makalah blok13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah blok 13

Citation preview

Pemeriksaan Tumbuh Kembang dan Imunisasi pada Bayi Elchim Reza Rezinta102012240A5Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 1150Telp. 021-56942602 Fax. 021-5631731Email : [email protected]

PendahuluanBayi yang sehat setelah dilahirkan biasanya langsung menangis dan bergerak secara aktif, serta tubuh bayi biasanya berwarna kemerahan. Setelah bayi dilahirkan seorang ibu dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan. Setelah lebih dari enam bulan bayi dapat diperkenalkan dengan makanan padat lain sebagai makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia dua tahun. Bayi yang sehat harus diberikan nutrisi yang seimbang serta perawatan khusus agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, bayi juga harus diberikan imunisasi rutin dan lengkap untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit.AnamnesisBerdasarkan sesuai skenario yaitu, seorang bayi laki-laki berusia 2 bulan dibawa ibunya ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi rutin. Bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang tidak memiliki komplikasi selama kehamilan dan selama ini sehat serta aktif. Kita mengambil data secara alloanamnesis dikarenakan yang bersangkutan harus memberikan informasi dengan bantuan ibunya yang kita kumpulkan datanya adalah sebagai berikut :1. Identitas seperti nama, tempat tanggal lahir dan usia2. Riwayat kehamilanDalam hal ini dapat ditanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan kehamilan ibu bayi tersebut, seperti : Apakah saat mengandung banyak terjadi benturan? Apakah nutrisi ibu saat mengandung cukup? Apakah saat mengandung ibu melakukan cek-up rutin kedokter atau tidak? Apakah saat mengandung ibu mengalami sakit yang cukup paraah? Jika iya, apa jenis penyakitnya dan berapa lama sakitnya. Apakah saat mengandung mengkonsumsi obat? Jika iya, apa jenis obatnya dan berapa lama mengkonsumsinya?3. Riwayat nutrisiDalam hal ini dapat ditanyakan mengenai nutrisi yang diberikan oleh ibu kepada bayinya setelah lahir, apakah diberikan ASI eksklusif atau tidak.4. Riwayat tumbuh kembangPada riwayat ini dapat ditanyakan kepada ibunya mengenai bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan bayinya setiap bulannya.Pengertian Tumbuh KembangIstilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, akan tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan petumbuhan.1 Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan, pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif.2Tabel 1. Tumbuh dan Kembang.2

Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Tumbuh Kembang Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu: (1)Faktor genetic, faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya. (2) Faktor lingkungan, yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. 3 Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya.Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)Meliputi: pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan, pemukiman yang layak, kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan, pakaian, rekreasi dan kesegaran jasmani.2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial.3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya. Baik dirumah,sekolah maupun lingkungan asah bisa dilakukan.Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. 3

Pemeriksaan Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu. Selama pertumbuhan terjadi perubahan ukuran fisik. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya.1,2 Ukuran fisik manusia dapat diukur. llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu dikenal dengan sebutan antropometri. Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan ukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lemak di bawah kulit dan lingkar lengan atas. Berat badan untuk umur (BB/U) , panjang badan untuk umur (PB/U) , berat badan untuk panjang badan (BB/PB) dan IMT.4Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Gambar 1. Berat Badan Menurut Umur.42. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Gambar 2. Tinggi Badan Menurut Umur.43. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Pada tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan factor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang.

Gambar 3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan.44. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.5. Pengukuran IMTPada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U. IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu : Berat badan (kg)IMT = ---------------------------------------------- Tinggi badan 2 (meter)

Gambar 5. Besar Massa Index.4Setelah melakukan pengukuran masing-masing indikator, maka langkah selanjutnya adalah membaca grafik ( WHO Child Growth Standards) dan melakukan penilaian , untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), harus dibandingkan dengan standar WHO. Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau persentil.Klasifikasi dapat dilakukan menurut berbagai lembaga. Klasifikasi WHO agak sedikit berbeda dengan klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI. Klasifikasi status gizi yang dihitung dengan menggunakan Z-skor menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :Tabel 2. Indikator Pertumbuhan. 4

Pemeriksaan PerkembanganPenyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi dengan dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak seusia dini. Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.5 Nama Denver menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver. Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan.4. memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.Tujuan pokok DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir gangguan perkembangan anak, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan demikian, tes ini tidak memiliki kriteria kesimpulan hasil perkembangan anak abnormal, yang ada hanyalah normal, tersangka dan tak dapat diuji. Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu: (1)Sektor personal-sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi, (2) Sektor motorik halus-adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah., (3) Sektor bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa dan (4) Sektor motorik kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya. Setelah menyelesaikan tes Denver II, kita perlu melakukan tes perilaku untuk membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif, dan memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya. 5Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, kita perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver II, pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II antara lain, benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kubus (dengan rusuk 2,5 cm) berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah, botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik (dalam penerapannya, ada yang mengganti manik-manik dengan kismis atas pertimbangan tertentu), lonceng kecil dan bola tenis. Adapun formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu pada halaman belakang. Pada baris horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia dalam bulan dan tahun yang dimulai dari anak lahir hingga 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan, jarak 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini terlebih dahulu kita harus mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tes adalah item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan, misalnya sektor personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan sektor motorik halus-adaptif. Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ia mampu menyelesaikannya tetapi kurang tepat. Ini ditujukan agar anak tidak segan untuk menjalani tes berikutnya. Dengan menggunakan skala pada lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, atau marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.5Gambar 6. Denver II.5 Pemeriksaan Fisik UmumPemeriksaan fisik umum lainnnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksa tanda-tanda vital diantaranya dengan hitung frekuensi napas, pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi apabila frekuensinya antara 24-35 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi. Hitung denyut jantung dengan stetoskop, pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 120 kali per menit. Serta pemeriksaan nadi permenit dikatakan normal pada bayi adalahh 120-130 x/mnt. Serta pemeriksaan suhu tubuh karena hipotalamus bayi belum sempurna, sehingga suhu tubuh belum stabil, terutama jika bayi terpapar udara yang dingin. Bayi mempertahankan suhu tubuh dengan sikap fleksi serta meningkatkan frekuensi pernafasan dan aktivitasnya. Kisaran suhu normal pada bayi adalah 36,50 C-37,50 C. 6 Tabel 3. Pemeriksaan Fisik Umum.6

ImunisasiImunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.7 Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Sedangkan imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein diperlukan untuk mensintesis antibodi.Adapun jenis-jenis imunisasi adalah:1. Imunisasi BCGBacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Pemberian suntikan bisa diulang pada usia 10-13 tahun, jika dianggap perlu. Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan, maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Setelah disuntik, pada tempat bekas suntikan biasanya akan timbul semacam bisul kecil yang akan mengering dengan sendirinya. Apabila terjadi reaksi lokal di tempat suntikan, maka perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.2. Imunisasi Hepatitis BImunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB) sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak.Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B. Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia Pemberian sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin3. PolioImunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Bila yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. sedangkan yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah. Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil. Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi.4. DPTDeskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Difteri (kuman yang dapat membentuk selaput abu-abu atau hitam di tenggorokan), tetanus (infeksi yang menyebabkan kejang otot kuat yang bisa mematahkan tulang), dan pertusis (penyakit menular yang menyebabkan penyakit parah, batuk tak terkendali, yang dikenal sebagai batuk rejan). Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertusis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril. Imunisasi DPT harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.5. CampakImunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahan dan berair. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik. Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).6. MMR Vaksinasi pertama diberikan pada umur 15 bulan dan sekali lagi pada usia antara 5 sampai 6 tahun. Vaksin anak MMR ini juga kadang dikombinasikan dengan vaksin virus cacar air. Vaksin virus MMR ini ditujukan untuk melindungi anak terhadap tiga virus berbahaya, yaitu campak, gondok dan rubella atau campak Jerman. Campak dapat menyebabkan demam tinggi dan ruam tubuh-lebar. Gondok menyebabkan rasa sakit wajah, pembengkakan kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan kemandulan pada laki-laki. Sedangkan rubella atau campak Jerman dapat menyebabkan cacat pada janin dari ibu hamil yang tertular atau pernah tertular penyakit ini jika infeksi terjadi selama kehamilan.7. HibPenyakit Hib adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteriHaemophilus influenzatipe B. Penyakit ini merupakan penyebab utama radang selaput otak (meningitis) yang pada umumnya menyerang anak di bawah umur 5 tahun. Vaksin diberikan pada umur 2, 4, 6 dan antara 5-18 bulan. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam tinggi dan kemerahan pada bekas suntikan.8. VaricellaVaksin ini memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ini ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan yang secara perlahan mengering dan membentuk koreng yang akan mengelupas. Dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada anak yang berusia di atas 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Efek samping dari vaksin ini biasanya berupa demam dan pembengkakan di tempat penyuntikan. 9. TifoidVaksin Tifoid polisakarida diberikan pada umur 2 tahun.Vaksin ini diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat hanya bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun saja. Oleh karena itu perlu dilakukan vaksin ulang kembali setiap 3 tahun. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis, yaitu imunisasi oral dan suntikan. Imunisasi oral berupa kapsul diberikan selang sehari selama 3 kali. Hal ini biasanya dilakukan untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan hanya satu kali. Tidak ada efek samping yang didapat pada imunisasi ini.Tabel 4. Imunisasi.7

KesimpulanPertumbuhan dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu diperhatikan sejak dini. Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan pada anak sejak dini. Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pemberian imunisasi juga tak kalah penting di antra tujuan jangka pendek dari pelayanan imunisasi adalah pencegahan penyakit secara perorangan atau kelompok, sedangkan tujuan jangka panjang adalah eradikasi atau eliminasi suatu penyakit.

Daftar Pustaka1. Hidayat, Alimul. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika;2008.h.120-34.2. Wahab, Samik. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC;2002.h.91-93. Khoirunnisa, Endang. Neonatus, bayi, dan balita. Yogyakarta: Nuha Medika;2010.h.114-21.4. WHO-MGRS Group .Reliability of anthropometric measurement in WHO MGRS.Jakarta: EGC; 2006.h.38-46.5. Markum A.H. Ilmu kesehatan anak.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h.54-62.6. Supartini, Yupi. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC;2004.h.66-90.7. Umar. Imunisasi Mengapa Perlu. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara;2003 .h.16-23.

13