54
MAKALAH HERPES-ZOSTER Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem integumen Disusun Oleh: Anggoro Susan Anggraeni 220110130021 (Chair) Intan Madulara 220110130041 Tanti Agustiningsih 220110130043 Eka Putri Permata Sari` 220110130056 Rizki Mufidah 220110130067 Puji Rahayu 220110130080 Gita Septyana 220110130086 Gadis Pratiwi Priyono 220110130097 Rina Fajar Sari 220110130100

Makalah Herpes

  • Upload
    rina-fs

  • View
    91

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah penyakit herpes

Citation preview

Page 1: Makalah Herpes

MAKALAH HERPES-ZOSTERDiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem integumen

Disusun Oleh:

Anggoro Susan Anggraeni 220110130021 (Chair)Intan Madulara 220110130041Tanti Agustiningsih 220110130043Eka Putri Permata Sari` 220110130056Rizki Mufidah 220110130067Puji Rahayu 220110130080Gita Septyana 220110130086Gadis Pratiwi Priyono 220110130097Rina Fajar Sari 220110130100Oselia Esa Muslimawati 220110130107 (Scriber 2)Yuanita Wulansari 220110130135 (Scriber 1)

UNIVERSITAS PADJADJARAN2014

Page 2: Makalah Herpes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes zoster atau yang dikenal dengan cacar api merupakan

penyakit kulit yang disebabkan oleh virus yang sama dengan penyebab

cacar air, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya

nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada

dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut

saraf sensorik dan nervus kranialis.

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada

perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita.Angka kesakitan

meningkat seiring denganpertambahanumur. Diperkirakan terdapat antara

1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50

tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.Patogenesis

herpes zoster belum seluruhnya diketahui.Selama terjadi varisela, virus

varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke

ujung saraf sensorik dan ditransportasikan melalui serabut saraf sensoris

ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,virus tersebut

tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai

kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada

umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang

terpadat.Reaktivasi virus varisela zoster terjadi ketika sistem imunitas

tubuh menurun, sehingga virus menjadi aktif dan bermultiplikasi

menyebabkan timbulnya gejala-gejala herpes zoster

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus,

komplikasi yang terbanyak adalah neuralgia paska herpes (NPH) yaitu

berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas akibat dari

kerusakan syaraf. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun,

tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun.

Page 3: Makalah Herpes

1.2 Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Herpes Zoster?

2. Apa penyebab terjadinya Herpes Zoster?

3. Bagaimana proses patofisiologi Herpes Zoster?

4. Apa saja tanda dan gejala pada Herpes Zoster?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Herpes Zoster?

6. Apa saja penatalaksanaan untuk Herpes Zoster?

7. Apa saja komplikasi yang terjadi akibat Herpes Zoster?

8. Apa saja asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien Herpes

Zoster?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui pengertian Herpes Zoster.

2. Mengetahui penyebab Herpes Zoster.

3. Mengetahui proses patofisiologi Herpes Zoster.

4. Mengetahui tanda dan gejala Herpes Zoster.

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Herpes Zoster.

6. Mengetahui penatalaksanaan untuk Herpes Zoster.

7. Mengatahui komplikasi yang terjadi akibat Herpes Zoster.

8. Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien

Herpes Zoster.

Page 4: Makalah Herpes

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Herpes zoster adalah penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri

radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan eritematosa

pada daerah kulit yang dipersarafi oleh kranialis atau spinalis. Herpes zoster

terjadi karena relaps endogen atau reaktivasi virus varisela zoster (VVZ).

2.2 Etiologi

Herpes terbagi menjadi 2 (dua), yaitu herpes zoster dan herpes simplex.

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi Virus Varicella Zoster, sedangkan

untuk herpes simplex terbagi menjadi dua berdasarkan virus yang

menginfeksi, yaitu Herpes Simplex Virus I (HSV I) dan Herpes Simplex

Virus II (HSV II).

Herpes Zoster diakibatkan oleh reaktivasi virus varicella zoster di

ganglion posterior. Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human

(alpha) virus herpes. Virus ini terdiri atas genome DNA double-stranded,

tertutup inti yang mengandung protein dan dibungkus oleh glikoprotein.

Virus yang berukuran 150-200 nm bersifat infeksius namun sifat infeksiusnya

dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas, pH

yang tinggi. Virus ini dorman di area persyarafan otak dan medulla

spinalis.Virus ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella

(chikenpox) dan herpes zoster (shingles).

Sebelum klien menderita penyakit herpes zoster dapat dipastikan klien

sebelumnya telah menderita penyakit cacar air. Pada saat klien menderita

cacar air tidak seluruhnya virus menghilang melainkan terdapat virus yang

menempel di ganglion dan bersifat laten. Setelah reaktivasi virus herpes

zoster lalu virus akan dibawa ke ganglia spinal. Jika pada fase ini terdapat

factor risiko dan factor pencetus akan mengakibatkan aktivasi virus herpes

zoster, sehingga terjadi ganglionitis. Virus dibawa ke ujung-ujung kulit dan

mukosa melalui saraf, sampai akhirnya muncul eritema.

Page 5: Makalah Herpes

Biasanya virus ini menyerang bagian kulit, mukosa, dan saraf di sebagian

tubuh dan hanya pada satu sisi tubuh (unilateral), kanan atau kiri, sesuai

penjalarannya. Ruam berkumpul sesuai dermatom saraf.

Berikut ini faktor pemicu reaktivasinya virus varisela zoster:

1.   Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat

daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster

makin tinggi pula resiko terserang nyeri.

2.  Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)

seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan

manifestasi pertama dari immunocompromised.

3. Penderita malignansi dengan metastasis, dengan atau tanpa kemoterapi

atau radioterapi.

4.  Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sum-sum

tulang.

Berikut ini factor pencetus kambuhnya herpes :

1. trauma / luka                     6. kelelahan

2.   demam                                7. alkohol

3.  gangguanpencernaan            8. obat - obatan

4.   sinar ultraviolet                       9. haid  

5.  stress

2.3 Tanda dan Gejala

Pembagian Gejala/ stadium herpes dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Stadium prodomal

Masa inkubasi penyakit herpes zoster adalah 14-21 hari pada orang

imunokompeten dan pada orang yang imunokompromais biasanya lebih

singkat yaitu kurang dari 14 hari. Pada masa itu terjadi replikasi virus.

Gejalanya dapat bersipat sistemik dan lokal. Gejala lokalnya berupa rasa

nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten atau terus menerus,

nyeri dapat dangkal atau dalam, terlokalisir,pada dermatom yang terserang

disertai dengan rasa panas/terbakar. Gejala sistemik berupa demam,

Page 6: Makalah Herpes

gatal,malaise, limfadenopatik, mual dan anoreksia,dan nyeri kepala. Lebih

dari 80% pasien biasanya diawali dengan prodormal, gejala tersebut

umumnya berlangsung beberapa hari sampai 3 minggu sebelum muncul

lesi kulit.

2. Stadium Erupsi

Mula,mula timbul erupsi kulit yang bersifat unilateral, lesi dimulai

dengan eritema terlebih dahulu kemudian dalam waktu 12-24 jam

berbentuk papula atau plakat berbentuk urtika. Setelah 1-2 hari, akan

timbul gerombolan vesikel/ bintil-bintil berair yang tersusun berkelompok

diatas kulit yang eritematosa, sedangkan kondisi kulit diantara gerombolan

lain tidak sama. Lokalisasi lesi sesuai dengan dermatom yang dipersarafi

oleh salah satu atau lebih saraf yang terkena. Semua saraf dapat terkena,

yang tersering adalah saraf torakal,lumbal/kranial. Stadium ini biasanya

berlangsung selama 2 minggu dengan gejala utamanya berupa rasa nyeri.

Rasa nyeri yang dirasa bisa bersifat konstan atau intermiten, diikuti dengan

rasa terbakar pada bagian visceral.

3. Stadium krustasi-NPH

Vesikula menjadi purulen, mengalami krustasi, dan lepas dalam waktu

1-2 minggu. Sering terjadi neuralgia pasca-herpetika, terutama pada orang

tua, yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun.

Neuralgia pasca herpetika didefinisikan sebagai nyeri yang terus

berlangsung selama 3 bulan setelah lesi herpes zoster sembuh, atau nyeri

yang terus berlangsung selama 120 hari sejak timbulnya lesi herpes zoster.

Dari data yang ada, disimpulkan bahwa 10-25% pasien herpes zoster akan

mengalami neuralgia pascaherpetika dan kebanyakan pada pasien berusia

lanjut. Selain itu, ada pula gejala- gejala parestesia yang bersifat

sementara.

Postherpetic neuralgia dapat diklasifikasikan antara acute herpetic

neuralgia (30 hari setelah timbulnya ruam pada kulit), subacute herpetic

neuralgia (30-120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit) dan

Postherpetic neuralgia (di defenisikan sebagai rasa sakit yang terjadi

setidaknya 120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit).

Page 7: Makalah Herpes

2.4 Pemeriksaan penunjang

1. Direct Fluorescent Assay (DFA)

a.) Preparat diambil dari scrapinng dasar vesikel tetapi apabila sudah

terbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.

b.) Hasil pemeriksaannya cepat.

c.) Membutuhkan mikroskop fluorescence.

d.) Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.

e.) Pemeriksaan ini dapat membedakan antara virus varicella zoster dan

virus herpes simpleks.

2. Tzanck Smear untuk mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan

herpes zoster dan herpes simplex. Caranya: preparat diambil dari discraping dasar

vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai denga pewarna yaitu hematoxylin-eosin,

Giemsa’s, Wright’s, tuloidine blue ataupun Papanicolaou’s. dengan menggunakan

microskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells. Pemeriksaan ini

sensifitasnya sekitar 84%

3. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody digunakan untuk membedakandiagnosis

herpes virus

4. Immunofluororescent untuk mengidentifikasi varicella di sel kulit

5. B iopsi plong (punch) diagnosis lebih pasti dibandingkan dengan sediaan

hapus Tzanck, melalui bantuan mikroskop elektron dapat terlihat partikel

virus tetapi belum dapat dibedakan virus VVZ atau HSV. Secara

hepatologis dapat terlihat peradangan dan nekrosis ganglion, kadang kala

terlihat perdarahan ganglia, pada masa vesikulasi dapat ditemukan virus di

lepuh epidermis dan vaskulitis di dermis. Lima tanda spesifik secara

histolopatologis yaitu lepuh intraepidermal, degenerasi balon, degenerasi

retikuler, sel raksaa berinti banyak dan badan inklusi eosinofilik

intranukleus yang sering disebut Lipschutz bodies.

6. I solasi virus dapat dilakukan dengan biakan dari cairan vesikel, darah,

cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi atau melalui identifikasi

langsung antigen VVZ atau asam nukleat pada spesimen. Pengambilan

virus yang infeksius dapat juga merupakan cara yang dipakai untuk

Page 8: Makalah Herpes

analisis berikutnya misalnya uji sensivitas obat antivirus. Isolasi virus

harus segera dilakukan yaitu pada saat lesi berupa vesikel, agar

mendapatkan sel hidup, juga virus akan segera rusak ketika lesi menjadi

pustular. Pada keadaan imunokompeten, VVZ dapat bertahan selama tiga

hari pertama pada varisela sedangkan pada herpes zoster mampu mencapai

seminggu.

7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

2.5 Penatalaksanaan

Terapi Pada Saat Stadium Prodormal Dan Erupsi

a. Farmakologi

1. Sistemik

a) Obat Antivirus

Strategi terapi farmakologis (terapi dengan obat) dalam pengobatan

penyakit herpes adalah dengan menggunakan obat-obat antivirus.

Pengobatan baku untuk herpes adalah dengan asiklovir, valasiklovir,

famcyclovir, dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk krim,

pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih parah. Semua

obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah

rasa nyeri akibat herpes mulai terasa. Semua antivirus yang digunakan

pada infeksi Virus varisella zoster bekerja dengan menghambat

polimerase DNA virus. Asiklovir, ganciclovir, famciclovir, dan

valasiklovir secara selektif di fosforilasi menjadi bentuk monofosfat

pada sel yang terinfeksi virus. Bentuk monofosfat tersebut selanjutnya

akan diubah oleh enzym seluler menjadi bentuk trifosfat, yang akan

menyatu dengan rantai DNA virus. Asiklovir, famciclovir, dan

valasiklovir terbukti efektif dalam memperpendek durasi dari gejala dan

lesi.

1) Asiklovir

Asiklovir, atau yang dikenal dengan nama askiloguanosin

adalah obat antiviral yang digunakan secara luas untuk pengobatan

herpes. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada

Page 9: Makalah Herpes

virus. Pemberian Asiklovir tablet oral maupun intravena sebagai

antiviral yang betujuan untuk mengurangi demam, nyeri,

komplikasi serta melindungi penderita dari ketidakmampuan daya

tahan tubuh melawan virus herpes. Asiklovir dapat diberikan secara

oral, topical atau parenteral.

Asiklovir sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.

Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari

selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya

digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita

yang tidak bisa minum obat (Gunawan, 2008).

Tujuan terapi Asiklovir adalah mencegah dan mengobati

infeksi Virus varisella zoster, menyembuhkan gejala yang muncul,

seperti kemerahan (eritema), gelembung-gelembung berisi cairan,

keropeng atau kerak.

Cara Kerja Obat

Asiklovir adalah analog nukleosida purin asiklik yang aktif

terhadap virus Herpes simplex, Varicella zoster, Epstein-Barr dan

Cytomegalovirus. Di dalam sel, asiklovir mengalami fosforilasi

menjadi bentuk aktif asiklovir trifosfat yang bekerja menghambat

virus herpes simplex DNA polymerase dan replikasi DNA virus,

sehingga mencegah sintesa DNA virus tanpa mempengaruhi proses

sel yang normal (Gunawan, 2008).

Dosis dan Aturan Pakai

Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.

Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 800 mg 5 kali sehari

selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya

digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita

yang tidak bisa minum obat.

Indikasi Asiklovir

1. Perawatan herpes simplex virus tipe-1 dan tipe-2 infeksi pada

kulit dan selaput lendir, termasuk infeksi awal dan berulang.

Page 10: Makalah Herpes

2. Prophylaxis infeksi herpes simpleks pada pasien

immunocompromised.

3. Perawatan cacar air (varicella).

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap asiklovir, valasiklovir,

atau komponen lain dari formula.

Peringatan dan perhatian

1. Pasien dengan gangguan ginjal parah dan orang tua dengan

gangguan bersihan kreatinin: dosis asiklovir harus dikurangi

untuk menghindari akumulasi.

2. Pasien penerima probenecid: probenecid mengurangi

pembersihan ginjal asiklovir dan karenanya meningkatkan

paruh.

3. Asiklovir tidak boleh digunakan selama masa kehamilan

kecuali bila manfaat yang didapat jauh lebih besar daripada

resikonya baik terhadap ibu maupun janin. Hati-hati pemberian

pada wanita yang sedang menyusui.

4. Meskipun asiklovir tidak standar teratogenic dalam studi

hewan, potensi obat menyebabkan istirahat kromosom pada

konsentrasi tinggi harus dipertimbangkan dalam membuat

penentuan ini.

5. Semua pasien harus berhati-hati untuk memastikan mereka

menghindari potensi penularan virus, terutama ketika lesi aktif

ada.

Efek Samping

Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan

tidak nyaman) sekitar 12% dan sakit kepala (2%). Pada system

pencernaan (gastrointestinal) dilaporkan terjadi mual (2-5%),

muntah (3%) dan diare (2-3%) (MIMS Annual Indonesia 2008).

Interaksi Asiklovir

Asiklovir oral dilaporkan dapat menyebabkan keracunan hanya

kecil sampai dengan sekarang. Seperti terkadang merasakan mual,

Page 11: Makalah Herpes

atau sakit kepala. Ruam kulit, muntah, diare, sakit perut telah

dilaporkan. Sementara peningkatan bilirubin dan enzim hati terkait

peningkatan kecil urea darah dan kreatinin kecil hematologi

mengakibatkan penurunan indeks kelelahan.

2) Valasiklovir dan Famsiklovir

Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster

adalah valasiklovir. Valasiklovir merupakan valyl ester dari

asiklovir dan memiliki bioavailabilitas yang lebih besar daripada

asiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama 7 hari,

karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Untuk penderita yang

resisten terhadap Asiklovir seperti pada penderita herpes zoster

dengan immunocompromised dapat diberikan Foscarnet dengan

dosis 40 mg / kg BB secara intravena setiap 8 jam hingga membaik

(MIMS Annual Indonesia 2008)

Famsiklovir merupakan prodrug dari penciclovir yang secara

klinis efektif dalam mengobati herpes simplex virus tipe 1 dan 2.

famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai

inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari

selama 7 hari.

Valasiklovir terbukti lebih efektif dibandingkan asiklovir

sedangkan famsiklovir sama dengan asiklovir.

3) Ganciklovir

Ganciclovir : mempunyai aktivitas terhadap herpes simplex

virus tipe 1 dan 2, tetapi lebih toksik daripada asiklovir,

famciclovir, dan valasiklovir, karena itu tidak direkomendasikan

untuk pengobatan herpes.

4) Vidarabin

Selain obat asiklovir ada juga obatvidarabin yang berfungsi

untuk menghambat polymerase DNA virus. Dosis yang digunakan

adalah 10-20mg/kgBB/hari. Vesikel secara cepat menghilang

selama 5hari. Tetapi ada efeksampingnya :

1. Gangguan neurologi: tremor, kejang

Page 12: Makalah Herpes

2. Gangguan hematologi : hematopia

3. Gangguan Gastro Intestinal : muntah

b) Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan

oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam

mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan

sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri

muncul.

Pasien NHA ringan menunjukkan respon baik dengan AINS

(asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak) atau analgetik non opioid

(asetaminofen/ paracetamol, tramadol, asam mefenamik). Kadang-

kadang dibutuhkan opioid untuk pasien dengan NHA berat.

Tujuan terapi paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan

panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang

lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk

meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. jadi,

tidak perlu heran bila suatu saat diberikan paracetamol oleh dokter

untuk mengatasi sakit kepala,nyeri atau sakit gigi (Gunawan, 2008).

Farmakologi obat asetamenofen/paracetamol ini mempunyai

aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik dengan sedikit efek anti

inflamasi. Seperti aspirin, asetaminofen berefek menghambat sintesis

prostaglandin perifer.

Indikasi paracetamol berefek meringankan sementara rasa sakit,

nyeri ringan dan perut terasa panas atau gangguan perut lainnya.

Farmakokinetik asetaminofen yaitu dia cepat diabsorbsi dari

saluran cerna. Pada lingkungan normal, asetaminofen dikonjugasi dihati

menjadi bentuk glukoronida atau metabolit sulfat yang tidak aktif.

Sebagian asetaminofen dihidroksilasi menjadi bentuk N-asetil-

benzokuinonefen-reaktif tinggi dan metabolit berpotensi berbahaya

yang bereaksi dengan grup sulfhidril. Kemudian membentuk substansi

nontoksik, dan akhirnya disekresikan ke dalam urine (Gunawan, 2008).

Page 13: Makalah Herpes

Walaupun sebenarnya obat ini bisa dibeli dengan bebas di warung

warung, tetapi dalam penggunaanya tentu saja harus tetap

memperhatikan dosis yang dianjurkan. Jangan pernah coba coba minum

obat ini melebihi dari dosis yang dianjurkan bila ingin selamat. Jangan

pula meminum obat ini selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa

berkonsultasi dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan

diberikan pada anak dibawah 3 tahun tanpa terlebih dahulu meminta

saran dari dokter. Peringatan diatas saya harap jangan disepelekan

sebab walaupun paracetamol kelihatan seperti obat yang jinak, namun

dibalik semua itu terdapat banyak efek samping yang perlu diwaspadai.

Tetapi hal tersebut tidak usah terlalu dikhawatirkan, asal diminum

sesuai dengan anjuran maka efek samping tidak akan pernah muncul

dan walaupun muncul, derajatnya sangat ringan (Gunawan, 2008).

Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol

untuk orang dewasa adalah 500 mg tiga kali sehari selama gejalah

demam dan nyeri masih ada, jika tidak ada hentikan pemakaian. Bila

karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini

melebih dosis maksimum tadi maka jangan heran bila kelak terjadi

kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu

mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain: mual

sampai muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni

yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan rasa lelah dan

lemas. Adapun beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul

antara lain : kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan

bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah

minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan

lebih lanjut.

Perhatian dan Peringatan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

teman-teman saat menjalani pengobatan dengan paracetamol. Jadi

sebelum minum paracetamol, sampaikan ke dokter anda kalau anda

sebelumnya pernah mengalami alergi setelah mengkonsumsi

paracetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain. Selain itu,

Page 14: Makalah Herpes

informasikan pula ke dokter bila anda mempunyai riwayat penyakit

kronis seperti penyakit hati, ketergantungan alkohol, dan lain lain.

Paracetamol dapat merusak hati, maka bila ditambah dengan

mengkonsumsi alkohol secara berlebihan maka akan mempercepat

terjadinya kerusakan hati (MIMS Annual Indonesia, 2008).

Tanda tanda yang dapat muncul setelah mengkonsumsi

paracetamol antara lain: terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan

demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan

disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.

Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui

namun tetap dianjurkan pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila

benar-benar membutuhkan dan dalam pengawasan dokter.

c) Kortikosteroid

Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis

protein. Molekul hormon memasuki sel melalui membran plasma

dengan cara difusi pasif. Didalam sitoplasma sel membentuk komplek

reseptor-steroi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan

kromatin. Ikatan merangsang transkripsi RNA dan sintesis protein

spesifik. Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid

merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik, dan pada jaringan

lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid merangsang

sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel

limfoid (Gunawan, 2009).

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay

Hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya

paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednisone dengan dosis 3×20

mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan

dosis prednisone setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik

digabung dengan obat antivirus.

Salah satu sediaan kortikosteroid adalah prednison. Prednison

tersedia dalam bentuk oral dengan dosis 5 mg per tablet. Dalam kaitan

Page 15: Makalah Herpes

dengan penyakit herpes zoster dosis prednison yang dapat diberikan

untuk mengatasi nyeri postherpestic adalah sebesar 3x 20 mg dalam

sehari (Handoko, 2011).

d) Vaksin zoster (Zostavax)

Zostavax adalah salah satu vaksin zoster dengan penggunaan satu

kali, kuat, dan meningkatkan cell mediated imunity spesifik VZV. Pada

sebuah studi, dibuktikan bahwa vaksin zoster mengurangi beratnya

kesakitan sebesar 61%, mengurangi angka kejadian herpes zoster

sebesar 51%, dan mengurangi angka kejadian neuralgia postherpestik

sebesar 67% (Sanford dan Keating, 2010).

2. Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Pada stadium

vesicular yang terpenting adalah menjaga gelembung/Plenting cairan agar

tidak pecah supaya tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk

bagi kuman yang lain, yaitu dengan cara pemberian Asiklovir salep

digunakan untuk mengobati luka dingin (lepuh demam, lepuh yang

disebabkan oleh virus) pada wajah dan mata. Asiklovir bekerja dengan

cara menghentikan penyebaran virus herpes dalam tubuh (MIMS Annual

Indonesia 2008).

Asiklovir yang topical terdapat dalam bentuk sedian cream dan salep

untuk dioleskan ke kulit. Asiklovir cream biasanya dioleskan lima kali

sehari selama selama 4 hari. Sedangkan untuk salep Asiklovir biasanya

dioleskan enam kali sehari (biasanya 4 jam terpisah) selama 7 hari. Cara

terbaik memulai menggunakan salep Asiklovir sesegera mungkin setelah

pasien mengalami gejalah pertama infeksi. Perlu diingat Asiklovir cream

dan salep hanya digunakan di kulit jangan sampai cream atau salep masuk

ke mata, hidung, dan mulut. Jika gejalah semakin memburuk segera

hubungi dokter kembali (MIMS Annual Indonesia 2008)

Efek samping dari Asiklovir topical adalah kering atau bibir pecah-

pecah, terkelupas, mengelupas atau kulit kering, terbakar atau kulit

Page 16: Makalah Herpes

menyengat, kemerahan, pembengkakan, atau iritasi di tempat di mana

pasien dioleskan obat, gejala lainnya yaitu gatal-gatal, ruam, rasa gatal,

kesulitan bernapas atau menelan, pembengkakan wajah, leher, bibir, mata,

tangan, kaki, pergelangan kaki, atau kaki yang lebih rendah, suara serak.

Beberapa efek samping dapat serius. Jika pasien mengalami gejala-gejala

tersebut, segera hubungi dokter (MIMS Annual Indonesia 2008).

b. Non-Farmakologi

1. Selama gejala lesi kulit, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena

dapat menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi

varisela dan orang dengan defisiensi imun.

2. Gunakan pakaian tertutup dan sun screen atau tabir surya bila ingin

keluar rumah, agar tidak terpapar cahaya matahari secara langsung.

3. Instruksikan pasien agar tetap menjaga ruam dalam keadaan bersih

dan kering untuk meminimalkan resiko infeksi bakteri, melaporkan

setiap perubahan suhu badan, dan menggunakan baju yang bersih,

halus, lembut dan menyerap keringat untuk mengurangi

ketidaknyamanan.

4. Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai

baju yang longgar untuk mencegah infeksi sekunder. Bila vesikel

pecah dan basah, diberikan compress terbuka dengan larutan terbuka

antiseptic atau kompres dingin dengan larutan NaCl 3 kali sehari

selama 20 menit.

5. Pendidikan pasien dan dukungan penting dalam penatalaksanaan

Herpes zoster. Hal tersebut meliputi penjelasan atas jalannya penyakit,

rencana pengobatan, dan perlu memperhatikan aturan dosis antivirus.

Tidak adanya pengetahuan pasien dan ketakutan pasien tentang

Herpes zoster harus diperhatikan dan pasien harus diberitahu tentang

resiko menular terhadap orang yang belum pernah cacar air.

6. Meningkatkan kekebalan tubuh dengan istirahat dan makan-makanan

bergizi karena infeksi virus akan cepat membaik dengan

Page 17: Makalah Herpes

meningkatnya system imun tubuh, serta berkonsultasi ke dokter kulit

dan kelamin.

Terapi NPH

1. Farmakologi

a. Topikal

1) Anastetik topikal

Eutectic Mixtureof Local Anesthetic (EMLA) yang diformulasikan

dengan lidokain 2,5% dan prilokain 2,5% dalam emulsi, diaplikasikan

di kulit dengan cara oklusi selama 90 menit atau lebih, menghasilkan

analgesia terhadap insersi jarum hingga kedalaman 5 mm. Bila

diberikan untuk area NPH dengan oklusi, EMLA menunjukkan

perbaikan nyeri bermakna hingga 10 jam setelah aplikasi

2) Anastetik lokal

Hilangnya 50-90% nyeri dapat dicapi oleh anastesi infiltrasi

subkutan, yang efeknya berlangsung selama beberapa jam hingga

beberapa minggu. Selain itu juga dikenal dengan pemberian anestesi

melalui epidural, intravena, saraf perifer, dan blok saraf interkostal.

Lidokain, prokain, dan mepivakain sering diberikan secara infiltrasi

atau intravena.

3) Kapkaisin

Kapkaisin telah banyak digunakan untuk terapi topikal pada

keadaan yang melibatkan nyeri, pruritus dan inflamasi. Pada awalnya

kapkaisin menyebabkan rasa terbakar dan hiperalgesia terhadap panas

atau tekanan. Setelah beberapa hari hingga seminggu, efek ini

digantikan oleh hipoalgesia sampai analgesia. Untuk mengurangi rasa

terbakar, dapar digunakan EMLA sebelumnya.

b. Sistemik

1) Analgesik

a) Antiinflamasi nonsteroid (AINS)

Asetaminofen, aspirin dan antiinflamasi nonsteroid umum

digunakan untuk NPH, namun manfaatnya terbatas. Ibuprofen

Page 18: Makalah Herpes

terbukti tidak efektif. Tetapi AINS berguna untuk potensiasi efek

analgetik opioid pada nyeri parah.

b) Opioid

Secara umum nyeri neuropatik kurang responsif terhadap

opioid dibandingkan nyeri non-neuropatik dan menurut konsensus

Eropa opioid tidak efektif untuk NPH.

2) Agen neuropatik

a) Psikotropik/ antidepresan

b) Antikonvulsan

c) Neuroleptik

d) Metikobal

2. Non-farmakologi

a. Pendekatan neuroaugmentatif

Beberapa pendekatan neuroaugmentif yang banyak digunakan

antara lain counterirritation, transcutaneous elesctrical nerve

stimulation (IENS), stimulasi deep brain, dan low intensity laser

therapy (LILT). Fleckenstain et al (2009) menyatakan bahwa,

akupuntur dilaporkan menjanjikan untuk beberapa percobaan pada

neuralgia, nyeri neuropatik, atau kondisi postherpestik. Penggunaan

teknik lain, seperti aplikasi ultrasound pada dermatom yang terkena

dan stimulasi korda dorsalis dikatakan tidak bermanfaat.

b. Terapi psikososial

Manajemen stress dan berbagai tehnik kognitif-perilaku, termasuk

latihan relaksasi, biofeedback dan hypnosis dapat bermanfaat sebagai

terapi penunjang. Pasien perlu diberi penjelasan mengenai perjalanan

penyakitnya, dibuat strategi untuk mengikatkan kepatuhan pasien dan

mempercepat kembali ke aktivitas sebelum sakit.

c. Terapi penunjang

Alodinia (nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus yang secara

normaltidak menimbulkan nyeri) taktil dapat diatasi dengan

penggunaan artificial skin seperti kolodion spray atau penggunaan

Page 19: Makalah Herpes

pakaian dengan bahan serat natural. Aplikasi cold packs juga

bermanfaat sebagai terapi penunjang.

d. Prosedur bedah saraf

Prosedur bedah saraf merupakan pilihan terakhir untuk NPH yang

kondisinya sudah benar-benar parah.

2.6 Komplikasi

1. Neuralgia pasca herpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas

penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakit sembuh. Nyeri ini dapat

berlangsung sampai beberapa bulan bahkan beberapa tahun dengan gradasi

nyeri yang bervariasi berkisar dari ringan hingga berat dan dapat

mengganggu gerak dari area tubuh yang terkena. Kecenderungan ini

dijumpai pada orang yang terkena herpes zoster diatas usia 40 tahun. PHN

ini dapat berlangsung dalam beberapa bulan atau beberapa tahun lamanya.

Menurut Katz J & Melzack R, pada buku mengenai pengukuran nyeri,

Nyeri Herpes Zoster dan PHN adalah lebih nyeri daripada nyeri

melahirkan.

2. Herpes zoster yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh seperti

otak, paru, dan organ lain yang dapat berakibat fatal.

3. Herpes zoster dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan

ensefalitis, namun hal ini sangat jarang terjadi kira-kira hanya 0,2 – 0,5%

dari keseluruhan pasien.

4. Terganggunya fungsi sensori, sakit kepala, fotophobia, meningismus, dan

terlihat elektroensefalogram yang abnormal.

5. Serebral angitis, merupakan suatu sindrom yang terdiri dari vaskulitis,

trombosis, dan mikroinfark yang terkait dengan hespes zoster oftalmikus

dan reaktivasi saraf kranial pada individu berusia lanjut.

6. Paresis saraf kranial dan peripheral

7. Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, kerato – kongjutivitis,

episcleritis, iritis, papillitis, dan kerusakan syaraf

8. Herpes Zooster generalisata, bentuk klinis yang berat dengan gejala umum

yang berat dan lesi timbul tersebar merata keseluruh tubuh.

Page 20: Makalah Herpes

9. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri.

10. Sindrom Ramsay Hunt

11. Motor paralysis

12. Meningoencephalitis

13. Motor Paresis

14. Terbentuk scar

15. Alopesia arkata

Page 21: Makalah Herpes

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Herpes Zoster merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan ruam-

ruam merah yang berkumpul disebagian sisi tubuh dan disebabkan oleh

varicella virus zoster (VZV).Seseorang dapat terkena herpes zoster apabila

sudah pernah terkena cacar air dimana virus ini tinggal dalam sistem saraf

dan dapat aktif kembali jika individu tersebut mengalami penurunan daya

tahan tubuh.Herpes zoster dapat menular melalui kontak langsung dan

menyebar melalui udara, masuk ke dalam tubuh melalui mukosa dan luka

terbuka.

Virus varicela zoster menyerang syaraf dan menyebabkan nyeri.Nyeri

syaraf yang disebabkan oleh herpes zoster dapat berlangsung berbulan-bulan

bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan.Herpes zoster dapat menyebabkan

nyeri yang akut dan komplikasi yang serius.Resiko terkena herpes zoster

berbanding lurus dengan pertambahan umur. Semakin tua seseorang, maka

akan semakin tinggi pula resiko terkena herpes zoster. Hal ini terutama jika

seseorang berusia lebih dari 50 tahun.

Stress dan beberapa faktor lainnya dapat dapat memperburuk gejala

herpes zoster. Karena kondisi psikologi yang tertekan dapat menyebabkan

penurunan pada sistem daya tahan tubuh.Penurunan sistem imunitas berperan

besar pada penyakit ini.Oleh karena itu penting untuk pencegahan dengan

menjaga kesehatan dan sistem daya tahan tubuh agar tidak terkena herpes

zoster.

Page 22: Makalah Herpes

Daftar pustaka

Arvin A. The VZV challenge-improving management result. Herpes-The

forgotten disease. IHMF Guidelines and recommendations from innaugural

meeting of the IHMF. Written and produced by PPS Europe Ltd, Worthing,

West Sussex, UK, 1994.

Doenges, Marilyn: E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2.

Jakarta : EGC.

FK UI.2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keempat. Jakarta

FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Rassner.1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43.

Frieden I J, Penney N S. Varicella-Zoster Infection. In : Schchner L A, Hanses R

C editor. Pediatric Dermatology, second edition, vol 2, Churchill Livingstone,

NewYork, 1995 : 1272-75.

Handoko RP. 2005.Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology,

volume 1, Blackwell Science, 2000 : 339-40.

Hartadi, Sumaryo S.2000.Infeksi Virus Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates,;

92-4.

Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatology A Textbook of skin

Disease of Childhood and Adolescence, second edition, Philadelphia ; W.B

Saunders Company, 1993 : 324-27.

Johnson RW et al. The Impact of Herpes Zoster and Post-Herpetic Neuralgia on

Quality of Life. BMC Medicine. 2010 ; 8: 37-49

Lilie HM, Wassilew SW. Shingles (Zoster). In: Wolff MH, S. Schunemann,

Schmidt A (eds). Vari-cella-zoster virus Molecular biology, pathogenesis, and

clinical aspects. Vol 3. Basel: Karger, 1999: 111-127.

Carpernito, Lynda Juall.1999.Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi

keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.

Page 23: Makalah Herpes

Jakarta: EGC.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000.Penyakit Virus.

KapitaSelektaKedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

128-9.

Martodihardjo S. 2001.Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis.

IlmuPenyakitkulitdanKelamin. Surabaya: Airlangga University Press.

Marwali H, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. cetakan I. Jakarta.

Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy of Dermatology, Inc.

1999.

Meliala L. Neuralgia Pasca Herpes. Nyeri Neuropatik. Kelompok Studi Nyeri

PERDOSSI 2008 ; 63-76.

Muttaqin, Arif.1990. Asuhan keperawatan pada sistem integumen. Gramedia :

Jakarta

Pdf Varicella dan Herpes Zoster oleh dr. Ramona Dumasari Lubis,SpKK.

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Price, Sylvia A dan Willson, Loraine M (2006). Patofisiologi kosep klinis proses

proses penyakit. Jakarta: EGC

Ramona Dumasari Lubis.2008. Varicella dan Herpes Zoster.USU e-Repository

Siregar, Charles JP dan Lia Amalia.2004.Farmasi Rumah Sakit: Teori dan

Penerapan. Jakarta: EGC.

Strauss SE, Oxman MN, Varicella and herpes zoster. In: Freedberg IM, Eisen AZ,

Wolff K, Fitzpatrick TB. Dermatology in general medicine. 5 ed. New York:

The McGraw-Hill Company, 1999: 2427-50.

Sugito T L.2003.Infeksi Virus Varicella-Zoster pada bayi dan anak. Dalam :

Boediardja S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 17-33.

Thakur R, Kent JL, Dworkin RH. Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia. in:

Fishman SM, Ballantyne JC, Rathmell JP, eds. Bonica’s Management of

Pain. 4 ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins, 2010; p. 348-55.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf

Page 25: Makalah Herpes

LAMPIRAN 1

PATOFISIOLOGI

Page 26: Makalah Herpes

LAMPIRAN 2

Asuhan Keperawatan pada Pasien Herpes-Zoster

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 62 Tahun

TTL : -

Gol Darah : -

Pekerjaan : -

Alamat : -

b. Keluhan Utama

Nyeri dirasakan sampai mengganggu aktivitas dan tidurnya serta tidak

dapat mengenakan pakaian dalam.

c. Riwayat penyakit sekarang

Nyeri masih dirasakan meskipun luka lesi telah mengering

d. Riwayat kesehatan masa lalu

Nyeri pada dada kiri menjalar sampai punggung, pegal dan linu di

seluruh tubuh yang terjadi selama 2 hari. Pada hari ke 3 muncul

eritema pada dada sebelah kiri sampai ke punggung disertai gatal dan

perih

Analisa Data

No Data yang

menyimpang

Etiologi Masalah

keperawatan

1. DO:-

DS: klien mengeluh

nyeri masih terasa

selama 2-3 bulan

setelah luka kering,

nyeri tersebut

mengganggu aktivitas

Reaktivasi virus herpes dipicu

oleh faktor-faktor yang bisa

menimbulkan imunitas turun

(stress, DM, sinar UV)

kerusakan saraf spinalis

(dermatom) peradangan di

daerah persarafan kerusakan

Nyeri kronis

Page 27: Makalah Herpes

dan tidur klien saraf bertambah parah

mengirimkan impuls

berlebih alodinia NPH

nyeri kronis

2. DO: -

DS: klien merasa

tegang, tidak mau

makan, dan melamun

Reaktivasi virus herpes dipicu

oleh faktor-faktor yang bisa

menimbulkan imunitas turun

(stress, DM, sinar UV)

kerusakan saraf spinalis

(dermatom) peradangan di

daerah persarafankurangnya

informasi kecemasan

Kecemasan

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan saraf ganglion yang ditandai

dengan nyeri yang berlangsung selama 2-3 bulan

2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

yang ditandai dengan klien merasa tegang, tidak mau makan, dan

melamun.

Intervensi keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan saraf ganglion yang ditandai

dengan nyeri yang berlangsung selama 2-3 bulan

Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri pada

pasien berkurang

Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyeri

hilang dan tidak kembali lagi.

Kriteria hasil : Skala nyeri berkurang atau hilang

Intervensi:

No. Tindakan Rasional

1. Kaji lokasi, karakteristik, dan

skala nyeri

Mengetahui lokasi, karakteristik, dan

skala nyeri sehingga dapat

Page 28: Makalah Herpes

merencanakan tindakan selanjutnya

2. Dorong ekspresi perasaan tentang

nyeri

Pernyataan memungkinkan

pengungkapan emosi dan dapat

meningkatkan mekanisme koping

3. Dorong penggunaan teknik

manajemen stress, contoh

relaksasi progresif, napas dalam,

distraksi, bimbingan imajinasi dan

visualisasi

Memfokuskan kembali perhatian ,

meningkatkan relaksasi dan

mengalihkan perhatian pasien agar

tidak terfokus pada rasa nyeri.

4. Anjurkan pasien memakai

pakaian yang halus dan lembut

dan yang menyerap keringat

Pakaian lembut dan tidak terlalu

ketat akan mengurangi rasa nyeri,

5. Berikan aktivitas terapeutik tepat

sesuai usia dan kondisi

Membantu mengurangi konsentrasi

pada nyeri yang dialami

6. Kolaborasi pemberian analgetik

topikal sesuai indikasi

Pemberian analgetik topikal lebih

efektif untuk klien berusia 50 tahun

lebih.

2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

yang ditandai dengan klien merasa tegang, tidak mau makan, dan melamun.

Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan perawatan, asupan nutrisi klien

tercukupi

Tujuan jangka panjang : Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

penyakit herpes, kecemasan yang dialami klien

berkurang

Kriteria hasil : Klien tidak merasa cemas, dan cukup asupan nutrisi

Intervensi:

No. Tindakan Rasional

1. Berikan penjelasan dengan sering

dan informasi tentang prosedur

perawatan

Pengetahuan yang diharapkan akan

menurunkan ketakutan dan ansietas

2. Kolaborasi dengan dokter dalam Dengan memahami alur penyakit

Page 29: Makalah Herpes

menjelaskan proses perjalanan

penyakit, faktor penyebab, dan

faktor pencetus

klien akan lebih berhati-hati agar

tidak sampai kambuh lagi

3. Ajarkan klien untuk tetap makan

dengan jumlah sedikit tapi sering

Makanan yang bergizi akan

meningkatkan kekebalan tubuh

karena infeksi virus akan cepat

membaik dengan meningkatnya

system imun tubuh,

4. Ajarkan kepada pasien dan

keluarga tindakan-tindakan apa

saja yang harus dilakukan terkait

penyakit zoster, misalnya jangan

memakai handuk atau pakaian

bersama-sama guna menghindari

tertularnya virus varicella zoster

ini.

Penggunaan barang bersama akan

menambah risiko penularan penyakit

5. Beritahu pasien dan keluarga

untuk melakukan imunisasi

herpes.

Imunisasi akan membuat keluarga

lebih kebal terhadap penyakit

6. Kaji ulang prognosis dan harapan

yang akan datang

Memberikan dasar pengetahuan klien

dalam membuat pilihan keputusan

7. Diskusikan tentang harapan klien

untuk melakukan aktivitas normal

Kesulitan melakukan aktivitas

mempengaruhi keberhasilan menilai

tindakan hidup normal

8. Kaji ulang tentang perawatan luka Meningkatkan kemampuan

perawatan diri

Page 30: Makalah Herpes

LAMPIRAN 3

Notulensi SGD Kasus 1

Kasus (HERPES)

Ny. S, 62 tahun, mengeluh nyeri pada dada kiri menjalar sampai punggung.

Keluhan disertai nyeri, pegal dan linu di seluruh tubuh yang terjadi selama 2 hari.

Pada saat nyeri dirasakan, klien merasa tegang, tidak mau makan, dan melamun

karena mengira hal tersebut merupakan gejala penyakit jantung. Hari ke 3 muncul

eritema pada dada sebelah kiri sampai ke punggung disertai gatal dan perih. Esok

harinya muncul vesikula pada area tersebut. Klien mengatakan tidak dapat

mengenakan pakaian dalam bahkan nyeri dirasakan sampai mengganggu aktivitas

dan tidurnya. Pada saat berobat klien didiagnosa menderita penyakit Herpes.

Terapi yang didapatkan klien berobat adalah Asiklovir tablet dan salep. Luka

mengering dalam waktu 2 minggu namun nyeri masih dirasakan selama 2-3 bulan

setelah luka kering

Chair: Anggoro Susan

Scriber 1: Yuanita Wulansari

Scriber 2: Oselia Esa Muslimawati

Step 1

Asiklovir (yuan): zat anti virus untuk melawan virus Herpes (Susan) tidak

memberantas sampai habis -> dorman (gadis) mencegah replikasi/ peradangan

agar tidak menyebar (intan)

Vesikula (gita): benjolan berisi cairan jernih (rizki) ukuran sebesar jarum pentul

(yuan)

Eritema (tanti): bintik-bintik merah (eka) disebabkan pecahnya pembuluh darah

(tanti)

Herpes (osel): infeksi karena virus biasa terjadi di kulit yang sensitifdan selaput

mukosa muncul bercak kemerahan (puji) virus varisela zoster dan virus simplex

(eka) tersimpan di jaringan saraf yang terkena area dermatom (intan) muncul

setelah mengalami cacar air (susan)

Step 2

Page 31: Makalah Herpes

1. Penyebab timbul gejala seperti sakit jantung? (mutia)

2. Nyeri masih dirasakan walaupun luka telah mengering? (eka)

3. Pembeda dengan msalah penyakit jantung? (puji)

4. Cara mengatasi? (tanti)

5. Gejala dan tanda lain? (rina)

6. Klasifikasi? (yuan)

7. Komplikasi? (rizki)

8. Pencegahan? (gita)

9. Waktu penyembuhan? (gadis)

10. Pengaruh usia? (mutia)

11. Kenapa eritema muncul hanya pada dada sebelah kiri? (Tanti)

12. Terapi nyeri-> asiklovir termasuk obat nyeri? (puji)

13. Peran perawat-> pakaian dalam? (gadis)

14. Menular atau tidak? (rina)

15. Cara menular? (tanti)

16. Masa inkubasi hingga rasa sakitnya panjang? (osel)

17. Bagaimana prognosis penyakit? (rizki)

18. Kontraindikasi obat? (puji)

19. Diagnosa? (rizki)

20. Hubungan herpes dan pegal linu? (intan)

21. Efek samping obat asiklovir? (susan)

22. Boleh mandi? (gita)

23. Cara mengatasi kecemasan pasien? (osel)

24. Obat yang lain? (rizki)

25. Etioliogi? (mutia)

26. Tindakan awal perawat saat diagnosa? (intan)

Step 3

1. (gita) nyerang di sekitar dada karena syaraf kena (yuan) jaringan otot juga

terkena

2. (yuan) karena jaringan saraf yang terkena sehingga nyeri tidak bisa cepat

hilang

Page 32: Makalah Herpes

3. (osel) sakit saat inspirasi => paru-paru, sakit baik saat inspirasi maupun

ekspirasi => jantung

(rizki) aktivitas nyeri => jantung, aktivitas nyeri => bukan

4. (osel) virus -> anti virus, demam-> anti piretik, nyeri -> analgetik (puji)

herpes parah -> obat diberikan lewat infus (eka) daun sangjo

5. (mutia) pegal, nyeri, linu, demam, menggigil, eritema (osel) malaise

6. (Osel) Jenis virus:

a. Zoster => varisela zoster

b. Simplex => HSV 1 (anak) dan HSV 2 (sex, genital)

7. (gadis) mata -> sindrom Ramsay Hunt, nyeri, kelumpuhan

8. (puji) vaksin => zostavax (mutia) tidak menggunakan pribadi bersama,

hub. Seksual sehat (rizki) menjaga kondisi tubuh (gadis) terpapar cahaya

matahari

9. (susan) 7-10 -> untuk vesikula 3-4 minggu -> luka mengering

10. (gita) usia > 50 imun turun sehingga lebih berisiko, orang yang

mempunyai DM lebih berisiko

11. (puji) zoster hanya menyerang satu bagian karena mengikuti saraf

12. (yuan) obat analgetik mis. ibuprofen, paracetamol, dll (osel) distraksi nyeri

13. (tanti) memberi pendkes kepada keluarga (osel) sampaikan untuk

menggunakan pakaian longgar

14. menular

15. (rina) kontak langsung/ bersentuhan, hubungan seksual, penggunaan

barang bersamaan (osel) lewat udara

16. -

17. (susan) herpes sembuh tetapi virus masih ada sehingga dapat kambuh,

pada ibu hamil -> menular pada bayi sehingga dapat mengakibatkan

gangguan orak bahkan kematian

18. (susan) pada ibu hamil ???

19. -

20. -

21. (gadis) gangguan GI -> mual, muntah, fatigue, diare, ruam kulit (intan)

bibir kering

Page 33: Makalah Herpes

22. (osel) boleh, karena menjaga kebersihan agar mengurangi gatal-gatal

23. (susan) pendkes, informasi cara membedakan dengan penyakit lain,

didistrkasikan

24. -

25. (rizki) herpes zoster oleh varicella zoster virus awal cacar, sistem imun

aktivasi virus

26. (gadis) pakaian lembut

STEP 4

STEP 5

LO:

1. Askep

2. Diagnosa

3. Masa inkubasi

4. Patofisiologi

5. Etiologi

6. Farmakologi

STEP 6

Page 34: Makalah Herpes

Discovery Learning

STEP 7

a. Etiologi

Yuan: etiologi, klasifikasi, cara masuk

Rizki: karakteristik virus, awal mula virus masuk, unilateral

Intan: penyakit awal (cacar), tempat tinggal virus, cara menghilangkan

virus, ukuran virus

Puji: faktor pemicu

Osel: segala jenis kanker baik sedang mendapatkan kemoterapi,

radioterapi atau tidak keduanya

b. Tanda dan gejala termasuk masa inkubasi

Rina: gejala prodormal, lesi kulit,

Gita: penjelasan gejala prodormal, NPH, pembagian neuralgia

Rizki: tambahan masa inkubasi dari usu, skala nyeri herpes

Osel: nambahin gejala prodormal, nambahin tentang nyeri dari gejala

Intan: pembagian gejala prodormal (dari buku arif muttaqin), penjelasan

komplikasi NPH, beberapa komplikasi, gejala dipengaruhi oleh usia dan

faktor psikis

Komplikasi: gadis, osel, rizki, susan

c. Pemeriksaan

Susan: tzanck smear, kultur cairan vesikel

Tanti: direct fluorescent asay

Gadis: penjelasan direct fluorescent asay

Osel: biopsi plong (punch), isolasi virus

d. Patofisiologi

Eka & puji

e. Farmakologi

Tanti: sistemik = analgetik (asam mefenamat), antivirus | topikal = bedak

salicyl

Intan: kompres

Eka: pengobatan umum (kebersihan, jangan sampai keluar rumah)

Page 35: Makalah Herpes

Gadis: tambahan pengobatan umum (baju longgar)

Rina: vidarabin

Rizki: nonfarmako

Osel: keampuhan antivirus, berendam antiseptik,

Puji: akupuntur, terapi psikososial, managemen stress

f. Masalah keperawatan

1. Nyeri kronis

2. Kecemasan

g. Diagnosa

h. Askep

3. Nyeri kronis

Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka panjang

Kriteria hasil: nyeri berkurang pada skala apa

Intervensi:

a. Kaji lokasi, skala

b. Teknik relaksasi

c. Distraksi nyeri

4. Kecemasan