Upload
aldo-lando
View
249
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
blok13
Citation preview
Pemeriksaan Tumbuh Kembang Bayi 9 BulanAugustinus Yohanes Karni Lando
102013341
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara, Jakarta Barat 11510
Kelompok B6
Email: [email protected]
==================================================================
Abstrak
Penanganan pasien dewasa dan anak itu sangat berbeda , mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi pada pasien anak ( khususnya bayi &
balita ) selain keluhan penyakit perlu ditekankan pada tumbuh kembangnya. Secara
alloanamnesis harus didapatkan data lengkap dari anak tersebut. Pemeriksaan fisik dibagi
menjadi pemeriksaan fisik untuk bayi dan balita, dimana salah satu tahapannya adalah
antropometri, yaitu peniaian tumbuh kembang anak secara fisik. Diperlukan juga terapi
berupa imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi.
Kata Kunci : bayi, balita, tumbuh kembang.
Abstract
Handling adult and pediatric patients was very different , ranging from the history,
physical examination , investigation and treatment in pediatric patients ( especially infants
and toddlers ) in addition to the complaint diseases should be emphasized on growth . In
alloanamnesis must complete the data obtained from the child. Physical examination is
divided into physical examinations for infants and toddlers , where one of the stages are
anthropometry , which peniaian physical development of the child . Also required therapy in
the form of immunization to protect children from infectious diseases .
Keywords : babies , toddlers , growth and development.
1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa.
Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.
B. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak serta mengenali dan memahami tumbuh kembang anak yang normal.
Pembahasan
A. Anamnesis
Dalam kasus ini digunakan teknik alloanamnesis yaitu mendapatkan informasi
tentang pasien dari orang lain karena pasien tidak dapat menjelaskan keluhannya .Pasien usia
9 bulan datang ke polikilinik karena belum dapat duduk sendiri. Dari faktor ibu , riwayat
kehamilan tidak ada komplikasi, lahir dengan cara normal, tanpa komplikasi dan bayi
langsung menangis. Faktor anak yaitu: tumbuh kembang anak, RPS&RPD, imunisasi, nutrisi
& riwayat penyakit keluarga.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Antropometri1
Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan
bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma
untuk jenis kelamin,usia, berat badan, suku bangsa dll. Antropometri dilakukan pada anak-
anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh
kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat
penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara
pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan.1
2
Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran Berat Badan1
Berat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan pada berat
badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek.1
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:1
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan
3. Umum dan luas dipakai di Indonesia
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur
5. Digunakan dalam KMS
6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi ( dacin )
Pengukuran berat badan menggunakan timbangan bayi:1
1. Untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
2. Letakkan timbangan pada meja datar, tidak mudah bergoyang.
3. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
4. Bayi sebaiknya telanjang
5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan.
8. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
3
Gambar 1 & 2 : Penimbangan Berat Badan Bayi2
Pengkuran berat badan menggunakan timbangan injak :1
1. Letakkan timbangan di lantai yang datar
2. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke 0
3. Anak pakai baju sehari-hari yang tipis (tidak pakai alas kaki, jaket,
topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu)
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
Gambar 3 : Timbangan Badan2
b. Pengukuran Tinggi Badan/Panjang Badan1,3
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan 4
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat
gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.1,3
Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri dapat menggunakan infantometer.1,3
Cara mengukur dengan posisi berbaring yaitu :1,3
1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
4. Petugas 1 : ke2 tangan pegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi dengan lengan kiri
bawah agar lurus, sedangkan tangan menjaga agar posisi kaki
tetap lurus (tidak fleksi ataupun ekstensi). Tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
6. Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.
Gambar 4 & 5 : Cara Pengukuran Tinggi Badan (Bayi & Balita)2
Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat menggunakan microtoise. Cara mengukur pada
posisi berdiri yaitu :1,3
1. Anak tidak pakai sandal atau sepatu.
5
2. Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki rapat.
3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
5. Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 6 : Cara Pengukuran Tinggi Badan Pada Anak-anak2
c. Pengukuran Lingkar Kepala1,3
Pengukuran lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam
batas normal atau di luar batas normal. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. 1,3
Cara mengukur lingkar kepala yaitu :1,3
1. Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
3. Hasil dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin.
4. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
6
Gambar 7 : Cara Pengukuran Lingkar Kepala2
d. Pengukuran Lingkar Lengan Atas1,3
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah, murah dan
cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang sulit diperoleh. Memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas
mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP (Kurang Energi
Protein) pada balita. Namun kelemahannya adalah :1,3
1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia
2. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan
3. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk
golongan dewasa.
7
Gambar 8 : Cara Pengukuran Lingkar Lengan Atas2
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang4
1. Faktor Internal (Genetik)4
Merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Melalui genetik juga
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, yang ditandai dengan :4
(1) Intensitas dan kecepatan pembelahan
(2) Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan
(3) Umur pubertas
(4) Berhentinya pertumbuhan tulang
Yang termasuk faktor internal antara lain faktor bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, obstetrik, dan ras (suku bangsa). Jika potensi genetik dapat berinteraksi dalam
lingkungan yang baik dan optimal maka pertumbuhan juga akan optimal.4
Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan
di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik, juga oleh lingkungan yang
tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal sehingga kematian balita di negara
berkembang cukup tinggi.4
2. Faktor Eksternal (Lingkungan)4
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Kondisi lingkungan yang buruk berakibat kondisi genetik optimal tidak dapat tercapai. Yang
termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisik-psikososial. Faktor ini mempengaruhi setiap
individu sejak masa konsepsi sampai akhir hayat.4
8
Faktor lingkungan dibagi dua:4
a. Lingkungan Pranatal4
Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir. Meliputi gizi ibu
saat hamil, mekanisme toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, anoksia
embrio.4
b. Lingkungan Pascanatal4
Dipengaruhi oleh lingkungan, meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik,
faktor psikososial, keluarga dan adat-istiadat.4
FAKTOR CONTOH
I Internal
a. Genetik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan
plasenta)
b. Obstetrik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan
plasenta)
c. Seks Laki-laki lebih panjang dan berat
II Eksternal
a. Gizi Fetus (diet maternal: protein, energi dan iodium)
Bayi (ASI dan susu botol)
Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D dan
asam folat)
b. Obat-obatan Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-obat
lainnya
c. Lingkungan Iklim
Daerah kumuh
d. Penyakit
1. Endokrin Hormon pertumbuhan
9
2. Infeksi Bakteri akut dan kronis, virus dan cacing
3. Kongenital Anemia sel sabit, kelainan metabolisme sejak lahir
4. Penyakit kronis Kanker, malabsorpsi usus halus, jantung, ginjal dan
hati
5. Psikologis Kemunduran mental/emosi
Tabel 1 : Faktor Internal & External.5
D. Tumbuh Kembang Anak6
a. Definisi Anak6
Menurut UU RI No. 4 Tahun 1979 , yang disebut anak adalah usia 0-21 tahun dan
belum menikah. Namun, menurut UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, anak
yaitu usia 0-18 tahun, termasuk janin dalam kandungan.6
b. Ciri Khas Anak6
o Bertumbuh dan berkembang secara kontinyu sejak konsepsi sampai dengan akhir
masa remaja
o Pola khas dan teratur yaitu sefalo-kaudal, proksimo-distal
o Tahap nya berurutan ,deferensiasi dan integrasi : inner to outer, simple to complex.
Gambar 9 : Pertumbuhan Anak2
c. Pengertian Tumbuh Kembang6
Pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran organisme sebagai
akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan berkaitan
10
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh).6
Perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi. Definisi lain dari
perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Istilah perkembangan meliputi pertumbuhan fisik,
maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial.6
d. Kebutuhan Dasar Anak7
Kebutuhan fisik biomedik (ASUH) meliputi :7
1. Asupan nutrisi seimbang
2. Perawatan kesehatan dasar (ASI, imunisasi)
3. Sandang, pangan, hygiene sanitasi.
Kebutuhan emosi (ASIH) meliputi :7
Kasih sayang yaitu ikatan batin (bonding) dan rasa percaya (basic trust).7
Kebutuhan stimulasi mental (ASAH) meliputi:7
Proses pendidikan, pelatihan, rekreasi.7
e. Tahapan Tumbuh Kembang8
1. Neonatus (lahir – 28 hari)8
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan
sesuai keinginan.8
2. Bayi (1 bulan – 1 tahun)8
Umur 0-3 bulan8
1. Mengangkat kepala setinggi 45 derajat
2. Menggerakkan kepala dari kanan/kiri ke tengah
3. Melihat dan menatap wajah orang lain
4. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
5. Suka tertawa keras
6. Bereaksi terkejut terhadap suara keras11
7. Membalas tersenyum ketika diajak bicara atau tersenyum
8.Mengenal ibu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan kontak
Umur 3-6 bulan8
- Berbalik dari telungkup ke terlentang
- Mengangkat kepala setinggi 90 derajat
- Mempertahankan kepala tetap tegak dan stabil
- Menggenggam pensil
- Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
- Memegang tangannya sendiri
- Berusaha memperluas pandangan
- Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
- Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
- Tersenyum ketika melihat gambar atau mainan yang menarik saat bermain sendiri
Umur 6-9 bulan8
- Duduk tanpa dibantu
- Tengkurap dan berbalik sendiri
- Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
- Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
- Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
- Bergembira dengan melempar benda-benda
- Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
- Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
- Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
Umur 9-12 bulan8
- Berdiri sendiri tanpa dibantu
- Berjalan dengan dituntun
- Menirukan suara
- Mengulang bunyi yang didengarnya
- Belajar menyatakan satu atau dua kata
- Mengerti perintah sederhana atau larangan
12
- Minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
- Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
- Berpartisipasi dalam permainan
Todler (1-3 tahun)8
Peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik.
Anak usia 12-18 bulan :8
- Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
- Menyusun 2 atau 3 kotak
- Dapat mengatakan 5-10 kata
- Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
Anak usia 18-24 bulan :8
- Mampu naik turun tangga
- Menyusun 6 kotak
- Menunjuk mata dan hidungnya
- Menyusun dua kata
- Belajar makan sendiri
- Menggambar garis di kertas atau pasir
- Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
- Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
- Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
Anak usia 2-3 tahun :8
- Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
- Membuat jembatan dengan 3 kotak
- Mampu menyusun kalimat
- Mempergunakan kata-kata saya atau aku
- Bertanya
- Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
- Menggambar lingkaran
- Bermain dengan anak lain
13
- Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
E. Jenis-jenis imunisasi pada anak < 1 tahun.8
BCG
HEPATITIS B
POLIO
DPT
CAMPAK
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio
atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga
kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.8
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.8
a. Jenis Imunisasi8
Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar
terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC, difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio,
campak (measles, morbili) dan hepatitis B. Sedangkan imunisasi terhadap penyakit lain
seperti gondongan (mumps), campak Jerman (rubella), tifus, radang selaput otak (meningitis),
hepatitis A, cacar air (chicken pox, varicella) dan rabies tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan.8
Berikut ini penjelasan mengenai beberapa vaksin yang sering diberikan pada anak :8
1. Vaksin BCG8
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal,
hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada
14
bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum,
bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi
ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil.
Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya
dilakukan dipaha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak
menderita demam.8
2. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)8
Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan
tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat meluas dan
menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot
jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun dari kuman tetanus merusak sel saraf pusat
tulang belakang, mengakibatkan kejang dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari)
cukup parah bila menyerang anak balita, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Di Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3 jenis kemasan,
yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan kombinasi DPT.
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu
penyuntikan minimal selama 4 minggu. Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan
apa-apa, itu sebabnya suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama
dilakukan pada usia 1-2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-
3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6
SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Reaksi yang terjadi biasanya
demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi ini
tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan yang menderita kejang demam
kompleks.8
3. Vaksin Polio8
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh
pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin
yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang
dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
15
atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.8
4. Vaksin Campak (Morbili, Measles)8
Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-bercak
merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk atau pilek. Bercak merah ini
mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh dan anggota badan. Bercak merah ini
akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari. Pada stadium
demam, penyakit campak sangat mudah menular. Sedangkan pada anak yang kurang gizi,
penyakit ini dapat diikuti oleh komplikasi yang cukup berat seperti radang otak
(encephalitis), radang paru atau radang saluran kencing. Bayi baru lahir biasanya telah
mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan kekebalan ini bertahan
hingga usia bayi mencapai 6 bulan. Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan.
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam ringan
atau sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat
suntikan.8
5. Vaksin Hepatitis B8
Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum
suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi dalam
kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi
kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker
hati di kemudian hari. Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1
bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua
dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.8
6. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)8
Vaksin ini masih di impor dan harganya cukup mahal. Penyakit gondongan
sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bisa mengakibatkan komplikasi yang serius seperti radang
otak dan radang buah pelir (pada pria) atau kandung telur (pada wanita) dan dapat
mengakibatkan kemandulan. Penyakit rubella sebenarnya ringan, tetapi dapat membahayakan
karena dapat merusak janin dalam kandungan pada masa kehamilan muda. Imunisasi MMR
16
diberikan satu kali setelah anak berumur 15 bulan. Imunisasi ulang dilakukan setelah anak
berusia 12 tahun.8
7. Vaksin Tifus/ Demam Tifoid8
Vaksin ini tidak diwajibkan dengan pertimbangan bahwa penyakit tifus tidak
berbahaya pada anak dan jarang menimbulkan komplikasi. Gejala penyakit yang khas adalah
demam tinggi yang dapat berlangsung lebih dari 1 minggu disertai dengan lidah yang tampak
kotor, sakit kepala, mulut kering, rasa mual, lesu dan kadang-kadang disertai sembelit atau
mencret. Ada 2 jenis vaksin demam tifoid, yaitu vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan
(TyphimVi). Vaksin suntikan diberikan sekali pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3
tahun. Vaksin oral diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih. Kemasan vaksin oral terdiri
dari 3 kapsul yang diminum sekali sehari dengan selang waktu 1 hari.8
8. Vaksin Radang8
Selaput Otak Haemophilus influenzae tipe B (Hib) Penyakit ini berbahaya dan paling
sering menyerang anak usia 6-12 bulan. Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan cacat
saraf atau kematian. Di Indonesia telah beredar 2 jenis vaksin Hib, yaitu ActHIB buatan
Perancis dan PedvaxHIB buatan USA. PedvaxHIB: Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada
usia 2-14 bulan dengan selang waktu 2 bulan. Bila dosis kedua diberikan pada usia di bawah
12 bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2 bulan setelah suntikan
kedua. Untuk anak yang baru mendapat imunisasi setelah berusia lebih dari 15 bulan, maka
imunisasi cukup diberikan satu kali tanpa ulangan. ActHIB: Imunisasi dasar diberikan pada
usia 2-6 bulan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1-2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 12
bulan setelah imunisasi terakhir. Bila imunisasi diberikan pada usia 1-5 tahun maka cukup
diberikan satu kali tanpa ulangan.8
9. Vaksin Hepatitis A8
Walaupun gejalanya lebih nyata dan lebih berat dari hepatitis B, penyakit ini jarang
menyebabkan komplikasi atau kematian. Tanda-tandanya adalah demam, mual, lesu, mata
dan kulit kekuningan disertai warna kencing seperti air teh. Biasanya akan sembuh dalam
waktu 2-3 minggu. Imunisasi dasar dengan vaksin Havrix diberikan 2 kali dengan selang
waktu 2-4 minggu. Dosis ke-3 diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.8
10. Vaksin Cacar Air (Varicella)8
17
Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi ringan. Gejalanya khas,
mula-mula timbul bintik kemerahan yang makin membesar membentuk gelembung berisi air
dan akhirnya mengering dalam waktu 1 minggu. Gejala ini mula-mula muncul di daerah
perut, dada dan punggung, kemudian menyebar ke muka, kepala dan anggota badan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah radang kulit, radang paru (pneumonia), radang otak
(encephalitis), atau varicella kongenital bila ibu menderita varicella pada kehamilan muda.
Harga vaksin (Varillix) masih mahal, karena itu direkomendasikan diberikan pada anak
berusia di atas 12 tahun yang belum pernah terkena varicella dan diulang 6-8 minggu
kemudian.8
b. Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib8
1 bulan : Hepatitis B-1, BCG, OPV-1 (oral polio vaccine)
2 bulan : Hepatitis B-2, DPT-1, OPV-2
3 bulan : DPT-2, OPV-3
4 bulan : DPT-3, OPV-4
7 bulan : Hepatitis B-3
9 bulan : Campak
F. Asupan Gizi Anak.9
1. Usia 0-12 bulan (bayi/infant)9
a. Energi 9
6 bulan pertama : 115-120 kkal/kg/hari
6 bulan kedua : 105-110 kkal/kg/hari
b. Protein9
Berfungsi menyediakan asam amino yang merupakan bahan esensial untuk
pertumbuhan jaringan. Untuk bayi prematur ditambah tirosin, sistein dan taurin.9
6 bulan pertama : 2.2 g/kg/hari
6 bulan kedua : 2 g/kg/hari
c. Lemak9
18
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi, penyerapan vitamin larut lemak,
kalsium dan mineral lain. Komposisi asam lemak essensial rasio asam linoleat dan
linolenat penting karena berperan dalam perkembangan susunan syaraf.9
Kebutuhan belum ada anjuran : 30 % dari total energi, 3% dari asam linoleat.
d. Karbohidrat9
Merupakan komponen terbesar dari asupan energi ( 40-50 % ), terutama laktosa.9
e. Vitamin dan Mineral9
Vit K, D, B12
Zat besi terdapat cadangan dalam tubuh bayi sampai usia 6 bulan.9
f. Air / Cairan9
Cairan dalam tubuh bayi sebanyak 70-75% BB yang terdiri dari 50%
intraseluler, 15% intertisial, dan 5% plasma. Kebutuhan ditentukan dari jumlah air
yang hilang melalui paru-paru, kulit, feses dan urin, sebagian untuk proses
pertumbuhan serta pada keadaan tertentu dapat terjadi kebutuhan cairan yang
meningkat . Rasio cairan : kalori = 1,5:1.9
2. Masa kanak-kanak (Childhood)9
Dikelompokkan dalam tiga kategori9
1-3 tahun (toddler)
4-6 tahun (prasekolah)
6-12 tahun (masa sekolah)
Toddler dan prasekolah mempunyai pola makan transisi dari bayi ke dewasa.9
a. Energi9
1-3 tahun : 100 kkal/kgBB/hari
4-6 tahun : 90 kkal/kgBBB/hari
b. Protein9
1-3 tahun : 1,2 g/kgBB/hari
4-6 tahun : 1,1g/kgBB/hari
c. Lemak9
30-35 % dari total energi, dan asam linoleat 1-2% dari total energi
d. Mineral9
Kebutuhan meningkat dengan progresif . Ada 3 kelompok mineral :9
1. Kalsium, fosfor, dan magnesium
2. Besi, iodium, dan elemen mineral19
3. Zinc yang berfungsi untuk sintesis protein dan pembelahan sel
3. Pemberian Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita9
a. Usia 0-6 bulan9
Pada usia ini , bayi hanya diberikan ASI eksklusif. ASI diberikan sedini
mungkin dan tanpa jadwal serta tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih
sampai bayi berumur 6 bulan.9
b. Usia 6-8 bulan9
Setelah melewati usia 6 bulan, maka bayi dapat diberikan makanan tambahan
yang lumat seperti bubur tepung kacang hijau, bubur beras merah, susu, biskuit
dicampur susu, buah-buahan matang yang mudah dilumat seperti pisang, alpukat,
pepaya dan sebagainya namun ASI masih tetap diberikan.9
c. Usia 8-12 bulan9
Dapat diberikan makanan lembek seperti bubur nasi, nasi tim, buah-buahan
matang yang mudah dilumat. Seperti pada usia-usia sebelumnya ASI harus tetap
diberikan.9
d. Usia 12-24 bulan9
Memberikan ASI sesuai keinginan anak. Sudah dapat diberikan nasi lembek
yang ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/wortel/bayam dan diberikan 3 kali sehari.
Diberikan juga makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur
kacang hijau, pisang dan biskuit.9
e. Usia >2 tahun9
Diberikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang
terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Diberikan juga makanan selingan 2 kali
sehari diantara waktu makan.9
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah genetik dan lingkungan. Kebutuhan dasar anak yang tercukupi
20
juga akan membantu pertumbuhan anak agar optimal. Setiap anak mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang berbeda-beda, dalam kasus ini mungkin bayi berumur 9 bulan
tersebut mengalami pertumbuhan yang sedikit terlambat, namun dapat disimpulkan bahwa
masih dalam batas-batas normal.
Daftar Pustaka
1. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku Ajar
Tumbuh Kembang Jilid I. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan
Dokter Indonesia, 2009.h.175-9
2. Diunduh dari : www.images.google.com. 2 Januari 2015. Pukul 14.30
3. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku Ajar
Tumbuh Kembang Jilid II. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial
Ikatan Dokter Indonesia, 2010.h.34-8
4. Hardjono S, Sulaiman I, Moersintowarti B.N. Gagal Tumbuh (Failure To Thrive).
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak No.32,Oktober 2007.h 37-43
5. Schartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta : EGC:2009.h 25-31
6. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC;2012.h15-721
7. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi , cara
ampuh mencegah penyakit infeksi. Jakarta: Kanisius;2010.h. 165-9
8. Baratawidjaja,Garna K.Imunologi Dasar Edisi Ke 7 Cetakan ke 5.Jakarta:FK UI;2011.h
24-27
9. Narendra,Moersintowati B.Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama.Jakarta:
IDAI,Sagung Seto: 2007.h. 13-18
22