42
MAKALAH AIK 4 Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam dan Pandangan Islam Terhadap Asuransi, Valas dsb Serta Etos Kerja Dalam Islam Disusun oleh Kelompok 6 Firda Maulida T 201310410311041 Dewi Novarina201310410311042 Susi Melindah201310410311052 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Makalah Aik 4

  • Upload
    susi

  • View
    61

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

selamat membaca

Citation preview

MAKALAH AIK 4Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam dan Pandangan Islam Terhadap Asuransi, Valas dsb Serta Etos Kerja Dalam Islam

Disusun olehKelompok 6Firda Maulida T201310410311041Dewi Novarina201310410311042Susi Melindah201310410311052

PROGRAM STUDI FARMASIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangEkonomi Islam saat ini tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan ekonomi dunia yang sangat diperhitungkan. Pada saat dua sistem ekonomi dunia, kapitalisme dan sosialisme terevaluasi secara tajam, ekonomi Islam perlahan tapi pasti semakin tumbuh dan berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan dan kemajuan praktik keuangan Islam yang fantastis, telah mengubah peta pemikiran dan praktik keuangan dunia secara signifikan. Meski baru lahir pada 1975 (merujuk pendirian Islamic Development Bank/IDB di Jeddah), diskursus dan praktik keuangan Islam telah merambah negara maju dan berkembang di lima benua. Padahal, sebelum IDB berdiri, format ekonomi dan keuangan Islam masih kabur. Perkembangan itu tidak hanya menghapuskan keraguan sebagian umat Islam akan kemampuannya mengatasi persoalan-persoalan internal yang berat, melainkan juga mempertebal keyakinan mereka bahwa sistem keuangan Islam jauh lebih adil, fair, dan stabil dibanding sistem keuangan yang ada. Di beberapa universitas di Saudi Arabia, mulai diajarkan Dirsah F al-Iqtishd al-Islmi, seperti di Universitas Imam di Riyadh dan Ummul Quro di Makkah. Di Pakistan didirikan International Institute of Islamic Economics pada 1980 dan di Malaysia didirikan Kulliyah of Islamic Economics pada 1983. Di Indonesia, walaupun isu tentang ekonomi Islam relatif terlambat masuk, namun ada antusiasme yang kuat untuk mempelajarinya, seolah hendak mengejar ketertinggalan. Di Indonesia, perkembagan kajian ilmiah ini sangat beragam dan dinamis, karena telah melibatkan perguruan tinggi negeri dan swasta, baik yang dimiliki umat Islam maupun non-Muslim. Hampir setiap perguruan tinggi sudah mulai membuka program khusus Ekonomi Islam atau dikenal juga dengan Ekonomi Syariah.Sistem Keuangan Ekonomi Islam -kemudian makin mendunia setelah Inggris mengadopsinya- telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sistem ekonomi ini telah menarik semua pemain internasional kunci, meninggalkan Amerika Serikat dalam industri global yang semakin menguntungkan itu. Inggris telah menjadi penggerak pertama bagi pengembangan perbankan syariah di Eropa, meskipun penduduk Muslimnya (1,8 juta orang) relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan Prancis (6 juta orang) dan Jerman (3,3 juta orang). Indikator tersebut bisa dilihat dari posisi aset perbankan dan keuangan syariah negara tersebut yang bertengger di posisi 8 dunia. Kinerja perbankan Islam di Inggris sampai akhir 2010 ini masih terlihat mendominasi. Kemajuan pesat ini disebabkan oleh kebijakan peraturan yang lebih kondusif dan mampu menyedot perhatian investor, khususnya Timur Tengah. Hal yang sama juga berusaha dilakukan oleh negara-negara Eropa lainnya, seperti Belanda yang berambisi mengejar ketertinggalannya sebagai pemain di industri keuangan syariah. Tidak hanya Inggris dan Belanda, kinerja perbankan dan keuangan Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di beberapa Negara Eropa lainnya. Mereka berlomba-lomba menyiapkan berbagai fasilitas baik regulasi, kebijakan dan infrastruktur untuk bisa menangkap peluang pasar yang ada. Regulasi perbankan yang ada di Eropa memungkinkan pendatang pasar baru untuk mengembangkan dan menembus pasar Eropa tanpa harus membentuk kantor cabang di setiap negara anggota Uni Eropa. Prancis baru-baru ini mengumumkan telah menghilangkan pajak bagi investor dan meningkatkan kerangka regulasi yang kondusif untuk mendirikan lembaga keuangan Islam di negara ini. Sedangkan Jerman telah menerbitkan sukuk, sebagai pintu investasinya. Di sisi lain, Italia dan Belgia tengah melakukan kajian untuk menerbitkan sukuk, mengikuti jejak Jerman. Karena tingginya tingkat pertumbuhan perbankan syariah, pasar keuangan syariah ini menjadi sangat menarik bagi perbankan konvensional yang ada di Eropa. Bank-bank internasional besar seperti HSBC, UBS atau Deutsche Bank telah menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan, khususnya para nasabah.Perkembangan ini menunjukkan posisi strategis ekonomi Islam dalam ranah empiris sangatlah strategis. Hal ini juga menjadi bukti (burhan) yang sangat jelas, bahwa Islam sebagai sebuah ajaran Agama tidak terlepas dari isu-isu penting dan strategis dalam kehidupan manusia di muka bumi. sangat kuat antara agama dan ekonomi. Ia Menjelaskan bahwa jika agama sebagaimana didefinisikan oleh beberapa tokoh seperti Michel Mayor dan Muhammad Abdullah Draz mencakup perilaku manusia dalam semua tahap dan aspeknya, tentu ekonomi juga merupakan masalah yang diperhatikan dalam kajian agama. Karena ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang- barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi. Jelas ekonomi merupakan salah satu aspek yang diperhatikan dalam agama, bahkan setiap agama memiliki ajaran sendiri mengenai cara manusia mengorganisasikan kegiatan-kegiatan ekonominya.1.2. Tujuan1. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ekonomi islam2. Untuk menjelaskan tentang pandangan islam terhadap Bank, asuransi, valas dll3. Untuk menjelaskan etos kerja dalam pandangan islam

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Prinsip-prinsip ekonomi islamA. Pengertian ekonomi islamEkonomi Islam merupakan suatu ilmu dan praktek kegiatan ekonomi berdasarkan pada ajaran Islam yakni ajaran yang sesuai dan tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Nabi (Hadits) dengan esensi tujuan ekonomi islam adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Pemenuhan kebutuhan yang bervariasi melahirkan berbagai macam sistem kehidupan termasuk sistem ekonomi. Dalam perspektif ekonomi Islam atau ekonomi syariah, kebebasan disini dibatasi aturan main (the rule of game) yang jelas dan kebutuhan (need) terbatas dengan sumber daya yang tidak terbatas, yang tidak terbatas bukan kebutuhan tetapi keinginan. Ada tiga sistem ekonomi yang dikenal di dunia, yaitu Sistem ekonomi Sosialis/komunis, Sistem ekonomi Kapitalis, dan Sistem ekonomi Islam.Masing-masing sistem ini mempunyai karakteristik. Pertama,Sistem ekonomi Sosialis/komunis.Paham ini muncul sebagai akibat dari paham kapitalis yang mengekploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup dalam dengan perannya yang dangat dominan.Akibatnya adalah tidak adanya kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi bagi individu-individu, melainkan semanya untuk kepentingan bersama, sehingga tidak diakuinya kepemilikan pribadi.Negara bertanggung jawab dalam mendistribusikan sumber dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat. Kedua,Sistem ekonomi Kapitalis.Berbeda dengan sistem komunis, sistem ini sangat bertolak belakang dengan sistem Sosialis/Komunis, di mana negara tidak mempunyai peranan utama atau terbatasdalamperekonomian.Sistem ini sangat menganut sistem mekanisme pasar. Sistem ini mengakui adanya tangan yang tidak kelihatan yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila terjadi penyimpangan (invisible hand). Yang menjadi cita-cita utamanya adalah adanya pertumbuhan ekomomi, sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan diakuinya kepemilikan pribadi. Ketiga,Sistem ekonomi Islam.Sistem ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu dari kedua sistem yang dimaksud di atas, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17, dan sosialis abad 18. Dalam sistem ekonomi Islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi pendapatan, seperti terecantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7.Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu.apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

B. Prinsip-prinsip Ekonomi dalam IslamMenurut Metwally yang dikutip Zainul Arifin, prinsip-prinsip ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:1. Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, yaitu untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpentirig adalah bahwa kegiatan tersebut akan dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti.2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah, apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Seorang Muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah SWT.4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang, akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al Qur'an mengungkapkan bahwa "Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian..," (QS:57:7). Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan sistem ekonomi kapitalis, di mana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa, "Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api." Sunnah Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan, harus dikelola oleh negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industri tidak boleh dikuasai oleh individu.6. Seorang Muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat,7. Seorang Muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab) diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif (idle assets), termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari transaksi (net earning from transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi8. Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman,

C. Prinsip-prinsip Ekonomi dalam perspektif syariahPemaknaan ekonomi Syariah atau ekonomi Islam pada dasarnya memuat nilai-nilai yang sama yakni sesuai aturan/pedoman yang mengakar dalam quran dan hadits. Prinsip ekonomi perspektif syariah merupakan landasan pokok yang menjadikan kerangka pedoman dasar bagi setiap muslim yang menyakininya dalam berperilaku bermuamalah. Pedoman ini berlandaskan al -quran dan al-hadits sebagai kerangka bangun ekonomi Islam yang memiliki nilai etik (ethics value) dan nilai norma (norm value). Prinsip ini diuraikan mewakili berbagai pendapat sehingga memudahkan dalam aspek positif dan normatif terhadap ekonomi Islam. Ketika insan ingin menuju fallah sehingga tujuan hidupnya akan bahagia dunia dan akhirat seyogyanya mengandung nilai yang berbeda dengan konvensional.Beberapa prinsip yang diilustrasikan dalam kehidupan sehari-hari akan menimbulkan dampak yang berbeda (positif), sehingga penafsiran ekonomi Islam bukan hanya bersifat ilmu normatif (normatif sciences) tapi juga bahwa ekonomi Islam bersifat ilmu aplikasi (aplication sciences) mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik kedepan.

I. Prinsip Tauhid dan Persaudaraan(The Principle Of Tawheed and Brotherhood)Ini menjadi landasan utama, seyogyanya dijadikan pegangan bagi manusia/insani, karena ini berkaitan dengan keimanan kepada TuhanNya. Berpijak dari hal tersebut bahwa segala aktivitas ekonomi yang kita lakukan itu bersumber dari syariah Allah SWT dan bertujuan akhir kembali kepada-Nya. Salah satu firman Allah yang mengisahkan ketauhidan yakni di dalam Surat:Surat Al-Ikhlas (112) ayat 1, yang berbunyi; Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha EsaAl-Mulk (67) ayat 15:Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.Prinsip persaudaraan atau kekeluargaan juga menjadi pilar pijakan yang menjadikan sistem yang akan dapat menciptakan kesejahteraan semuanya. Syariah telah mengajarkan manusia harus berbuat baik, tolong menolong sesamanya juga kasih sayang terutama kepada anak yatim, fakir miskin dan kaum yang lemah. Firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat (49) ayat 10 yakni:Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudaraAspek prinsip tauhid dan persaudaraan memiliki penjabaran yang luas, maka perlu diuraikan satu persatu diantaranya;a. SolidaritasSolidaritas memiliki pengertian persaudaraan dan tolong-menolong. Nilai solidaritas merupakan dasar untuk menjalin hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya, termasuk ekonomi (muamalah). Dengan nilai ini, hak-hak setiap kita manusia yang hidup bersamaan lebih terjamin dan terjaga. Prinsip ini bersebrangan dengan sikap yang dinamakan ekslusifisme dan mengatasnamakan suku, ras dan kelompok atau golongan. Persaudaraan tidak bermakna tanpa ada nilai tolong menolong, terutama antara yang kuat dengan yang lemah, antara yang kaya dengan yang miskin dan sebagainya.Di bawah ini ayat al-quran surat Al-Maidah (5); 2, yang menawarkan siapa saja yang melakukan tolong-menolong dalam bentuk apapun baik konsumtif dan produktif dan lain-lain.dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.b. Kerjasama (taawun)Manusia disebut zoonpoliticon artinya bahwa manusia mahkluk social yang membutuhkan bantuan orang lain. Ia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia bersifat heterogen yang bermacam-macam ragam dan tetapi memiliki beberapa tujuan yang sama dalam hidupnya, misalnya dalam mendapatkan kebahagiaan, mencapai kesejahteraan dll. Manusia tidak dapat tercapai tujuannya ketika orang tidak saling menghormati, menghargai, tolong menolong dan sebagainya. Nilai-nilai tadi tersirat bahwa bagaimana adanya sinergi tercapainya tujuan hidup secara harmonis satu dengan yang lainnya.

II. Prinsip Bekerja dan Produktivitas (The Principle Of Work and Productivity)Pandangan ekonomi Islam mengharuskan kita untuk bekerja keras, karena pada hakekatnya bekerja ialah sebagian dari ibadah. Karenanya manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan keluarganya dan berbuat baik terhadap sesamanya. Beberapa pernyataan Allah didalam kitab-Nya, bahwa bekerja yaitu kewajiban seorang muslim untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera baik didunia dan tujuan akhirnya untuk kehidupan akhirat.Aspek prinsip bekerja dan produktivitas memiliki penjabaran yang luas, maka perlu diuraikan satu persatu diantaranya;a) Kerja (working)Kerja diartikan mengerahkan segala sesuatu menuju tujuan yang diinginkan baik tenaga, pikiran dan sumber daya lainnya yang dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan ajaran Islam menyuruh kita untuk bekerja sepanjang hidupnya dengan sebaik-baiknya. Allah memerintahkan kepada manusia dalam surat At-Taubah (9); ayat 105,adapun artinya:(105). Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya sertaorang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akandikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yangnyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.Hendaklah setiap pekerjaan akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT., rizki yang kita dapatkan dari hasil kerja atau keringat sendiri itu yang paling utama, namun ketika rizki itu didapat dengan cara memintaminta atau juga dengan cara yang tidak halal maka itu pekerjaan yang dibenci oleh Allah SWT. Seperti juga QS. Ar-Rad (13) ayat 11; menerangkan bahwa:(11). ..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

b) Kompensasi (compensation)Prinsip kompensasi atau makna lain upah ialah pendapatan yang seyogyanya didapat dari implementasi suatu pekerjaan. Setiap pekerja berhak mendapatkan kompensasi atau upah. Seperti surat Al-Ahqaaf (46) ayat 19, yang artinya: Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaanpekerjaan mereka sedang mereka tiadaTingkat kompensasi ini harus mendapatkan porsi yang strategis karena ketika terjadi ketidakadilan pemberian ini maka akan muncul kedzaliman baik pemegang perusahaan/penguasa/pengusaha pada pegawainya. Siapa yang bekerja keras maka akan mendapatkan penghargaan (reward), atau sebaliknya maka akan mendapatkan sangsi (punishment). Inilah yang menjadikan renungan bagi para dunia bisnis.

c) Efisiensi (effisients)Efisiensi memiliki peranan baik bagi para pengeloaan sumber daya apapun, yakni penghematan, ketepatan dalam pelaksanaan sesuatu sumber daya. Efisiensi dalam faktor-faktor produksi sangat ditentukan pengoptimalan kinerja yang baik, sehingga hasil tadi dapat dilihat dalam aspek jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Pengelolaan secara efisien memberikan nilai maslahat bagi setiap insane (manusia), sehingga Allah SWT. mengecam bagi manusia yang mempunyai tindakan berlebih-lebihan (israf) dalam perbuatan kesehariannya.

d) Profesionalisme (professionalism)Sikap profesionalisme menjabarkan langkah yang strategis dalam kinerja tertentu. Sikap inilah dapat dikorelasikan dengan perilaku efisiensi sebab ketika kita melakukan sikap profesionalisme dampak langsung dalam penghematan berproduksi akan menghasilkan sesuatu yang baik tetapi tidak menghamburkan sesuatu yang lain. Sikap ini pernah dijelaskan oleh Nabi SAW, yang berbunyi: Allah SWT melarang menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya. (HR.Bukhari) dan mencintai seseorang yang ahli dalam perbuatannya (HR.Baihaqi). Sikap ini akan terwujud apabila manusia menyerahkan seluruh daya upaya guna kinerja yang baik sesuai kemampuan juga keahliannya.

III. Prinsip Kepemilikan (The Principle Of Ownership)Islam mengakui hak individu dalam kepemilikan harta, tapi harta yang didapat haruslah dengan cara-cara sesuai dengan ketentuan Islam. Kepemilikan harta seseorang berdasarkan kemaslahatan sehingga saling menghormati, menghargai juga tidak ada kecemburuan antar status sosial yang lain. Hal ini semua merupakan amanah Allah yang hanya berupa titipan didunia. Sebuah firman Allah yang terpetik dalam QS.Al-Baqarah (2) ayat 29, yang artinya : (29). Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu

a) Kecukupan (sufficiency)Allah SWT memberikan jaminan pada manusia untuk hidup yang layak. Siapapun manusia hidup di dunia akan mendapatkan yang sama baik muslim dan nonmuslim karena itulah Allah SWT memiliki sifat Ar-Rahman (pengasih). Itulah penjawantahan dari prinsip-prinsip ekonomi Islam, namun Allah SWT menyanyangi umat yang beriman padaNya itulah yang dinamakan Ar-Rahim. Kelayakan hidup ini diartikan bukan hanya materi kaya atau miskin, tingkat kesempatan pejabat atau rakyat biasa, aspek ketenaran artis atau bukan artis dll, akan tetapi jaminan disini bagaimana manusia dapat berkecukupan dan bertahan hidupnya dengan nyaman baginya dengan keadaan darurat sekalipun. Seperti halnya didalam al-quran surat Al-Baqarah (2) ayat 173, yang artinya :Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b). Keseimbangan (equilibrium)Ekonomi Islam menjabarkan mengenai keseimbangan hidup artinya adanya pemerataan kebutuhan hidup, aspek penyeimbangan antara kebutuhan jasmani, rohani, spiritual, mental dan sosial tujuan akhirnya menuju kebahagian dunia dan akhirat. Pengaplikasian konsep keseimbangan dalam pasar dimaknai akan terciptanya kondisi dimana para penjual dan pembeli terjadi akad yang seimbang atau saling ridho (an taradhin) sehingga tidak adanya kerugian atau kecurangan dari salah satu pihak baik mengenai harga, kuantitas barang, kualitas barang dll.

IV. Prinsip Distribusi Berkeadilan (The Principle Of Distributional Equity)11Distribusi berkeadilan merupakan azas keseimbangan tatanan ekonomi Islam. Prinsip ini dalam mengatur berkeadilan sosial baik berupa distribusi hak milik seseorang maupun orang lain, maka kekayaan seseorang itu berarti ada hak orang lain dari harta kita sehingga jalan dalam mensejahterakan orang lain dengan cara berzakat, shadaqah, fisabilllah dan lainnya.a) Pemerataan Kesempatan (equal opportunity)Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. memiliki peluang yang sama dalam memiliki, mengelola dan menikmati dari sumber daya yang diambilnya sesuai kemampuan untuk kebutuhan hidupnya Pemerataan kesempatan dalam segala hal, seyogyanya tidak boleh dibedabedakan dari golongan, ras, suku, status sosial dll. Setiap individu layak mendapatkan kesempatan dalam menikmati hidupnya secara layak dalam aspek kesehatan, bekerja, kenyamanan hidup, bersosial lainnya. Sehingga hak individu tidak terbatasi oleh kepentingan orang-orang tertentu yang ingin memikirkan dirinya sendiri.

b) Persaingan (Competition)Persaingan dalam perdagangan hal yang wajar, namun Islam memperingatkan untuk menghindari adanya monopoli12. Hal inilah yang dilarang oleh Allah SWT. atas penguasaan sesuatu tersebut, padahal penguasaan atas tanah, hutan, tambang, sumber daya perairan dan kekayaan lainnya itu diawasi dan diorganisir oleh negara dan pemerintah untuk kemaslahatan manusia. Persaingan atau saling menolong dalam syariat hanya diboleh yang baik dan tidak boleh melakukan yang bertentangan dalam etika Islam.

c) Kebebasan (Ikhtiyar)Kebebasan berkehendak tidaklah dilarang dalam pandangan Islam. Manusia sebagai pemimpin dunia (khalifah fil ardhi) akan mampu menjalankan kodratnya sesuai dengan kemampuannya. Berkehendak bebas bukanlah segalanya namun didalam al-quran dan al-hadits telah menjabarkan apa-apa saja yang wajibkan dan yang dilarangnya. Perbuatan ini menguatkan bahwa manusia berinteraksi dengan yang lainnya seperti melakukan akad perjanjian didalamnya memuat menepati atau mengingkarinya. Setiap insan didunia tidak dapat hidup tanpa sesamanya, melainkan butuh secara bersama sama (kolektif ) sehingga dapat bertahan (survive) lebih lama.Surat Al-Maidah (5) ayat 1, menjelaskan masalah perjanjian, baik perjanjian kepada Allah SWT.seperti ketaatan, kesetiaan dan melakukan yang diperintahkan dalam al-quran. Juga perjanjian kepada sesama manusia seperti kewajiban membayar hutang piutang dan sebagainya.Kontribusi yang diberikan oleh berbagai ilmuwan, ulama, dan tokoh masyarakat dalam penerapan sistem ekonomi Islam telah terbukti, diantaranya:1. Mendorong mereka yang menolak bunga bank masuk bank,2. Pengembangan usaha kecil dan menengah melalui dana pembiayaan dari BMT,3. Mendorong sektor filantropis melalui zakat, infak, shadaqah dan wakaf,4. Mendorong implementasi syariah disegala bidang,5. Memacu lahirnya industri lain yang menyokong perbankan seperti asuransi syariah, pasar modal syariah dan berbagai sektor riil,6. Menggerakkan perhatian para ahli muslim dan non-muslim pada pengembangan konsep ekonomi Islam,7. Berkembangnya institusi-institusi pendidikan yang membuka program studi ekonomi Islam dan perbukuan yang membahas topik-topik ekonomi Islam, 8. Mendorong proses Islamisasi Ilmu dan bidang lainnya.Dengan lahirnya institusi syariah ini maka entitas itu menjadi laboratorium hidup bagi kita untuk menguji dari penerapannya dengan nilai-nilai dan konsep Islam dalam bidang muamalah dan turunannya. Semua keberhasilan elemen-elemen dan sistem ekonomi Islam ini sangat tergantung pada umatnya sendiri yang menjalankannya terutama akademisi sebagai peramu menu sebelum memasuki strike competitive (persaingan tajam). Masa depan ekonomi Islam tergantung dipundak kita semua, baik pemimpin negara sampai rakyat jelata bahwa ini adalah salah satu perjuangan atau jihad fisabillah karena kita sudah melihat dan mengalami setiap yang bathil akan hancur. Mari kita hijrah dari sistem ekonomi yang bathil menuju ke sistem yang lebih berkah yakni ekonomi Islam.

2.2. Pandangan Islam Terhadap Asuransi, Bank, Valas dll1. Pengertian Bank ( Perbankkan )Di dalam Ensikiopedi Indonesia disebutkan bahwa Bank (perbankan) ialah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau orang lain. Selain dari itu juga mengedarkan alat tukar baru dalam bentuk uang bank atau giral. Jadi kegiatannya bergerak dalam bidang keuangan serta kredit dan meliputi dua fungsi penting, yaitu sebagai perantara pemberi kredit dan menciptakan uang. Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang lebih dikenal dengan istilah bunga. Oleh Fuad Muhammad Fachruddin disebutkan bahwa rente ialah keuntungan yang diperoleh perusahaan bank, karena jasanya meminjarnkan uang untuk melancarkan perusahaan orang yang meminjam. Berkat bantuan bank yang meminjarnkan yang kepadanya, perusahaannya bertambah maju dan keuntungan yang diperolehnya juga bertambah banyak. Menurut Fuad Fachruddin, bahwa rente yang dipungut oleh bank itu haram hukumnya. Sebab, pembayarannya lebih dari uang yang dipinjarnkannya. Sedang uang yang lebih dari itu adalah riba, dan riba itu haram hukumnya.Kemudian dilihat dari segi lain, bahwa bank itu hanya tahu menerima untung, tanpa risiko apa-apa. Bank meminjarnkan uang, kemudian rentenya dipungut, sedang rente itu semata-mata menjadi keuntungan bank yang sudah ditetapkan keuntungannya. Pihak bank tidak mau tahu apakah orang yang meminjam uang itu rugi atau untung.Di dalam Islam dikenal ada doktrin tentang riba dan mengharamkannya. Islam tidak mengenal sistem perbankan modern dalam arti praktis, sehingga terjadi perbedaan pendapat. Beda pandangan dalam menilai persoalan ini akan berakibat timbul kesimpulan-kesimpulan hukum yang berbeda pula, dalam hal boleh tidaknya serta halal haramnya. Dunia perbankan dengan sistem bunga (rente), kelihatannya semakin mapan dalam perekonomian modern, sehingga hampir tidak mungkin menghindarinya, apalagi menghilangkannya. Bank pada saat ini merupakan sesuatu kekuatan ekonomi masyarakat modern. Dari satu segi ada tuntutan keberadaan bank itu dalam masyarakat untuk roengatur lalu lintas keuangan, di lain pihak, masalah ini dihadapkan dengan keyakinan yang dianut oleh urnmat Islam, yang sejak awal kehadiran agama Islam telah didoktrinkan bahwa riba itu haram hukumnya. Pada saat dihararnkan, riba itu telah berurat berakar dalam masyarakat jahiliah yang merupakan pemerasan orang kaya terhadap orang miskin. Orang kaya bertambah kaya dan orang miskin bertambah melarat.Sebagian besar ulama membagi riba menjadi dua macam, yaitu:1. Riba nasiah, yaitu riba yang terjadi karena ada penangguhan (penundaan) pembayaran utang.2. Riba fadhl, riba yang terjadi karena ada tambahan pada jual beli benda atau bahan sejenis.

a. Praktik Perbankan Yang Diharamkan Praktik perbankan konvensional yang haram adalah: a. Menerima tabungan dengan imbalan bunga, yang kemudian dipakai untuk dana kredit perbankan dengan bunga berlipat.b. Memberikan kredit dengan bunga yang ditentukanc. Segala praktik hutang piutang yang mensyaratkan bunga.Bagi ulama yang mengharamkan sistem perbankan nasional, bunga bank adalah riba. Dan karena itu haram.b. Bank dan Fee ( Pungutan biaya Administrasi )Fee maksudnya adalah pungutan dana untuk kepentingan administrasi, seperti keperluan kertas, biaya operasional dan lain-lain. Adapun namanya, pungutan itu tetap termasuk bunga. Dengan demikian, persoalannya tetap sama seperti uraian terdahulu, yaitu ada yang setuju dan ada pula yang menentangnya. Bagi ulama yang membolehkan pungutan dana dan peminjam dan pemberian dana (uang jasa) kepada penabung (deposito), tidak ada masalah, bila bermuamalah dengan bank. Akan tetapi bagi ulama yang menyatakan syubhat atau boleh bermuamalah dengan bank dalam keadaan darurat (terpaksa), masih mengundang pertanyaan. Sampai kapan masa darurat itu berakhir dan sampai kapan pemahaman syubhat itu hilang? Oleh sebab itu, perlu ada solusi, ada pemecahan masalah yang dihadapi oleh urnmat Islam mengenai perbankan ini. Salah-satu alternatif atau jalan keluarnya adalah mendirikan Bank Islam. Bank IslamDalam dunia usaha dan perdagangan, sukar orang menghindar dari perbankan karena via bank lebih mudah melakukan lalu lintas keuangan. Tetapi.disisi lain urnmat Islam dihadapkan kepada suatu ketentuan hukum yang terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, yaitu apakah bermuamalah dengan bank itu sesuai dengap ajaran Islam atau tidak, Keragu-raguan itu sedapat mungkin dihilangkan dan harus ada jalan keluar yang ditempuh, agar perekonomian yang dijalankan umat Islam, tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang dianutnya. Menyadari akan kenyataan ini, urnmat Islam telah berusaha mencari jalan keluarnya yaitu mendirikan Bank Islam karena Bank semacam ini menyediakan sarana bagi ummat Islam untuk melakukan kegiatan muamalah sesuai dengan ajaran Islam. Sarana yang tersedia pada Bank Islam adalah berupa fasilitas perbankan menurut ajaran Islam, baik untuk usaha yang produktif maupun investasi.Di dalam Bank Islam disebutkan bahwa:1. Bank Islam didirikan karena dilatarbelakangi oleh keinginan urnmat Islam untuk menghindar dari riba dalam kegiatan muamalahnya.2. Bank Islam didirikan karena dilatarbelakangi oleh keinginan urnmat Islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama.3. Bank Islam didirikan karena dilatarbelakangi oleh keinginan urnmat Islam untuk mempunyai alternatif pilihan dalam mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebib sesuai.

Pada dasarnya Bank Islam tidak menyalurkan dana secara langsung kepada pemakai dana, tetapi dalam bentuk barang yang diperlukan dan pihak banklah yang mengeluarkan biayanya. Pemakai dana menunjuk langsung pemasok barang, dengan kualitas dan harga pantas yang berlaku di pasaran. Dalam keadaan tertentu, Bank Islam dapat menyalurkan dana dalam bentuk tunai kepada pemakainya, sebagai pelengkap dan jumlahnya lebih kecil dari modal yang berbentuk barang. Sebagai ganti sistem bunga. Bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba, antara lain ialah:a. MudharabahMudbarabah ialah suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan pengusaha. Pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan. Hasil usaha bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama pada saat dibuat dan ditandatangani perjanjian. Umpamanya 60:40; 50:50. Sekiranya terjadi kerugian, yang bukan karena penyelewengan atau keluar dari kesepakatan, maka pemilik modal dan pengusaha, sama-sama menanggung rugi, yaitu rugi dana dan nigi tenaga (skill).

b. Musyarakah Musyarakah ialah suatu perjanjian usaha antara dua atau beberapa orang (badan) pemilik modal untuk menyerahkan modalya pada suatu proyek. Keuntungan dibagi atas kesepakatan bersama, atau berdasarkan besar kecilnya modal masing-masing. Demikian juga mengenai kerugian yang diderita, dicantumkan dalam perjanjian kerja sama itu. Dalam masyarakat kita kenal dengan istilah patungan (joint venture). Bank di satu pihak dan pengusaha di pihak lain.

c. MurabahahMurabahah ialah pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. Cara yang ditempuh ialah, pihak bank membelikan barang-barang yang diperlukan oleh nasabah, atas nama bank tersebut. Pada saat itu juga pihak bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga yang disetujui bersama dan akan dibayar dalam jangka waktu tertentu pula. Dalam jangka waktu yang telah ditetapkan itu, harga tidak boleh berubah, walaupun di pasaran harga naik atau turun. Pada saat jatuh tempo, belum tentu pihak bank mendapat keuntungan, bila harga barang naik (inflasi). Demikian juga sebaliknya adakalanya nasabah yang rugi karena barang turun drastis.

d. Wadiah Wadiah ialah titipan (uang, surat-surat barharga atau deposito). Pihak bank berkewajiban menjaga titipan itu dengan penuh amanah. Di antara barang titipan itu, atas seizin penitip dapat dipergunakan (dimanfaatkan oleh pihak bank). Bila mendapat keuntungan dari pemanfaatan barang titipan itu, sepenuhnya menjadi milik bank. Bila sewaktu-waktu titipan itu diminta kembali, pihak bank harus mengembalikan sepenuhnya sesuai dengan yang tercantum dalam surat penitipan dan jangka waktu yang telah ditetapkan. Bila pihak bank memberikan bonus kepada para nasabahnya, tidak bertentangan dengan ajaran Islam asal tidak ada perjanjian sebelumnya. Hal ini sangat bergantung kepada pihak bank, berapa yang pantas diberikannya.

2. Pengertian AsuransiKata asuransi disebut assurantie yang bersumber dari bahasa Belanda, bermakna penanggung dan tertanggung. Dalam bahasa Inggris, disebut insurance yang bermakna menanggung suatu kerugian yang terjadi. Dalam bahasa Arab, berasal dari kata terdiri atas beberapa makna. Semuanya berkisar pada arti aman, yaitu berkenaan dengan ketenangan jiwa dan meniadakan rasa takut. Menurut Muhammad Sayid al-Dask, asuransi adalah transaksi yang mewajibkan kepada pihak tertanggung untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya berupa jumlah uang kepada pihak penanggung, dan akan menggantikannya manakala terjadi peristiwa kerugian yang menimpa si tertanggung. Jenis-jenis Asuransi 1. Dilihat dari fungsinya, asuransi dibedakan:a. Asuransi kerugian (non life insurance) Asuransi kebakaran, kecelakaan kapal terbang dan lain-lain Asuransi pengangkutan; Asuransi selain di atas, misalnya asuransi kendaraan bermotor, pencurian dan lainnya.b. Asuransi Jiwa (life insurance) Asuransi berjangka; Asuransi tabungan; Asuransi seumur hidup2. Dilihat dari segi kepemilikannya, terbagi atas:a. Asuransi milik pemerintah;b. Asuransi milik swasta nasional;c. Asuransi milik perusahaan asing;d. Asuransi milik campuran. Prinsip-prinsip AsuransiBerdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko berkaitan dengan keuangan yang diakui secara sah oleh hukum, antara tertanggung dan suatu yang dipertanggungkan dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara hukum. Ada beberapa prinsip-prinsip dalam asuransi, yaitu:1. Utmost good faith, atau itikad baik dari kedua pihak, antara tertanggung dan penanggung.2. Indemnity, atau ganti rugi. Artinya mengendalikan posisi keuangan tertangung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut.3. Proximate cause, adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau beurutan dan intervensi kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen.4. Subrogation, merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.5. Contribution, suatu prinsip di mana penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing-masing penanggung belum tentu sama besarnya.

3. Pengertian valasValuta asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal denganmoney changeratauforeign exchange, sedangkan dalam istilah Arab disebutal-sharf. Dalam kamusal-Munjid fi al-Lughahdisebutkan bahwaal-sharfberarti menjual uang dengan uang lainnya.Al-sharfyang secara harfiyah berarti penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Dengan demikianal-sharfadalah perjanjian jual beli satu valuta dengan valuta lainnya. Valas ataual-sharfsecara bebas diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain, sepertidollar Amerika, poundsterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya.Jual beli mata uang merupakan transaksi jual beli dalam bentuk finansial yang mencakup beberapa hal sebagai berikut: pembelian mata uang, pertukaran mata uang, pembelian barang dengan uang tertentu, penjualan barang dengan mata uang, penjualan promis (surat perjanjian untuk membayar sejumlah uang) dengan mata uang tertentu, atau penjualan saham dalam perseroan tertentu dengan mata uang tertentu.Masing-masing dari kegiatan di atas dapat diklasifikasi menjadi dua macam kegiatan, yaitu jual beli dan pertukaran. Sehingga untuk masing-masing kegiatan tersebut dapat diberlakukan hukum jual beli dan pertukaran. Penjualan mata uang dengan mata uang yang serupa atau penjualan mata uang dengan mata uang asing dalam Islam inilah yang kemudian disebut sebagaial-sharf.

Jenis-jenis Transaksi Valuta AsingDalam jual beli antara bank dengan nasabah sepertibank notes,traveller cheque, rekening giro atau deposito valas yang penyerahannya dapat dilakukan pada saat transaksi, namun untuk transaksi valas yang dilakukan dalam perdagangan internasional tidak selamanya penyerahan dapat dilakukan pada saat transaksi, mengingat jarak yang relatif jauh, perbedaan waktu serta volume transaksi yang besar walaupun pada akhirnya semua transaksi ditutup secara tunai (spot). Oleh karena itu, ada 3 jenis transaksi yang dapat dilakukan di bursa valas, yaitu:a. Transaksi Tunai (spot transaction)Dalam transaksi tunai biasanya penyerahan valas ditetapkan 2 hari kerja berikutnya. Misalnya kontrak jual beli valas ditutup tanggal 10, maka penyerahannya dilakukan tanggal 12, namun apabila tanggal 12 adalah hari Minggu atau hari libur negara asal, maka penyerahan dapat dilakukan pada kari berikutnya. Tanggal penyelesaian transaksi seperti ini disebut tanggal valuta atauvalue date.Penyerahan dana dalam transaksi tunai pada dasarnya dapat dilakukan dalam 3 cara:a. Value todaydisebut jugacash settlement, yaitu penyerahan dilakukan pada tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) dilakukannya transaksi.b. Value tomorrowdisebut jugaone day settlement, yaitu penyerahan dilakukan pada hari kerja berikutnya.c. Value spot,yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.

b. Transaksi berjangka/tunggak (forward transaction)Dalam transaksi berjangka penyerahan dilakukan beberapa hari mendatang baik secara mingguan atau bulanan. Kurs dilakukan pada waktu kontrak dilakukan, akan tetapi pembayaran dilakukan beberapa waktu yang akan datang sesuai dengan jangka waktunya. Akibatnyarateyang digunakan dalam transaksi berjangka lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi tunai. Transaksi semacam ini disebutpremiumdan bila sebaliknya disebut discount. Transaksi berjangka ini sering dilakukan untuk pemagaran risiko terhadap fluktasi tingkat pertukaran (exchange rates) dan menjamin nilai tagihan di masa ynag akan datang dan juga untuk tujuan spekulasi.

c. Transaksi barter (swap transaction)Transaksi barter dalam pasar antar bank adalah pembelian dan penjualan secara bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda. Dengan demikian, transaksi barter merupakan kombinasi antar pembeli dan penjual untuk dua mata uang secara tunai yang diikuti membeli dan menjual kembali mata uang yang sama secara tunai dan berjangka secara stimulan dalam batas waktu yang berbeda. Transaksi barter sering kali disebut transaksi tukar pakai suatu mata uang untuk jangka waktu tertentu dan transaksi barter jumlah pembelian suatu mata uang selalu sama dengan jumlah penjualannya, oleh kerenanya tidak mengubah posisi pertukaran keuntungan.

d. TransaksiOptionTransaksiOptionadalah sebuah kontrak finansial yang memberikan hak kepada pembeli dan kewajiban pada penjual untuk membeli atau menjual sesuatu pada harga, satuan dan waktu tertentu. Pembeli dalam hal ini adalah pihak yang mengalihkan resiko kepada penjual dengan cara membayar premi. Melalui perjanjian ini, pembeli tidak mau menerima resiko melebihi premi yang dibayarkan namun berhak untuk mengambil keuntungan yang tidak terbatas. Sementara di sisi lain, penjual adalah pihak yang menerima premi sebagai keuntungan maksimal dan bersedia untuk menanggung kerugian yang tidak terbatas.

Valuta Asing Menurut Perspektif IslamPerdagangan valuta asing dapat dianalogikan dengan pertukaran antara emas dan perak (sharf). Harga atau pertukaran itu dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli.Diriwayatkan oleh Abu Ubadah ibnush-Shamid bahwa Rasullah Saw. telah bersabda,

: :

Emas (hendaklah dibayar) dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan (cash). Maka apabila berbeda jenisnya, juallah sekehendak kalian dengan syarat kontan. (HR Muslim, dalam kitab al-Musaqah)Arahan Rasulullah Saw. dalam hadits ini mengindikasikan:a. Emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya (Rupiah dengan rupiah atau dollar dengan dollar) kecuali sama jumlahnya.b.Bila berbeda jenisnya, rupiah dengan yen, dapat ditukarkan (exchange) sesuai denganmarket ratedengan catatan harusnaqdanatauspot.

Fatwa tentang Jual Beli Mata Uang (Valas)Berikut ini adalah fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO.28/DSN-MUI/III/2002 tentang transaksi jual beli mata uang.Pertama : Ketentuan Umum:Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

2.3. Etos Kerja dalam Islam1. Pengertian Kerja Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenallelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli Syurga seperti yang digambarkan dalam Al-Quran bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan kemaluannya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al Muminun : 1 11). Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanya.

2. Hakekat Etos Kerja dalam IslamEtos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu.Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.Dalam al-Quran dikenal kataitqonyang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus.3. Etika Kerja dalam IslamRasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan denganitqon(tekun, rapi dan teliti). (HR. al-Baihaki). Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agaritqondalam bekerja. Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Quran menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan. Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan terhormat.Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan. (HR. Bukhari dan Muslim).Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.Taqwa merupakan dasar utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya.Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia.Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT.Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya.Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :a. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus. (HR Hambali)b. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.1. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.2. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi4. ManifestasiKerja UntukMencari Ridha AllahSebenarnya umat Islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi. Kini tinggal bagaimanamenterjemahkan danmengapresiasikannya dalam kegiatan harian, mingguan dan bulanan.Jika kita pandang dari sudut bahwa tujuan hidup itu mencari Ridha Allah SWT maka apapun yang dikerjakannya, apakah di rumah, di kantor, di ruang kelas, di perpustakaan, di ruang penelitian ataupun dalam kegiatan kemasyarakatan, takkan lepas dari kerangka tersebut.Artinya, setiap pekerjaan yang kita lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam kerangka pencapaian Ridha Allah. Cara melihat seperti ini akan memberi dampak, misalnya, dalam kesungguhan menghadapi pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidupnya maka apa yang dilakukannya di dunia tak dijalankan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam mendekati kepada Al Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yang berada pada dirinya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya. Ini bisa berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada Yang Maha Suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja dalam bahasa populernya secara professional.Apa sebenarnya profesional itu ? Dalam khasanah Islam mungkin bisa dikaitkan dengan padanan kata ihsan. Setiap manusia, seperti diungkapkan Al Quran, diperintahkan untuk berbuat ihsan agar dicintai Allah. Kata Ihsan sendiri merupakan salah satu pilar disamping kata Iman dan Islam. Dalam pengertian yang sederhana, ihsan berarti kita beribadah kepada Allah seolah-olah Ia melihat kita. Jikalau kita memang tidak bisa melihat-Nya, tetapi pada kenyataannya Allah menyaksikan setiap perbuatan dan desir kalbu kita. Ihsan adalah perbuatan baik dalam pengertian sebaik mungkin atau secara optimal. Hal itu tercermin dalam Hadis Riwayat Muslim yang menuturkan sabda Rasulullah SAW :Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Karena itu jika kamu membunuh, maka berihsanlah dalam membunuh itu dan jika kamu menyembelih, maka berihsanlan dalam menyembelih itu dan hendaknya seseorang menajamkan pisaunya dan menenangkan binatang sembelihannya itu.Menurut Nurcholis Madjid, dari konteks hadis itu dapat disimpulkan bahwa ihsan berarti optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu sebaik mungkin, bahkan sesempurna mungkin.Penajaman pisau untuk menyembelih itu merupakan isyarat efisiensi dan daya guna yang setinggi-tingginya. Allah sendiri mewajibkan ihsan atas segala sesuatu seperti tercermin dalam Al Quran. Yang membuat baik, sebaik-baiknya segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Selanjutnya Allah juga menyatakan telah melakukan ihsan kepada manusia, kemudian agar manusia pun melakukan ihsan.Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dunia, dan berbuat ihsanlah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepadamu , dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.Dari keterangan hadis dan uraian Al Quran jelaslah bahwa setiap Muslim harus menjadi seorang pekerja yang profesional. Dengan demikian ia melaksanakan salah satu perintah Allah untuk berbuat ihsan dan juga mensyukuri karunia Allah berupa kekuatan akal dan fisiknya yang diberikan sebagai bekal dalam bekerja. Mengabaikan potensi akal dan fisik ini atau tidak menajamkannya bisa bermakna tidak mensyukuri nikmat dan karunia Ilahi Rabbi.

5. Komponen Dasar Etos Kerjaa. Iman dan TaqwaYang dinamakan iman adalah meyakini di dalam hati, menyatakannya dengan lesan, dan malaksanakannya dengan perbuatan.[1][10]Kata taqwa (al-taqwa) dan kata-kata kerja serta kata-kata benda yang dikaitkan dengannya memiliki tiga arti, menurut Abdullah Yusuf Ali pertama, takut kepada Allah, merupakan awal dari kearifan.Kedua, menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala kejahatan. Ketiga, ketaqwaan, ketaatan dan kelakuan baik.[2][11]Setiap pribadi muslim harus menyakini bahwa nilai iman dan taqwa akan terasa kelezatannya apabila secara nyata dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh atau tindakan kreatif dan prestatif. Iman dan taqwa merupakan energi batin yang memberi cahaya pelita untuk mewujudkan identitas dirinya sebagai bagian dari umat yang terbaik.Dalam Al-quran banyak memuat ayat yang manganjurkan taqwa dalam setiap perkara dan pekerjaan. Ayat-ayat tentang keimanan selalu diikuti dengan ayat-ayat kerja, demikian pula sebaliknya. Ayat seperti orang-orang yang beriman diikuti dengan ayat dan mereka yang beramal sholeh. Jika Allah SWT ingin menyeru kepada orang-orang mukmin dengan nada panggilan seperti Wahai orang-orang yang beriman, maka biasanya diikuti oleh ayat yang berorentasi pada kerja dengan muatan ketaqwaan, di antaranya, keluarkanlah sebagian dari apa yang telah kami anugerahkan kepada kamu, janganlah kamu ikuti/rusakkan sedekah-sedekah (yang telah kamu keluarkan) dengan olokan-olokan dan kata-kata yang menyakitkan ; wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah.Keterkaitan ayat-ayat tersebut memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama etos kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan kerja dengan iman berarti mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemaslahatannya sendiri, bukan dalam kaitannya perkembangan individu, kepatuhan dengan Allah, serta pengembangan umat manusia.Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etos yang harus diikutsertakan di dalamnya, oleh karena kerja merupakan bukti adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa. Hendaknya para pekerja dapat meningkatkan tujuan akhir dari pekerjaan yang mereka lakukan, dalam arti bukan sekedar mencari upah dan imbalan, karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus berkhidmat kepada umat.Prinsip inilah yang terutama dipegang teguh oleh umat Islam, sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.Etos kerja yang disertai dengan ketaqwaan merupakan tuntunan Islam. Hal ini telah dipratikkan oleh umat Islam pada masa yang gemilang, ketika Islam mampu mendominasi dunia kerja dan mempengaruhi hati manusia sekaligus. Sehingga seluruh aktifitas umat Islam tidak lepas dari nilai-nilai keimanan.2. Niat (komitmen)Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja barang kali dapat dimulai dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang amat terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (tujuan mencari ridha Allah) maka iapun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat tujuan itu pulalah nilai kerjanya tersebut.Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya. Dan komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang dikaitkan dengan sistem nilai (value system) yang dianutnya. Oleh karena itu komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan sunggguh-sungguh.Telah dikatakan bahwa niat atau komitmen ini merupakan suatu keputusan dan pilihan pribadi, dan menunjukkan keterikatan kita kepada nilai-nilai moral serta spiritual dalam pekerjaan kita. Karena nilai-nilai moral dan spiritual itu bersumber dari Allah dengan ridha atau perkenan-Nya, maka secara keagamaan semua pekerjaan dilakukan dengan tujuan memperoleh ridho dan perkenan Allah itu. Oleh karena itu, sebaiknya diberi penegasan bahwa pekerjaan yang dilakukan tanpa tujuan luhur yang terpusat pada usaha mencapai ridho Allah berdasarkan iman kepadanya itu adalah bagaikan fartamurgana. Yakni, tidak mempunyai nilai-nilai atau makna yang suptansial apa-apa.6. Ciri - Ciri Etos Kerja IslamiDan dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja tinggi pada umumnya banyak keserupaannya, utamanya pada dataran lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1. Baik dan BermanfaatIslam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok.

2. Kemantapan atauperfectnessKualitaskerjayangmantapatauperfectmerupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yangislami yang berarti pekerjaan mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan danskillyang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih.

3. KerjaKeras, Tekun dan Kreatif.Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan denganmujahadahdalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah istifragh ma fil wusi,yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan, tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai.4. Berkompetisi dan Tolong-menolongAl-Quran dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal shalih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qurani yang bersifat amar atau perintah, seperti fastabiqul khairat(maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan. Oleh karena dasar semangat dalam kompetisiislamiadalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (taawun).

5. Objektif (Jujur)Sikap ini dalam Islam diistilahkan denganshidiq,artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan dengan nilai-nilai yang benar dalam Islam. Tidak ada kontradiksi antara realita dilapangan dengan konsep kerja yang ada. Dalam dunia kerja dan usaha kejujuran ditampilakan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, mengakui kekurangan, dan kekurangan tersebut diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhi dari berbuat bohong atau menipu

6. Disiplin atau KonsekuenSelanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi yang berhubungan dengan sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam Islam disebut dengan amanah. Sikap bertanggungjawab terhadap amanah merupakan salah satu bentuk akhlaq bermasyarakat secara umum, dalam konteks ini adalah dunia kerja. Allah memerintahkan untuk menepati janji adalah bagian dari dasar pentingnya sikap amanah.Janji atau uqud dalam ayat tersebut mencakup seluruh hubungan, baik dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam semesta, atau bisa dikatakan mencakup seluruh wilayah tanggung jawab moral dan sosial manusia. Untuk menepati amanah tersebut dituntut kedisiplinan yang sungguh-sungguh terutama yang berhubungan dengan waktu serta kualitas suatu pekerjaan yang semestinya dipenuhi.

7. Konsisten dan IstiqamahIstiqamahdalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran sehingga menghasilkan sesuatu yang maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus. Proses itu akan menumbuh-kembangkan suatu sistem yang baik, jujur dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata. Orang atau lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus akan mendapatkan solusi daris segala persoalan yang ada. Inilah janji Allah kepada hamba-Nya yang konsisten/istiqamah.8. Percaya diri dan KemandirianSesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, karena jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri, sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset dan kemampuan serta potensi ilahiyah yang ia miliki yang sungguh sangat besar nilainya. Semangat berusaha dengan jerih payah diri sendiri merupakan hal sangat mulia posisi keberhasilannya dalam usaha pekerjaan.9. Efisien dan HematAgama Islam sangat menghargai harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan bahwa agama Islam membenci harta, adalah tidak benar. Yang dibenci itu ialah mempergunakan harta atau mencari harta dan mengumpulkannya untuk jalan-jalan yang tidak mendatangkan maslahat, atau tidak pada tempatnya, serta tidak sesuai dengan ketentuan agama, akal yang sehat danurf (kebiasaan yang baik). Demi kemaslahatan harta tersebut, maka sangat dianjurkan untuk berperilaku hemat dan efisien dalam pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai juga maksimal. Namun sifat hemat di sini tidak sampai kepada kerendahan sifat yaitu kikir atau bakhil. Sebagian ulama membatasi sikap hemat yang dibenarkan kepada perilaku yang berada antara sifat boros dan kikir, maksudnya hemat itu berada di tengah kedua sifat tersebut. Kedua sifat tersebut akan berdampak negatif dalam kerja dan kehidupan, serta tidak memiliki kemanfaatan sedikit pun, padahal Islam melarang sesorang untuk berlaku yang tidak bermanfaat.

BAB IIIPENUTUP 3.1. Kesimpulan

Ekonomi Islam merupakan suatu ilmu dan praktek kegiatan ekonomi berdasarkan pada ajaran Islam yakni ajaran yang sesuai dan tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Nabi (Hadits) dengan esensi tujuan ekonomi islam adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat.Bank (perbankan) ialah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau orang lain.Menurut Muhammad Sayid al-Dask, asuransi adalah transaksi yang mewajibkan kepada pihak tertanggung untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya berupa jumlah uang kepada pihak penanggung, dan akan menggantikannya manakala terjadi peristiwa kerugian yang menimpa si tertanggung.Valuta asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal denganmoney changeratauforeign exchange, sedangkan dalam istilah Arab disebutal-sharf. Dalam kamusal-Munjid fi al-Lughahdisebutkan bahwaal-sharfberarti menjual uang dengan uang lainnya.Al-sharfyang secara harfiyah berarti penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Dengan demikianal-sharfadalah perjanjian jual beli satu valuta dengan valuta lainnya. Valas ataual-sharfsecara bebas diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain, sepertidollar Amerika, poundsterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya.Perdagangan valuta asing dapat dianalogikan dengan pertukaran antara emas dan perak (sharf). Harga atau pertukaran itu dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli.Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenallelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Hulwati. Ekonomi Islam (Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan Obligasi Syariah diPasar Modal Indonesia dan Malaysia), (Jakarta: Ciputat Press, 2009).

Mannan, M.Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana BhaktiPrima Yasa, 1997).

Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja dan Pengembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1982).

Antonio, Syafii, Konsep Asuransi Takaful, Jakarta: Gema Insani Press, 1999

Tim Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: PT.Intermasa, 2003).

file:///E:/ETOS%20KERJA%20DALAM%20ISLAM%20_%20Arena%20Belajar.html

file:///E:/Valas%20dalam%20perspektif%20hukum%20islam%20_%20It's%20Mine%20%E2%99%A5.html