30
Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil beserta pelaksanaan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil sangat diperlukan untuk menghasilkan pegawai negeri sipil (PNS) yang kuat, kompak dan bersatu padu, memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat sehingga cita-cita luhur bangsa dan negara, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diharapkan akan dapat tercapai. Sejalan dengan amanat UUD 1945 tersebut dan untuk menanggapi semakin tingginya tuntutan masyarakat (external customers) bagi tersedianya pelayanan prima dari aparatur negara maka upaya reformasi di berbagai bidang dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara terus dilakukan oleh Pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Keuangan di bidang SDM tersebut adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen Keuangan. Peningkatan disiplin ini mutlak diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan aparat pemerintah yang: bersih, berwibawa dan bertanggung jawab, serta untuk meningkatkan kompetensi, transparansi dan integritas pegawai. Kode etik ini dimaksudkan untuk: meningkatkan disiplin PNS Departemen Keuangan, menjamin terpeliharanya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif, menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional, dan meningkatkan citra dan kinerja pegawai. Hal ini tidak terlepas dari upaya untuk membangun budaya organisasi, atau budaya kerja pegawai Kementerian Keuangan. Pembinaan jiwa korps dan pelak sanaan kode etik PNS mutlak diperlukan untuk menciptakan aparatur negara yang profesional, memiliki budaya tinggi dan sekaligus berbudaya maju/unggul sehingga mampu menyediakan pelayanan prima bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), yakni atasan, bawahan, rekan kerja, masyarakat luas, dan pada akhirnya menjadi aparatur negara dari bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global.

Makalah Etika Profesi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jiwa Korps PNS

Citation preview

Page 1: Makalah Etika Profesi

Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil beserta pelaksanaan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil sangat diperlukan untuk menghasilkan pegawai negeri sipil (PNS) yang kuat, kompak dan bersatu padu, memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat sehingga cita-cita luhur bangsa dan negara, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diharapkan akan dapat tercapai.

Sejalan dengan amanat UUD 1945 tersebut dan untuk menanggapi semakin tingginya tuntutan masyarakat (external customers) bagi tersedianya pelayanan prima dari aparatur negara maka upaya reformasi di berbagai bidang dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara terus dilakukan oleh Pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan.

Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Keuangan di bidang SDM tersebut adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen Keuangan. Peningkatan disiplin ini mutlak diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan aparat pemerintah yang: bersih, berwibawa dan bertanggung jawab, serta untuk meningkatkan kompetensi, transparansi dan integritas pegawai.

Kode etik ini dimaksudkan untuk: meningkatkan disiplin PNS Departemen Keuangan, menjamin terpeliharanya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif, menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional, dan meningkatkan citra dan kinerja pegawai. Hal ini tidak terlepas dari upaya untuk membangun budaya organisasi, atau budaya kerja pegawai Kementerian Keuangan.

Pembinaan jiwa korps dan pelak sanaan kode etik PNS mutlak diperlukan untuk menciptakan aparatur negara yang profesional, memiliki budaya tinggi dan sekaligus berbudaya maju/unggul sehingga mampu menyediakan pelayanan prima bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), yakni atasan, bawahan, rekan kerja, masyarakat luas, dan pada akhirnya menjadi aparatur negara dari bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global.

Page 2: Makalah Etika Profesi

1. Pengertian Jiwa Korps

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS), jiwa korps PNS adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS dalam Negara Kesatuan Repbulik Indonesia (NKRI).

Pembinaan jiwa korps PNS ini perlu dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh setiap individu PNS sebagai wujud tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut setiap PNS dituntut untuk peka dan tanggap terhadap tuntutan masyarakat (external customers) yang semakin tinggi bagi tersedianya pelayanan prima dari aparatur negara, sesuai dengan amanat pera turan undang-undang yang berlaku.

Dengan memiliki jiwa korps, maka setiap PNS diharapkan akan dapat melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional yang menjadi tanggung jawabnya di lingkungannya masing-masing. Pembinaan jiwa korps PNS ini secara eksplisit berkaitan pula dengan upaya Pemerintah untuk membentuk budaya organisasi, atau budaya kerja yang menuntun PNS secara tidak langsung terikat menjadi suatu kesatuan yang utuh: memiliki kompetensi tinggi, kuat, kompak dan bersatu-padu, peka dan tanggap, memiliki kesetiakawanan tinggi, disiplin, serta sadar akan tanggung j awabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat sehingga visi, misi, serta strategi pemerintah untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa dan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diharapkan akan dapat tercapai.

Sebagai contoh: bangsa dan negara Jepang yang mengalami kehancuran di bidang ekonomi dan industri akibat perang Dunia II mampu membangun kembali bidang-bidang tersebut dalam waktu yang relatif singkat, yakni sepuluh tahun karena mereka memiliki, mengembangkan, dan mempertahankan budaya yang kuat dan kohesif di seluruh negerinya. In i tidak terlepas dari pembinaan jiwa korps pekerja di berbagai sektor perekonomian dan industrinya, termasuk pembinaan jiwa korps pegawai di lingkungan organisasi pemerintahannya (Wirawan, 2007:7).

Demikian pula halnya dengan Korea Selatan yang pada tahun 1960-an perekonomiannya relatif sama dengan negara Ghana di Afrika, namun pada tahun 199 0-an Korea Selatan telah menjadi kekuatan ekonomi Asia yang menggetarkan dunia d an menjadi berbeda dan memiliki diskrepansi dalam segala hal dibandingkan dengan negara Ghana yang tetap tidak berbeda dengan kondisinya seperti pada tahun 1960 -an (Moeljono, 2005:71).

2. Tujuan Pembinaan Jiwa KorpsPembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk :

a. membina karakter/watak PNS;b. meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan PNS dalam mewujudkan kerja dan semangat

pengabdian kepada masyarak at, serta meningkatkan kemampuan PNS;c. mendorong etos kerja; dand. meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan PNS,

Page 3: Makalah Etika Profesi

3. Ruang Lingkup Pembinaan Jiwa KorpsRuang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup:

1) peningkatan etos kerja untuk mendukung produktivitas dan profesionalitas PNS;2) partisipasi dalam penyusunan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan PNS;3) meningkatkan kerjasama antar PNS; dan4) perlindungan hak-hak sipil atau kepentingan PNS,

4. Kode Etik PNS

Kode etik PNS merupakan ketentuan tertulis yang berisikan nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur perilaku moral PNS, yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap individu PNS.

Pembinaan jiwa korps PNS ini mutlak diperlukan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, serta dievaluasi secara terus menerus dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan di luar maupun di dalam organisasi-organisasi pemerintah. Keberhasilan pembinaan korps PNS ini sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan dalam pelaksanaannya dan konsistensi penerapan kode etik pada setiap tugas di lingkungan unit kerja setiap individu PNS serta dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pengertian tentang Etika dan Kode Etik Secara teoritis pengertian tentang etika dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yakni:

a. Etika, yang berasal dari bahasa Yunani kuno etos, yang berarti adat istiadat, atau kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh kalangan atau masyarakat tertentu. Etika dalam hal ini berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara dan aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dar i satu orang kepada orang lain, atau dari satu generasi ke generasi lain. Kebias aan ini terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sehingga menjadi su atu kebiasaan.

b. Etika juga dapat dipahami dengan cara yang berbeda sebagai “mora litas,†� yang mempunyai pengertian yang lebih luas. Dalam pengertian ini Etika disebut sebagai suatu filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh etika dalam pengertian yang pertama. Sebagai suatu ca bang filsafat, etika lalu sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nila i dan norma serta permasalahan moral yang timbul dalam kehidupan manusia, khusus nya dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dapat diartikan dalam 3 pengertian, yakni:

1) sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya,

2) sebagai suatu ilmu tentang baik atau buruknya sesuatu (fils afat moral), dan

3) sebagai kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Sebagai kumpulan asas atau nilai moral (kode etik) dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok dalam suatu masyarakat tertentu melalui ketentuan-ketent uan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok tersebut. Agar kode etik itu dapat berfungsi dengan baik maka kode etik itu harus

Page 4: Makalah Etika Profesi

disusun oleh organisasi itu sendiri dengan memperhatikan kondisi riil yang terjadi pada organisasi yang bersangkutan sehingga kode etik itu diharapkan dapat di jiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang berlaku pada organisasi tersebut. Disamping itu, kode etik juga tidak bersifat statis tetapi perlu sekali-sekali dinilai kembali bahkan bila perlu direvisi atau disesuaikan dengan perubahan kondisi lingkungan yang terus berkembang. Dalam praktiknya, pelaksanaan kode etik itu pe rlu diawasi secara terus menerus dan perlu dilakukan pengenaan sanksi-sanksi bagi anggota organisasi yang melanggar kode etik tersebut.

Arti pentingnya etika pada organisasi

Dalam kehidupan organisasi sering timbul berbagai permasalahan yang pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika. Dalam menghadapi permasalahan seperti itu tidak ada tolok ukur yang mutlak mengenai benar atau salahnya sesuatu hal karena sangat tergantung pada berbagai faktor, seperti agama, budaya, dan sosial. Dengan berdasarkan kenyataan tersebut maka dirasakan perlu untuk membuat etika dalam organisasi, yang dapat digunakan se bagai acuan.

Rooswiyanto (2005:27) mengemukakan 3 alasan mendasar mengapa etika penting dalam kehidupan organsasi, yaitu:

a. etika memungkinkan organisasi memiliki dan menyepakati nilai-nilai moral sebagai acuan dasar bersikap dan berperila ku bagi anggotaanggota organisasi, di mana nilai-nilai moral yang disepakati sec ara bersama tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan maksud untuk mewujudkan tujuan organisasi,

b. etika organisasi berisi nilai-nilai universal, yang dapat menjembatani konflik moral antara para anggota organisasi yang memil iki latar belakang berbeda, baik dari segi agama, suku, latar belakang sosial da n budaya dalam kehidupan organisasi yang bersangkutan,

c. etika yang dilaksanakan secara efektif akan meningkatkan citra dan reputasi organisasi dan melanggengkan eksistensi organisasi tersebut. Siagian (1996:11) mengemukakan beberapa alasan mengapa etika sangat diperlukan dalam organisasi, yaitu karena:

1) etika di samping menyangkut aplikasi seperangkat nilai luhur sebag ai acuan dasar bersikap dan berperilaku, juga menyangkut berbagai prinsip yang m enjadi landasan perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbagai hubungan yang ter jadi antar manusia dan lingkungan hidup.

2) etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga dapat menjamin kehidupan sosial yang tertib karena et ika berisi nilai-nilai luhur yang disepakati bersama untuk dilaksanakan dan diju njung tinggi sebagai prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga kehidupan org anisasi semakin bermakna,

3) etika sebagai landasan moral berperilaku yang relev an dan sejalan dengan dinamika yang berkembang sehingga memberikan makna dan mem perkaya kehidupan seseorang, kelompok, organisasi, dan masyarakat luas, di mana etika akan memperlancar interaksi antar manusia,

Page 5: Makalah Etika Profesi

4) etika menunjukkan kepada manusia nilai hakiki dari kehidupan, sesuai dengan keyakinan agama, pandangan hidup, dan sosial. Dengan kata lain bahwa etika berkaitan langsung dengan sistem nila i manusia, mendorong tumbuhnya naluri moralitas, nilai-nilai hidup yang hakiki, dan memberi inspirasi kepada manusia untuk secara bersama-sama menemukan dan men erapkan nilai-nilai tersebut bagi kesejahteraan dan kedamaian umat manusia.

Unsur yang menentukan keberhasilan perwujudan etika organisasi Magnis-Suseno (2002:...) menyatakan bahwa ada 4 unsur utama yang mempengaruhi keberhasilan per wujudan etika dalam organisasi pemerintah, yakni:

a. Etos Kerja

Etos kerja merup akan sikap dasar seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu pekerjaan. Etos kerja bisa kuat atau lemah, positif atau negatif, terlihat pada saat sese orang tersebut mengalami hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya. Etos kerja individu akan sangat dipengaruhi oleh etos kerja kelompok, yaitu etos kerja oran gorang yang berada di sekitarnya. Contoh: seorang pegawai yang pada awalnya memi liki etos kerja yang tinggi bisa berobah menjadi malas, tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, ataupun menghindari pekerjaan akibat terpengaruh oleh rekan-rekan kerjanya yang memiliki etos kerja yang rendah.

Unsur-unsur penting dalam etos kerja yang bisa mendukung terciptany a suatu suasana kerja yang kondusif adalah:

1) dedikasi dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,

2) semangat pengabdian kepada masyarakat,

3) bersedia mempertanggungjawabkan hasil kerjanya,

4) bersedia memperhatikan harapan/tuntutan/ kritik masyarakat dan selanjutnya memperbaiki diri,

5) dorongan untuk terus-mene rus meningkatkan kompetensi dan kecakapan,

6) semangat untuk tidak lari dari kem ungkinan masalah, melainkan justeru mengidentifikasikan masalah yang paling meng ancam dan mengambil langkah untuk mengatasinya sebelum masalah tersebut semakin gawat, dan

7) transparansi dalam segala keputusan.

b. Moralitas Pribadi

Moralitas pribadi merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-norma y ang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas pribadi ad alah yang menyangkut kualitas moral masing-masing orang atau individu.

Ada beberapa moralitas pribadi yang penting, yakni antara lain:

Page 6: Makalah Etika Profesi

1) dedikasi,

2) jujur dan tidak korupsi,

3) taat pada tuntutan khas etika birokrasi,

4) bertanggung jawab

5) minat dan hasrat untuk terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kecakapannya, dan

f) menghormati hak semua pihak yang terkait.

Myrdal (1968: ... )mengemu kakan pendapatnya bahwa ada 11 kemampuan atau keutamaan yang diharapkan dari seo rang pegawai yang baik, yaitu:

(a) efisiensi,

(b) kerajinan,

(c) kerapihan,

(d) tepat waktu,

(e) kesederhanaan,

(f) kejujuran,

(g) pengambilan keputusan secara rasional, bukan berdasarkan emosional, atau nepotisme/kolusi,

(h) kesediaan untu k berubah,

(i) kegesitan,

(j) mau bekerjasama, dan

(k) bersedia memandang jauh k e depan.

c. Kepemimpinan yang bermutu

Dalam kaitannya dengan perwujudan etika, seorang pemimpin memikul peran sebagai panutan dan pemberi motivasi kepada para bawahannya sekaligus juga harus mampu menjaga kondisi lingkungan kerja agar tetap terjaga dalam suasana kerja yang etis.

Untuk memperoleh pemimpin bermutu seperti itu maka pemimpin dituntut mempunyai 5 (lima) hal penting, yakni

1) Kompetensi

Page 7: Makalah Etika Profesi

Seorang pemimpin harus benar-benar menguasai hal-hal yang merupakan bidang pekerjaannya sehingga dia diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi.

2) Memastikan pelaksanaan tertib kerja

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memimpin, berwibawa, mampu memberikan motivasi kepada bawahannya dan memiliki ketegasan untuk memberikan sanksi bagi pegawai yang melanggar aturan.

3) Konsistensi

Seorang pemimpin harus bersikap konsisten dalam menerapkan at uran dan dalam memberikan sanksi ataupun penghargaan kepada para bawahannya. Ia tidak boleh pilih kasih terhadap bawahannya karena bisa mengakibatkan terjadinya ketidakadilan.

4) Transparansi

Keputusan-keputusannya harus jelas dan transpara n bagi pihak-pihak yang terkait dengan keputusan tersebut.

5) Menjadi panutan

Seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan bagi para bawahannya sehingga ia harus meiliki intgritas pribadi yang bisa dijadikan teladan. Sifat-sifat pemimpin yan g bisa menjadi teladan antara lain adalah: jujur, adil, cakap, tegas, komunikatif, dan bertanggung jawa

d. Kondisi-kondisi sistemik

Ada 2 (dua) syarat sistemik yang berpengaruh dala m keberhasilan untuk mewujudkan suatu etika dalam organisasi pemerintah, yakni:

1) Lingkungan kerja dapat mendukung atau merusak watak moral seseorang. Etos ker ja yang baik hanya dapat berkembang dalam lingkungan di mana orang mengalami bah wa sikap-sikap moralnya yang psoitif didukung, dihargai, dan diharapkan oleh orang-orang sekitarnya. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif bisa menurunkan etos kerja seseorang.

2) Pengawasan/pengendalian Harus ada pengawasan/pengendali an atas pelaksanaan pekerjaan sehingga penerapan etika aksan selalu dapat dipantau. Pengawasan/pengendalian ini tidak cukup dari dalam organisasi saja, melainka n juga perlu ada pengawasan/pengendalian dari luar organisasi, dalam hal ini pengawasan/pengendalian oleh masyarakat harus diterima sebagai suatu hal yang positif.

ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

Uraian dan contoh Etika Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang selanjutnya disebu t sebagai Kode Etik PNS tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Dalam peraturan pemerintah terse but, antara lain dinyatakan bahwa PNS wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar, melaksanakan dan menerapkan etika PNS dalam bernegara,

Page 8: Makalah Etika Profesi

berorganisasi, bermasyar akat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama PNS untuk mewujudkan PNS yang dapat memberikan pelayanan terbaik, adil dan merata, melalui sikap dan perilaku y ang baik sebagai bentuk pengamalan kode etik PNS.

Menurut Keraf (2003) untuk men ingkatkan kualitas PNS maka PNS itu juga perlu memiliki dan menghayati prinsip-p rinsip moral dalam memberikan pelayanan. Kode etik PNS mewujudkan PNS yang bersikap disiplin, menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat dinyatakan bahwa etika PNS adalah merupakan hal yang mendasar yang harus melekat pada diri PNS, baik berperilaku dalam pelaksanaan tugas maupun dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari. Contoh: Sekiranya setiap orang sesuai dengan profes inya masingmasing (seperti dokter, jaksa, hakim, pengacara, guru, pegawai negeri sipil, akuntan, dan lain-lain) melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kode eti k yang mengatur sikap dan perilaku mereka masing-masing, maka hampir dapat dipas tikan bahwa kondisi negara/bangsa kita saat ini tidak akan mengalami krisis mult i dimensi seperti yang terjadi saat ini karena setiap anggota masyarakat akan me nerima pelayanan prima yang memuaskan dari setiap individu profesional tersebut dan akan mendorong motivasi setiap individu/anggota masyarakat untuk bekerja pro duktif dan inovatif di bidangnya masing-masing.

Etika Kehidupan Berbangsa (TAP MPR No. VI/MPR/2001)

a. Maksud dan tujuan Etika Kehidupan Berbangsa

merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama k ususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercer min dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

Rumusan ini disusun dengan maksud untuk membant u memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan moral dalam kehi dupan berbangsa, sekaligus menjadi acuan dasar untuk meningkatkan kualitas manus ia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia.

Pokok-pokok etika berbangsa Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemand irian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta mart abat diri sebagai warga bangsa.

Uraian Etika Kehidupan Berbangsa adalah:

a. Etika sosial dan budaya

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara ses ama manusia dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu ditumbuhkembangkan buday a malu, yakni malu berbuat kesalahan dan melakukan tindakan-tindakah yang berten tangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Menumbuhkembangka n kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para pemimpin, baik formal maupun informal pada setiap lapisan masyarakat. Etika ini juga dima ksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali kehidupan

Page 9: Makalah Etika Profesi

berbangsa yang ber budaya tinggi dengan menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proakt if sejalan dengan tuntutan globalisasi. Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pe ngamalan agama yang benar, kemampuan adaptasi, ketahanan dan kreativitas budaya dari masyarakat.

2) Etika politik dan pemerintahan

Dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk m enerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa.

Dengan etika ini diha rapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar pelaku antar kekuatan sosial pol itik serta antar kelompok kepentingan lainnya untuk mencapai kemajuan bangsa dan negara sebesar-besarnya dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepent ingan pribadi dan golongan.

Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepad a setiap pejabat dan elit politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap me layani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah diri, dan siap untuk mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral kebija kannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Etika ini diwujud kan dalam bentuk sikap yang bertatakrama dalam perilaku politik yang toleran, ti dak berpura-pura, tidak sombong (arogan), jauh dari sikap munafik serta tidak me lakukan pembohongan publik, tidak manulatif, dan tidak melakukan tindakan-tindak an yang tidak terpuji lainnya.

3) Etika ekonomi dan bisnis

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh perseora ngan, institusi, maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadila n, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi, dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan.

Etika ini mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan eko nomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan, sert a menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.

4) Etika penegakan hukum yang berkeadilan

Page 10: Makalah Etika Profesi

Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan kete raturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang m enjamin tegaknya supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan pemenuhan rasa kea dilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Etika ini meniscayakan pene gakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak diskrininatif terhadap se tiap warga negara di hadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum secara sa lah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.

5) Etika keilmuan

Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilainilai kemanusia an, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan ma rtabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan se suai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi at aupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya, yang tercermin dalam perilaku krea tif, inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan membaca, belajar, menel iti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika ini menegaskan pentingnya budaya kerja keras de ngan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, ser ta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil terbaik. Disamping itu, etika ini mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan, dan tan tangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi peluang, mampu menumbuh kan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang me nyerah.

6) Etika lingkungan

Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Etika ini bisa diwujudkan dalam pengelolaan lingkungan h idup secara arif dan bijaksana agar tercipta lingkungan yang bersih, teratur, ny aman serta bisa memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

Nilai-nilai dasar PNS

PNS di samping wajib melaksanakan dan menerapkan kode etik PNS, juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bagi PNS yang diatur dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004. Adapun nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh PNS meliputi;

a. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Ma ha Esa,

b. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945,

c. Semangat nasionalisme,

d. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau g olongan,

e. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan,

Page 11: Makalah Etika Profesi

f. Penghor matan terhadap hak asasi manusia,

g. Tidak diskriminatif,

h. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi, dan

i. Semangat jiwa korps.

Pelaksanaan etika PNS

Untuk mewujudkan pembinaan jiwa korps PNS dan menjunjung tinggi kehorma tan dan keteladanan sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS dalam melaksanakan tugas kedinasan dan pergaulan sehari-hari, maka kode etik dipandang merupakan landa san yang dapat mewujudkan hal tersebut.

Dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 ditegaskan bahwa dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, PNS wajib bersikap dan berpedoman pada:

a. etika bernegara, yaitu:

1) melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan UUD 1945,

2) mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara,

3) menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam NKRI,

4) menaati semua peraturan perundang-undangan dalam

5) melaksanakan tugas,

6) akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan

7) pemerintahan yang bersih dan berwibawa,

8) tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam

9) melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah.

b. etika berorganisasi

yaitu:

1) melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku,

2) menjaga informasi yang bersifat rahasia,

3) melaksanakan setiap kebijakan yang dit etapkan oleh pejabat yang berwenang,

4) membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi,

Page 12: Makalah Etika Profesi

5) menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja la in yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan,

6) memiliki kompetensi dalam pel aksanaan tugas,

7) patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja,

8) mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan k inerja organisasi, berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

c. etika bermasyarakat, yaitu:

1) mewujudkan pola hidup sederhana,

2) memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan,

3) m emberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif,

4) tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat,

5) berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas.

d. etika terhadap diri sendiri, yaitu:

1) jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar,

2) bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan,

3) menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan,

4) berinisiatif untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap, kualitas pengetahuan,

5) memiliki daya juang yang tinggi,

6) memelihara kesehatan jasmani dan rohani,

7) menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga,

8) berpenampilan sederhana, rapih , dan sopan.

e. etika terhadap sesama PNS, yaitu:

1) saling menghormati sesama warga negara yang agama/kepercayaan yang berlainan,

2) memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS, memeluk

3) saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horisonta l dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi,

Page 13: Makalah Etika Profesi

4) menghargai perbeda an pendapat,

5) menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS,

6) menjaga dan menjal in kerja sama yang kooperatif sesama PNS,

7) berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Repbnulik Indonesia yang menjamin terwujudnya PNS dalam memperjuangkan hak haknya.

Peraturan disiplin PNS Kedisplinan merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu kedisiplinan yan g tinggi maka pencapaian tujuan akan sulit terjadi bahkan bisa jadi akan menutup kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Peraturan P emerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan disiplin PNS menetapkan di antar anya mengenai kewajiban dan larangan bagi PNS. Kewajiban dan larangan tersebut m enjadi acuan PNS dalam melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya dan menjauhi larangan-larangan tersebut.

Page 14: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 30 e. adanya teladan yang nyata dari pimpinan departemen, khususnya Menteri dan Ese lon I, dalam menghayati dan mempraktikkan secara nyata prinsip-prinsip moral di atas. 3.9. Kode etik di lingkungan Dep. Keuangan Secara umum kode etik diartikan sebagai sekumpulan asas moral bagi suatu profesi tertentu, seperti kode etik ke dokteran, kode etik notaris, kode etik pengacara, kode etik PNS, dan sebagainya. Kode etik itu adalah merupakan nilai-nilai moral dan norma-norma yang dijadikan sebagai dasar acuan berpikir, bersikap, dan berperilaku bagi masing-masing angg ota profesi tersebut. Menurut Rooswiyanto (2005:23) ada dua tujuan utama dari ko de etik, yakni 1) untuk melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelal aian, kesalahan (baik disengaja maupun tidak disengaja) oleh anggota dari organi sasi profesi yang bersangkutan, dan 2) melindungi keluhuran profesi dari perilak u-perilaku menyimpang anggota organisasi profesi yang bersangkutan. Agar kode et ik itu berfungsi sebagaimana diharapkan maka ada dua syarat mutlak yang harus di penuhi, yakni (a) kode etik dibuat oleh masingmasing profesi sehingga kode etik itu bisa dijiwai oleh cita-cita dan nilainilai yang hidup dalam profesi yang ber sangkutan. Dengan kata lain, kode etik harus merupakan hasil pemikiran dan penga turan anggota profesi tersebut, dan (b) pelaksanaan kode etik harus diawasi teru s menerus, setiap kasus pelanggaran dievaluasi dan dikenakan tindakan oleh suatu komite khusus untuk itu. Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahu n 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS dan Peraturan-peraturan Pe merintah lainnya (termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980), maka Mente ri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 13 Ma ret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen Keuan gan menginstruksikan upaya penyusunan kode etik PNS Departemen Keuangan pada mas ing-masing unit kerja eselon I lingkup Departemen Keuangan berikut pembentukan M ajelis Kode Etik PNS-nya untuk tujuan mewujudkan aparat yang: bersih, berwibawa dan bertanggungjawab, serta untuk meningkatkan kompetensi, transparansi, dan int egritas PNS. Secara garis besar Peraturan Menteri Keuangan tersebut meminta agar setiap unit kerja eselon I Departemen Keuangan sudah harus memiliki kode etik P NS di lingkungannya masing-masing, berikut pembentukan Majelis PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 15: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 31 Kode Etik-nya selambat-lambatnya akhir Juni 2007. Bagi unit-unit kerja eselon I yang sebelum dikeluarkannya peraturan Menteri Keuangan tersebut sudah memiliki k ode etik sendiri, maka diminta agar disesuaikan isinya dengan petunjuk umum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan dimaksud. Peraturan tentang kode et ik yang ditetapkan oleh masing-masing unit eselon I lingkup Departemen Keuangan, sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PM K.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 dapat dilihat pada Lampiran Modul ini. 3.10. Rangkuman Etika kehidupan berbangsa adalah merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai -nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar da lam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. Etika ber bangsa terdiri dari etika sosial dan budaya, etika politik dan pemerintahan, eti ka ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan, etika keilmuan, d an etika lingkungan. Agar pengembangan etika kehidupan berbangsa bisa terwujud m aka perlu disusun langkahlangkah dan arah kebijakan yang jelas. Dalam hal intern alisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa terdapat beberapa kaidah yang harus dilaksanakan. Prinsip-prinsip moral yang perlu dihayati oleh setiap PNS ad alah profesionalitas, integritas moral yang tinggi, tanggung jawab terhadap kepe ntingan publik, berpihak kepada kebenaran dan kejujuran, bertindak secara adil, jangan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan, jangan lakukan sesuatu pada orang lain apa yang tidak mau dilakukan pada Anda sendiri. Kode etik PNS te rdiri dari etika: bernegara, berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri , dan terhadap sesama PNS. Dalam implementasi kode etik PNS ini perlu langkah-la ngkah nyata yang sistematis dan kesungguhan dalam pelaksanaannya. Setiap pelangg aran yang dilakukan oleh seorang PNS bisa dikenakan sanksi moral, bahkan dapat p ula dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomo r 30 Tahun 1980 tentang Peraturan disiplin PNS. Dengan mengacu pada Peraturan Pe merintah Nomor 42 Tahun 2004 dan Peraturan-peraturan Pemerintah lainnya (termasu k Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980), maka Menteri Keuangan dengan Peratu ran Menteri PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 16: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 32 Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 tentang Pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Departemen Keuangan menginstruksikan upaya penyusunan kode etik PNS Departemen Keuangan pada masing-masing unit kerja eselon I lingku p Departemen Keuangan berikut pembentukan Majelis Kode Etik PNS-nya untuk tujuan mewujudkan aparat yang: bersih, berwibawa dan bertanggungjawab, serta untuk men ingkatkan kompetensi, transparansi, dan integritas PNS. Secara garis besar Perat uran Menteri Keuangan tersebut meminta agar setiap unit kerja eselon I Departeme n Keuangan sudah harus memiliki kode etik PNS di lingkungannya masing-masing, be rikut pembentukan Majelis Kode Etik-nya selambat-lambatnya akhir Juni 2007. 3.11. Latihan 2 Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling benar. ! 1. Beriku t ini merupakan perwujudan etika dalam bermasyarakat kecuali: a. mewujudkan pola hidup sederhana b. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif c. menaati semua peraturan perundang-undangan yang ber laku dalam melaksanakan tugas d. tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat. 2. Pegawai Negeri Sipil yang selalu berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan ad alah sesuai dengan .... a. etika dalam berorganisasi b. etika dalam bermasyaraka t c. etika dalam terhadap sesama PNS d. etika terhadap diri sendiri. 3. Ketetapa n MPR RI Nomor VI/MPR/2001 memuat rumusan mengenai: a. Etika kehidupan berbangsa b. Etika Pegawai Negeri Sipil c. Etika Pegawai Departemen Keuangan d. Etika kei lmuan. 4. Pegawai Negeri Sipil yang tidak patuh dan taat terhadap standar operas ional dan tata kerja dalam melaksanakan tugasnya adalah bertentangan dengan .... a. etika dalam bernegara b. etika dalam berorganisasi PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 20 08

Page 17: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 33 c. etika dalam bermasyarakat d. etika terhadap diri sendiri 5. Berikut ini adala h merupakan perwujudan etika bernegara kecuali: a. menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam negara kesatuan Republik Indonesia b. mengangkat harkat dan martab at bangsa dan negara c. akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemer intahan yang bersih dan berwibawa d. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai kete ntuan yang berlaku PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 18: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 34 IV. Kegiatan Belajar (3) PROSES PEMBINAAN JIWA KORPS PNS 4.1. Uraian dan contoh Untuk meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan PNS kepada negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia berdasarka n Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diperlukan ketentuan tentang pembinaan jiwa korps PNS. Peraturan pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 mengatur berbagai hal u ntuk menanamkan jiwa korps dan mengamalkan etika pada setiap individu PNS. Prose s pembinaan jiwa korps PNS dimulai dengan penetapan kode etik masing-masing inst ansi, kemudian pembentukan Majelis Kehormatan Kode Etik, proses penegakan terhad ap PNS yang melanggar kode etik, serta penerapan sanksi-sanksinya. 4.2. Penetapa n Kode Etik Berdasarkan ketentuan tentang kode etik sebagaimana diatur dalam Per aturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan jiwa korps PNS, maka kod e etik tersebut dibagi ke dalam beberapa etika, yakni: etika bernegara, berorgan isasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama PNS. Selain kod e etik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut, selanjutnya Pejabat Pemb ina Kepegawaian pada masing-masing instansi dapat menetapkan kode etik instansi sesuai dengan sifat dan karakteristik yang menjadi tugas dan fungsi masing-masin g instansi. Demikian pula, masing-masing organisasi profesi di lingkungan PNS da pat menetapkan kode etik profesi sesuai dengan sifat dan karakteristik masing-ma sing organisasi profesi tersebut, misalnya kode etik Jaksa, kode etik Pemeriksa Bea dan Cukai, kode etik dokter, kode etik Pemeriksa Pajak, dan sebagainya. Namu n kode etik pada masingmasing instansi dan organisasi profesi tersebut tidak bol eh bertentangan dengan kode etik sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah N omor 42 tahun 2004 tersebut. 4.3. Pembentukan Majelis Kode Etik PNS Untuk menega kkan kode etik dan agar diperoleh objektivitas dalam menentukan apakah seorang P NS terbukti melanggar kode etik, maka PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 19: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 35 pada setiap instansi dibentuk Majelis Kehormatan Kode Etik PNS, selanjutnya dise but Majelis Kode Etik PNS, yang merupakan lembaga non-struktural pada instansi p emerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pela nggaran kode etik yang dilakukan oleh seorang PNS. Majelis Kode Etik ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian pada instansi yang bersangkutan. Dalam hal inst ansi pemerintah mempunyai instansi vertikal di daerah, maka pejabat pembina kepe gawaian dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lain di daerah untuk men etapkan pembentukan Majelis Kode Etik. Majelis Kode Etik ini bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila ada PNS yang disangka melakukan pelanggaran kode et ik. Keanggotaan Majelis Kode Etik, terdiri dari: 1) satu orang Ketua merangkap A nggota, 2) satu orang Sekretaris merangkap Anggota, dan 3) sekurang-kurangnya ti ga orang Anggota. Apabila anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 orang, maka jum lah anggotanya harus tetap ganjil. Jabatan dan pangkat anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat PNS yang disangka melanggar k ode etik dan diperiksa oleh Majelis Kode Etik. 4.4. Proses Penegakan Majelis Kod e Etik mengambil keputusan setelah memeriksa PNS yang disangka melakukan pelangg aran kode etik, dan setelah PNS yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membel a diri. Untuk mendapatkan objektivitas atas sangkaan pelanggaran kode etik, Maje lis Kode Etik disamping memanggil dan memeriksa PNS yang bersangkutan juga mende ngar pejabat lain atau pihak lain yang dipandang perlu. Keputusan Majelis Kode E tik diambil secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Keputusan Majelis Kode Etik adalah bersifa t final, yang berarti bahwa atas keputusan tersebut tidak dapat diajukan keberat an. Selanjutnya Majelis Kode Etik wajib menyampaikan keputusan hasil sidang maje lis kepada pejabat yang berwenang sebagai bahan dalam memberikan sanksi moral da n/atau sanksi lainnya kepada PNS yang bersangkutan. 4.5. Sanksi-Sanksi a. Sanksi Moral Pelanggaran adalah dalam bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang b ertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode etik PNS. PNS yang melakukan pelanggaran kode etik PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 20: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 36 dikenakan sanksi moral oleh pejabat yang berwewenang atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah Pejabat Pembina Ke pegawaian atau pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk. Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lai n di lingkungannnya struktural eselon IV. sekurang-kurangnya pejabat Sanksi moral dikenakan baru boleh dikenakan apabila Majelis Kode Etik telah mere komendasikan bahwa yang bersangkutan dinyatakan telah melanggar kode etik PNS. S anksi moral tersebut dibuat secara tertulis dan dinyatakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, yang bisa berupa; (1) Pernyataan secara tertutup Pernyataan secara tertutup disampaikan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat lain yang ditunjuk dalam ruang tertutup. Pengertian ruang tertutup, yaitu bahwa penyampaian pernya taan tersebut hanya diketahui oleh PNS yang bersangkutan dan pejabat yang menyam paikan pernyataan serta pejabat lain yang terkait. Pejabat terkait tersebut tida k boleh (2) berpangkat lebih rendah dari PNS yang bersangkutan. Pernyataan secar a terbuka Pernyataan secara terbuka dapat disampaikan melalui forumforum pertemu an resmi PNS, upacara bendera, media massa, dan forum lainnya yang dipandang ses uai dengan itu. Dalam pemberian sanksi moral, baik dalam bentuk pernyataan secar a tertutup maupun secara terbuka, harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik y ang dilakukan oleh PNS tersebut. PNS yang melanggar kode etik, selain dikenakan sanksi moral, tidak tertutup kemungkinannya dijatuhi dengan hukuman disiplin PNS atau tindakan administratif lainnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Peraturan disiplin PNS oleh pejabat yang berwenang menghukum berdasarkan rekomendasi dari Majelis Kode Etik. b. Hukuman Disiplin PNS Berdasar kan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan jiwa korps dan Ko de Etik PNS, seorang PNS yang melanggar kode etik selain dikenakan sanksi moral juga dapat dijatuhi hukuman disiplin. Ketentuan tentang hukuman pelanggaran PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 21: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 37 disiplin PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980. Hukuman disi plin tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan mendidik PNS yang melakukan pelang garan disiplin. (1) Pelanggaran disiplin Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 T ahun 1980, yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulis an, atau perbuatan PNS yang melanggar Pasal 2 dan Pasal 3 peraturan pemerintah t ersebut, yang memuat kewajiban dan larangan bagi PNS. Ucapan adalah setiap katakata yang diucapkan di hadapan atau dapat didengar oleh orang lain, seperti dala m rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya. Contoh: seorang PNS yang membocorkan rahasia negara melalui saluran telepon kepada orang lain untuk mendapatkan imbalan uang. Tulisan adalah pernyataan pikiran atau perasaan secara tertulis, baik dalam bentuk tulisan mau pun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan, dan lain-lain yang serupa dengan it u. Contoh: seorang PNS yang membuat gambar atau karikatur atasannya dengan maksu d menjelek-jelekkan dan bersifat menyinggung harga diri atasannya tersebut. Perb uatan adalah setiap tingkah laku, sikap, atau tindakan. Contoh: seorang PNS yang menarik pungutan atas pelayanan yang diberikannya untuk kepentingan pribadi. Te rmasuk pelanggaran disiplin adalah setiap perbuatan memperbanyak, mengedarkan, m empertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyimpan, memiliki tulisan atau rekama n yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar ketentuan seperti dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, kecuali hal itu dilakuk an untuk kepentingan dinas. (2) Tingkat dan jenis hukuman disiplin PNS yang terb ukti melakukan pelanggaran disiplin dapat dijatuhi hukuman disiplin sesuai denga n jenis pelanggaran yang dilakukannya. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: (a ) Hukuman disiplin ringan Ø tegoran lisan Ø tegoran tertulis Ø pernyataan tidak puas s ecara tertulis PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 22: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 38 (b) Hukuman disiplin sedang Ø penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama se tahun, Ø penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama setahun, Ø penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama setahun. (c) Hukuman disip lin berat Ø penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama setahun Ø pem bebasan dari jabatan, Ø pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, Ø pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Dengan mengetahui ko de etik bagi PNS maupun kode etik pada unit instansi masing-masing, sanksi-sanks i yang bisa dikenakan bila melanggarnya, serta proses yang ditempuh dalam menent ukan pelanggaran terhadap kode etik, maka diharapkan dapat memberikan pemahaman secara menyeluruh mengenai makna dan manfaat dari pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS. Pemahaman dan penghayatan atas arti dan manfaat pembinaan korps dan ko de etik PNS, serta melaksanakannya dengan konsisten dan penuh tanggung jawab aka n memberikan dampak pada produktivitas individual PNS, meningkatkan kinerja indi dual PNS dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi/instansinya. 4.6. R angkuman Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 mengatur tentang Pembinaan jiw a korps dan kode etik PNS. Selain kode etik PNS, peraturan ini juga meminta agar masing-masing instansi dapat menetapkan kode etik masing-masing sesuai dengan s ifat dan karakteristik dari masing-masing instansi. Demikian pula kode etik prof esi bagi beberapa profesi tertentu yang sekaligus berprofesi sebagai PNS, sepert i dokter, jaksa, hakim, pemeriksa pajak, pemeriksa Bea dan Cukai, dan sebagainya . Untuk menegakkan kode etik tersebut perlu dibentuk Majelis Kehormatan Kode Eti k PNS yang merupakan lembaga non-struktural yang bertugas menegakkan pelaksanaan serta menyelesaikan permasalahan pelanggaran kode etik oleh PNS. PUSDIKLAT PEGAWAI BPPK 2008

Page 23: Makalah Etika Profesi

MODUL PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PNS 39 PNS yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi moral yang bi sa berupa pernyataan tertulis yang penyampaiannya secara tertutup atau penyampai annya secara terbuka. Selain sanksi moral, PNS yang terbukti melanggar kode etik tidak tertutup kemungkinannya dijatuhi hukuman disiplin PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980. Dengan memahami manfaat dan arti dari pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS ini, maka setiap PNS bisa mengetahu i secara jelas tentang kode etik instansi, profesi, proses yang di tempuh jika t erjadi pelanggaran, serta sanksi-sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran kode etik. Menerapkan kode etik dengan baik dan dilaksanakan secara konsisten dan pe nuh tanggungjawab akan menghasilkan PNS yang memiliki budaya kerja yang kuat, me njadi lebih produktif dilihat dari segi kinerja individual PNS yang bersangkutan dan meningkatkan kinerja organisasi tempat kerjanya secara keseluruhan.