Upload
andrias-wulansari
View
256
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
1/35
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
2/35
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.
Sesak
Kuman
Infeksi primer
Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi
ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen, hematogen
Infeksi post primer Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian
Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas
Jika dibatukkan sembuh dgn.
membentuk kavitas. Jar. Fibrotik
.
Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih & menyembuh
Membentuk sarang
tuberkuloma
4. Gambaran Klinik Tb Paru
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
2
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
3/35
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
1.1 Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
1.2 Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
1.3 Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
1.4 Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
2.1 Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.2.2 Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
5. Gejala klinis Haemoptoe
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring ,dengan cara
membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
3
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
4/35
Batuk darah
1. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
2. Darah berbuih bercampur udara
3. Darah segar berwarna merah muda
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia kadang-kadang terjadi
6. Benzidin test negatif
Muntah darah
1. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
2. Darah bercampur sisa makanan
3. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
4. Darah bersifat asam
5. Anemia seriang terjadi
6. Benzidin test positif
Epistaksis
1. Darah menetes dari hidung2. Batuk pelan kadang keluar
3. Darah berwarna merah segar
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia jarang terjadi
6. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai
berikut:
1. TB Paru BTA Positifdengan kriteria:
- Dengan atau tanpa gejala klinik- BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong
biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
- Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
4
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
5/35
2. TB Paru BTA Negatifdengan kriteria:
- Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
- BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
- Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
7. Terapi
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHOadalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam
Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Obat Anti TB
Esensial Aksi Potensi
Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)
Per Hari Per Minggu3 x 2 xIsoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
5
10
25
15
15
10
10
35
15
30
15
10
50
15
45
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang
5
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
6/35
terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
PANDUAN OBAT TUBERKULOSIS PARU
Untuk program nasional penmberantasan TB Paru, WHO menganjurkan panduan
obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan urutan kebutuhan
pengobatan dalam program. Untuk itu penderita dibagi dalam 4 kategori sebagai
berikut :
1. Kategori I : Kasus baru dengan dahak positif dan
penderita dengan keadaan yang berat seperti Meningitis ,
TB Milier, Perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau
bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis,
penderita dengan dahak negatif tetapi kelinan parunya luas,
TB usus, TB saluran kemih dsb.
2. Kategori II : Kasus kambuh atau gagal dengan dahak
tetap positif.
3. Kategori III : Kasus dengan dahak negatif tetapi kelainan
parunya tidak luas dan kasus TB diluar paru selain yang
disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV : Tuberkulosis Kronik.
PANDUAN OBAT KATEGORI I
Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan tiap hari selama 2 bulan bila
selama 2 bulan dahak menjadi negatif maka dimulai fase lanjutan. Bila setelah 2
bulan dahak masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 2 4 minggu
lagi (dalam program P2TB Depkes diberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat
6
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
7/35
sisipan), kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat apakah dahak
sudah negatif atau belum. Fase lanjutanya adalah 4 HR atau 4 H3R3. Pada
penderita meningitis, TB Milier, Spondiolitis dengan kelainan neurologis, fase
lanjutan diberikan lebih lama yaitu 6 7 bulan hingga total pengobatan 8 9
bulan. Sebagai panduan alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.
PANDUAN OBAT KATEGORI II
Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Biula setelah fase intensif dahak
menjadi negatif maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah 3 bulan dahak
masih tetap positif maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE(juga dikenal sebagai obat sisipan) bila setelah 4 byulan dahak nmasih tetap
posistif maka pengobatan di hentikan 2 3 hari, lalu periksa biakan dan uji
resistensi kemudian pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan. Bila penderita
mempunyai data resisten sebelumnya dan ternyata kuman masih sensitive
terhadap semua obat dan setelah fase intensif dahak menjadi negatif maka fase
lanjutan dapat diubah seperti kategori I dengan pengawasan ketat. Bila data
menunjukan resistensi terhadap H atau R maka fase lanjutan harus diawasi
dengan ketat. Tetapi jika data menunjukan resistensi terhadap H dan R maka
kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil. Fase lanjutan adalah 5 H3R3E3 bila
dapat dilakukan pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan
pengawasabn.
PANDUAN OBAT KATEGORI III
2 HRZ / 6 HE
2 HRZ / 4 HR
2 HRZ / 4 H3R3
PANDUAN OBAT KATEGORI IV
Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilabn pengobatan kecil
sekali. Untuk negara kurang mampu dan dari segi kesehatan masyarakat dapat
diberikan H saja seumur hidup. Sedang untuk negara maju atau pengobatan
secara individu (penderita mampu) dapat dicoba pemberian obat berdasarkan
sesuai uji resisten atau obat lapis kedua seperti quinolobn, ethioamide, sikloserin,
amikasin, kanamisin dsb.
7
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
8/35
8. Komplikasi Hemoptoe padaTuberkulosis Paru
Batuk darah adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan yang berasaldari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal}
batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang menyebabkan
beban mental bagi penderita dan keluarga penderita, sehingga menyebabakan takut
untuk berobat ke dokter .
Penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga
menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah.
Sebetulnya sudah ada penyakit dasar tetapi keluhan penyakit tidak mendorong
berobat ke dokter.
Batuk darah pada dasarnya akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluh
darah,berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan penyakit dasar.
TB batuk sedikit-sedikit masif darah melulu, bergumpal.
Bronkiektasis campur purulen
Apses paru campur purulen
Pneumonia warna merah bata encer berbuih
Bronkitis sedikit-sedikit campur darah atau lendir.
Penatalaksanaan Hemoptoe
Tujuan Umum :
1. membebaskan jalan nafas
2. mencegah aspirasi
3. menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar.
Konservative
~Hemoptoe sedikit(
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
9/35
sehat}
- infuse, penghisapan darah , pengambilan bekuan
- waktu dulu setelah penderita agak tenang
kolaps terapi: pnumoperitonium, pneumothoraks artifisial, operasi N.
phrenicus
Tindakan-tindakan lebih agresif
-rigid bronkoskopi,jalan nafas terbuka dan penghisapan darah lebih mudah
-FOB untuk suction darah dan mencari lokasi perdarahan + dengan endotrakeal tube
untuk keluar.
Masuk FOB lebih mudah
-pasang endotrakeal tamponade {balon kateter tamponade}- reseksi paru
-embolisasi a. bronkialis
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
9. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan umum dan kelemahan
- Dispnea saat kerja maupun istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil
dan atau berkeringat
- Mimpi buruk Tanda:
- Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
- Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
2. Sirkulasi
Gejala:
- Palpitasi
Tanda:
- Takikardia, disritmia
- Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
- Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
- Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam
9
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
10/35
mediatinum)
- TD: hipertensi/hipotensi
- Distensi vena jugularis
3. Integritas ego:
Gejala:
- Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah
keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Tanda:
- Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
- Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
- Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
4. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Kehilangan napsu makan
- Penurunan berat badan
Tanda:
- Turgor kulit buruk, kering, bersisik
- Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
5. Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:
- Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
- Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin menyebar ke
bahu, leher atau abdomen.
Tanda:
- Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6. Pernapasan:
Gejala:
- Batuk (produktif atau tidak produktif)
- Napas pendek
- Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,
leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
- Pengembangan dada tidak simetris
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi
10
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
11/35
hiperresonan di atas area yang telibat.
- Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
- Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
- Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
(crackels posttussive)
- Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak darah
- Deviasi trakeal
7. Keamanan:
Gejala:
- Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi sekunder.
Tanda:- Demam ringan atau demam akut.
8. Interaksi Sosial:
Gejala:
- Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
- Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat keluarga TB
- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
- Tidak berpartisipasi dalam terapi.
10. Tes Diagnostik Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil
Sputum:
-Kultur
-Ziehl-Neelsen
Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer)
Mycobacterium tuberculosis positif pada
tahap aktif, penting untuk menetapkan
diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan
terhadap obat.
BTA positif
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk
11
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
12/35
Foto thorax
Histologi atau kultur jaringan
(termasuk bilasan lambung, urine,
cairan serebrospinal, biopsi kulit)
Biopsi jarum pada jaringan paru
Darah:
-LED
-Limfosit
-Elektrolit
-Analisa Gas Darah
Tes faal paru
menunjukkan keaktivan penyakit.
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada
area paru, simpanan kalsium lesi sembuh
primer, efusi cairan, akumulasi udara, area
cavitas, area fibrosa dan penyimpangan
struktur mediastinal.
Hasil positif dapat menunjukkan serangan
ekstrapulmonal
Positif untuk gralunoma TB, adanya giant
cell menunjukkan nekrosis.
Indikator stabilitas biologik penderita, respon
terhadap pengobatan dan predeksi tingkat
penyembuhan. Sering meningkat pada proses
aktif.
Menggambarakan status imunitas penderita
(normal atau supresi)
Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi
cairan pada TB paru kronis luas.
Hasil bervariasi tergantung lokasi dan
beratnya kerusakan paru
Penurunana kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara residu
dan kapasitas paru total, penurunan saturasioksigen sebagai akibat dari infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyaki pleural
12
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
13/35
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas,
penurunan kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen.
2. Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara, nyeri
dada, proses inflamasi.)
3. Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
4. (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.5. Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang
pengetahuan tentang pengamanan drainase.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status
metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.
7. Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan
penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN
4.1 Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas, penurunan
kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji fase patologis penyakit (aktif/tidak aktif) dan potensi penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa.
- Membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program
pengobatan untuk mencegah reaktivasi dan komplikasi.
2. Jelaskan penyebab penyakit, proses dan upaya pencegahan penularan yang dapat
dilakukan klien (Anjurkan klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan sekret pada
tisu sekali pakai dan menghindari meludah).
- Pemahaman klien tentang bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran
kemungkinan transmisi dapat membantu klien dan orang terdekat mengambil
langkah untuk mencegah penularan kepada orang lain.
3. Identifikasi orang lain yang berisiko (anggota keluarga, teman karib)
- Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
13
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
14/35
4. Identifikasi faktor risiko individu terhadap reaktivasi tuberkulosis (alkoholisme,
merokok, malnutrisi, minum obat imunosupresant/kortikosteroid, adanya penyulit
DM)
- Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup
dan menghindari hal-hal yang dapat menghambat penyembuhan penyakit.
5. Awasi peningkatan suhu tubuh klien
- Reaksi demam merupakan indikator adanya infeksi lanjut.
6. Tekankan pentingnya melanjutkan terapi obat sesuai jangka waktu yang
diprogramkan.
- Fase aktif berakhir 2-3 hari setelah periode kemoterapi awal tetapi pada
caverne atau lesi yang luas risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai3 bulan.
7. Tekankan pentingnya mengikuti pemeriksaan ulangan (kultur, BTA, foto thoraks)
sesuai jadual yang ditetapkan.
- Pemeriksaan diagnostik tersebut merupakan satu-satunya alat evaluasi
keberhasilan terapi, bukan berdasarkan kemajuan klinis penyakit.
4.2 Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara dalam
rongga pleura, nyeri dada, proses inflamasi)
Intervensi dan Rasional:
1. Identifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi,
komplikasi ventilasi mekanik)
- Pemahaman penyebab kolaps paru penting untuk pemasangan WSD yang
tepat dan memilih tindakan terapeutik lainnya.
2. Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis dan
perubahan tanda vital
- Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat
stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat
hipoksia.
3. Auskultasi bunyi napas.
- Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu
lobus, segmen paru atau seluruh area paru (unilateral).
4. Kaji pengembangan dada dan posisi trakea.
- Ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea ke arah sisi yang
sehat pada tension pneumothorax.
5. Kaji fremitus.
- Suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan dan udara
14
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
15/35
seperti pada pneumothorax.
6. Kaji area nyeri bila klien batuk atau napas dalam.
- Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif
dan mengurangi trauma.
7. Pertahankan posisi nyaman (biasanya dengan meninggikan kepala tempat tidur).
Balik ke sisi yang sakit dan dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
- Meningkatkan inspirasi minimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang sehat.
8. Bila dipasang WSD:
8.1 Periksa pengontrol penghisap, jumlah hisapan yang benar.
- Mempertahankan tekanan negatif intrapleural yang meningkatkan ekspansiparu optimum.
8.2 Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan.
- Air dalam botol penampung berfungsi sebagai sekat yang mencegah udara
atmosfir masuk kedalam pleura.
8.3 Observasi gelembung udara dalam botol penampung
- Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan keluarnya udara dari pleura
sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seioring
dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya gelembung udara dapat
menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah optimal atau tersumbatnya selang
drainase.
9. Setelah WSD dilepas, tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril, observasi
tanda yang dapat menunjukkan berulangnya pneumothorax seperti napas pendek,
keluhan nyeri.
- Deteksi dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya
pneumothorax.
4.3 Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan,
upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot asesori)
- Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan
akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya
dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori dan peningkatan kerja
pernapasan..
15
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
16/35
2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum dan
adanya hemoptisis.
- Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang
tidak adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka
bronkial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.
3. Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu pasien latihan napas dalam dan
batuk yang efektif.
- Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
bernapas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan
gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
4. Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.- Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan napas.
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan penghisapan (suction)
- Mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan diperlukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret.
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti agen mukolitik, bronkodilator
dan kortikosteroid.
- Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan.
- Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
- Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila
reaksi inflamasi mengancam kehidupan.
4.4 (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi
thorax dan kelemahan.
- TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronkopenumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura
dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernapasan bervariasi dari gejala
ringan , dispnea berat dampai distres pernapasan.
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit,
termasuk membran mukosa dan kuku.
- Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat
16
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
17/35
menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.
3. Tunjukkan dan dorong pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk
pasien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru.
- Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps/penyempitan
jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan
mengurangi napas pendek
4. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri
sehari-hari sesuai keadaan pasien.
- Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapsan dan
dapat menurunkan beratnya gejala.
5. Kolaborasi pemeriksaan AGD- Penurunan kadar O2 (PaO2) dan atau saturasi, peningkatan PaCO2
menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.
6. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.
- Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan
ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.
4.5 Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang
pengetahuan tentang pengamanan drainase.
Intervensi dan Rasional:
1. Diskusikan dengan klien tujuan/fungsi pemasangan drainase dada.
- Informasi tentang bagaimana sistem kerja dan tujuan drainase memberi rasa
tenang kepada klien dan mengurangi ansietas.
2 Pastikan keamanan unit drainase (sambungan selang, kemungkinan terlepas,
terlipat/tersumbat, teregang)
- Memastikan selang tidak terlepas atau teregang yang dapat menimbulkan
rasa nyeri pada klien serta memastikan funsi drainase berjalan semestinya.
3. Awasi sisi lubang insersi pemasangan selang, amati kondisi kulit, ganti kasapentup steril setiap hari atau setiap kali bila kotor atau basah.- Tindakan deteksi dini komplikasi pemasangan drainase dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
4. Pastikan keamanan pemasangan drainase bila klien harus meninggalkan unitperawatan untuk tujuan pemeriksaan atau terapi (periksa batas cairan dalambotol, ada tidaknya gelembung udara, perlu tidaknya selang diklem sementara).
- Meningkatkan kontinuitas evaluasi optimal selama pemindahan.
4.6 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status
metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.
Intervensi dan Rasional:
17
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
18/35
1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan beratbadan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dandiare.- Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan
intervensi yang tepat.
2. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)- Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.
3. Pantau asupan dan haluaran, timbang berat badan secara periodik (sekaliseminggu).- Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan sertasebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.- Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat untuk
mengobatan sistem respirasi yang dapat merangsang pusat muntah.
5. Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.- Memaksimalkan asupan nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta
menurunkan iritasi saluran cerna.
6. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yangtepat.- Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehuvungan dengan status
hipermetabolik klien.7. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan
albumin.- Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi
selanjutnya.
4.7 Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan
penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan,kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, suasana yang tepat).- Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik,
emosional dan lingkugan yang kondusif.
2. Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan danalasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama.
- Meningkatkan partisipasi klien dalam program pengobtan dan mencegah
putus berobat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum jadual terapi
selesai.
3. Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala/tandareaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas,
18
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
19/35
kehilangan pendengaran, vertigo).- Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang
memerlukan evaluasi lanjut.
4. Tekankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi yang mengandung proteindan kalori yang tinggi serta asupan cairan yang cukup setiap hari.- Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut meningkatkan
kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.
19
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
20/35
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,Jakarta
Doenges at al (2000),Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi , Lab. Ilmu
Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
21/35
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANTB PARU + HEMOPTOE DIRUANG PARU LAKI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Nama Mahasiswa : Subhan, S.Kep
N I M : 010030170 B
Ruangan : Paru Laki RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal Pengkajian : 25 Nopember 2002 Jam: 10.15 WIB
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. PL No. Reg. : 10220851
Umur : 35 tahun Tgl. MRS : 22 Nopember 2002
Jenis Kelamin : Diagnosa : TB Paru Komplikasi
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Hemoptoe
Agama : Islam
Pekerjaan : Jualan Pangsit
Pendidikan : SD
Alamat : Surabaya
Penanggung : Sendiri
RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : Hipertensi (-), DM (-)Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Jamu pegal linu/masuk angin.
Kebiasaan berobat : Dokter/Puskesmas
Alergi : Tidak ada
Kebiasaan merokok/alkohol : Merokok berhenti 8 bln yl, riwayat minum
alkohol (+) pada waktu muda
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat keluhan utama : Sesak napas sejak 6 hari yl (20/11-02), semakin hebat
disertai nyeri dada menjalar ke bahu pada pagi hari
sebelum MRS (22/11-02). Batuk (+), sputum (-), batuk
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
22/35
darah (+) 250 cc.
Upaya yang telah dilakukan: --
Terapi/operasi yang pernah dilakukan:
- Minum OAT dari Puskesmas Tambak Rejo 6 bulan, berjalan sesuai program dan
kondisi kesehatan sudah pulih, berat badan bertambah. Klien tidak
mengetahui/menyangka kalau penyakitnya akan kambuh kembali.
- Dipasang WSD di IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya sejak tanggal 5 April 2002.
Riwayat Kesehatan KeluargaAnggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Riwayat sesak/batuk
(+) pada Ibu klien, meninggal pada tahun 1993.
Genogram:
Riwayat Kesehatan Lingkungan: --
Riwayat Kesehatan Lainnya: --
Alat bantu yang dipakai:
-Gigi palsu : ya tidak-Kaca mata : ya tidak-Pendengaran : ya tidak-Lainnya (sebutkan) :
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum :
- Klien dalam keadaan lemah, klein tidur dalam posisi head down /trendenlenbeg,
kesadaran komposmentis.
22
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
23/35
Tanda-tanda vital, TB dan BB:
S : 37 0C N : 92 x/mnt TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt HR : 92 x/mnt
axilla teratur lengankiri normal teratur rectal tidak teratur lengan kanan cyanosis tidak teratur oral kuat berbaring cheynestoke
lemah duduk kusmaulLainnya (sebutkan) --
TB : 155 cm BB : 46 kg.
Body Systems:
Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung terpasang kanula oksigen 2l/menit
Trachea tidak ada kelainan
Terdapat retraksi dada, batuk darah kira-kira 250 cc, napas dangkal.
Suara tambahan terdengar bunyi ronchi pada paru kanan.
Bentuk dada : simetris
Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Dada terasa neyri bila untuk membatukan dahak., palpitasi tidak ada, clubbing fingger
tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada.
Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6
Kepala dan wajah : tak da kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.Leher : tak ada kelaianan.
Reflek batuk ada, tapi tidak keras.
Persepsi sensoris :
Pendengaran : normal /dbn. Penciuman : normal /dbn. Pengecapan :
normal /dbn.
Penglihatan : normal /dbn. Perabaan : normal /dbn.
Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : 1500 ml. Tak tentu.
Warna : kuning kecoklatan, Bau : Khas. Tidak ada masalah
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
23
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
24/35
Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan kotor ada bekas cairan darah.
Abdomen : tak ada kelainan.
Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/hari,
Diet TKTP, Bubur, tiap makan dihabiskan
Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan bebas, perese tidak ada.
Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan. Tulang belakang tidak ada kelainan.
Kulit : kuning kecoklatan. Akral dingin basah. Turgor cukup.
Sistem Endokrin
Tak ada kelainan
POLA AKTIVITAS
Makan:
Frekuensi : 3 x/hari, waktu makan tidak teratur
Jenis menu :Nasi, lauk (ikan, telur, tempe, tahu, ayam, daging), sayur
(asam, bayam, wortel, kangkung)
Yang disukai : tidak spesifik
Yang tidak disukai : pantangan agama
Pantangan : pantangan agama
Alergi : tidak ada
Minum:
Frekuensi : 6-7 x/hari
Jenis minuman : air putih, teh
Yang disukai : teh
Yang tidak disukai : --
Pantangan : pantangan agama
Alergi : --
Kebersihan diri:
Mandi : 2-3 x/hari
Keramas : 2-3 x/minggu
Sikat gigi : 2-3 x/hariMemotong kuku : 1 x/minggu
Ganti pakaian : 2-3 x/hari
Masalah : tidak ada.
24
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
25/35
Istirahat dan aktivitas:
Tidur siang : lama - jam; jam - s/d jam -
Tidur malam : lama 4 jam; jam 01.30 s/d jam 05.30
Aktivitas sehari-hari : Pemasaran/penagihan usaha bahan bangunan; lamanya 7
jam; jam 10.00 s/d jam 17.00 WIB
Satpam komp. Perumahan; lamanya 21.00 jam; jam 21.00
s/d jam 01.30 WIB
PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga:aktif kurang tidak adaDukungan kelompok/teman/masyarakat:
aktif kurang tidak adaReaksi saat interaksi:
tidak kooperatif bermusuhan mudah tersingung defensif
curiga kontak mata lainnya (sebutkan) kooperatif,ramah
Konflik yang terjadi terhadap:
Peran Nilai lainnya (sebutkan) --
Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan:
Tuhan Allah Dewa . (Lainnya (sebutkan
Sumber kekuatan/harapan saat sakit:
Tuhan Allah Dewa . (Lainnya (sebutkanRitual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini
Sholat Baca kitab suci . (Lainnya (sebutkanSarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang
diharapkan saat ini:
Lewatibadah Rohaniawan . (Lainnya (sebutkanUpaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama:
Makanan Tindakan Obat-obatan -- (Lainnya (sebutkanKeyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit
saat ini:
Ya Tidak
25
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
26/35
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan:
Ya TidakPersepsi terhadap penyebab penyakit
Hukuman Cobaan/peringatan Lainnya (sebutkan) Penyakit ini disebabkanoleh kelalaian sendiri berhenti minum OAT
sebelum jangka waktu yang ditentukan.
Kebutuhan Pembelajaran:
Pengetahuan tentang penyebab penyakit:
Ya Tidak Keliru.Klien mengetahui bahwa penyakit TB Paru disebabkan olek sejenis kuman
Pengetahuan tentang proses perjalanan penyakit/proses penularan :
Ya Tidak Keliru Lainnya (sebutkan) Klien menyatakan tidak memahami dengan jelas bagaimana proses
penularan penyakit TB Paru.
Pengetahuan tentang upaya penyembuhan penyakit:
Pengobatan Pembedahan Perawatan Nutrisi(Lainnya (sebutkan
- Klien meminta penjelasan tentang pengobatan, pemeriksaan ulang dan perawatan
penyakitnya.
Pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik (jelaskan):
Laboratorium : kurang mengertiRadiologi : melihat kelainan pada paru-paruLainnya : -Gejala/tanda kekambuhan:
Ya Sebagian Keliru . (Lainnya (sebutkan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : tanggal 22 Nopember 2002
- Hb 13 g %; Lekosit 19; Thrombosit 386; PCV 0,39; GDA 105, SGOT 22, BUN 12.
X Ray : tanggakl 22 Nopember 2002
Kesan : Multi cavitas Apeks Dextra, Fibro infiltrat Dextra, Fibrocalsifikasi
26
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
27/35
TERAPI
- Transamin cap 3x1
- Codein 3x1mg
- OAT tetap fase intermitrent ( R H )
27
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
28/35
ANALISA DATA
Data Penyebab Masalah
DS:-Klien menyata- kan pernahberobat di Minum OATdari Puskesmas Tambak Rejo 6 bulan, berjalan sesuai programdan kondisi kesehatan sudah
pulih- Klien tidak menge-
tahui/menyangka ka-laupenyakitnya akan kambuhkembali.
- Klien tidak memahami dengan
jelas bagaimana prosespenularan tuberkulosis.
DO:- X Ray :
Kesan : Multi cavitas
Apeks Dextra, Fibro
infiltrat Dextra,
Fibrocalsifikasi
Minum OAT secara rutin.
DS: - Tidak ada Riwayat putus ber-
obat/berhenti minum OAT (+)- Klien bekerja sebgi penjualpangsit.- Klien meminta pen-jelasantentang peng-obatan,
pemeriksaan ulang danperawatan penyakitnya.
Infeksi primer tuberkulosis paru
Penurunan imunitas dan
Terapi OAT tidak adekuat
Infeksi kronis tuberkulosis paru
Risiko infeksi sekunder (reaktivasi) dan penyebaran
penularan penyakit
Klien dengan penyakit Tuberkulosis Paru
Kebutuhan terhadap informasi tentang proses terapi,pemeriksaan ulang dan perawatan penyakit
Tuberkulosis Paru
Kurang terpajan/Salah interpretasi/
Keterbatasan kognitif/
Informasi yang ada kurang akurat/lengkap
Kurang Pengetahuan
Risiko tinggi terha-dap
infeksi sekunder
(reaktivasi) dan pe-
nyebaran penularan
penyakit.
Kurang pengetahuan
(tentang proses tera-
pi,kemungkinan kambuhdan perawatan penyakit).
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
29/35
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) dan penyebaran penularan
penyakit b/d penurunan imunitas dan kurang pengetahuan tentang proses reaktivasidan penularan penyakit.
2. Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan
perawatan penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/ lengkapnya informasi yang ada.
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
30/35
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl& No.
Dx.Keperawatan &Kriteria Hasil
Rencana Tindakan Rasional
26/11-02
1. Risiko tinggi terhadapinfeksi sekunder (reak-tivasi) dan penyebaranpenularan penyakit b/dpenurunan imunitas dankurang pengetahuantentang proses reaktivasi
dan penularan penyakit.
Kriteria Hasil:1. Klien mampu meng-
identifikasi tindakanpencegahan risiko pe-nyebaran infeksi.
2. Klien mampu meng-identifikasi tindakanpencegahan risiko re-aktivasi infeksi tuber-
kulosis.
1. Kaji fase klinis penyakit(aktif / tidak aktif) danpemahaman kien tentang potensipenyebaran infeksi melaluidroplet udara selama batuk,bersin, meludah, bicara dantertawa.
2. Jelaskan penyebab penyakit,proses penularan dan upayapencegahan penularan yangdapat dilakukan klien (Anjurkanklien untuk batuk/bersin danmengeluarkan sekret pada tisusekali pakai dan menghindarimeludah).
3. Identifikasi orang lain yangberisiko (anggota keluarga,teman karib)
4. Identifikasi faktor risikoindividu terhadap reaktivasituberkulosis (alkoholisme,merokok, malnut-risi,minum
obat imunosupresant/kortikosteroid, adanya penyulitDM)
5. Awasi perubahan tanda-tanda vital dan peningkatangejala reaktivasi penyakit klien.
6. Tekankan pentingnyamelan-jutkan terapi obat sesuaijangka waktu yangdiprogramkan.
7. Tekankan pentingnya
Membantu klien menya-dari dan menerima per-lunya mematuhi programpengobatan untuk men-cegah reaktivasi, kompli-kasi dan penularan kepadaorang lain.
Pemahaman klien tentangbagaimana penyakit dise-barkan dan kesadarankemungkinan transmisidapat membantu klien danorang terdekat mengambillangkah untuk mencegahpenularan kepada oranglain.
Orang-orang yang terpajanini perlu pemeriksaankesehatan untuk memasti-kan tidak terjadinyapenularan tuberkulosis.
Pengetahuan tentang fak-tor ini membantu pasienuntuk mengubah pola hidupdan menghindari hal-halyang dapat menghambat
penyembuhan penyakit.Reaksi demam merupakanindikator adanya infeksilanjut.
Fase aktif berakhir 2-3 harisetelah periode kemoterapiawal tetapi pada caverneatau lesi yang luas risikopenye-baran infeksi dapatber-lanjut sampai 3 bulan.
Pemeriksaan diagnostiktersebut merupakan satu-satunya alat evaluasikeberhasilan terapi, bukan
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
31/35
2. Kurang pengetahuan(tentang proses terapi,kemungkinan kambuhdan perawatan penyakit)b/d kurang terpajan atausalah interpretasi infor-
masi, keterbatasan kog-nitif, kurang akurat/lengkapnya informasiyang ada.
Kriteria Hasil:1. Klien akan menyata-
kan pemahaman ten-tang proses penyem-buhan penyakit, kebu-tuhan pengobatan dan
pemeriksaan ulanguntuk menilai hasilterapi
2. Klien dapat meng-identifikasi gejalayang memerlukanevaluasi/intervensilebih lanjut.
mengikuti pemeriksaan ulangan(kultur, BTA, foto thoraks)sesuai jadual yang ditetapkan.
8. Laksanakan pemberian obatsesuai program terapi:
- Transamin cap 3x1- Codein 3x1mg- OAT tetap fase intermitrent
( R H )
1.Kaji kemampuan klien untukmengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan, kelelahan umum,pengetahuan klien sebelumnya,suasana yang tepat).
2.Jelaskan tentang dosis obat,frekuensi pemberian, kerja yangdiharapkan dan alasan mengapapengobatan TB berlangsung dalamwaktu lama.
3.Ajarkan dan nilai kemampuanklien untuk mengidentifikasigejala/tanda reaktivasi penyakit(hemoptisis, demam, nyeri dada,kesulitan bernapas, kehilanganpendengaran, vertigo).
4. Tekankan pentingnya memper-tahankan asupan nutrisi yangmengandung protein dan kalori
yang tinggi serta asupan cairanyang cukup setiap hari.
berdasarkan kemajuanklinis penyakitAntibiotik untuk mengatasiinfeksi sekunder
Keberhasilan proses pem-belajaran dipengaruhi olehkesiapan fisik, emosionaldan lingkugan yangkondusif.
Meningkatkan partisipasiklien dalam programpengobatan dan mencegahputus berobat karenamembaiknya kondisi fisikklien sebelum jadual terapiselesai.
Dapat menunjukkanpengaktifan ulang prosespenyakit dan efek obat
yang memerlukan evaluasilanjut.
Diet TKTP dan cairan yangadekuat memenuhi pe-ningkatan kebutuhan meta-bolik tubuh. Pendidikankesehatan tentang haltersebut meningkatkankemandirian klien dalam
perawatan penyakitnya.
31
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
32/35
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Nama Perawat
27/11-0
2
10.00 Dx. 1
1. Kaji fase klinis penyakit (aktif / tidak aktif)
dan pemahaman kien tentang potensi penyebaran
infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin,
meludah, bicara dan tertawa.
2. Menjelaskan penyebab penyakit, proses
penularan dan upaya pencegahan penularan yang
dapat dilakukan klien (Menganjurkan klien untuk
batuk/bersin dengan menutup mulut dengan sapu
tangan dan mengeluarkan sekret pada tisu sekali
pakai dan menghindari meludah di sembarang
tempat).
3. Mengidentifikasi orang lain yang berisiko
(anggota keluarga, teman karib)
- Orang lain yang berisiko adalah isteri klien dan
satu orang anaknya.
4. Mengdentifikasi faktor risiko individu
terhadap reaktivasi tuberkulosis (alkoholisme,
merokok, malnutrisi, minum obat imunosupresant/
kortikosteroid, adanya penyulit DM)
- Klien tidak minum alkohol, tidak merokok,
status nutrisi cukup, tidak minum obat-obatan
imunosupresant/kortikosteroid dan tidak
menderita penyakit DM (GDA 105 tgl 22/11-02)
-
5. Memeriksa tanda-tanda vital dan peningkatan
gejala reaktivasi penyakit klien.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (RR 18
Subhan
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
33/35
x/mnt, DN 80 x/mnt, TD 120/80, SB 37 0C)
- Tidak ada gejala/tanda reaktivasi (batuk, sesak,
nyeri dada, demam, penurunan napsu makan).
6. Mendiskusikan dengan klien pentingnya
melanjutkan terapi obat sesuai jangka waktu yang
diprogramkan.
7. Mendiskusikan dengan klien pentingnya
mengikuti pemeriksaan ulangan (kultur, BTA, foto
thoraks) sesuai jadual yang ditetapkan.
8. Memberikan obat sesuai program terapi:
- Transamin cap 3x1
- Codein 3x1mg
- OAT tetap fase intermitrent ( R H )
Dx. 2
1. Mengkaji kemampuan klien untuk mengikutipembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahanumum, pengetahuan klien sebelumnya, suasanayang tepat).
2. Menjelaskan tentang dosis obat, frekuensipemberian, kerja yang diharapkan dan alasanmengapa pengobatan TB berlangsung dalamwaktu lama.
3. Mengajarkan dan menilai kemampuan klien untukmengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit(hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitanbernapas, kehilangan pendengaran, vertigo).
4. Menekankan pentingnya mempertahankan asupannutrisi yang mengandung protein dan kalori yangtinggi serta asupan cairan yang cukup setiap hari.
33
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
34/35
EVALUASI
Tgl &No.
Diagnosa Evaluasi NamaPerawat
28/4-02
1.
2.
Risiko tinggi ter-
hadap infeksi sekun-
der (reaktivasi) dan
penyebaran penularan
penyakit b/d penu-
runan imunitas dan
kurang pengetahuan
tentang proses
reaktivasi dan penu-
laran penyakit.
Kurang pengetahuan
(tentang proses tera-
pi,kemungkinan kam-
buh dan pera-watanpenyakit) b/d kurang
terpajan atau salah
interpretasi informa-
si, keterbatasan kog-
nitif, kurang akurat/
lengkapnya informasi
yang ada.
Jam 09.00
S: Klien menyatakan pemahamannya tentang
potensi penyebaran infeksi melalui droplet yang
keluar pada saat batuk, bersin, meludah berbicara
dan tertawa.
O: Klien tidak menunjukkan perilaku batuk/bersin
tanpa menutup mulut dengan sapu tangan atau
meludah di sembarang tempat.
A: Masalah teratasi.
P: Ingatkan kembali klien tentang risiko
reaktivasi dan penyebaran penularan penyakitserta upaya pencegahan yang dapat dilakukan
klien sebelum pulang (KRS).
S: -Klien menyatakan persetujuannya untuk melan-
jutkan terapi sesuai dengan program pengobatan
TB Paru.
-Klien menyatakan persetujuannya untukmelakukan pemeriksaan ulang untuk menilai
hasil pengobatan dan perkembangan
kesehatannya.
O: -Klien dapat menyebutkan gejala/tanda reak-tivasiTB Paru (batuk, batuk darah, sesak napas, nyeridada, demam/berkeringat malam hari, napsu makanberkurang dan penurunan berat badan)
-Klien berpartisipasi dalam program terapi danpemeriksaan selama masa rawat inap.
A: Masalah teratasi.
Subhan
Subhan
7/27/2019 Lp Koe R TB Paru 3
35/35
P: Ingatkan kembali klien tentang tentang
proses terapi dan perawatan penyakit sebelum
pulang (KRS).