningkatkan
konsistensi feses menjadi lebih lunak
3. Berguna sebagai stimilus untuk
makan
4. Monitor konsistensi feses
5. Kolaborasi obat atau terapi sesuai
dengan pesanan dokter
evakuasi feses
4. Mengetahui kondisi pasien dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi
5. Dapat membantu pencegahan
terhadap respon obat tersebut secara
periodic.
4. Gangguan Keseimbangan Volume cairan b/d perdarahan pada saat bab.
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Berikan asupan cairan sedikit-dikitnya 2
liter ( 8-10 gelas ) per hari dan 1 gelas
air hangat.
2. Diet rendah sisa atau serat selama terjadinya perdarahan
3. Berikan penjelasan tentang pentingnya diet kesembuhan penyakitnya
4. Observasi tanda-tanda anemis
5. Kolaborasi obat atau terapi sesuai dengan pesanan dokter
1. Asupan cairan dapat meningkatkan
konsistensi feses menjadi lebih lunak
2. Dapat mengurangi perangsangan pada
daerah anus sehingga tidak terjadi
perdarahan
3. Pendidikan tentang diet, membantu
keikutsertaan pasien dalam meningkatkan
keadaan penyakitnya
4. Tanda – tanda anemis diduga adanya
kekurangan zat besi (Hb turun)
5. Dapat membantu pencegahan terhadap
perdarahan yang memerlukan penilayan
terhadap respon obat tersebut secara
periodic.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, mansoer, akk. 2000. Kapita selekta kedokteran, Jakarta : media
aescuipus
2. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta.
3. Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC
4. Keigley MRB. 2001. Hemorrhoidal Disease in Surgery of the Anus,
Rectum and Colon, 2nd edition. WB Saunders: London.Gurley, D:
hemorrhoid at: www.emedicine.com.
5. Leff, E: Hemorrhoidectomy – Laser vs non-laser: out patient surgical
experience at: www.medscape.com
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I edisi IV.
7. Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran
Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth 2001. Jakarta EGC
8. Sutrisno, himawan, 2002, Buku proses perjalanan penyakit. Jakarta Fkul
9. Samsuhidayat, jong, 2005, ilmu bedah edisi 2. Jakarta : EGC