39
5 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ketiga di dunia setelah Brasil dan Kolombia. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan endemik ditemukan di berbagai pulau di negeri ini baik di darat maupun di air (laut dan air tawar). Tidak hanya keragaman jenis tumbuhan dan hewan, negara ini juga kaya akan keragaman ekosistem, bentang alam, dan budaya. Komodo di NTT, burung cendrawasih di Papua, jalak bali di Bali, maleo di Sulawesi, badak di Ujung Kulon, harimau di Jawa dan Sumatra adalah beberapa contoh satwa liar endemik yang menghuni berbagai ekosistem di negeri ini. Selain itu, salah satu binatang yang juga menjadi ikon adalah orangutan. Menyebut orangutan mengarahkan ingatan orang pada Indonesia, khususnya Sumatra dan Kalimantan yang menjadi wilayah penyebaran satwa ini. Orangutan tidak ditemukan di wilayah mana pun di dunia ini, kecuali di kedua pulau tersebut. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan dua taman nasional yang khusus berfungsi sebagai habitat hewan ini, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatra bagian utara dan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah. Kondisi alam yang makin memburuk serta kepunahan yang makin mengancam mereka, menjadikan banyak orang merasa iba terhadap kondisi mereka. Rasa yang sedemikian

Makalah b.ind

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Latihan makalah

Citation preview

PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ketiga di dunia setelah Brasil dan Kolombia. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan endemik ditemukan di berbagai pulau di negeri ini baik di darat maupun di air (laut dan air tawar). Tidak hanya keragaman jenis tumbuhan dan hewan, negara ini juga kaya akan keragaman ekosistem, bentang alam, dan budaya. Komodo di NTT, burung cendrawasih di Papua, jalak bali di Bali, maleo di Sulawesi, badak di Ujung Kulon, harimau di Jawa dan Sumatra adalah beberapa contoh satwa liar endemik yang menghuni berbagai ekosistem di negeri ini. Selain itu, salah satu binatang yang juga menjadi ikon adalah orangutan.

Menyebut orangutan mengarahkan ingatan orang pada Indonesia, khususnya Sumatra dan Kalimantan yang menjadi wilayah penyebaran satwa ini. Orangutan tidak ditemukan di wilayah mana pun di dunia ini, kecuali di kedua pulau tersebut. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan dua taman nasional yang khusus berfungsi sebagai habitat hewan ini, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatra bagian utara dan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah. Kondisi alam yang makin memburuk serta kepunahan yang makin mengancam mereka, menjadikan banyak orang merasa iba terhadap kondisi mereka. Rasa yang sedemikian itu berbanding terbalik dengan perilaku manusia yang baik secara sadar maupun tidak, telah ikut serta menjadi penyebab kepunahan dari hewan langka ini. Dengan adanya hal demikian ini, maka saya mengangkat topik orangutan dalam makalah ini.

2. Tujuan

a. Menjabarkan klasifikasi orangutanb. Menjelaskan kehidupan orangutan

c. Menerangkan hal-hal unik yang dimiliki oleh orangutan

d. Menjelaskan hal-hal yang menjadi penyebab punahnya orangutane. Menguraikan penyakit yang diderita oleh orangutanf. Menjabarkan cara pelestarian orangutan

3. Manfaat

a. Mengetahui klasifikasi orangutanb. Memahami kehidupan orangutan

c. Mengerti hal-hal unik yang dimiliki oleh orangutan

d. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab punahnya orangutane. Mengerti penyakit yang diderita oleh orangutanf. Mengetahui cara pelestarian orangutan

PEMBAHASANKlasifikasi IlmiahKerajaan:AnimaliaFilum:ChordataKelas:MamaliaOrdo:Primata

Famili:HominidaeUpafamili:PonginaeGenus: PongoOrang utan termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki tulang belakang. Orang utan juga termasuk hewan mamalia dan primata. Orang utan saat ini merupakan binatang langka, karena manusia terus-menerus merusak habitat mereka dan seringkali pula menjual bayi-bayi mereka secara ilegal untuk dijadikan hewan peliharaan. Diperkirakan populasi orang utan di seluruh dunia baru-baru ini hanya berjumlah 100.000 ekor. Saat ini telah dikembangkan suaka margasatwa untuk melestarikan populasi mereka di Indonesia dan Malaysia.Orangutan merupakan satu-satunya primata terbesar di Asia. Ukuran tubuhnya (dewasa) mencapai 137 cm dengan berat sekitar 85 kg. Ukuran tubuh orangutan betina lebih kecil dibanding yang jantan. Sesuai dengan daerah penyebarannya, ada dua jenis orangutan, yaitu Orangutan Sumatra (Pongo abelii) dan Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus). Sepintas, kedua jenis satwa ini terlihat tidak berbeda, tetapi jika diteliti lebih jauh, keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas. Dari kenampakan luar, orangutan borneo berwarna merah-coklat terang, sementara orangutan sumatra berwarna merah-coklat gelap. Para peneliti binatang ini menjelaskan bahwa selain perbedaan karakter morfologi, genetika kedua binatang ini juga berbeda dengan jelas.

Dibandingkan dengan primata lain seperti berbagai jenis monyet yang hidupnya berkelompok, orangutan merupakan binatang soliter (hidup sendiri). Hanya induk dengan anaknya yang berumur kurang dari tiga tahun yang tinggal bersama, sedangkan orangutan dewasa lainnya tinggal sendiri-sendiri.Pada saat mencari makan, orangutan menggunakan keempat lengannya untuk berjalan dan memanjat, berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Pergerakan memanjat pohon lebih sering dilakukan jika dibandingkan dengan simpanse dan gorila (Bruce 2007). Pada umumnya hewan ini memakan buah dan bunga tanaman, khususnya jenis Ficus sp. Selain buah, binatang ini juga memakan telur burung, madu, dan lain-lain.Orangutan juga dikenal sebagai makhluk payung, artinya dengan melindungi orangutan di habitat alaminya secara tidak langsung kita ikut menjaga keutuhan ekosistem hutan secara keseluruhan. Melindungi orangutan juga berarti ikut melindungi berbagai jenis tanaman dan binatang lain yang memberikan manfaat lebih besar bagi makhluk hidup lain termasuk manusia. Fungsi hutan sebagai sumber plasmanutfa, pengatur tata air, pembentuk iklim mikro, dan penyangga kehidupan akan tetap terjaga jika hutan terjaga dengan baik.Orangutan merupakan satu-satunya kera besar dunia yang ada di Asia. Saat ini terdapat 2 (dua) jenis orangutan yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Secara genetik dan morfologis, Orangutan Kalimantan terdiri dari 3 sub spesies, yaitu: Pongo pygmaeus pygmaeus (dari Kalimantan Barat sampai dengan Gunung Palung), Pongo pygmaeus wurnbii (Kalimantan Tengah) dan Pongo pygmaeus morio (Kalimantan Timur). Orangutan merupakan primata yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan manusia, dimana 97% DNA orangutan mirip dengan manusia.Melihat sosoknya yang unik, menatap tatapannya yang lugu, mungkin hal yang pertama hadir di benak adalah betapa lucunya satwa ini. Jauh dari kesalah kaprahan tentang dirinya, Orangutan adalah jangkar pengikat sebuah ekosistem hutan. Hutan dengan kepadatan 1 hingga 5 orangutan dapat menyediakan habitat bagi setidaknya 5 jenis burung rangkong, 50 jenis pohon buah-buahan, 15 jenis liana dan berbagai jenis hewan lainnya. Sebagai bagian dari hutan hujan pengikat ozon utama dan penyedia oksigen dunia, hutan hujan tropis Indonesia menggantungkan regenerasinya pada satwa penyebar biji seperti orangutan.Orangutan dilindungi oleh undang-undang nasional dan hukum internasional. Lebih dari 100 orangutan masih perlu diselamatkan dari desa-desa di Kalimantan tiap tahunnya. Praktek penebangan hutan yang ilegal dan eksploitatif, kebakaran hutan serta perdagangan Orangutan masih terus mengancam keberadaan satwa berharga.Hanya kita, sesama manusia, yang mengerti cara mencegah dan menanggulangi ini semua. Hanya kita yang mengerti bagaimana menyelamatkan mata rantai kita ke masa depan. Melestarikan Orangutan berarti melestarikan diri kita semua.Dengan kesadaran akan semua itulah, Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) berinisiatif untuk terus melindungi kelestarian Orangutan berikut habitatnya dengan fasilitas dan program terencana. Aktivitas yang dijalankan Yayasan BOS tentunya tak bisa lepas dari dukungan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan dunia. Kita pun dapat turut serta menyelamatkan keberadaan orangutan dan habitat tempat tinggalnya. Salah satunya dengan menjadi Sobat Orangutan.Sobat Orangutan adalah wadah bagi individu-individu yang ingin berkontribusi secara nyata dalam upaya pelestarian Orangutan Kalimantan dan habitatnya yang dilakukan oleh Yayasan BOS. Dukungan kita sangat berarti dalam upaya rehabilitasi orangutan yang dilakukan oleh Yayasan BOS. Selamatkan Orangutan dari kepunahan karena itu berarti menyelamatkan kita semua dari kepunahan di masa datang.Selain dari BOS, WWF Indonesia juga bertindak untuk menyelamatkan kepunahan orang utan. WWF Indonesia mengajak kita semua untuk menjadi member. Jika kita menjadi member, kita akan dikenakan biaya selama setahun, dimana dana itu untuk membiayai penangkarang orang utan. Selama ini WWF Indonesia telah melakukan banyak sikap untuk mencegah kepunahan orang utan. Kita akan diberi sebuah kartu untuk tanda pengenal. Kita juga dapat bisa melakukan pencegahan langsung ke hutan hutan bersama WWF Indonesia.

Kehidupan OrangutanDeskripsiOrang utan atau orangutan, nama lainnya adalah mawas adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan, kadang coklat, yang hidup di hutan hutan hujan Indonesia dan Malaysia. Neneknya moyangnya yang sudah punah adalah Sivapithecus. Ia hidup 7 13 juta tahun yang lalu. Sedangkan leluhurnya atau leluhur manusia dan kera adalah Aegyptopithcus. Ia hidup 30 juta tahun yang lalu. Ia diketahui yang paling tua. Ini menurut teori. Kera besar lainnya terdapat di Afrika, yaitu simpanse (Pan troglodytes), gorila (Pan gorilla) dan banobo (Pan paniscus). Orangutan termasuk ke dalam Ordo Primata, Familia Pongidae, dan species Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan) dan Pongo abelli (orangutan yang terdapat di pulau Sumatera). Oran utan terbagi 2, yaitu orang utan Sumatera dan orang utan Kalimantan.Istilah orang utan diambil dari bahasa Indonesia dan/ bahasa Melayu, yang berarti manusia atau orang hutan. Orang utan memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, tidak mempunyai ekor dan bulu bulunya berwarna jingga atau hitam kecoklatan. Pada jantan dewasa, bisa dilihat gelambir pipi yang terdiri dari jaringan ikat yang lemah di kedua sisi pipi dan wajahnya. Pada betina, gelambir tidak ada. Tangan orang utan panjang dan kuat. Ia memanjat pohon dengan pelan di pagi hari dan sore hari untuk mencari makanan. Pada malam harinya, ia tidur di tempat tidur yang terbuat dari dahan pohon.Orang utan hidup di dataran rendah dan rawa-rawa hutan tropika di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Ciri-ciri mirip manusia dan termasuk yang mudah untuk dijinakkan. Musim kawin satwa ini ditandai dengan perkelahian antar pejantan dengan berat sampai 90 kg dan tinggi mencapai 1,5 m. Di hutan, orang utan dapat hidup sampai usia 35 tahun. Jika hujan, orang utan mengenakan daun lebar sebagai payung. Orang utan termasuk hewan asiatis. Dan wajahnya memelas. Orang utan termasuk binatang penyendiri. Mereka tidak hidup berkelompok. Kalaupun ada yang bersama, hanyalah induk orang utan dan anaknya yang masih disusui. Orang utan sebenarnya memang berarti orang hutan. Jika diperhatikan, monyet besar ini mirip orang tua yang berambut. Orang utan berukuran 1 1,5 m jantan, yaitu kira kira 2/3 kali ukuran seekor gorila. Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi. Orang utan jantan memilki pelipis yang gemuk. Mereka memilki indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penciuman, penglihatan, pengecapan, dan peraba. Telapak tangan mereka memiliki 4 jari jari tangan yang panjang dan ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memilki susunan jari jemari yang sangat mirip dengan manusia. Orang utan adalah termasuk mamalia tingkat tinggi, yaitu mamalia yang berplasenta. Mamalia berplasenta adalah kelompok mamalia yang paling maju. Anaknya berada dalam tubuh si induk selama masa kehamilan. Makanan diberikan memlalui plasenta dalam rahim. Janin bertumbuh di dalam tubuh si induk di mana janin tersebut dihubungkan dengan saluran penyaring dua arah yang disebut plasenta. Plasenta selain membawa makan, juga membawa oksigen dari darah induk untuk kelangsungan hidup janin, dan sekaligus membawa kotoran janin. Setelah dilahirkan, bayi orang utan meyusu kepada induknya. Cairan susu diproduksi oleh kelenjar susu betina. Kelenjar susu ini hanya dimilki oleh golongan hewan mamalia. Bayi orang utan dibesarkan dan tinggal bersama induknya sampai umur 5 tahun.Tengkorak monyet modern menunjukkan bahwa orang utan termasuk famili mamalia yang berbeda dengan kera atau manusia.Ciri-ciri Tubuh: Orangutan Sumatera (Pongo abelli) memiliki ciri fisik badan yang lebih besar, berwarna gelap atau coklat kemerah-merahan, rambut jarang dan pendek, dan pada bayi terlihat ada bercak-bercak berwarna kemerahan atau kehijau-hijauan. Sedangkan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) ciri fisik badannya terlihat lebih kecil, berwarna terang atau oranye, dan tulang tangan lebih panjang. Secara umum, orangutan jantan memiliki cheekpad pada kedua pipinya dan ukuran tubuhnya dua kali lebih besar dari betina, dengan berat tubuh di alam berkisar antara 50-90 kg. PopulasiMenurut data yang dikeluarkan International Workshop on Population Habitat Viability Analysis (PHVA)-2004, populasi orangutan di Kalimantan ada 57.797. Sementara populasi orangutan di Sumatera ada 7.501.Status Konservasi: International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN/2004) memasukkan kategori Critical Endangered /kritis.

CITES Appendix 1.Di Indonesia dipayungi:1. Peraturan Perlindungan Binatang Liar No.233/1931.2. UU No.5 tahun 1990.3. SK.Menhut 10 Juni 1991, No.301/Kpts-II/1991.4. PP No.7, 1999.Menurut IUCN diperkirakan dalam satu atau tiga dekade ke depan orangutan dikategorikan akan punah. Ini pasti terjadi jika tidak ada upaya serius dalam mengatasi kepunahan tersebut.Lokasi dan HabitatOrang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo atau Kalimantan dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl.Orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada di Sumatera. Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan. Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai 'Critically Endangered' oleh IUCN. Di Sumatera, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara. Populasi orangutan liar di Sumatera diperkirakan sejumlah 7.300. Di DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor. Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor. Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis. Kondisi ini menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. Saat ini hampir semua orangutan sumatera hanya ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya. Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat. Populasi orangutan terbesar di Sumatera dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu). Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.Orangutan di Borneo atau Kalimantan yang dikategorikan sebagai 'endangered' oleh IUCN terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio, diperkirakan secara total populasi liarnya di alam hanya 45.000 hingga 69.000. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.Habitat orangutan adalah di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan berawa atau hutan perbukitan pada ketinggian 1500 m dpl. Kini, mereka hanya bisa ditemukan di hutan tersisa di Kalimantan maupun Sumatera (90%), sementara 10% -nya di hutan tersisa Malaysia (Sabah dan Sarawak). Orangutan juga bersarang di atas pohon-pohon tinggi dan lebih banyak menghabiskan kegiatan kesehariannya juga dari atas pohon yang satu ke pohon lainnya.

MakananMeskipun orang utan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan orang utan adalah buah-buahan. Terutama buah ara. Makanan lainnya adalah : Daun-daunan Biji-bijian Kulit kayu Tunas tanaman (yang lunak) Bunga bungaanSelain itu mereka juga memakan serangga dan hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil).Orang utan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon. Orangutan termasuk hewan pelahap buah-buahan (frugivora ). Mereka juga memakan daun, bunga dan kambium. Juga rayap dan semut guna mendapatkan protein. Sedangkan untuk mendapatkan kandungan mineral, kadang mereka memakan tanah. Kebiasaannya memakan buah yang telah masak ataupun mentah di hutan rimba habitatnya serta kebiasaannya dalam menjelajah dari satu pohon ke pohon lainnya, jelas sangat berperan dalam regenerasi tumbuhan-tumbuhan hutan. Orangutan memakan daging dan biji-bijian buah. Kadang biji-biji buah yang tidak dimakannya tersemburkan begitu saja ke tanah. Bahkan biji-biji yang termakan terkadang masih utuh dalam kotorannya, sehingga bisa tumbuh lagi sebagai tumbuhan baru dalam meregenerasi pohon hutan yang telah tua dan mati. Orangutan juga sering "makan sambil jalan" ketika menjelajah dari dahan pohon satu ke pohon lainnya. Kadang biji buahnya disemburkan begitu saja jauh dari pohon induknya. Sehingga memperbesar sebaran bibit pohon tersebut tumbuh di mana saja di sepanjang area jelajah yang dilaluinya. Selain itu dengan bergerak menjelajah, orangutan biasanya akan melintasi bagian kanopi hutan, dengan membengkokkan/mematahkan banyak ranting, akan membantu tumbuhan yang berada dibawahnya mendapatkan sinar matahari yang sangat dibutuhkan untuk proses fotosintetis.PredatorPredator terbesar orang utan dewasa ini adalah manusia. Manusia (dalam bentuk lembaga/ perusahaan tertentu) cenderung berniat untuk membabat habis/ menggunduli habitat mereka (hutan hujan tropis). Beberapa orang lain bahkan memperjual-belikan mereka sebagai binatang peliharaan atau diselundupkan ke negara lain untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar. Hal seperti ini membuat populasi orang utan terancam punah.Cara Melindungi DiriOrang utan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.PerkembangbiakanOrang utan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orang utan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun.Cara bergerakOrang utan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating. Mereka juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.Fakta Menarik Orang utan dapat memegang benda dengan tangan atau kakinya. Orang utan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2,3 m. Orang utan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km. Digunakan untuk menandai/ mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya. Setiap petang, mereka membuat sarang di atas pohon.Budaya dan Perilaku

Orangutan hidup semi solitaire. Tidak membentuk kelompok seperti jenis kera besar lainnya. Mereka bersosialisasi dengan individu lainnya pada saat kawin yang berlangsung selama 2-3 minggu dan saat mengasuh anaknya. Orangutan melahirkan hanya satu anak setiap kelahiran, setelah 8-5 bulan mengandung. Orangutan bisa hidup hingga berumur 50-60 tahunan lebih. Seperti halnya manusia, induk orangutan selalu merawat, menjaga, dan memberi kasih sayang kepada anaknya yang masih kecil, hingga dirasa dia bisa hidup secara mandiri lepas sama sekali dari induknya.

Aktivitas hariannya lebih banyak dilakukan di atas pohon besar. Mereka punya kebiasaan menjelajah hutan dari dahan pohon yang satu ke pohon lainnya. Mereka menggunakan keempat anggota geraknya (dua tangan dan kakinya). Setiap menjelang petang mereka membuat sarang untuk tidur. Sarang biasanya dibangun pada percabangan pohon dengan melipat ranting dan dedaunan. Jantan dewasa dapat mengeluarkan suara (Long Call) yang cukup nyaring dan dapat didengar sejauh 3 km. Suara itu menantang orangutan jantan lain yang ada disekitarnya dan juga sebagai tanda tentang daerah yang dikuasainya.

Orang utan berkomunikasi dengan mengeluarkan jeritan keras yang bisa terdengar ke seluruh penjuru hutan. Jeritan ini berlangsung antara satu hingga dua menit. Hewan hewan lain akan mengehentikan kegiatannya Karena suara tersebut. Para ahli menduga, jeritan ini adalah bentuk komunikasi orang utan untuk memanggil pasangannya. Namun ada juga yang memperkirakan hal ini dilakukan untuk menunjukkan wilayah kekuasaannya.Orang Utan Borneo atau Kalimantan

Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeus, adalah spesies orangutan asli pulau Kalimantan. Bersama dengan orangutan Sumatra yang lebih kecil, orangutan Kalimantan masuk kedalam genus pongo yang dapat ditemui di Asia. Orangutan Kalimantan memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar, sedangkan di penangkaran dapat mencapai usia 60 tahun.

Ciri-ciri fisik Orangutan Borneo:

1. Rambut di wajah Orangutan Borneo lebih sedikit dibandingkan Orangutan Sumatera (Pongo abelii);2. Panjang tangan dapat mencapai 2 m dengan lengan dan tangannya yang kuat, tetapi kakinya relatif pendek dan lemah,3. Merupakan mamalia pendaki pohon terbesar, aktif bergerak dari satu pohon ke pohon lain, dan enggan menjejakkan kaki sampai di tanah;4. Jantan dewasa memiliki ukuran yang besar, kantong tenggorokan dan bantalan pipi di setiap sisi wajahnya.5. Bergerak dengan tangan yang mengepal di tanah;6. Tinggi tubuh dewasa antara 1,25 - 1,5 m;7. Berat dewasa 30 hingga 50 kg untuk betina dan 50 - 90 kg untuk jantan;8. Warna bulu coklat kemerahan.Status konservasi

Klasifikasi ilmiah Kerajaan : Animalia

Nama Binomial : Pongo Pygmaeus

Filum : Chordata Kelas : MammaliaOrdo : PrimatesFamily : HominidaeUpafamili : PonginaeGenus : PongoSpesies : P. PygmaeusOrang Utan Sumatra

Dibandingkan Orangutan Kalimantan, orangutan Sumatra lebih menyukai pakan buah-buahan dan terutama juga serangga. Buah yang disukai termasuk buah beringin dan nangka. Mereka juga makan telur burung dan vertebrata kecil. Orangutan Sumatra lebih singkat dalam makan di batang dalam suatu pohon.

Orangutan Sumatra liar di rawa Suaq Balimbing diamati menggunakan alat. Seekor orangutan mematahkan cabang pohon yang panjangnya sekitar satu kaki, menyingkirkan ranting-rantingnya dan mengasah ujungnya. Lalu ia menggunakan batang itu untuk mencungkil lubang pohon untuk mencari rayap. Mereka juga menggunakan batang itu untuk memukul-mukul dinding sarang lebah. Selain itu, orangutan juga menggunakan alat untuk makan buah. Saat buah pohon Neesia matang, buah itu keras, kulit yang bergerigi melunak hingga ia jatuh terbuka. Di dalamnya ada biji yang disukai orangutan, namun mereka diselimuti rambut yang mirip serat kaca yang sakit bila termakan.

Orangutan pemakan Neesia akan memilih batang lima inci, mengulitinya dan kemudian menghilangkan bulu-bulu itu dengannya. Bila buah itu sudah bersih, kera itu akan makan bijinya menggunakan batang itu atau jemarinya. Meskipun rawa yang serupa ada di Kalimantan, orangutan Kalimantan liar belum dilihat menggunakan alat macam ini.NHNZ memfilemkan orangutan Sumatra untuk acaranya Wild Asia: In the Realm of the Red Ape; acara itu mempertunjukkan salah satu orangutan menggunakan peralatan sederhana, ranting, untuk menjangkau makanan dari tempat yang sulit. Ada juga serangkaian gambar seekor binatang menggunakan daun besar sebagai payung saat terjadi hujan badai tropis.

Orangutan Sumatra juga lebih suka diam di pohon daripada sepupunya dari Kalimantan; hal ini mungkin karena adanya pemangsa seperti harimau Sumatra. Mereka bergerak dari pohon ke pohon bergelantungan menggunakan lengannya.

Orangutan Sumatra lebih sosial daripada orangutan Kalimantan. Orangutan-orangutan ini berkumpul untuk makan sejumlah besar buah di pohon beringin. Akan tetapi, orangutan jantan dewasa umumnya menghindari kontak dengan jantan dewasa lain. Jantan sub-dewasa akan mencoba kawin dengan betina manapun, meskipun mungkin mereka gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan mudah menolaknya. Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan dewasa.

Rerata jangka waktu kelahiran orangutan Sumatra lebih lama daripada orangutan Kalimantan dan merupakan rerata jangka waktu terlama diantara kera besar. Orangutan Sumatra melahirkan saat mereka berumur sekitar 15 tahun. Bayi orangutan akan dekat dengan induknya hingga tiga tahun. Bahkan setelah itu, anaknya masih akan berhubungan dengan induknya. Kedua spesies orangutan mungkin hidup beberapa dekade; perkiraan panjang umurnya dapat melebihi 50 tahun. Rata-rata perkembangbiakan pertama P. abelii adalah sekitar 12,3 tahun tanpa ada tanda menopause.

Orangutan Sumatra endemik dari pulau Sumatra dan hidupnya terbatas di bagian utara pulau itu. Di alam, orangutan Sumatra bertahan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), ujung paling utara Sumatra. Primata ini dulu tersebar lebih luas, saat mereka ditemukan lebih ke Selatan tahun 1800-an seperti di Jambi dan Padang. Ada populasi kecil di provinsi Sumatra Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba. Survei di danau Toba hanya menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang (didefinisikan sebagai suaka margasatwa) dan Taman Nasional Gunung Leuser. Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini dalam IUCN Red List dengan status kritis.

Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di alam liar. Beberapa diantaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. Program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru.

Di kurungan, ada lebih banyak kebun binatang dan taman satwa di luar habitat alami yang tertarik pada orangutan secara umum. Orangutan Sumatra tertua adalah Ah Meng yang lahir pada tahun 1960. Nonja, yang dianggap yang tertua di kandang atau di alam saat kematiannya, mati di Miami MetroZoo pada umur 55. Status konservasi Kritis (IUCN) Klasifikasi ilmiah Kerajaan: AnimaliaFilum: ChordataKelas: MammaliaOrdo: PrimatesFamili: HominidaeUpafamili: PonginaeGenus: PongoSpesies: P. AbeliiNama binomial Pongo abeliiTerancam PunahSemakin lama jumlah orang utan semakin menurun. Hal ini disebabkan ulah manusia yang merusak hutan tempat tinggal mereka dengan melakukan penebangan iar. Akibatnya mereka harus menyingkir dan kehilangan sumber makanan. Ada juga yang sengaja mencari anak anak orang utan untuk dijual ke luar negeri. Untuk mendapatkan anak anak orang utan tersebut, para pemburu harus membunuh induknya terlebih dahulu.

Sayang sekali, selama beberapa dekade terakhir populasi orangutan mengalami penurunan yang sangat derastis. Jerry Guo (2008) mencatat, populasi orangutan di Sumatra hanya sekitar 6. 500 ekor dan di Borneo hanya sekitar 20.000 ekor. Jumlah ini turun 50 persen dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya. Para ilmuwan memperkirakan, orangutan akan punah dalam waktu satu atau dua dekade yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laporan lembaga UN (2007) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2022, habitat (tempat hidup) orangutan mengalami kerusakan hingga mencapai 98 persen. Kerusakan habitat ini disebabkan oleh penebangan liar, penambangan, dan pembukaan lahan hutan untuk pengembangan tanaman perkebunan. Selain karena kerusakan habitat, perburuan dan perdagangan liar orangutan juga mempercepat turunnya populasi binatang ini.

Kepunahan orangutan sebagai makhluk payung akan mengganggu keseimbangan ekosistem hutan secara keseluruhan. Kerusakan ekosistem hutan mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan sebagai penopang kehidupan, termasuk manusia. Kerusakan hutan tentunya menimbulkan permasalahan lain seperti banjir dan tanah longsor, kekurangan air bersih, usaha pertanian yang tidak berjalan karena curah hujan tidak menentu, dan lain-lain. Oleh karena itu, menjaga orangutan di habitatnya sangatlah penting, selain untuk mencegah kepunahan binatang unik ini, juga sebagai upaya mempertahankan ekosistem hutan demi hidup kita sekarang dan gererasi yang akan datang.

Adapun ancaman yang dihadapi kehidupan orangutan antara lain adalah sebagai berikut :

1. PerkebunananHampir empat kali dalam sebulan Tim Rescue pada Proyek Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah maupun Wanariset (Kalimantan Timur) harus menyelamatkan sejumlah orangutan yang tersesat di perkebunan sawit yang baru di buka. Perkebunan itu mendekati hutan habitat orangutan itu berada.Tim Rescue, biasanya ditelepon oleh pihak perusahaan perkebunan atau masyarakat. Karena mereka melihat orangutan yang tersesat di perkebunan itu mulai memakan daun sawit atau ladang milik masyarakat. Namun kondisi orangutan yang akan diselamatkan Tim Rescue juga tidak semulus yang dibayangkan. Begitu mereka sudah sampai tempat yang dimaksud, ada beberapa orangutan sudah terbunuh terpotong-potong begitu saja. Ada juga yang mengalami patah tulang kaki atau tangan. Biasanya ini terjadi pada orangutan yang masih bayi. Bahkan beberapa di antaranya di kubur hidup-hidup karena berusaha melawan ketika akan ditangkap oleh karyawan perkebunan atau masyarakat sekitar yang menganggap orangutan sebagai hama yang merusak perkebunan sawit.Beberapa orangutan, ada yang dibakar hingga tewas ketika orangutan tersebut akan menyerang salah seorang yang berkegiatan membuka lahan untuk perkebunan sawit yang baru dibuka. Orang itu terpaksa diserang oleh orang utan yang marah ketika melihat pohon yang dijadikan tempat sarang tinggalnya tengah ditebang oleh orang itu. Memang sudah menjadi kebiasaan, ketika akan mendirikan perkebunan kelapa sawit yang luas, mereka akan memotong dan membakar lahan atau hutan (slash and burn). Sehingga dampaknya langsung terasa pada komunitas orangutan yang ada.Hingga kini Tim Rescue Nyaru Menteng, masih harus melakukan penyelamatan orangutan. Terlebih sejak makin maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan sawit yang baru. Kadang perkebunan sawit itu di buka mengelilingi hutan rimba tempat habitat orangutan itu berada. Mencerminkan tata ruang wilayah yang kurang begitu baik.2. KebakaranKebakaran hutan di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Timur, terutama yang terjadi pada tahun 1997-1998, telah meluluhlantakkan semua keragamanhayati yang ada di dalam hutan rimba. Tentu saja masalah ini juga membuat sejumlah orangutan liar mati karena hangus terbakar atau mengalami luka bakar yang amat parah. Akibat kebakaran itu sendiri, membuat sejumlah pohon buah yang menjadi menu utama orangutan ikut terbakar, sehingga orangutan kini mulai sulit mencari makanan.Kebakaran ini terjadi bukan karena fenomena alami musim kemarau, tetapi lebih banyak dipicu oleh ulah manusia sendiri. Kebakaran lebih banyak disebabkan cara potong dan bakar pada lahan (hutan gambut). Hal ini menjadi meluas ketika kekeringan luar biasa terjadi.Pemakaian cara potong dan bakar juga menyebabkan lumut dan batu bara yang terdapat di bawah tanah menyala secara spontan. Hal ini juga semakin memperluas kebakaran hutan sehingga semakin buruk lagi.Orangutan menghabiskan sebagian besar kegiatan hidupnya di atas pohon. Bahkan rumah atau sarangnya dibuat di atas pohon tinggi dalam hutan rimba. Namun akibat penebangan hutan baik legal maupun ilegal, telah membuat kehidupan orangutan maupun makhluk hidup lainnya yang ada di dalam hutan kini terancam punah. Karena hutan tempat hidup dan kehidupan mereka kini semakin punah. Sementara orangutan sendiri yang betinanya saja mempunyai rutinitas menjelajah hingga 5.000-10.000 km, namun karena hutan telah menyusut, kini daya jelajah mereka maupun kesempatan mendapatkan makanan juga semakin sulit.3. Pemburuan dan Perdagangan LiarPemburuan dan perdagangan orangutan juga merupakan ancaman paling nyata bagi orangutan di hutan rimba Kalimantan dan Sumatera. Karena keberadaan hewan satu mempengaruhi keberadaan hewan lainnya. Ketika kehidupan orangutan makin terdesak, dan dikepung oleh tanaman konversi monokultur yang luas, kadang orangutan jadi sangat mudah terlihat di sana. Orangutan sangat mudah ditangkap ketika mereka ada di atas tanah (bukan pohon). Karena gerakannya lebih lambat daripada mereka masih ada di pohon.Bagi manusia yang tidak bertanggungjawab akan mengambil kesempatan itu untuk menangkapi orangutan yang tujuannya untuk dijual. Tentu saja yang mereka buru dan menjadi incaran adalah anak orangutan yang masih bayi atau masih balita. Para pemburu ini setidaknya harus membunuh tiga orangutan dewasa termasuk induknya sebelum mendapatkan bayi orangutan.Orangutan yang mati ini bisa dikuliti dan diambil tengkoraknya untuk dijadikan suvenir dan dijual. Sementara bayi orangutan akan diambil dan dijual. Peminatnya memang cukup banyak dari luar negeri. Karena tampang bayi orangutan yang imut dan lucu. Bagi pemeliharanya justru tidak pernah menyadari dengan memelihara orangutan dia dipastikan akan terjangkiti berbagai virus yang memang selalu ada pada kera besar. Belum lagi bayi orangutan itu pasti akan berkembang dan tidak akan lucu lagi. Bahkan bisa membahayakan bagi pemeliharanya.Di beberapa tempat tertentu di Kalimantan, masih ada manusia yang gemar memakan daging orangutan. Bahkan ada beberapa kali pengalaman tim rescue Yayasan BOS di Kalimantan, ketika menyelamatkan orangutan dari ketersesatan di kebun sawit, penduduk setempat kadang suka meminta orangutan yang di bawa. Ketika ditanya alasannya, adalah untuk dimakan. Tentu saja ini tidak diperkenankan sama sekali. Tim Rescue akhirnya memberikan penjelasan bahwa betapa berbahaya jika memelihara orangutan bagi kesehatan manusia apalagi jika harus di makan. Namun masih ada saja yang tidak peduli.Berikut tabel dari data citralandsat terkait dengan penyusutan hutan terutama di hutan gambut area Mawas, Kalteng, yang disebabkan oleh kebakaran hutan, logging, banjir dan juga konversi perkebunan.

Di dekat area ini terdapat sekitar 1500:Cummulative Changes Mawas Area 2003 - 10 Until 2005 12CHANGES burnt (ha) logged (ha) flooded (ha) Agriculture (ha) TotalQUARTER 2003/10 - 2003/12 5.167 41.994 786.783 74.967 908.911QUARTER 2004/01 - 2004/03 42.945 21.675 377.38 49.035 491.035QUARTER 2004/04 - 2004/06 912.301 31.209 162.005 75.952 1181.467QUARTER 2004/07 - 2004/09 298.638 30.129 198.619 48.746 576.132QUARTER 2004/10 - 2004/12 7.285 43.603 902.037 84.327 1037.252QUARTER 2005/05 - 2005/07 4.9220 33.0780 1307.586 84.425 1430.011QUARTER 2005/09 - 2005/12 10.353 8.591 1378.587 97.892 1495.423Sumber Sar-Vision-BOSAda beberapa alasan penting mengapa orangutan sebaiknya tetap tinggal di habitatnya dan tidak ditangkapi untuk dijadikan binatang peliharaan. Salah satu alasan tersebut adalah resiko penularan retrovirus primata kepada manusia. Retrovirus adalah salah satu golongan virus yang terdiri dari satu benang tunggal RNA (bukannya DNA). Setelah menginfeksi sel, virus tersebut akan membentuk replika DNA dari RNAnya dengan menggunakan enzim reverse transcriptase.Ada tiga golongan retrovirus yang ditemukan pada primata yaitu oncornaviruses, lentiviruses, dan spumaviruses. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, ketiga golongan virus tersebut beresiko menular pada manusia baik melalui gigitan, urin maupun feses.1. OncornavirusAda empat jenis ornocavirus yang terdapat pada non human primata (NHP) yaitu Simian T-lymphotropic virus (STLV), Gibbon ape leukemia virus (GaLV), Simian sarcoma virus, dan Simian retrovirus Type D (SRV).

a. Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat mirip dengan Human T-cell leukemia virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia, Afrika maupun Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak, HTLV dapat menyebabkan leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma pada manusia yang terinfeksi. Selain itu, strain virus HTLV I juga berkaitan dengan tropical spastic paraparesis yaitu suatu gangguan syaraf yang langka. Hal yang amat mengkhawatirkan, saat ini telah diketahui bahwa HTLV ternyata berasal dari STLV purba yang menular antar spesies yang berbeda. Bahkan sebuah survey yang dilakukan oleh Verschoor et al. (1998) terhadap 143 orangutan di Kalimantan Tengah menunjukkan adanya dua ekor orang utan yang terinfeksi oleh virus HTLV I. Dengan demikian, peluang virus golongan ini untuk menginfeksi manusia semakin besar.b. Gibbon ape leukemia virus (GaLV) juga dapat mengakibatkan leukemia meskipun hewan yang dijangkiti masih tampak sehat. Virus ini dapat berpindah antar spesies. Simian sarcoma virus, yang kemungkinan merupakan mutan dari GaLV diketahui menginfeksi monyet wooly yang serumah dengan gibbon.c. Simian retrovirus Type D (SRV) terdiri dari beberapa jenis virus. Virus ini biasanya menyerang monyet dan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Namun demikian, monyet yang terserang virus ini tetap terlihat sehat. Antibodi terhadap retrovirus tipe D telah dilaporkan pada 2 dari 247 orang yang sehari-hari berhubungan dengan primata non manusia.

2. Lentivirus

Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian immunodeficiency virus

(SIV). Virus ini berkerabat erat dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1 berasal dari strain SIV simpanze , sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys . Ada sejumlah besar monyet Afrika baik yang liar maupun tangkapan yang terinfeksi oleh SIV. Jenis strainnya berbeda-beda, sesuai dengan jenis spesiesnya. Sebagian besar hewan yang terinfeksi oleh virus ini, tetap terlihat sehat.

Primata Asia bukanlah induk semang alami dari SIV. Dengan demikian, apabila terkena SIV, primata Asia (termasuk orangutan) akan sangat mudah mengalami penurunan kekebalan tubuh.

Saat ini ada 0.06% (2 dari 3123) manusia yang biasa bekerja dengan primata yang terinfeksi oleh virus ini. Satu diantara kedua orang tersebut selanjutnya menunjukkan hasil uji serologi yang negatif, namun yang lainnya tetap positif. Namun demikian mereka berdua tidak menunjukkan gejala penyakit.

3. SpumavirusesSpuma virus yang terdapat pada primata adalah Simian foamy virus (SFV). Virus ini banyak ditemukan pada primata dunia baru maupun lama. Ada 3,7% atau 11 dari 296 orang yang biasa berhubungan dengan primata telah terinfeksi oleh virus ini.

Virus Cara Penularan Simian T-lymphotropic virus (STLV) hubungan seksual dan air susu induk Gibbon ape leukemia virus (GaLV) urin, feses dan kemungkinan hubungan seksual Simian sarcoma virus Simian retrovirus Type D (SRV) hubungan seksual, gigitan, dari induk ke anak Simian immunodeficiency virus (SIV) hubungan seksual, gigitan Simian foamy virus (SFV) gigitan yang dalam.

Hingga saat AAZV mengeluarkan panduan untuk penanganan primata yang bukan manusia (15 Februari 2004), belum ada laporan resmi tentang terjadinya penyakit pada manusia akibat tertular virus-virus ini. Namun demikian, karena virus adalah material genetik yang dapat bermutasi dengan mudah, sebaiknya kita tetap berhati-hati.Pelestarian pada OrangutanMelakukan pelestarian terhadap orang utan sangatlah penting. Karena jumlah orang utan di Indonesia semakin lama semakin sedikit dan lama kelamaan akan punah. Mengingat orang utan adalah primata permata nusantara. Kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan peduli terhadap kelestarian orang utan sudah patut sewajarnya melestarikan kehidupan orang utan. Tidak hanya kita, namun pemerintah sebagai aparatur Negara yang harusnya memberika contoh kepada masyarakat luas, harus bertindak sebagaimana mestinya. Pelestarian pada orang utan dapat dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut :1. Menetapkan Daerah Perlindungan AlamPemerintah di bawah Menteri Kehutanan mempunyai badan yang menangani daerah daerah perlindungan alam, yaitu PJPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Di Indonesia terdapat sekitar 350 daerah perlindungan alam yang tersebar di berbagai provinsi. Daerah perlindungan alam tersebut digolongkan berdasarkan ukuran, keunikan ekosistem, dan fungsinya. Contoh daerah perlindungan alam di Indonesia, yaitu cagar alam, taman hutan raya dan hutan wisata, serta taman nasional. Untuk khusus orang utan, yaitu Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan dan Bukit lawang di Sumatra.2. Memelihara Kelestarian HutanHutan adalah habitat orang utan. Oleh sebab itu manusia harus berupaya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup beserta keanekaragaman hayatinya. Upaya upayanya :a. Reboisasi, yaitu menanam kembali hutan hutan yang telah gundul. Karena pohon pohon tersebut digunakan orang utan untuk tempat tinggal.b. Melakukan tebang pilih, yaitu jika kita memerlukan kayu, pohon yang akan ditebang harus memenuhi syarat umur dan ukuran. Janganlah semua pohon kita tebang. Bila itu terjadi, orang utan akan tidak punya tempat tinggal lagi, dan mereka akan punah begitu saja.c. Menghindari kebakaran hutan. Ini bisa sengaja atau tidak sengaja dilakukan. Jika sengaja, masyarakt membakar hutan agar daerah yang terbakar akan dijadikan perkebunan atau pemukiman. Apabila tidak sengaja, hutan akan terbakar dengan sendirinya, karena disebabkan musim kemarau yang begitu panas dan kering.3. Merehabilitasi Orang UtanOrang utan yang dipelihara oleh perorangan akan disita oleh Negara, kemudian akan dikembalikan ke habitatnya semula. Sebelum dikembalikan ke habitatnya, orang utan terlebih dahulu di rehabilitasi. Tujuan dari rehabilitasi tersebut adalah agar orang utan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan hutan sebagai habitat aslinya. Pusat rehabilitasi orang utan terdapat di Samboja dan Tanjung putting yang berada di wilayah Kalimantan. Selain di Kalimantan, terdapt pula rehabilitasi orang utan di Sumatra, yaitu di Bukit Lawang.4. Penangkaran Orang UtanOrang utan dapat ditangkarkan di kebun binatang atau tempat penangkaran yang ditunjuk. Jika populasinya sudah banyak, sebagian dikembalikan ke habitat aslinya. Pembiakan di luar habitat aslinya ini disebut pembiakan secara ex situ. Penangkaran dapat pula bertujuan untuk membudidayakan orang utan yang sudah langka.

PENUTUPKesimpulan

Orangutan adalah satwa khas Indonesia yang hidup di daratan Sumatra dan Kalimantan, yang kini kondisinya akan punah. Orang utan ini adalah satwa yang penting dalam unsur hutan atau biotanya. Dengan demikian, maka kita sewajarnya melakukan upaya upaya untuk melestarikannya. Jangan kita berbalik untuk menangkapnya, merusak habitatnya, dan lain sebagainya.