37
Audit Keuangan Negara KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat melalui hari demi hari dengan penuh semangat dalam menulis makalah ini, untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Audit Keuangan Negara. Dan ini merupakan suatu usaha untuk membantu penulis dalam mencapai tujuan pendidikan. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan makalah ini serta di kegiatan selanjutnya. Dasar harapan penulis pada makalah ini akan membantu mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya tentang perpajakan khususnya tentang Kode Etik Pemeriksa BPK dan Perbandingannya dengan Etika Profesional Akuntan. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun makalah ini, dari itu penulis megharapkan kritik dan saran-saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih sempurna lagi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Nini Syofriyeni, SE, M.Si, Ak selaku dosen mata kuliah bersangkutan, yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan paper ini serta semua pihak yang turut membantu penyelesaian makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Padang, 27 September 2014 Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Makalah audit keuangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

audit keuangan negara

Citation preview

Page 1: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis persembahkan ke

hadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat melalui

hari demi hari dengan penuh semangat dalam menulis makalah ini, untuk memenuhi salah

satu tugas dalam mata kuliah Audit Keuangan Negara. Dan ini merupakan suatu usaha

untuk membantu penulis dalam mencapai tujuan pendidikan. Shalawat dan salam kepada

Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam

perjalanan makalah ini serta di kegiatan selanjutnya. Dasar harapan penulis pada makalah

ini akan membantu mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya tentang

perpajakan khususnya tentang Kode Etik Pemeriksa BPK dan Perbandingannya dengan

Etika Profesional Akuntan.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun

makalah ini, dari itu penulis megharapkan kritik dan saran-saran yang membangun agar

makalah ini dapat lebih sempurna lagi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu

Nini Syofriyeni, SE, M.Si, Ak selaku dosen mata kuliah bersangkutan, yang telah

memberikan bimbingan dalam penulisan paper ini serta semua pihak yang turut

membantu penyelesaian makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Padang, 27 September 2014

Penulis

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 2: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan analisis maka rumusan masalah dituangkan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut.

1.     Bagaiman Kode Etik Pemeriksa BPK ?

2.     Bagaiman Kode Etik Profesi Akuntan ?

3.     Apa saja kasus yang terdapat dalam Kode Etik Pemeriksa BPK dan Kode Etik

Profesi Akuntan?

1.3.    Tujuan

Tujuan umum dari dususunnya makalah ini adalah untuk memahami Kode Etik

Pemeriksa BPK dan Perbandingannya dengan Etika Profesional Akuntan. Adapun tujuan

khusus adalah sebagai berikut.

1.  Mengetahui dan memahami Kode Etik Pemeriksa BPK.

2.   Mengetahui dan memahami Kode Etika Profesional Akuntan.

3.  Mengetahui dan memahami kasus yang terjadi pada kode Etik Pemeriksa BPK dan

Etika Profesi Akuntan.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 3: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kode Etik Pemeriksa BPK

Pengertian BPK

Menurut Peraturan BPK RI- 2 Tahun 2011 Badan Pemeriksa Keuangan, yang

selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Anggota BPK

adalah Pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.

Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Pelaksana BPK Lainnya

adalah pejabat struktural pada Unit Pelaksana Tugas Pemeriksaan dan BPK Perwakilan

Provinsi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta Pejabat dan/atau pegawai

lainnya sesuai surat tugas yang sah untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara.

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan

secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk

menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara yang dilakukan berdasarkan standar pemeriksaan yang

dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan sebagai Keputusan BPK.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan dan apabila tidak dilakukan akan dikenakan hukuman. Larangan adalah

segala sesuatu yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan dan apabila dilanggar akan

dikenakan hukuman. Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan

kesatuan yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerasnya upaya, serta kompetensi yang

memadai. Independensi adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan

pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh

siapapun. Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam

menjalankan tugas.Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-

norma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 4: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

lainnya selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan

kredibilitas BPK.

Tujuan Kode Etik adalah untuk memberikan pedoman yang wajib ditaati oleh

Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya untuk mewujudkan BPK yang

berintegritas, independen, dan profesional demi kepentingan negara.

KODE ETIK

Kode BPK terdiri dari Nilai Dasar merupakan kristalisasi moral yang Primus

Inter Pares dan melekat pada diri manusia serta menjadi patokan dan ideal (cita-cita) dalam

kehidupan sehari-hari. Nilai Dasar Kode Etik BPK meliputi Integritas, Independensi,

dan Profesionalisme. Kode Etik ini harus diwujudkan dalam sikap, ucapan, dan perbuatan

Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara/Pejabat

Negara dalam melaksanakan pemeriksaan dan dalam kehidupan sehari-hari, baik selaku

Individu dan Anggota Masyarakat, maupun selaku Warga Negara.

IMPLEMENTASI KODE ETIK

Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya Selaku Individu dan Anggota

Masyarakat. Kewajiban Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya dalam

melaksanakan tugasnya adalah sebagai berukut:

a. mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia;

b. menghormati perbedaan dan menjaga kerukunan hidup bermasyarakat;

c. bersikap jujur dan bertingkah laku sopan; dan

d. menjunjung tinggi nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.

Selain terdapat kewajiban dalam melaksanakan tugasnya, Anggota BPK, Pemeriksa,

dan Pelaksana BPK Lainnya juga terikat dengan aturan yg berisi larangan dalam

menjalankan tugasnya. Larangan itu meliputi :

a. menunjukkan keberpihakan dan dukungan kepada kegiatan-kegiatan politik praktis;

b. memaksakan kehendak pribadi kepada orang lain dan/atau masyarakat;

c. melakukan kegiatan baik secara sendiri-sendiri maupun dengan orang lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara; dan

d. melakukan kegiatan yang dapat menguntungkan kelompoknya dengan memanfaatkan

status dan kedudukannya baik langsung maupun tidak langsung.

Kewajiban Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya selaku warga

negara antara lain:

a. mempertahankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 5: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

b. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

c. menjaga nama baik, citra, dan kehormatan bangsa dan negara.

Larangan yang harus d patuhi Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya

sebagai waga negara meliputi:

a. menjadi anggota organisasi yang dinyatakan dilarang secara sah di wilayah Republik

Indonesia dan organisasi lain yang menimbulkan keresahan masyarakat; dan

b. menjadi perantara dalam pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan pemerintah.

Kewajiban yang harus di penuhi Anggota BPK selaku Pejabat Negara antara lain:

a. melaksanakan sumpah atau janji yang diucapkan ketika mulai memangku jabatannya;

b. menjaga rahasia negara atau rahasia jabatan;

c. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau

golongan;

d. menghindari terjadinya benturan kepentingan;

e. menunjukkan sikap kemandirian dalam pengambilan keputusan;

f. bertanggung jawab, konsisten, dan bijak; dan

g. menerapkan secara maksimal prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

Larangan yang harus dipatuhi Anggota BPK selaku Pejabat Negara meliputi:

a. memanfaatkan status, kedudukan, dan peranannya selaku pejabat negara untuk

kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;

b. memanfaatkan hasil pemeriksaan untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau

golongan;

c. memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau

golongan;

d. menjalankan pekerjaan dan profesi lain yang dapat mengganggu independensi,

integritas, dan profesionalismenya selaku Anggota BPK;

e. mengungkapkan temuan pemeriksaan yang masih dalam proses penyelesaian kepada

pihak lain di luar BPK;

f. mempublikasikan hasil pemeriksaan sebelum diserahkan kepada lembaga perwakilan;

g. memberikan asistensi dan jasa konsultasi terhadap kegiatan entitas yang menjadi obyek

pemeriksaan; dan

h. memerintahkan dan/atau mempengaruhi dan/atau mengubah temuan pemeriksaan,

opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan fakta

dan/atau bukti-bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan, sehingga temuan pemeriksaan,

opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi tidak obyektif.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 6: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

Kewajiaban yang harus di penuhi Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku

Aparatur Negara antara lain:

a. bersikap jujur, tegas, bertanggung jawab, obyektif, dan konsisten dalam mengemukakan

pendapat berdasarkan fakta pemeriksaan;

b. menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan kepada pihak yang tidak berkepentingan;

c. mampu mengendalikan diri dan bertingkah laku sopan, serta saling mempercayai

untuk mewujudkan kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas;

d. menunjukkan sikap kemandirian dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, menghindari

terjadinya benturan kepentingan;

e. menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana sesuai dengan

prosedur kepada Pimpinan BPK;

f. melaksanakan tugas pemeriksaan secara cermat, teliti, dan akurat sesuai dengan standar

dan pedoman yang telah ditetapkan;

g. memberikan kesempatan kepada pihak yang diperiksa untuk menanggapi temuan dan

kesimpulan pemeriksaan serta mencantumkannya dalam laporan hasil pemeriksaan;

h. meningkatkan pengetahuan dan keahliannya; dan

i. melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar dan pedoman pemeriksaan.

Larangan bagi Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara yang

harus dijauhi meliputi:

a. meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya baik langsung

maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan;

b. menyalahgunakan dan melampaui wewenangnya baik sengaja atau karena

kelalaiannya;

c. menghambat pelaksanaan tugas pemeriksaan untuk kepentingan pribadi, seseorang,

dan/atau golongan;

d. memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya untuk

kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;

e. memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa;

f. menjadi anggota/pengurus partai politik;

g. menjadi pengurus yayasan, dan/atau badan-badan usaha yang kegiatannya dibiayai

anggaran negara;

h. memberikan asistensi atau jasa konsultasi atau menjadi narasumber dalam bidang

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 7: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

i. mendiskusikan pekerjaannya dengan pihak yang diperiksa di luar kantor BPK atau di luar

kantor atau area kegiatan obyek yang diperiksa;

j. melaksanakan pemeriksaan terhadap pejabat pengelola keuangan negara yang memiliki

hubungan pertalian darah dan semenda sampai derajat ketiga;

k. melaksanakan pemeriksaan pada obyek dimana Pemeriksa pernah bekerja selama 2

(dua) tahun terakhir;

l. merubah tujuan dan lingkup pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam program

pemeriksaan tanpa persetujuan Penanggung Jawab Pemeriksaan;

m. mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan kepada

media massa dan/atau pihak lain, tanpa ijin atau perintah dari Anggota BPK;

n. mengubah temuan atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan, opini,

kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan fakta

dan/atau bukti bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan

rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi tidak obyektif; dan

o. mengubah dan/atau menghilangkan bukti hasil pemeriksaan.

HUKUMAN KODE ETIK

(1) Jenis hukuman bagi Anggota BPK berupa:

a. peringatan tertulis; atau

b. pemberhentian dari keanggotaan BPK.

(2) Hukuman tersebut pada ayat (1) ditetapkan oleh Majelis Kehormatan Kode Etik

yang disahkan melalui Sidang Pleno BPK.

(3) Tingkat dan jenis hukuman bagi Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya berupa:

a. hukuman ringan berupa teguran tertulis dan dicatat dalam Daftar Induk Pegawai

(DIP);

b. hukuman sedang yang terdiri dari:

1. penangguhan kenaikan peran Pemeriksa dan tidak melaksanakan pemeriksaan

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun;

2. penurunan peran Pemeriksa dan tidak melaksanakan pemeriksaan paling

singkat 1

2.2. Kode Etika Profesi Akuntan

Profesi Akuntan

Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar,2003) yang dimaksud

dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian 

di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 8: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di

pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.

Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh

akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi,

pajak dan konsultan  manajemen.

Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti

organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia(IDI). Supaya dikatakan profesi  ia

harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan

sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi

menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut:

1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam

melaksanakan keprofesiannya.

2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam

profesi itu.

3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat atau

pemerintah.

4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.

5.  Bekerja bukan dengan motif  komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai

kepercayaan masyarakat.

Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh  profesi Akuntan sehingga berhak disebut

sebagai salah satu profesi. Kode Etik Profesi Akuntansi (sebelumnya disebut Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota

Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia –

Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota

IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik

(KAP). Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar

profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada

kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang

harus dipenuhi:

1.      Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

2.     Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh

pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 9: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

3.     Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan

diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

4.     Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat

kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

2.2 Jenis-jenis Akuntan Di Indonesia

a.       Akuntan Publik

Akuntan Publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada

akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk

memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit

khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa

kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan

keuangan.Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat

dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan

telah terdaftar pada Departemen keuanganR.I.

Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang

akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik

(USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan “Bersertifikat Akuntan

Publik” (BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifikat

Akuntan Publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin

praktik sebagai Akuntan Publik dari Departemen Keuangan.

Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk kepada praktek

akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi ini berkembang.

Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally Accepted Accounting

Principle’s) dalam melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk praktek auditing

digunakan US GAAS (United States Generally Accepted Auditing Standard),

Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik melaksanakan tugas mereka, antara

lain mengaudit Laporan Keuangan para pelanggan.

Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and Exchange

Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di Amerika Serikat yang

didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA (American Institute of Certified

Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun 1945. Sejak tahun 1973, pengembangan

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 10: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

standar diambil alih oleh FASB (Financial Accominting Standard Board) yang anggota-

angotanya terdiri dari wakil-wakil profesi akuntansi dan pengusaha.

b.     Akuntan Pemerintah

Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah

seperti di departemen, BPKP dan BPK, Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain.

c.       Akuntan Pendidik

Akuntan Pendidik, adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi yatu

mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan enelitian di bidang

akuntansi.

d.      Akuntan Manajemen/Perusahaan

Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau

organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah penyusunan sistem akuntansi, penyusunan

laporan akuntansi kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan, penyusunan anggaran,

menangani masalah perpajakan dan melakukan pemeriksaan intern.

2.3 Pengertian Kode Etik

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas

menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi

profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa

yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau

nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.Kode

etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001: 53)

a. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang

dilakukannya.

Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan

dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa

profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama

dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara

kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 11: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan

meningkatkan tradisi profesi.

b. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan

kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas

profesionalisme.

Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.

Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi

akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,

investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas

dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang

dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah

laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi

masyarakat dan negara.

Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan

paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan

persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua

anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan

yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan

dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.Untuk memelihara dan

meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab

profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

c. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan

profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan

merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang

diambilnya.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus

terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan

publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 12: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima

kecurangan atau peniadaan prinsip.

d. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan

dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang

memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan

anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau

bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan

obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan

jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan

laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja

dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah.

Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.

Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan

memelihara obyektivitas.

e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,

kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan

bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik

yang paling mutakhir.Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban

untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab

profesi kepada publik.Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.

Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman

yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan

pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang

anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal

penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib

melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.

Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 13: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk

bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

f. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi

tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum

untuk mengungkapkannya.Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar

profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan

mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di

mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu

diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi

tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang

diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota

dan klien atau pemberi jasa berakhir.

g. Perilaku professional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik

dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus

dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,

pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis

dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,

anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama

penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan

standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan

pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Perumusan Dan Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Draft

Kode Etik Akuntan Indonesia sudah disusun jauh sebelum kongres IAI yang pertama,

namun baru disahkan untuk pertama kalinya pada kongres IAI yang kedua dalam bulan

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 14: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

Januari 1972 dan mengalami perubahan dan penyesuaian dalam setiap kongres. Sampai

dengan tahun 1998, di Indonesia telah diadakan beberapa kali pergantian Kode Etik. Kode

Etik Akuntan Indonesia yang pertama lahir dari konggres IAI III pada tanggal 2 Desember

1973. Kode Etik ini 90 % merupakan Kode Etik AICPA yang berlaku di Amerika Serikat

saat itu. Kode Etik yang ke dua sebenarnya belum pernah disahkan oleh IAI karena sangat

kontroversial. Ciri khusus dari Kode Etik ini adalah Kode Etik ini bukan saja untuk

Akuntan Publik tetapi juga untuk Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah dan Akuntan

Pendidik. Kode Etik yang ke tiga disahkan dalam konggres IAI V di Surabaya pada

tanggal 20-30 Agustus 1986. Menurut Harahap (1991), Kode Etik ini lahir antara dua

kutub ide yang berkembang. Kutub pertama menghendaki agar Kode Etik hanya mengatur

profesi Akuntan Publik saja, sedangkan kutub yang lain menghendaki agar Kode Etik

mengatur semua akuntan berregister tanpa kecuali di manapun ia berkiprah. Hal ini sesuai

dengan apa yang dinyatakan dalam konggres IAI VIII bahwa Kode Etik IAI dimaksudkan

sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota baik yang berpraktik sebagai akuntan

publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di

lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Keempat

kalinya, Kode Etik IAI dirumuskan dalam kongres IAI VI ditambah dengan masukan-

masukan yang diperoleh dari seminar sehari.

Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia dilaksanakan tanggal 15 Juni 1994 di

hotel Daichi Jakarta serta hasil pembahasan sidang Komisi Kode Etik dalam kongres IAI

VII di Bandung. Kongres menghasilkan ketetapan bahwa Kode Etik Akuntan Indonesia

terdiri atas:

1.      Kode Etik Akuntan Indonesia yang disahkan dalam kongres VI IAI di Jakarta terdiri

atas 8 BAB dan 11 pasal ditambah dengan 2.

2.      Pernyataan Etika Profesi No.1 sampai dengan 6 yang disahkan dalam kongres IAI

VII di Bandung tahun 1994.

Dalam rangka meningkatkan kualitas profesi akuntan, IAI dalam kongres VIII telah

merumuskan Kode Etik Akuntan Indonesia yang baru. Kode Etik ini mengikat para

anggota IAI di satu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau

belum menjadi anggota IAI di sisi lainnya. Kode Etik Akuntan Indonesia yang baru

tersebut terdiri dari tiga bagian (Prosiding kongres VIII, 1998), yaitu :

1.      Kode Etik Umum

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 15: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

a.       Terdiri dari prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika

profesional, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, dan mengatur pelaksanaan

pemberian jasa profesional oleh anggota.

b.      Prinsip Etika disahkan oleh konggres dan berlaku bagi seluruh anggota.

.

Penegakan Etika Profesi Akuntan di Indonesia.

Di Indonesia, penegakan Kode Etik dilaksanakan oleh sekurang–kurangnya enam unit

organisasi, yaitu : (Prosiding Kongres VIII, 1998)

1.    Kantor Akuntan Publik.

Ketaatan terhadap kode etik adalah tanggung jawab pimpinan KAP dimana anggota

itu bekerja. Managing partner dan partner serta manager KAP melaksanakan pengawasan

terhadap ditaatinya perilaku ini.

2.         Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik – IAI.

Di lingkungan Kompartemen Akuntan Publik, usaha pengawasan ini diwujudkan

dalam bentuk "Peer Review" yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Seksi

Pengendalian Mutu di lingkungan kepengurusan IAI di Kompartemen tersebut.

Pengawasan oleh Unit Peer Review yang khusus dibentuk untuk mengawasi sesama KAP

sampai saat ini belum pernah terlaksana.

3.         Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik – IAI.

Badan ini merupakan unit organisasi yang melaksanakan peradilan pada tingkat

pertama terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh anggota IAI

kompartemen akuntan pendidik.

4.         Dewan Pertimbangan Profesi IAI.

Dewan ini berfungsi sebagai peradilan tingkat banding untuk kasus-kasus yang telah

diputuskan hukumnya berdasar keputusan pada tingkat Badan Pengawas Profesi. Dewan

ini melaksanakan peradilan untuk kasus-kasus pelanggaran lainnya yang tidak berkaitan

dengan akuntan publik.

5.         Departemen Keuangan RI.

yaitu: Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, misalnya Direktorat Pembinaan

Akuntan dan Jasa Penilai. Ia sebagai pemberi ijin praktek Akuntan Publik. Pengawasan

yang dilakukannya pada umumnya untuk menilai apakah KAP yang diberi ijin telah

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan keputusan Menteri

Keuangan tentang perijinan pembukaan KAP (SK Menkeu 43/KMK 017/1997) tanggal

27 Januari 1997 tentang jasa akuntan publik.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 16: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

6.         BPKP.

Berdasarkan Keppres 31/th 1983, wewenangnya adalah melaksanakan

pengawasan terhadap KAP. Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP melakukan evaluasi

tentang kepatuhan KAP terhadap perizinan yang diberikan dan terhadap pelaksanaan

tugas profesional akuntan publik.

Selain keenam unit organisasi tadi, pengawasan terhadap Kode Etik diharapkan dapat

dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP. Hal ini tercermin di dalam

rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2, yang berbunyi :

- Setiap anggota harus selalu mempertahankan nama baik profesi dan etika profesi

serta hukum negara di mana ia melaksanakan tugasnya.

- Setiap anggota harus selalu mempertahankan integritas dan obyektifitas dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak

jujur, tegas dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan obyektifitas, ia akan

bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan / permintaan pihak tertentu / kepentingan

pribadinya.

Selanjutnya dalam pasal 2 ayat (1) b disebutkan bahwa: "Jika seorang anggota

mempekerjakan staf dan ahlinya untuk pelaksanaan tugas profesionalnya, ia harus

menjelaskan kepada mereka keterikatan akuntan pada Kode Etik. Dan ia tetap

bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut secara keseluruhan. Ia juga berkewajiban

untuk bertindak sesuai Kode Etik. Jika ia memiliki ahli lain untuk memberi saran / bila

merekomendasikan ahli lain itu kepada kliennya”.

  Beberapa Pelanggaran Kode Etik Akuntan di Indonesia.

Meskipun telah dibentuk unit organisasi penegakan etika sebagaimana disebutkan di

atas, namun demikian pelanggaran terhadap kode etik ini masih ada. Berdasarkan

Laporan Dewan Kehormatan dan Pengurus Pusat IAI dalam kongres IAI, pelanggaran

terhadap Kode Etik dan sengketa secara umum meliputi sebagai berikut :

1.      Kongres V (1982-1986), meliputi : (Hoesada, 1996): 1) Publikasi (penawaran jasa

tanpa permintaan, iklan, pengedaran buletin KAP). 2) Pelanggaran Obyektifitas

(mengecilkan penghasilan, memperbesar biaya suatu laporan keuangan). 3) Isu pengawas

intern Holding mempunyai KAP yang memeriksa perusahaan anak Holding tersebut). 4)

Pelanggaran hubungan dengan rekan seprofesi. Dan 5) Isu menerima klien yang ditolak

KAP lain dalam perang tarif.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 17: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

2.      Kongres VI (1986-1990), meliputi : (Hoesada, 1996): 1) Publikasi (ucapan selamat

hari Natal, Tahun Baru, Merger pada perusahaan bukan klien, selebaran, iklan). 2)

Perubahan opini akuntan tanpa bukti pendukung yang kuat. 3) WTP tanpa kertas kerja

memadahi. 4) Surat akuntan pengganti. 5) Sengketa membawa kertas kerja keluar KAP.

6) Wan Prestasi pembayaran fee. Dan 7) Pengaduan pemegang saham minoritas tentang

Laporan Keuangan, KAP dituduh memihak.

3.      Kongres VII (1990-1994), jumlah kasus 21 buah melibatkan 53 KAP, pengaduan

terutama berasal dari instansi pemerintah dan BUMN pemakai Laporan (50 %

pengaduan), perusahaan klien (30 %), sisanya oleh KAP dan pengurus IAI (20 %).

(Hoesada, 1996)

Pengaduan meliputi : 1) Dua pengaduan Bappepam tentang kualitas kerja. 2) Sebuah

pengaduan Bapeksta tentang cap dan tanda tangan tanpa opini dan tentang pernyataan

akuntan terkait pasal 47 KUHD (35 KAP). 3) Pengaduan Direktor Asuransi Ditjen

Lembaga Keuangan tentang penyimpangan Laporan AT dan PAI. 4) Pengaduan Deputi

BPKP atas audit perusahaan daerah sesuai NPA. 5) Pengaduan Deputi BPKP tentang

penawaran atas kerja sama dalam rangka pemberian jasa akuntan. 6) Pengaduan PT

Taspen tentang audit tidak sesuai NPA. 7) Pengaduan klien KAP tentang audit tidak

sesuai NPA, laporan audit terlambat, tidak sesuai PAI, dua opini berbeda dua KAP untuk

klien periode sama, tugas tidak selesai dan berkas hilang. 8) Pengaduan antar KAP

tentang komunikasi akuntan pengganti dan akuntan terdahulu. Dan 9) Pengaduan iklan

oleh pengurus IAI.

4.      Konggres VIII (1994-1998), meliputi: objektivitas, komunikasi, standart teknis dan

kerahasiaan (Riyanti,1999).

Adanya kesalahan sama, yang terulang dari tahun ke tahun tersebut disebabkan karena

pengurus lini pertama sampai tingkat atas yaitu Dewan Kehormatan bersifat tertutup. Hal

ini menunjukkan kekurangseriusan IAI dalam menyelesaikan masalah secara tuntas.

Sidang Komisi Kongres IAI VIII bagian Pendahuluan Kode Etik IAI menyatakan

bahwa: “Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam

masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela

anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh

sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme

pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan terhadap anggota

yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang

ditetapkan oleh badan pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 18: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku.“

Menurut Yani (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran kode etik,

meliputi:

1.      Faktor ekstern (uncontrollable), yaitu : 1) Kurangnya kesadaran anggota masyarakat

(termasuk anggota KAP) akan kepatuhan terhadap hukum. 2) Honorarium yang relatif

rendah untuk pekerjaan audit yang ditawarkan klien–klien tingkat menengah dan kecil. 3)

Praktek-praktek yang tidak benar dari sebagian usahawan yang menyulitkan independensi

akuntan publik. Dan 4) Masih sedikitnya Badan Usaha yang membutuhkan jasa akuntan

publik, khususnya dibidang audit.

2.      Faktor intern (controllable), yaitu : 1) Tidak adanya perhatian yang sungguh–

sungguh dari sebagian pimpinan KAP akan mutu pekerjaan audit mereka. 2) Orientasi

yang lebih mementingkan keuntungan Finansial dari pada menjaga nama baik KAP yang

bersangkutan. 3) Pendapat bahwa perbuatan–perbuatan yang melanggar etik ini tidak atau

kecil kemungkinannya diketahui pihak lain. 4) Kurangnya kesadaran untuk

mengutamakan etik dalam menjalankan profesi oleh sebagian anggota IAI-KAP. Dan 5)

Mutu pekerjaan audit yang ada kalanya tidak dapat dipertanggungjawabkan karena

penggunaan tenaga yang berkualitas kurang baik.

Menurut Agoes (1996), beberapa hambatan dalam penegakan kode etik antara

lain :

1.      Sikap anggota profesi yang mendua, pada satau sisi menolak setiap pelanggaran

terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan pembenaran atas pelanggaran

tersebut.

2.      Adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling mengadukan

pelanggaran kode etik. 3) Belum jelasnya aturan tentang mekanisme pemberian sanksi

dan proses peradilan atas kasus-kasus pelanggaran baik dalam Anggaran Dasar maupun

dalam Anggaran Rumah Tangga. Dan 4) Belum dapat berfungsinya secara efektif BPP

dan DPP sebagai akibat dari belum jelasnya peraturan dalam AD/ART.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 19: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

2.3 Artikel yang terkait dengan Kasus

KRONOLOGI KASUS MULYANA VERSI BPK Posted on November 22, 2010 by

sholehudin5

Detikcom- Jakarta, kasus penangkapananggota KPU Mulyana W Kusuma

memunculkan kontroversi di BPK. Ketua BPK Anwar Nasution sempat marah-marah dan

bersuara sinis, meski setelah banyak tekanan dari masyarakat ia melunak. Bagaimana

kronologis kasus Mulyana versus BPK. Berikut penjelasan ketua BPK Anwar Nasution

dalam siaran pers yang dibagikan kepada wartawan usai rapat konsultasi dengan Presiden

SBY di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (20/4/2005). Audit

pengelolaan dan pertanggungjawaban dana operasional pemilu tahun 2004 dilakukan BPK

atas permintaan ketua DPR Akbar Tandjung. Permintaan dilayangkan Akbar sejak bulan juni

2004 kepada ketua BPK saat itu SB Judono. Audit langsung dipimpin oleh Djapitan

Nainggolan, sedangkan Khairiansyah Salman bertugas memimpin sub tim pemeriksaan

investigative pengadaan dan distribusi kotak suara. Tim audit KPU berada di bawah

pengawasan auditor utama III Harijanto sebagai penanggung jawab. Sedangkan supervisi

berada di bawah Angbintama III Hasan Bisri. Konsep pelaporan audit BPK disampaikan

dalam sidang BPK tanggal 13 Desember 2004. Audit keuangan berkaitan dengan pengadaan

logistic pemilu yang mendapat perhatian masyarakat. Yakni kotak suara, surat suara, amplop

suara, tinta dan teknologi informasi. Namun badan dan ketua BPK meminta dilakukan

penyempurnaan laporan. Konsep audit KPU kedua disampaikan dalam siding ketiga Maret

2004. Mutu laporan dianggap jauh lebih baik kecuali bagian teknologi informasi. Untuk itu,

BPK sepakat menunda laporan hingga satu bulan. Sebulan telah berlalu, namun audit KPU

tak kunjung rampung. Tim menyatakan laporan audit tidak bisa diselesaikan karena belum

dibahas KPU selaku auditing. “Untuk menentukan jadwal pertemuan audit dengan KPU,

ketua KPU, di gedang ke BPK pada tanggal 30 Maret 2005, “ aku Anwar. Dalam pertemuan

tersebut yang berlangsung di BPK Nazarudin Sjamsudin diterima ketua BPK, wakil ketua

BPK dan auditor utama III. Dalam pertemuan itu, Anwar meminta ketua KPU agar

melakukan pembahasan dengan tim audit KPU agar pembahasan dilakukan besok saat Anwar

berkunjung dilaporkan pertemuan audit BPK dengan KPU diadakan tanggal 5 April 2005.

Dalam pertemuan tersebut BPK meminta KPU agar menyampaikan tanggapan akhir pada

hari senin, 11 April 2005. Ternyata, disaat Anwar transit di Singapura, Minggu 10 April

2005, Wakil Ketua BPK Abdullah Zaini menelpon dan memberitahu Anwar perihal

penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap terkait dengan rencana

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 20: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

penyuapankepada anggota tim auditor BPK Khairiansyah Salman. Penangkapan dilaksanakan

berdasarkan operasi intelijen KPK dengan auditor BPK sebagai pembantu pelaksana.

Menurut versi Khairiansyah ia bekerjasama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan

oleh saudara Mulyana degnan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan

mereka. Pertemuan pertama dilakkan di restoran Jepang di Hotel Borobudur tanggal 10 Maret

2005 sekitar pukul 1 siang. Selanjutnya pertemuan kedua dilakukan di kamar 609 di Hotel

Ibis, 8 April 2005 sekitar pukul 20.00 WIB. Mulyana ditangkap ke Praha. Belakangan pada

pertemuan kedua dengan jumlah uang Rp 150 juta. Anwar mengatakan saat itu BPK tidak

pernah memberikan ijin. Anwar mennyakan kepada Zaini apakah BPK memberikan izin

sewaktu ia tengah berada di luar negeri. Wakil ketua menjelaskan, berdasarkan pengakuan

yang bersangkutan, Hasan Bisri,anbintama III yang mengetahui masalah ini dan memberikan

ijin secara lisan kepada Khairiansyah.Walaupun sudah mengetahui 3 bulan lalu, yang

bersangkutan tidak melaporkan kepada badan, ketua,wakil ketua, maupun anggota BPK

lainnya, tim audit KPU. Setelah peristiwa tersebut, 11 April 2005 BPK menggelar sidang.

Sidang berpendapat bahwa apa yang dilakukan Hasan Bisri dan Khairiansyah bukanlah

mandat dan wewenang BPK. Anwar juga memberikan peringatan agar perisriwa seperti ini

tidak terulang lagi. Karena bertentangan dengan semangat keterbukaan BPK. Selanjutnya

BPK melakukan pemeriksaan internal. Menurut Anwar, operasi yang dilakukan KPK dengan

bantuan Khairiansyah dtidak ada kontribusinya sama sekali dengan laporan audit BPK.

Namun laporan audit BPK meninggalkan sejumlah pertanyaan diantaranya mengapa

Khairiansyah tidak melaporkan tindakannya kepada kedua atasannya. Kenapa Khairiansyah

melaporkan kepada Hasan Bisri. Apakah dia mencurigai atasannya itu. Ketiga Angbitama 3

tidak memberitahu dan minta keputusan dari badan, ketua BPK maupun wakil ketua BPK.

KOMENTAR

Kesimpulan yang bisa dinyatakan, tindakan kedua belah pihak yakni auditor BPK

maupun KPU kurangetis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak

yang diperiksa atau pihak penerima kerja (KPU)dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah

uang sebagaimana terjadi pada kasus Mulyana W Kusumah, Sekalipun kita tahu bahwa itu

dilakukan demi alasan tujuan mulya yaitu pengungkapan korupsi di KPU. Pengungkapan

korupsi harus dilakukan dengan cara-cara, teknik, dan prosedur profesi yang menjaga,

menjunjung, menjalankan dan mendasarkan pada etika profesi. Dari sudut pandang etika

profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab, yaitu dengan cara penggunaan jebakan

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 21: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

imbalan uang untuk menjalankan profesinya. Auditor juga tidak punya integritas ketika

dalam benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu KPK dengan

berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi. Dari sisi independensi, auditor BPK yang

bersangkutan sangat pantas diragukan. Hal ini terlihat dadalam teks di atas dimana bahkan

ketua BPK tidak mengetahui kroologis peristiwa sampai ia diberithui oleh wakil ketua BPK.

Kemudian tampak bahwa auditor BPK tidak percaya pada kemampuan professional

akuntansinya. Dengan teknik dan prosedur yang juga telah diatur dalam profesi akuntan, pasti

akan terungkap hal-hal negatif, termasuk dugaan korupsi kalau memang terjadi. Alih-alih

menggunakan kemampuan profesionalnya, auditor BPK menggunakan cara-cara yang tidak

etis yaitu menjebak

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri

Keuangan pun memberi sanksi pembekuan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  membekukan izin Akuntan

Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata

dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Kepala Biro Hubungan

Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said dalam siaran pers yang diterima

Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan

publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP). Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT

Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu,

Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan

melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana

dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004. Selama izinnya

dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum, review, audit

kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi pemimpin rekan atau

pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah

diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan

(PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor

423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan  Peraturan

Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003. Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini

merupakan yang kesekian kalinya. Pada 4 Januari 2007, Menkeu membekukan izin Akuntan

Publik (AP) Djoko Sutardjo dari Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 22: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

selama 18 bulan. Djoko dinilai Menkeu telah melakukan pelanggaran atas pembatasan

penugasan audit dengan hanya melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh

Technology Tbk (MYOH). Penugasan ini dilakukan secara berturut-turut sejak tahun buku

2002 hingga 2005.

Sumber ; http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16423/akuntan-publik-petrus-mitra-

winata-dibekukan :

Komenatar :

Pada kasus ini, yaitu dibekukannya izin Drs. Mitra Winata dan Rekan dari Kantor

Akuntan Publik (KAP) karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan kasus pelanggaran lainya seperti Djoko

Sutardjo dari Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno melakukan

pelanggaran atas pembatasan penugasan audit dan pembekuan izin terhadap Akuntan Publik

Justinus Aditya Sidharta yang terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan

dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi akan mencoreng nama baik dari

akuntan publik dan hal ini akan sangat merugikan seperti hilangnya kepercaayaaan

masyarakat. Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap

salah satu prinsip etika profesi yaitu prinsip STANDAR TEKHNIS. Dimana dalam standar

tekhnis setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar tekhnis

dan standar profesional yang relevan. sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,

anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama

penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar tekhnis dan

standar profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), International Federation of Accountans, badan pengatur, dan

peraturan perundang-undangan yang relevan.

 

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 23: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

BAB III

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

1.

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana

Page 24: Makalah audit keuangan

Audit Keuangan Negara

Dina Anggraini & Hadli Lidiya Rikayana