41
MAKALAH BIMBINGAN KONSELING Dosen: Dr. Yeni Karneli, M.Pd, Kons Yony utami 14029039 Pendidikan Matematika UNIVERSITAS NEGERI PADANG

MAKALAH 6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH 6

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING

Dosen: Dr. Yeni Karneli, M.Pd, Kons

Yony utami

14029039

Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

Page 2: MAKALAH 6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah swt yang mana berkat rahmat dan

karunia Beliaulah penulis telah bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Mudah- mudahan dengan adanya penulisan makalah ini dapat membawa manfaat bagi

pembaca sekalian terutama untuk diri penulis sendiri.Penulis menyadari masih banyak

kekurangan yang masih harus di perbaiki dalam penulisan makalah ini, karna itu penulis

meminta bimbingan dan dukungan dari pembaca sekalian.

Selanjutnya penulis tidak pernah bosan-bosannya meminta sedikit kritik dan saran yang

membangun bagi penulis,agar penulisan makalah ini lebih baik di masa yang akan datang, akhir

kata penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada pembaca sekalian.

Padang, 21 oktober 2015

Penulis

i

Page 3: MAKALAH 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................2

1.3 TUJUAN MASALAH ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3

2.1 BK DALAM KURIKULUM 2013.............................................................................3

2.2 PELAKSANAAN LAYANAN PEMINATAN DI SATUAN PENDIDIKAN...........3

BAB III PENUTUP...................................................................................................................25

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: MAKALAH 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan

terintegrasi dalam program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan,

khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program pelayanan

bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang lengkap dan penuh harus memuat

kegiatan pelayanan arah peminatan siswa. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan

Kurikulum Tahun 2013, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan kejuruan,

pilihan lintas minat dan pendalaman minat mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan.

Program bimbingan dan konseling dengan pelayanan arah peminatan siswa itu sepenuhnya

berada di bawah tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor

di setiap satuan pendidikan.

Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan kegiatan bimbingan dan konseling yang

amat penting dan menentukan kesuksesan dalam belajar, perkembangan dan masa depan

masing-masing siswa. Untuk itu, pelaksanaannya memerlukan Panduan Pelayanan

Bimbingan dan Konseling Arah Peminatan Siswa demi kelancaran dan ketepatannya. Hal ini

terkait secara langsung dengan konstruk dan isi Kurikulum Tahun 2013 yang dapat

menghasilkan insan Indonesia yang cerdas, kompetitif, produktif, kreatif, inovatif, afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.

Dalam konstruk dan isinya Kurikulum Tahun 2013 mementingkan terselenggaranya

proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan siswa. Proses belajar yang

dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil

belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini, selain memuat isi kurikulum dalam bentuk

mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum Tahun 2013 menyajikan kelompok mata

pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata pelajaran pilihan untuk pendidikan

menengah yang diikuti peserta didik sepanjang masa studi mereka. kelompok mata pelajaran

peminatan meliputi peminatan akademik,peminatan vokasional, peminatan pendalaman dan

lintas mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan. Untuk SMA/MA/SMALB peminatan

3

Page 5: MAKALAH 6

akademik meliputi peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan peminatan Bahasa dan Budaya; sedangkan untuk SMK meliputi

peminatan Akademik dan Kejuruan. Guru BK atau Konselor melalui pelayanan Bimbingan

dan Konseling membantu siswa dalam memenuhi Arah Peminatan Siswa sesuai dengan

kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan umum pribadi masing-masing siswa.

Pelayanan bimbingan dan konseling untuk arah peminatan siswa memberikan

kesempatan yang cukup luas bagi siswa untuk menempatkan diri pada jalur yang lebih tepat

dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam arah pendidikan

selanjutnya. Wilayah arah peminatan siswa ini, dalam keseluruhan program pendidikan

satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan bimbingan dan

konseling yang menjadi wilayah tugas pokok Guru BK atau Konselor dalam kerangka

keseluruhan program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Dengan

demikian, Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Arah Peminatan Siswa merupakan

bagian dari Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling secara menyeluruh.

Penyelenggaraan Pelayanan Peminatan Siswa berada dalam wilayah manajemen bimbingan

dan konseling yang merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan pada satuan

pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana BK dalam kurikulum 2013?

2. Bagaimana pelaksanaan layanan peminatan di Satuan Pendidikan?

SD?MI

SMP/MTs

SMA/SMK/MA/MAK

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui implementasi Bk dalam kurikulum 2013

2. Mengetahui pelaksanaan layana peminatan di satuan pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

4

Page 6: MAKALAH 6

2.1 BK DALAM KURIKULUM 2013

Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian integral dari

pendidikan yang secara sadar memposisikan "... kemampuan peserta didik untuk

mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier itu ditumbuhkan

secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dan

oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal,

dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan sendirian oleh Konselor, atau

yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN: 2007).

Ini berarti bahwa proses peminatan, yang difasilitasi oleh layanan bimbingan dan

konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun

keilmuan yang dipilih peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi

dasar bagi perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan

pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, dan

penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung. Dalam konteks ini bimbingan

dan konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal-hal berikut.

1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik

Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh, kaidah-kaidah

implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan

suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi

peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah

proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam

implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk

mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta

didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya: (1) memahami

kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam

pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3) melakukan diagnostik

kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi

nilai sebagai proses individuasi peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang

disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan

konseling.

5

Page 7: MAKALAH 6

2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas

Kunkulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan peminatan.

Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan fasilitasi agar

terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan pribadi,

sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan

konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk: (1)

memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik, (2) merancang

ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik, serta (3)

membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach

Dalam upaya membangun karakter sebagai suam keutuhan perkembangan, sesuai dengan

arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran sebagai

proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan

dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga

melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan

perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan

dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks

kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga, (2)

kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan, (3) "intervensi" terhadap institusi

terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik

Eksistensi Bimbingan dan Konseling Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Keberadaan Bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia, sesungguhnya

sudah dimulai sejak tahun 1964, yang disebut "Bimbingan dan Penyuluhan" ketika

diberlakukan "Kurikulum Gaya Baru. "Bimbingan dan Penyuluhan pada waktu itu dipandang

sebagai unsur pembaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sejak

diberlakukan Kurikulum Tahun 1975, pelayanan bimbingan dan penyuluhan telah dijadikan

sebagai bagian integral dari keseluruhan upaya pendidikan. Petugas yang secara khusus

melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling pada saat itu disebut Guru Bimbingan dan

Penyuluhan (Guru BP).

Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah rnenjadi Guru

Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1995 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka

6

Page 8: MAKALAH 6

Kreditnya, serta Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/0/1995

tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya antara lain mengandung arahan dan ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan

dan konseling di Sekolah/Madrasah oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP dan

SLTA. Walaupun kedua aturan tersebut mengandung hal-hal yang berkenaan dengan

pelayanan bimbingan dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru (dengan

sebutan guru pembimbing) dan tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal

ini dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan. Penggunaan

sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar dan konteks tugas

konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Guru pembimbing

yang pada saat ini ada di lapangan pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor,

tetapi sering diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Bimbingan dan

konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan belajar mengajar di kelas

yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan ahli

dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN: 2007).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), seperti yang diamanatkan

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, posisi dan arah layanan bimbingan dan

konseling di sekolah dimasukan dalam struktur kurikulum sebagai kegiatan pengembangan

diri. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap

peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau

dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan oleh konselor atau guru

bimbingan dan konseling dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan

dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta

didik.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari

keseluruhan upaya pendidikan dalam jalur pendidikan formal dan layanan ini meskipun

dilakukan oleh pendidik yang disebut sebagai konselor, tetapi ekspektasi kinerja

profesionalnya berbeda dengan ekspektasi kinerja profesional yang dilakukan oleh guru. Jika

ekspektasi kinerja guru menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya,

maka ekspektasi kinerja konselor tidak demikian. Ekspektasi kinerja konselor tidak

7

Page 9: MAKALAH 6

meggunakan materi pelajaran dalam koteks layanan keahliannya (bimbingan dan konseling),

melainkan menggunakan proses pengenalan diri peserta didik (konseli) dengan memahami

kekuatan dan kelemahannya dengan peluang dan tantangan yang terdapat dalam

lingkungannya, untuk menumbuhkembangkan kemandirian dalam mengambil berbagai

keputusan penting dalam perjalanan hidupnya, sehingga mampu memilih, meraih serta

mempertahankan karir (kemajuan hidup) untuk mencapai hidup yang efektif, produktif, dan

sejahtera dalam konteks kemaslahatan umum.

Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam nemfasilitasi

peserta didik mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif,

pengembangan lingkungan perkembangan, dan meningkatan keberfungsian individu di dalam

lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan, yakni

proses interaksi antara individu dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang

sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab untuk

mengembangkan lingkungan perkembangan, membangun interaksi dinamis antara

individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk mengembangkan,

memperbaiki, dan memperhalus perilaku.

Posisi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal seperti tertera pada

Gambar 1, mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian

integral dari program pendidikan. Dengan demikian, posisi guru bimbingan dan konseling

(dalam Pasal 1 ayat 6 UU RI No. 20/2003 disebut konselor) sejajar dengan guru bidang

studi/mata pelajaran dan administrator Sekolan/Madrasah. Demikian pula dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah menempatkan pelayanan bimbingan dan konseling sebagai

bagian integral dari program pendidikan di sekolah/madrasah.

8

Page 10: MAKALAH 6

Gambar 1. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Merajuk pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, sebutan untuk guru bimbingan dan konseling dinyatakan dalam sebutan 'Konselor."

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu

kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,

widyaiswara, fasilitator, instruktur,fasilitator dan sebutan lain yang sesuai

kekhususannya,serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan (UU RI No. 20/2003,

Pasal 1 angka 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik

satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk

konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan spesifik yang

mengandung keunikan dan perbedaan.

9

Page 11: MAKALAH 6

2.2 PELAKSANAAN LAYANAN PEMINATAN DI SATUAN PENDIDIKAN

A. Hakikat Peminatan dalam Implementasi Kurikulum Tahun 2013

Pelayanan Bimbingan dan Konseling tentang arah peminatan merupakan upaya untuk

membantu siswa dalam memilih dan mendalami mata pelajaran yang diikuti pada satuan

pendidikan (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB danSMK), memahami dan

memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan

sampai ke perguruan tinggi. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling (BK) upaya

pelayanan arah peminatan ini merupakan salah satu bentuk layanan penempatan/penyaluran.

Kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit dalam Kurikulum 2013 yang berkaitan

langsung dengan pelayanan bimbingan dan konseling adalah kaidah peminatan. Peminatan

dipahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang

diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa,dan negara (arahan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 20

Tahun 2003 Sisdiknas) sehinga mencapai perkembangan optimum. Perkembangan optimum

bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang

dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta

didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta

memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Dengan

demikian, peminatan adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan

pilihan dan keputusan oleh pserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan

peluang yang ada di lingkungannya. Ditinjau dari konteks ini maka pelayanan bimbingan dan

konseling adalah “wilayah layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan

sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang

terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk

mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,serta untuk menjadi warga masyarakat

yang peduli kemaslahatan umum (the Common Good) melalui (upaya ) pendidikan.

(ABKIN:2007).

Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk menfasilitasi peserta didik

mencapai tujuan pendidikan nasional, dan oleh karena itu peminatan harus berpijak padad

10

Page 12: MAKALAH 6

kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit,terkandung dalam kutikulum. Kaidah-

kaidah dimaksud ialah bahwa Kurikulum Tahun 2013:

a. memiliki spirit kuat untuk pemulihan fungsi dan arah pendidikan yang lebih konsisten

sesuai dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang bermakna bahwa watak dan peradaban bangsa yang sesuai

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 harus menjadi

tujuan eksistensial pedidikan, yang melandasi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagai tujuan kolektif-kultural pendidikan, yang diejawantahkan melalui

pengembangan potensi peserta didik sebagai tujuan individual pendidikan.

b. dimaksudkan untuk menyiapkan peserta didik agar sukses dalam menghadapi

berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan di era globalisasi dengan tetap berpijak

pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

c. menitikberatkan pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan. dan pengetahuan

sebagai keutuhan yang harus dicapai oleh peserta didik; dan juga tidak memisahkan

antara mata pelajaran dengan muatan local, pendidikan akademik, dan pendidikan

karakter sebagai keutuhan yang memberikan kemaslahatan bagi bangsa.

d. memiliki spirit yang kuat untuk memulihkan proses pendidikan sebagai proses

pembelajaran yang mendidik dan wahana pengembangan karakter, kehidupan yang

demokratis, dan kemandirian sebagai softskills, serta penguasaan sains, teknologi, dan

seni sebagai hardskills. Capaian pendidikan merupakan interaksi yang fungsional

antara efektivitas kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran siswa aktif

dengan lama pembelajaran di sekolah.

e. memandang bahwa peserta didik aktif dalam proses pengembangan potensi dan

perwujudan dirinya dalam konteks sosial kultural, sehingga menuntut profesionalitas

guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang menstimulasi peserta

didik untuk belajar lebih aktif.

f. menekankan penilaian berbasis proses dan hasil. Ini berarti ukuran keberhasilan

pendidikan tidak hanya akumulasi fakta dan pengetahuan sebagai hasil dari ekspose

didaktis, tetapi juga menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik.

g. tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target kuantitatif

berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik saja, tanpa

penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik. Kejujuran, kerja keras

dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Hasil penilaian

11

Page 13: MAKALAH 6

juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai

makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

h. mengakui dan menghormati adanya perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar

peserta didik, yang secara tegas menuntut adanya remediasi dan akselerasi secara

berkala pasca penilaian, terutama bagi peserta didik yang belum mencapai batas

kompetensi yang ditetapkan. Tidak semua peserta didik memiliki kemampuan dan

kecepatan yang sama dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi utuh sesuai dengan

kemampuan dan kecepatan belajaraya adalah prinsip pendidikan yang paling

fundamental. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan

kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik.

i. memberikan peluang yang lebih terbuka kepada setiap peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel tanpa dibatasi

dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.

j. menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru bimbingan

dan konseling atau konselor dan orang tua/wali dalam mengoptimalkan potensi

peserta didik.

k. menekankan pada proses, mengandung implikasi peran pendidikan yang mengarah

kepada orientasi perkembangan dan pembudayaan peserta didik. Oleh karena itu,

proses pendidikan melibatkan manajemen, pembelajaran, dan bimbingan dan

konseling.

Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan

terintegrasi dalam program pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) pada satuan

pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program

pelayanan BK pada satuan pendidikan yang lengkap dan penuh harus memuat kegiatan

pelayanan arah peminatan siswa. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan

kurikulum, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan vokasional, peminatan

pendalaman dan lintas mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan

konseling dengan pelayanan arah peminatan siswa itu sepenuhnya berada di bawah tanggung

jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor di setiap satuan pendidikan.

Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan kegiatan bimbingan dan konseling yang

amat penting dan menentukan kesuksesan dalam belajar, perkembangan dan masa depan

masing-masing siswa. Untuk itu, pelaksanaannya memerlukan Panduan Khusus tersendiri

12

Page 14: MAKALAH 6

demi kelancaran dan ketepatannya. Hal ini terkait secara langsung dengan konstruk dan isi

Kurikulum Tahun 2013 yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,

inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.

Dalam konstruk dan isinya Kurikulum Tahun 2013 mementingkan terselenggaranya

proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa bagi

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis siswa. Proses belajar yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah

(scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini,

selain memuat isi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum

Tahun 2013 menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata

pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah yang diikuti peserta didik sepanjang masa studi

mereka. kelompok mata pelajaran peminatan meliputi peminatan akademik,peminatan

vokasional, peminatan pendalaman dan lintas mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan.

Untuk SMA/MA/SMALB peminatan akademik meliputi (a) peminatan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, (b) peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan (c) peminatan Bahasa dan

Budaya; sedangkan untuk SMK peminatan kejuruan meliputi (a) peminatan teknologi dan

rekayasa; (b) peminatan kesehatan; (c) peminatan seni, kerajinan, dan pariwisata; (d)

peminatan teknologi informasi dan komunikasi; (e) peminatan agribisnis dan agroteknologi;

(f) peminatan bisnis dan manajemen; atau (g) peminatan lain yang diperlukan masyarakat.

Secara rinci bidang peminatan kejuruan untuk SMK ada pada tabel lampiran 3.

Guru BK atau Konselor melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa

dalam memenuhi Arah Peminatan Siswa sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat dan

kecenderungan umum pribadi masing-masing siswa. Pelayanan BK untuk arah peminatan

siswa memberikan kesempatan yang cukup luas bagi siswa untuk menempatkan diri pada

jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam

arah pendidikan selanjutnya. Wilayah arah peminatan siswa ini, dalam keseluruhan program

pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan BK yang

menjadi wilayah tugas pokok Guru BK atau Konselor dalam kerangka keseluruhan program

pelayanan BK pada satuan pendidikan. Dengan demikian, Panduan Khusus Pelayanan BK

dalam bentuk Panduan Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian dari Panduan

Umum Pelayanan BK secara menyeluruh. Penyelenggaraan Pelayanan Peminatan Siswa

13

Page 15: MAKALAH 6

berada dalam wilayah manajemen Bimbingan dan Konseling yang merupakan bagian integral

dari manajemen pendidikan pada satuan pendidikan.

1. TINGKAT ARAH PEMINATAN

Memperhatikan pengertian, fungsi, dan tujuan di atas, tingkat arah peminatan yang

perlu dikembangkan dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan

1. Arah peminatan pertama perlu dikembangkan pada siswa SD/MI/SDLB yang akan

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs/SMPLB. Mereka dibantu untuk memperoleh

informasi untuk memilih SMP/MTs/SMPLB (lihat no.1 pada gambar )

14

Perguruan Tinggi

4 4

SD/MI/SDLB

3b

1

SMP /MTs SMPLBSLTP

3a SLTA

MA

SMA S SMALB

2

Page 16: MAKALAH 6

2. Arah peminatan kedua perlu dibangun pada siswa SMP/MTs/SMPLB yang akan

melajutkan ke SMA/MA/ SMALB dan SMK. Mereka dibantu untuk memperoleh

informasi yang cukup lengkap tentang jenis dan penyelenggaraan masing-masing

SMA/MA/SMALB dan SMK, pilihan mata pelajaran dan arah karir yang ada, dan

kemungkinan studi lanjutannya.

3. Arah peminatan ketiga umum perlu dikembangkan pada siswa SMA/MA/SMALB dan

SMK untuk mengambil pilihan dan pendalaman, serta keterkaitan lintas mata pelajaran

tertentu, pilihan arah pengembangan karir (lihat no. 3b pada gambar).

4. Arah peminatan ketiga kejuruan perlu dikembangkan pada siswa SMK untuk memilih

dan mendalami dan mengakses keterkaitan lintas mata pelajaran praktik/kejuruan yag

ada di SMK (lihat no. 3b pada gambar).

5. Arah peminatan keempat perlu dikembangkan pada siswa di SMA/MA/SMALB dan

SMK yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mereka dibantu untuk memilih

salah satu fakultas dengan program studinya yang ada di perguruan tinggi, sesuai dengan

bakat dan minat, serta pilihan/pendalaman mata pelajaran di SMA/MA/SMALB atau

SMK (lihat no.4 pada gambar).

Masing-masing tingkat arah peminatan itu memerlukan penanganan yang akurat sesuai

dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa yang bersangkutan, serta karaketristik

satuan pendidikan di mana siswa belajar.

2. ASPEK ARAH PEMINATAN

Untuk setiap tingkat arah peminatan digunakan lima aspek pokok sebagai dasar

pertimbangan bagi arah peminatan yang akan ditempuh. Kelima aspek tersebut secara

langsung mengacu kepada beberapa karakteristik pribadi siswa dan lingkungannya, kondisi

sekolah dan kondisi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan siswa yang

bersangkutan, yaitu :

1. Bakat, minat, yang dan kecenderungan pribadi yang dapat diukur dengan tes bakat

dan/atau inventori tentang bakat/ minat.

2. Kemampuan dasar umum (kecerdasan), yaitu kemampuan dasar yang biasanya diukur

dengan tes intelegensi.

15

Page 17: MAKALAH 6

3. Kondisi dan kurikulum yang memuat mata pelajaran dan/atau praktik/latihan yang

dapat diambil/didalami siswa atas dasar pilihan, serta sistem Satuan Kredit Semester

(SKS) yang dilaksanakan.

4. Prestasi hasil belajar, yaitu nilai hasil belajar yang diperoleh siswa di

sekolah/madrasah, baik (a) rata-rata pada umumnya, maupun (b) per mata pelajaran,

baik yang bersifat wajib maupun pilihan, dalam rangka peminatan akademik,

vokasional dan studi lanjutan.

5. Ketersediaan fasilitas sekolah/madrasah, yaitu apa yang ada di tempat siswa belajar

yang dapat menunjang pilihan atau arah peminatan siswa.

6. Dorongan moral dan finansial, yaitu kemungkinan penguatan dan berbagai sumber

yang dapat membantu siswa , seperti orang tua dan kemungkinan bantuan dari pihak

lain, dan beasiswa.

Dalam penerapannya arah peminatan siswa merupakan gabungan dan kemungkinan yang

paling mengutungkan dari kombinasi semua yang ada itu pada setiap jenis dan jenjang satuan

pendidikan. Keterkaitan antara tingkat dan aspek arah peminatan siswa tergambar dalam tabel

berikut.

Tabel 1Tingkatan dan Aspek-aspek Arah Peminatan

Tingkat Arah Peminatan

Posisi Siswa

di

Arah Peminatan Akademik

Arah Peminatan Kejuruan

Arah Peminatan Studi Lanjutan

1. Arah peminatan pertama

SD/MI/ SDPLB

Meminati semua mata pelajaran

Pemahaman awal tentang

pekerjaan/karir

SLTP : SMP/MTs/SMPL

B/ SMPLB

2. Arah peminatan kedua

SMP/MTs/SMPLB/SMPLB

Meminati semua mata pelajaran

Pemahaman tentang

pekerjaan/karir dan kemungkinan

bekerja

SLTA : SMA/MA/

SMALB/SMK

3. Arah peminatan ketiga umum

SMA/MA/SMALB

Meminati semua mapel pilihan

dan lintas mapel

Pemahaman definitif tentang

pekerjaan/karir dan arah pelaksanaan

pekerjaan/karir

Prog. Khusus bidang studi

IPA/IPS/BHS

4. Arah SMK Meminati Arah definitif Prodi Khusus

16

Page 18: MAKALAH 6

peminatan ketiga

mapel pilihan dan lintas

mapel/ kejuruan

tentang pelaksanaan

pekerjaan/karir (jenjang operator)

Bidang Kejuruan

5. Arah peminatan keempat

Tamat SMA/MA/SMALB/SMK

Bekerja atau kuliah sesuai

dengan pilihan mapel dan lintas mapel/ kejuruan

di SLTA

Arah pekerjaan/karir

(jenjang teknisi/analis,

profesi, atau ahli)

Fak dan Prodi di PT

3. LANGKAH POKOK PELAYANAN ARAH PEMINATAN SISWA

Pelayanan arah peminatan dimulai sejak sedini mungkin, yaitu sejak siswa menyadari

bahwa ia berkesempatan memilih jenis sekolah dan/atau mata pelajaran dan/atau arah karir

dan/atau studi lanjutan. Ketika itulah langkah-langkah pelayanan arah peminatan secara

sistematik dimulai, mengikuti sejumlah langkah yang disesuaikan dengan tingkat arah

peminatan tertentu.

1. Langkah pertama: Pengumpulan Data

Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang :

a. Data pribadi siswa : kemampuan dasar (intelegensi), bakat dan minat serta

kecenderungan potensi.

b. Keluarga

c. Kondisi lingkungan

d. Mata pelajaran wajib dan pilihan

e. Sistem pembelajaran, termasuk Sistem Kredit Semester (SKS)

f. Informasi pekerjaan/karir

g. Bahan informasi karir

h. Bahan informasi pendidikan lanjutan

i. Data kegiatan belajar

j. Data hasil belajar

k. Data khusus tentang siswa.

2. Langkah kedua: layanan informasi/orientasi arah peminatan

17

Page 19: MAKALAH 6

Dengan langkah ini kepada para siswa diberikan informasi selengkapnya, sesuai dengan

jenis dan jenjang satuan pendidikan siswa, yaitu informasi tentang :

a. Sekolah ataupun program yang sedang mereka ikuti dan setamat dari sekolah atau

selepas dari kelas yang mereka duduki sekarang.

b. Kurikulum dan berbagai mata pelajaran baik yang wajib maupun pilihan yang diikuti

siswa, terutama berkenaan dengan arah dan pendalaman mata pelajaran, serta lintas

mata pelajaran.

c. Informasi tentang karir atau jenis pekerjaan yang perlu dipahami dan/atau yang dapat

dijangkau oleh tamatan pendidikan yang sedang ditempuh sekarang, terutam

berkenaan dengan peminatan vokasional.

d. Informasi tentang studi lanjutan setamat pendidikan yang sedang ditempuh sekarang.

Layanan informasi tentang berbagai hal di atas dapat dilakukan melalui layanan

informasi klasikal. Layanan informasi ini dapat dilengkapi dengan layanan orientasi melalui

kunjungan ke sekolah/ madrasah dan/atau lembaga kerja yang dapat menjadi arah pemi-

natan/ pilihan siswa.

3. Langkah ketiga : Identifikasi dan Penetapan Arah Peminatan

Langkah ini terfokus pada kecocokan antara kondisi pribadi siswa dengan syarat-syarat

atau tuntutan mata pelajaran pilihan dan/atau sekolah/madrasah, arah pengembangan karir,

kondisi orang tua dan lingkungan pada umumnya, terutama dalam rangka peminatan

akademik, vokasional, dan studi lanjutan. Keadaan yang diinginkan ialah kondisi pribadi

siswa benar-benar cocok atau sejajar, atau setidak-tidaknya mendekati, dengan persyaratan

dan kesem-patan yang ada itu. Kecocokan itu disertai dengan tersedianya fasilitas yang ada

di sekolah yang cukup memadai, serta dukungan moral dan finansial yang memadai pula

(terutama dari orang tuanya).

Langkah ketiga itu dilaksanakan melalui kontak langsung Guru BK atau Konselor

dengan siswa melalui penyajian angket ataupun modul. Kontak langsung ini disertai

pembahasan individual, diskusi kelompok dan kegiatan lain melalui strategi

transformasional-BMB3 yang mengajak siswa berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan

bertanggung jawab atas berbagai aspek pilihan yang tersedia dan keputusan yang diambil1).

4. Langkah keempat : Penyesuaian

1

18

Page 20: MAKALAH 6

Langkah ketiga di atas dapat menghasilkan pilihan yang tepat bagi siswa dan orang lain

yang berkepentingan (terutama orang tua), atau pilihan yang tepat bagi siswa tetapi tidak

disetujui oleh orang tuanya. Apabila ketidakcocokan itu terjadi maka perlu dilakukan

peninjauan kembali melalui layanan konseling perorangan baik terhadap siswa dan/ataupun

orang tuanya.

Apabila pilihan tepat tetapi sekolah/madrasah yang sedang atau akan diikuti tidak

tersedia pilihan yang diinginkan, maka siswa yang bersangkutan dapat dianjurkan untuk

mengambil pilihan itu di sekolah lain. Lebih jauh, apabila pilihan tepat dan fasilitas di

sekolah/madrasah tersedia, tetapi dukungan finansial tidak ada, maka perlu dilakukan

konseling perorangan (dengan siswa dan orang tuanya untuk membahas kemungkinan

mencari bantuan atau beasiswa). Apabila pilihan tidak tepat, maka siswa yang bersangkutan

perlu mengganti pilihan lain dan perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada diri siswa

dan pihak-pihak yang berkepntingan. Untuk ini diperlukan layananan konseling perorangan

bagi siswa yang bersangkutan. Demikian, langkah keempat dilaksanakan seoptimal mungkin

demi kesuksesan studi siswa.

5. Langkah kelima: Monitoring dan Tindak Lanjut

Guru BK atau Konselor memonitor penampilan dan kegiatan siswa asuhnya secara

keseluruhan dalam menjalani program pendidikan yang diikutinya, khususnya berkenaan

dengan arah peminatan yang dipilihnya. Perkembangan dan berbagai permasalahan siswa

perlu diantisipasi dan memperoleh pelayanan Bimbingan dan Konseling secara komprehensif

dan tepat.

Kegiatan monitoring dapat menggunakan format-format (lihat lampiran) yang

diadministrasikan, secara berkala, minimal setiap tengah dan akhir/awal semester, yang isian

format itu kemudian mendapatkan pembahasan dan tindak lanjut secara tepat.

B. PELAKSANAN DAN MEKANISME PELAYANAN ARAH

PEMINATAN

1. Pelaksanan

Memperhatikan tingkat aspek pokok dan langkah-langkah arah peminatan di atas,

pelaksana dan peranannya masing-masing adalah :

19

Page 21: MAKALAH 6

1. Guru Kelas, karena di SD/MI/SDLB pada umumnya belum ditugaskan Guru BK atau

Konselor secara khusus, maka pelayanan BK di SD/MI/SDLB pada umumnya

dilaksanakan oleh Guru Kelas2). Dalam hal ini guru kelas SD/MI/SDLB dan

khususnya Guru Kelas VI SD/MI/SDLB adalah pelaksana pelayanan arah peminatan

tingkat pertama bagi siswa-siswa SD/MI/SDLB, yang akan tamat SD/MI/SDLB

(terutama kelas VI) dan melanjutkan pelajarannya ke SMP/MTs/SMPLB. Guru kelas

VI SD/MI/SDLB dapat bekerja sama dengan Guru BK atau Konselor

SMP/MTs/SMPLB atau SMA/MA/SMALB atau SMK yang terdekat dalam

pelayanan alih tangan kasus.

2. Guru BK atau Konselor di SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/ SMALB adalah

pelaksana pelayanan arah peminatan tingkat kedua di SMP/MTs/SMPLB, tingkat

ketiga umum SMA/MA/SMALB, tingkat ketiga kejuruan SMK. Dalam menjalankan

tugasnya guru BK atau konselor dapat bekerjasama dengan petugas yang

berwewenang menyelenggarakan tes intelegensi dan tes bakat, dengan Guru Mata

Pelajaran, Wali Kelas, dan orang tua, serta kepala satuan pendidikan. Guru BK atau

Konselor melaksanakan dan mengkoordinasikan upaya pelayanan arah peminatan

(sebagaimana diuraikan pada Bab III) secara menyeluruh.

3. Guru Mata Pelajaran, baik untuk mata pelajaran umum maupun mata pelajaran

praktik/kejuruan yang bersifat wajib ataupun pilihan. Guru Mata Pelajaran secara

khusus menyediakan nilai-nilai prestasi belajar sisw dan informasi

pendidikan/pekerjaan yang memerlukan informasi dari mata pelajaran yang

dimaksudkan.

Guru Mata Pelajaran Praktik/Kejuruan di SMK khususnya menyediakan nilai-nilai

prstasi belajar siswa dan informasi pendidikan/pekerjaan/karir yang memerlukan

penge-tahuan/keterampilan kejuruan yang dimaksudkan itu.

4. Orang Tua siswa yang bersangkutan, mendorong anaknya untuk memilih mata

pelajaran atau studi lanjutan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan

siswa, dan menyediakan fasilitas bagi kelanjutan pendidikan anaknya.

5. Kepala Sekolah, khususnya memperlancar pelaksanaan upaya pelayanan arah

peminatan di sekolah/madrasah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

2.

20

Page 22: MAKALAH 6

Guru Kelas, Guru BK atau Konselor, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas untuk

menjalankan peranannya secara tepat dalam rangka pelayanan arah peminatan siswa.

Di samping itu, Kepala Sekolah menyediakan waktu, format-format, dan dana serta

fasilitas lain bagi keberhasilan upaya arah peminatan siswa. Lebih jauh, Kepala

Sekolah juga memberikan kesempatan dan mendorong orang tua untuk berkonsultasi

da memperoleh informasi tentang pilihan yang ada serta bakat/minat/ kecenderungan

siswa. Dengan demikian orang tua diharapkan memberikan dorongan dan fasilitas

untuk pengembangan bakat/minat/kecenderungan siswa secara tepat dan optimal.

Demikian pula, kepada para siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk

mengungkapkan potensi diri dan menyampaikan aspirasi tentang pilihan pelajaran, pilihan

karir, dan pilihan sekolah/program yang diinginkannya.

2. Mekanisme

Pihak-pihak yang terlibat dalam mekanisme pelayanan arah peminatan siswa adalah

sebagaimana terlihat pada bagan berikut, yaitu Kepala Sekolah (A), Guru BK atau Konselor

(B), Guru Mata Pelajaran (B), Wali Kelas (B2), Orang Tua (D), dan siswa yang bersangkutan

(E). Peranan masing-masing adalah :

21

Page 23: MAKALAH 6

Keterangan

1. Kepala Sekolah (Satuan Pendidikan) :

a. Mendorong dan memfasilitasi kepada Guru BK atau Konselor (1), Guru Mata

Pelajaran (2), dan Wali Kelas (3) untuk berpartisipasi/berperan dalam upaya

pelayanan arah peminatan siswa.

b. Memberikan kesempatan kepada orang tua (4) untuk berkonsultasi dan

memperoleh informasi tentang program pendidikan yang ada di

22

AKepala Sekolah

(Satuan Pendidikan)

ESiswa

6 10

9 11

8

14

15

32

5 7 B.2Wali Kelas

B.1Guru Mata

pelajaran

1

13

12

4

BGuru BK

atau Konselor

DOrang Tua

Page 24: MAKALAH 6

sekolah/madrasah, adanya proses pilihan, serta upaya pengembangan program

pendidikan sesuai dengan bakat/minat/kecenderungan siswa.

2. Guru BK atau Konselor :

a. Bekerjasama dengan guru Mata Pelajaran (5) dan/atau Wali Kelas (7) untuk

tersedianya secara lengkap nilai-nilai hasil belajar siswa yang akan diperhitungkan

sebagai salah satu aspek arah peminatan siswa.

b. Memberikan pelayanan kepada siswa (9) berkenaan dengan :

1) Informasi sekolah/madrasah yang sedang dijalani siswa.

2) Informasi mata pelajaran wajib dan pilihan yag dapat dipilih oleh siswa dalam

rangka penyelesaian studi pada satuan pendidikan yang sedang ditempuh, dan

pendidikan lanjutannya, terutama berkenaan dengan peminatan akademik dan

sistem SKS.

3) Informasi pekerjaan/karir sesuai dengan tingkat arah peminatan siswa,

terutama peminatan vokasional

4) Materi, prosedur, dan mekanisme pelayanan arah peminatan yang

dilaksanakan Guru BK atau Konselor terhadap siswa, termasuk di dalamnya

penerapan strategi BMB3 dan kemungkinan dilaksanakannya layanan

konseling perorangan.

c. Memberikan kesempatan kepada orang tua (12) untuk berkonsultasi da

memperoleh informasi tentang pilihan mata pelajaran, arah pekerjaan/karir, dan

pendidikan lanjutan (peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan) yang

dapat dipilih oleh siswa mengacu pada bakat/ minat/ kecenderungan siswa, serta

materi, prosedur, dan mekanisme pelayanan arah peminatan siswa.

d. Menyelenggarakan instrumentasi dan mengolah data tentang aspek-aspek arah

peminatan serta mempertimbangkan peng-gunaan hasil-hasilnya.

e. Berkonsultasi dengan Kepala Sekolah tentang keseluruhan upaya pelayanan arah

peminatan siswa serta hasil-hasilnya.

23

Page 25: MAKALAH 6

3. Orang Tua :

a. Berusaha memperoleh informasi dan berkonsultasi tentang

bakat/minat/kecenderungan siswa serta kemungkinan kecocokan dengan aspek-

aspek pilihan yang ada pada program pendidikan yang dijalani siswa, baik dari

Kepala Sekolah (4) maupun dari Guru BK atau Konselor (12).

b. Memberikan dorongan dan fasilitas yang memadai searah dengan pilihan siswa

dalam menjalani pendidikannya (14)

4. Siswa

a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan instrumentasi, pengumpulan data tentang diri

pribadi siswa oleh Guru BK atau Konselor.

b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelayanan arah peminatan yang menyangkut

pilihan mata pelajaran, pilihan pekerjaan/karir, dan pilihan pendidikan lanjutan

(peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan) yang diselenggarakan oleh

Guru BK atau Konselor, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas (6) (8) (9) (10) (11)

c. Berkonsultasi dengan orang tua tentang berbagai aspek pilihan yang perlu

dilakukan di sekolah/madrasah tempat belajar (15).

d. Menjalani hasil pelayanan arah peminatan dengan sebaik-baiknya dan setiap kali

berkonsultasi dengan Guru BK atau Konselor (9).

24

Page 26: MAKALAH 6

BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Upaya pelayanan Bimbingan dan Konseling berkaitan dengan pelayanan arah peminatan

pertama-tama dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan siswa dalam rangka perkembangan

dan kesuksesan mereka secara optimal, sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat, dan

kecenderungan pilihan masing-masing siswa, khususnya berkenaan dengan peminatan

akademik, vokasional, dan studi lanjutan. Untuk itu, semua pihak perlu mencari jalan terbaik

bagi terwujudnya tujuan pendidikan dengan meletakkan kepentingan peserta didik sebagai

hal yang paling dominan. Dalam hal ini, peran guru BK atau Konselor sebagai semacam

“penasihat akademik” siswa merupakan posisi sentral dalam kerjasama dengan pimpinan

satuan pendidikan, para Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas, beserta orang tua siswa.

Upaya pelayanan Bimbingan dan Konseling berkaitan dengan pelayanan arah peminatan

merupakan bagian pelayanan unggul yang menjadi kewajiban satuan pendidikan

melaksanakannya untuk memfaslitasi pengembangan potensi semua siswa secara optimal.

Pelayanan unggul yang dimaksudkan itu merupakan jaminan bagi diraihnya mutu yang tinggi

bagi upaya pendidikan yang dilaksanakan semua pihak. Secara khusus, pelayanan arah

peminatan siswa merupakan bagian dari pelayanan Bimbingan dan Konseling secara

menyeluruh, yang mana pelayanan Bimbingan dan Konseling itu merupakan bagian dari

pelayanan unggul yang dimaksudkan itu.

25

Page 27: MAKALAH 6

DAFTAR PUSTAKA

Dedi, Supriyadi. Bimbingan Dan Konseling, Fak Psikologi UM Surakarta, 2004.

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.

Ridwan, M.Pd. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Penerbit:  Pustaka Pelajar.

Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grapindo Persada.

WS.Winkell. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Grasindo. 1993.

26

Page 28: MAKALAH 6

27