21
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS ORGANISASI OLEH: Harland Trinanda Ribsa Fajri Ardiansyah PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Makalah Etika Bab 6

  • Upload
    aj

  • View
    1.077

  • Download
    249

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah etika bab 6

Citation preview

Page 1: Makalah Etika Bab 6

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS ORGANISASI

OLEH:

Harland Trinanda Ribsa

Fajri Ardiansyah

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

Page 2: Makalah Etika Bab 6

IKLIM ETIKA DAN ORGANISASI BERINTEGRITAS

1. Pentingnya Membangun Iklim Etika dan Organisasi Berintegritas

Banyak pimpinan organisasi dan perusahaan yang beranggapan bahwa

permasalahan etika adalah permasalahan individual. Setiap individu bertanggung jawab

terhadap tindakan-tindakan tidak beretika yang mereka lakukan, sementara itu

organisasi tidak dapat berbuat apa-apa untuk mempengaruhi etika seseorang.

Memang Gayus Tambunan dan Malinda Dee memperoleh hukuman atas

tindakan mereka melanggar hukum. Namun apa yang mereka perbuat berpengaruh

terhadap organisasi dan perusahaan tempat mereka bekerja. Karena itu, organisasi dan

perusahaan sangat berkepentingan terhadap perilaku etika dari orang-orang yang

bekerja pada organisasi dan perusahaan tersebut.

Organisasi juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sebagai contoh adalah

apa yang terjadi pada Sears, Roebuck & Company pada tahun 1992. Hal ini terjadi

bukan karena penurunan moral pada pegawai perusahaan. Peristiwa ini juga terjadi

bukan disengaja oleh manajemen. Namun terdapat beberapa factor di dalam organisasi

yang menciptakan situasi tersebut.

Dalam menghadapi penurunan pendapatan, pangsa pasar yang mengecil dan

persaingan yang semakin ketat manajemen perusahaan berupaya untuk meningkatkan

kinerja dengan memperkenalkan program sasaran dan insentif yang baru untuk pegawai.

Perusahaan meingkatkan kuota minimum dan memberikan target kepada pegawainya.

Jika mereka gagal mencapai target, mereka akan dipindahkan atau dikurangi jam

kerjanya. Mereka mendapat tekanan untuk melakukan penjualan.

Dengan tekanan dan insentif yang baru, sementara mereka pada dasarnya tidak

memiliki peluang untuk meningkatkan penjualan. Tanpa dukungan aktif dari

manajemen untuk praktik beretika dan ketiadaan mekanisme untuk mendeteksi dan

memeriksa penjualan yang meragukan dan hasil pekerjaan yang buruk, pegawai akan

bertindak sesuai dengan tekanan yang dihadapi. Karena hal itu yang menjadi prioritas

mereka.

Page 3: Makalah Etika Bab 6

Setelah tuntutan terhadap Sears diketahui public, CEO Edward Brennan

mengakui tanggung jawab manajemen yang telah menerapkan system penetapan

sasaran dan kompensasi yang menciptakan situasi penyebab kesalahan. Mereka

mengumumkan menerapkan system blind audit dan merencanakan untuk memperluas

system pemantauan kualitas pelayanan. Untuk menyelesaikan tuntutan hukum,

perusahaan menawarkan kupon untuk pelanggan yang membeli suku cadang tertentu

selama periode 1990-1992. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk penyelesaian

tuntutan diperkirakan sebesar $60 juta.

2. Keterbatasan Program Compliance

Seorang pegawai yang melanggar hukum berisiko menghadapi kasus hukum

berdampak pada konsekuensi biaya yang signifikan dan kehilangan nama naik serta

kepercayaan pelanggan pada perusahaan mereke. Risiko ini membuat banyak

perusahaan menyadari pentingnya etika orgnaisasi dan kemudian mengembangkan etika

organisasi yang mampu mendeteksi dan mencegah pelanggaran hukum. Hal ini sesuai

dengan himbauan Pemerintah Amerika agar perusahaan menerapkan program

compliance yang menekankan pada pencegahan tindakan hukuman bagi pelanggar,

melalui peningkatan pemantauan standar dan prosedur serta dengan memberikan

hukuman bagi para pelanggar, antara lain:

1) Seorang manajer harus mengembangkan standar dan prosedur

2) Menugaskan pegawai-pegawai yang memiliki jawabatan tinggi untuk

mengawasi kepatuhan terhadap standar dan prosedur

3) Menghindari pendelegasian wewenang kepada orang-orang yang berpotensi

untuk melakukan pelanggaran

4) Mengkomunikasikan standar dan prosedur melalui pelatihan dan publikasi

5) Melakukan audit kepatuhan, proses pemantauan, sistem whistleblowing dimana

pegawai dapat melaporkan tindakan melawan hukum tanpa merasa takut

dihukum

6) Secara konsisten menegakkan standar melalui tindakan-tindakan disiplin

7) Secara cepat melakukan tindakan jika terdeteksi pelanggaran

Page 4: Makalah Etika Bab 6

8) Melakukan langkah-langkah pencegahan agar pelanggaran sejenis tidak terulang

di masa depan

Terdapat beberapa keterbatasan atas program compliance yaitu:

1) Perbedaan hukum dan aturan di tiap negara.

2) Terlalu menekankan pada pemberian ancaman deteksi dan hukuman untuk

mendorong perilaku yang mentaati hokum.

3) Program ini cenderung untuk tidak mendorong terciptanya imajinasi moral atau

komitmen.

4) Bukan pedoman etika untuk perilaku keteladanan atau bahkan praktik-praktik

yang baik.

3. Integritas sebagai Tata Kelola Etika

Integritas sebagai tata kelola etika mendorong organisasi memiliki standar yang

lebih kuat dan memiliki integritas berbasis konsep pengelolaan sendiri (self-

governance) berdasarkan sekumpulan prinsip. Dari prinsip integritas, tugas dari

manajemen etika adalah:

1) Untuk mendefinisikan dan menghidupkan nilai organisasi

2) Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung prilaku etika yang baik

3) Untuk menanamkan rasa akuntabilitas bersama antar pegawai

Bentuk dari program integritas menyerupai dengan program compliance, seperti

kode etik, pelatihan, mekanisme pelaporan, investigasi atas potensi pelanggaran, dan

audit dan pengawasan untuk menjamin standar dan aturan perusahaan dijalankan dan

dipatuhi. Jika dirancang secara tepat dapat menciptakan dasar untuk mencari

kemanfaatan dari kepatuhan terhadap hukum.

Pendekatan berintegritas lebih luas, lebih dalam, dan lebih sulit dari program

compliance. Lebih luas karena pendekatan ini berupaya untuk memungkinkan

terciptanya perilaku bertanggung jawab. Lebih dalam karena mencakup ethos dan

sistem operasi dari organisasi dan anggota-anggotanya, nilai-nilai yang mereka

pedomani, cara berpikir dan berperilaku. Lebih sulit karena membutuhkan upaya secara

Page 5: Makalah Etika Bab 6

aktif untuk mendefinisikan tanggung jawab dan aspirasi yang menjadi bagian dari

pedoman etika organisasi.

Perbedaan karakteristik dan implementasi antara program compliance dan

organisasi berintegritas, sebagai berikut.

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Program Compliance dan Integritas

Karakteristik Program Compliance Program Integritas

Etika

Sesuai dan taat dengan standar

yang diterapkan dari luar

organisasi

Mengelola sendiri sesuai

dengan standar yang dipilih

Tujuan

Mencegah terjadinya tindakan

melawan hukum

Mendorong tindakan-

tindakan yang bertanggung

jawab

Kepemimpinan

Dipimpin oleh ahli hukum Dipimpin oleh manajemen

dengan bantuan ahli hukum,

spesialis SDM dan lain-lain

Metode

Pendidikan, pengurangan

kewenangan, auditing dan

pengawasan, pemberian

hukuman

Pendidikan, kepemimpinan,

akuntabilitas, sistem

organisasi dan proses

pengambilan keputusan,

auditing dan pengawasan,

pemberian hukuman.

Asusmsi perilaku

Otonom/individualis yang

didorong oleh kepentingan diri

sendiri yang bersifat material

Sosial, yang dipandu oleh

kepentingan sendiri yang

bersifat material, nilai-nilai,

kesempurnaan dan rekan

sejawat

Page 6: Makalah Etika Bab 6

Tabel 2. Perbedaan Implementasi Program Compliance dan Integritas

Implementasi Program Compliance Program Integritas

Standar

Hukum Pidana dan UU terkait

dengan kegiatan perusahaan

Nilai-nilai dan aspirasi

organisasi, lewajiban sosial,

termasuk kewajiban taat

hukum

Staffing Ahli hukum Pimpinan dan manajer

Kegiatan

Mengembangkan standar

compliance dan komunikasi,

pelaporan pelanggaran,

investigasi, audit atas ketaatan,

penegakan standar

Menjalankan organisasi

berdasarkan nilai-nilai dan

standar, pelatihan dna

komunikasi, pengintegrasian

nilai-nilai ke dalam sistem

organisasi, memberikan

bimbingan dan pelatihan,

menilai kinerja berbasis

nilai-nilai, identifikasi dan

pemecahan masalah,

mengawasi ketaatan

Pendidikan

Sistem dan standar compliance Pengambilan keputusan dan

nilai-nilai organisasi, sistem

dan standar compliance

4. Program Integritas yang Efektif

Terdapat beberapa karakteristik dari program integritas yang efektif, yaitu:

1) Nilai dan komitmen yang masuk akal dan secara jelas dikomunikasikan

Nilai dan komitmen ini mencerminkan kewajiban organisasi. Pegawai dari

berbagai tingkatan menerima nilai dan komitmen tersebut dengan sungguh-

sungguh, merasa bebas untuk mendiskusikannya, dan memahami pentingknya

Page 7: Makalah Etika Bab 6

dalam praktisi. Hal ini bukan berarti semuanya sudah jelas sehingga tidak

ambiguitas dan konflik. Namun selalu ada keinginan untuk mencari solusi yang

sesuai dengan kerangka nilai tersebut.

2) Pimpinan organisasi secara pribadi memiliki komitmen, dapat dipercaya,

dan bersedia untuk melakukan tindakan atas nilai-nilai yang mereka

pegang

Mereka tidak sekedar juru bicara. Mereka bersedia untuk memeriksa

keputusannya sesuai dengan nilai-nilai tesebut. Konsistensi merupakan bagian

penting dari kepemimpinan. Ceramah berkepanjangan dan tidak jelas tentang

nilai-nilai perusahaan hanya memancing ketidak-percayaan pegawai dan

penolakan terhadap program. Pada saat yang sama pemimpin harus mengambil

tanggung jawab untuk membuat keputusan yang sulit ketika terjadi konflik

antara kewajiban etika.

3) Nilai-nilai yang digunakan terintegritas dalam proses pengambilan

keputusan manajemen dan tercermin dalam kegiatan-kegiatan penting

organisasi

Penyusunan rencana, penetapan sasaran, pencarian kesempatan, alokasi sumber

daya, pengumpulan dan komunikasi informasi, pengukuran kinerja, dan

pengembangan SDM.

4) Sistem dan struktur organisasi mendukung dan menguatkan nilai-nilai

organisasi

Sistem pelaporan dibuat untuk memungkinkan dilakukannya check and balance

untuk mendukung pertimbangan yang objektif dalam pengambilan keputusan.

Penilaian kinerja memperhatikan cara kerja dan hasil kerja.

5) Seluruh manajer memiliki ketrampilan pengambilan keputusan,

pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan

yang berbasis etika setiap hari

Berpikir dan memiliki kesadaran etika harus menjadi bagian dari perlengkapan

mental seorang manajer. Pendidikan etika biasanya merupakan bagian dari

proses.

Page 8: Makalah Etika Bab 6

Keberhasilan dalam menciptakan iklim untuk perilaku yang beretika dan bertanggung

jawab untuk membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan investasi yang cukup besar

dalam waktu dan sumberdaya. Suatu buku kode etika yang mewah, pejabat yang

berpangkat tinggi di bidang etika, program pelatihan, dan audit etika tahunan, serta

jebakan-jebakan program etika lainnya tidak perlu ditambahkan dalam organisasi yang

bertanggung jawab dan taat hukum yang nilai-nilai dimiliki tercermin dalam tindakan

yang dilakukan. Program etika formal akan membantu sebagai katalis dan sistem

pendukung, tapi integritas organisasi tergantung kepada integritas nilai-nilai organisasi

ke dalam system.

5. Dampak Organisasi yang Berintegritas terhadap Akuntan Profesional

Konsep organisasi berintegritas dapat membantu akuntan professional dalam dua

hal berikut:

1) Pertama, untuk akuntan profesional yang mengembangkan kantor sendiri,

maka pendekatan integritas akan membantu akuntan profesional dalam

menghidupkan dan menjaga etika akuntan profesional yang akan memudahkan

akuntan professional dalam menjalankan profesinya. Selain itu, akuntan

professional dapat melakukan penilaian terhadap integritas organisasi dari

kliennya dalam menilai risiko yang dihadapi.

2) Kedua, untuk akuntan professional yang bekerja di dalam organisasi,

penilaian terhadap integritas organisasi merupakan langkah pertama dalam

pemilihan organisasi tempat bekerja. Akuntan professional harus memilih

tempat bekerja yang mendorong terciptanya dan terjaganya etika akuntan

professional. Akuntan profesional harus menghindari tempat bekerja yang

berpotensi untuk menciptakan konflik-konflik etika dan mendorong akuntan

untuk mengorbankan etika profesionalnya. Selain itu, akuntan professional

juga dapat membantu organisasi tempat bekerja untuk menjadi organisasi

berintegritas di mana nilai-nilai organisasi selaras dengan nilai-nilai etika

profesionalnya.

Page 9: Makalah Etika Bab 6

Pembahasan Kasus Infosys

INFOSYS TECHNOLOGIES, LTD.

Pendahuluan

Infosys didirikan pada tahun 1981 oleh tujuh orang insinyur dengan modal awal

sebesar US$250. Perusahaan didirikan dengan prinsip membangun dan

mengimplementasikan pemikiran-pemikiran besar yang mendorong kemajuan klien dan

memperpanjang kehidupan melalui solusi perusahaan. Dalam waktu tiga dekade,

Infosys telah berfokus pada hal tersebut.

Mereka menyadari pentingnya memelihara hubungan yang mencerminkan budaya etika

yang teguh dan saling menghormati. Itu datang tidak dengan begitu mengejutkan,

bahwa 98.1 persen (per September 30, 2014) dari pendapatan mereka berasal dari klien

yang sudah ada.

Infosys memiliki keberadaan global dengan lebih dari 165,000+ karyawan. Secara

global, perusahaan ini memiliki 73 kantor penjualan dan pemasaran, dan 93 pusat

pengembangan pada tanggal 31 Maret 2014.

Di Infosys, mereka percaya tanggung jawabnya melampaui bisnis. Itulah

sebabnya mereka mendirikan Infosys Foundation untuk memberikan bantuan dalam

kehidupan sosial dan ekonomi pada sektor masyarakat bawah di mana mereka bekerja.

Dan itulah mengapa mereka berperilaku etis dan jujur dalam semua interaksi mereka

dengan klien, mitra dan karyawan.

Tantangan yang dihadapi Infosys Technologies, Ltd.

Dalam mewujudkan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan yang paling

dihormati di India, N.R. Narayana Murthy, salah satu pendiri Infosys yang sekarang ini

ditunjuk menjadi Eksekutif Ketua Dewan (Executive Chairman of the Board) dari

Page 10: Makalah Etika Bab 6

Infosys. Menurut beliau, ada beberapa tantangan yang signifikan membuat perusahaan

ini harus bekerja keras dalam mewujudkan perusahaan yang berbasis nilai (values-

based company).

1. Infosys memilih membayar pemerintah sesuai ketentuan daripada memberikan

suap kepada petugas pemerintah. Di India, suap sangat memberikan pengaruh

signifikan untuk kesuksesan suatu bisnis. Sesuatu yang tidak normal di India

jika terdapat perusahaan yang dapat memenangkan tender tanpa memberikan

sogokan kepada calon klien mereka.

2. Infosys tidak mampu bersaing dengan rival mereka karena mereka banyak

menggunakan taktik bisnis untuk merendahkan ongkos produksi dan pajak.

3. Berhubungan dengan para senior eksekutif di Negara berkembang sangat

memerlukan pelicin baik berupa materiil maupun non materiil.

4. Infosys pernah berhenti mendistribusikan piranti lunak yang menyedot banyak

tambahan biaya (extra-cost) dikarenakan harus mengimpor barang tersebut yang

bea masuknya sangat tinggi pada akhir tahun 1980.

5. Tidak setiap manager Infosys mematuhi nilai-nilai perusahaan.

Mantan kepala penjualan di seluruh dunia Infosys ini, asisten eksekutif yang di

AS menuduhnya melakukan pelecehan seksual. Dia harus mengundurkan diri,

dan Infosys dan asuransi yang dibayar lebih dari $ 3 milInfosys baru-baru ini.

6. Dengan dikenal sebagai perusahaan yang berbasis nilai membuat tekanan pada

Infosys untuk melakukan yang lebih lagi di bidang-bidang lain (other areas).

7. Isu terakhir mengenai Infosys, bahwa perusahaan dituduh melanggar hukum AS

visa dengan menyediakan pekerja penuh waktu dengan visa dimaksudkan hanya

untuk pengunjung (business-trip visa yang diberikan dengan tujuan untuk

seminar dan traininig)

Tindakan Infosys Technologies, Ltd.

Infosys menyikapi penyuapan dengan tidak mengindahkan permintaan petugas

pemerintah dan berbuat hanya yang sesuai dengan aturan. Dengan kebenaran yang coba

disampaikan Infosys kepada pegawainya, pegawai merekapun menjadi bersemangat

Page 11: Makalah Etika Bab 6

untuk bertidak sesuai aturan, meski pegawai lain melakukan hal sebaliknya. Pegawai

Infoys menjadi rasa antusias yang tinggi, semakin berkomitmen, dan semakin produktif.

Dalam hal memenangkan tender, Infosys berani menolak memberikan mobil

untuk kenyamanan pribadi. Sehingga tanpa memberikan sebuah mobilpun, Infosys

mampu memenangkan tender tersebut. Perusahaan juga berani menutup produk yang

tinggi ongkos distribusinya dikarenakan bea masuk yang tinggi (hal ini terjadi karena

Infosys tidak ingin melibatkan penyuapan dalam transaksi tersebut).

Ada beberapa kasus pegawai Infosys yang tidak mematuhi nilai-nilai yang dianut

perusahaan. Perusahaan menjalankan praktek (zero tolerance policy) sehingga pegawai

tersebut tidak dipekerjakan kembali. Infosys bertindak cepat menyelesaikan kasus-kasus

tersebut sehingga kasus yang ada tidak menjadi bertambah besar. Sebaliknya,

perusahaan juga menyediakan penghargaan tahunan untuk pegawai yang mematuhi

nilai-nilai perusahaan mereka.

Untuk memenuhi tanggung jawab kepada pemangku kepentingan (stakeholders)

mereka, Infosys lebih menyukai mengungkapkan kerugian mereka kepada para

pemangku kepentingan (stakeholders), Infosys mengutamakan transparansi atas

pengungkapan pada laporan keuangan sehingga stakeholders pun tidak menghukum

mereka malah semakin mendukung Infosys.

Infosys memiliki nilai-nilai yang tidak tercatat sampai pada tahun 1998 berhasil

didokumentasikan. Nilai-nilai tersebut diberitahukan, dilatih dan disosialisasikan

kepada pegawai-pegawai baru. Cara-cara yang dilakukan dalam hal sosialisasi sistem

nilai perusahaan adalah:

a. Menyebarkan nilai-nilai perusahaan menggunakan Infy TV dan Infy Radio

b.Membuat titik temu (points of contact) untuk memecahkan dilema etika.

c. Pemimpin perusahaan yang tersebar sebanyak 700 orang terus-menerus

memperkuat nilai-nilai kami. Mereka banyak menghabiskan istirahat makan

siang mereka dengan karyawan muda, mendiskusikan nilai-nilai kami.

Page 12: Makalah Etika Bab 6

Untuk mendukung visi dari perusahaan, maka Infosys membuat suatu sistem nilai di

Perusahaan. Berikut ini sistem nilai yang dibuat perusahaan, dinamakan C-LIFE yaitu

sebagai berikut:

1. Kepuasan pelanggan (Customer delight):

Sebuah komitmen untuk melebihi harapan pelanggan kami.

2. Kepemimpinan dengan contoh (Leadership by Example):

Komitmen untuk menetapkan standar dalam bisnis dan transaksi kami dan

menjadi contoh bagi industri dan tim kita sendiri.

3. Integritas dan transparansi (Integrity and Transparency):

Komitmen untuk menjadi etis, tulus dan terbuka dalam hubungan kita.

4. Keadilan (Fairness):

Komitmen untuk bersikap objektif dan berorientasi transaksi, sehingga

mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat.

5. Pencapaian terbaik (Pursuit of Excellence):

Komitmen untuk berusaha tanpa henti, untuk terus meningkatkan Diri kita

sendiri, tim kami, layanan kami dan produk sehingga menjadi yang terbaik.

Filosofi dalam perusahaan yang terangkum ke dalam prinsip-prinsip:

Satisfying the spirit of the law and not just the letter of the law (Memuaskan

semangat hukum, bukan hanya surat hukum)

Going beyond the law in upholding corporate governance standards (Melampaui

hukum dalam menegakkan standar tata kelola perusahaan)

Maintaining transparency and a high degree of disclosure levels (Menjaga

transparansi dan tingkat tinggi tingkat pengungkapan)

Making a clear distinction between personal convenience and corporate resources

(Membuat perbedaan yang jelas antara kenyamanan pribadi dan sumber daya

perusahaan)

Communicating externally in a truthful manner about how the company is run

internally (Berkomunikasi secara eksternal dengan cara jujur tentang bagaimana

perusahaan dijalankan secara internal)

Page 13: Makalah Etika Bab 6

Complying with the laws in all the countries in which the company operates

(Mematuhi hukum di semua negara di mana perusahaan beroperasi )

Having a simple and transparent corporate structure driven solely by business

needs (Memiliki struktur perusahaan sederhana dan transparan semata-mata

didorong oleh kebutuhan bisnis)

Embracing a trusteeship model in which the management is the trustee of the

shareholders' capital and not the owner (Merangkul model wali amanat di mana

manajemen adalah wali dari modal pemegang saham, bukan pemilik)

Driving business based on the belief, ‘when in doubt, disclose’ (Mengemudi

bisnis didasarkan pada keyakinan, 'bila ragu, ungkapkan')

Kesimpulan Kasus

Hasil dari peninjauan terhadap kasus Infosys, menurut kelompok kami, Infosys

merupakan perusahaan yang memang terbukti telah membangun perusahaan mereka

dengan nilai-nilai etika sebagai pondasinya. Bukan profit yang mereka kejar, tapi

dengan mengedepankan tata kelola yang beretika maka perusahaan dapat mengejar

ketinggalannya dalam segi profit.

Infosys juga telah merancang dan mengimplementasikan program etika, sistem

nilai yang disebut oleh Brooks, cultural values dalam perusahaan. N. R. Narayana

Murthy dan enam orang insinyur pendiri Infosys berhasil menciptakan struktur

korporasi yang beretika sejak tahun 1981.