14
MAKALAH EDUKASI KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE-OPERATIVE DAN MANAJEMEN ANESTESI POST OPERATIVE Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fundamental Pathophisiology Digestive System Yang dibina oleh Bapak Ns. Heri Kristianto, M.Kep.,Sp.KMB Oleh : KELOMPOK 5 1. Didik Eko Setyanto 2. Cindy Denty P. 3. Putri Mahdasari 4. Melida Nur Faizah 5. Diah Retno Utami 6. Dhea Agni Asnifarisca 7. Widi Setiyaning U. PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Makalah Edukasi Kel 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fdghfd

Citation preview

Page 1: Makalah Edukasi Kel 5

MAKALAH EDUKASI KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE-OPERATIVE DAN

MANAJEMEN ANESTESI POST OPERATIVE

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fundamental

Pathophisiology Digestive System

Yang dibina oleh Bapak Ns. Heri Kristianto, M.Kep.,Sp.KMB

Oleh :

KELOMPOK 5

1. Didik Eko Setyanto2. Cindy Denty P.3. Putri Mahdasari4. Melida Nur Faizah5. Diah Retno Utami6. Dhea Agni Asnifarisca7. Widi Setiyaning U.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

Page 2: Makalah Edukasi Kel 5

Perencanaan Edukasi Keperawatan Pada Pasien Pre Operatif

Menurut Hidayat (2008 : 164), perencanaan keperawatan pada pasien pre

operatif memiliki tujuan sebagai berikut :

1)   Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.

2)   Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada ketakutan.

3)   Risiko infeksi dan cedera tidak terjadi.

Rencana Tindakan Edukasi Keperawatan Pre Operatif :

Mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan

psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan, penjelasan tentang peristiwa

yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.

Mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan

dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernapas

dan latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan lain-lain.

Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

Menurut Hidayat (2008 : 165), ada beberapa tindakan edukasi keperawatan

pada asien pre operatif yaitu:

1) Pemberian Pendidikan Kesehatan Pre Operatif

Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai

informasi mengenai tindakan pembedahan, di antaranya jenis pemeriksaan

yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan,

Page 3: Makalah Edukasi Kel 5

pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan

pengobatan setelah bedah.

2) Persiapan Diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal

pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum

bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan

cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau

cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3) Persiapan Kulit

Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan

dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan

sabun heksaklorofin (hexachlorophene) atau sejenisnya sesuai dengan

jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.

4) Latihan Bernapas dan Latihan Batuk

Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kotraindikasi pada

bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat

meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan.

Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara

seperti di bawah ini:

a. Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk mengembangkan

thorak.

b. Tempatkan tangan di atas perut.

Page 4: Makalah Edukasi Kel 5

c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada

mengembang.

d. Tahan napas selama 3 detik.

e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.

f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3

kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.

g. Istirahat.

5) Latihan Kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis.

Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan

quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat

dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian

istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat

dilakukan dengan cara membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,

kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mcngangkat tumit, melipat

lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan

mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat,

kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi

scbanyak 5 kali.

6) Latihan Mobilitas

Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi,

mcncegah dekubitus, merangsang peristaltik scrta mengurangi adanya

nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu

menggunakan alat di tcmpat tidur, seperti menggunakan penghalang agar

Page 5: Makalah Edukasi Kel 5

bisa memutar badan, mclatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara

menggeser pasien ke sisi tcmpat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler,

kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.

7) Pencegahan Cedera

Menurut Hidayat,2009, untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan

yang pcrlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:

a. Cek identitas pasien.

b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya

cincin, gelang, dan Lain-lain.

c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.

d. Lepaskan lensa kontak.

e. Lepaskan protesa.

f. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat

mendengar.

g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing.

h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami 

tromboplebitis.

Page 6: Makalah Edukasi Kel 5

PERAWATAN POST ANASTESI DI RUANG PEMULIHAN (RECOVERY

ROOM)

Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di

ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak

mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang

perawatan (bangsal perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan

dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien

untuk :

1. perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)

2. ahli anastesi dan ahli bedah

3. alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan

penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat

bantu pernafasan seperti : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan

bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di

ruang ini juga harus terdapat alat yang digunakan untuk memantau status

hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti

: apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena,

set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan

bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan

drainase.

Selain alat-alat tersebut, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada

tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien,

seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang

digunakan untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat

tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap

berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu

tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95%

dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk

menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :

Fungsi pulmonal yang tidak terganggu

Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat

Page 7: Makalah Edukasi Kel 5

Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah

Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang

Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam

Mual dan muntah dalam kontrol

Nyeri minimal

Form pengkajian post anasteshia

Penilaian Ruang Pemulihan Post Anastesi

Nama :

Nilai Akhir :

Ruangan :

Ahli bedah/Anasteshia:

Tanggal :

Perawat R.R :

Area pengkajian Score Saat penerimaan Setelah 1 jam —–2 jam —–3 jam

Respirasi :

2 - Kemampuan nafas dalam dan batuk

1- Upaya bernafas terbatas (dispneu)

0 - Tidak ada upaya nafas spontan

Sirkulasi (tekanan sistolik) :

2 - 80 % dari pre anastesi

1 - 50 % dari pre anastesi

0 - < 50 % dari pre anastesi

Tingkat Kesadaran :

2 - Orientasi baik dan respon verbal positif

1 - Terbangun ketika dipanggil namanya

0 - Tidak ada respon

Warna kulit :

2 - Warna dan penampilan kulit normal

1 - Pucat, agak kehitaman, keputihan. Ikterik

0- Sianosis

Aktivitas :

Page 8: Makalah Edukasi Kel 5

2 - Mampu menggerakkan semua ekstrimitas

1 - Mampu menggerakkan hanya 2 ekstrimitas

0 - Tak mampu mengontrol ektrimitas

Keterangan :

Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai

pengkajian post anastesi > 7-8.

Tujuan Perawatan Pasien Di Pacu adalah :

1. Mempertahankan jalan nafas

Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.

2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi

Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan

nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.

3. Mempertahakan sirkulasi darah

Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian cairan

plasma ekspander.

4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase

Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan

pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan

mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau

kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan

obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

5. Keseimbangan cairan

Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.

Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti

dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru

menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi

eleminasi pasien.

6. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injuri

Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan

beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang

nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien,

Page 9: Makalah Edukasi Kel 5

diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan

medis terkait dengan agen pemblok nyerinya.

Page 10: Makalah Edukasi Kel 5

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

___________________. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Apliklasi

Konsep dan Proses Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Azis Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Effendy, Christantie, 2002, Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah :

Preoperatif Nursing, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti, 2005, Kiat Sukses menghadapi

Operasi, Sahabat Setia, Yogyakarta.

Shodiq, Abror, 2004, Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito