28
MAKALAH PENGARUH GLOBAL WARMING TERHADAP KANAIKAN MUKA AIR LAUT Oleh : 1. Topang Gunawan 2. Levi Juandi 3. Selviani PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

Makalah ilmu kelautan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengaruh Global Warming terhadap Kenaikan Muka Air Laut

Citation preview

KATA PENGANTAR

MAKALAH

PENGARUH GLOBAL WARMING TERHADAP KANAIKAN MUKA AIR LAUT

Oleh :

1. Topang Gunawan

2. Levi Juandi

3. Selviani

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam mata pelajaran Ilmu Kelautan, dalam materi ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini saya buat bertujuan yang paling utama adalah untuk memenuhi tugas dari dosen. Selain itu juga agar menambah ilmu dan lebih mengetahui serta paham khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Kelautan.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya serta bermanfaat bagi orang banyak. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....

DAFTAR ISI....

BAB I PENDAHULUAN...

1.1 LATAR BELAKANG...

1.2 RUMUSAN MASALAH..

1.3 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN.

1. Pengertian Global Warming..................2. Penyebab Global Warming...3. Dampak Global Warming terhadap kenaikan muka air laut.....4. Upaya-upaya untuk mengatasi dampak global warmingBAB III PENUTUP..

1. KESIMPULAN..

2. SARAN..

DAFTAR PUSTAKA..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemanasan global merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh meningkatnya gas rumah kaca (GRK) dan menipisnya lapisan ozon di atmosfer. Peristiwa meningkatnya suhu bumi ini mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dan kenaikan muka air laut. Dampak dari kenaikan muka air laut mengakibatkan berkurangnya kawasan pesisir Indonesia, terjadi pengikisan pantai (abrasi) dan sedimentasi. Tingginya tingkat sedimentasi yang mengganggu kelancaran aliran muara sungai ditambah dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi banjir. Beberapa wilayah pantai di Indonesia akan menderita akibat kejadian ini dan dampak yang lebih besar adalah peda kehidupan masyarakat karena kegiatannya dibanyak kawasan pemukiman di wilayah/kota pantai tersebut yang terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung oleh fenomena alam ini. Gambaran besaran dampak, upaya antisipasi, dan bentuk adaptasi seperti apa yang akan meningkatkan daya dukung lingkungan pemukiman wilayah dan kota pantai tersebut agar terhindar dari kerugian yang besar merupakan lingkup yang dibahas dalam makalah ini.1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Global Warming?

2. Apakah Penyebab dari Global Warming?

3. Apakah Dampak Global Warming Terhadap Kenaikan Muka Air Laut?4. Bagaimanakah Upaya untuk Mengatasi Dampak Global Warming?1.3 TUJUAN1. Untuk Memenuhi Tugas dari Dosen2. Mengetahui Pengertian Global Warming

3. Mengetahui Penyebab Terjadinya Global Warming4. Mengetahui Dampak Gobal Warming Terhadap Kenaikan Muka Air Laut 5. Mengetahui Upaya untuk Mengatasi Dampak Global WarmingBAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Global Warming

Pada tahun 1827, seorang ilmuwan bernama Baron Jean Baptiste Fourier menemukan bahwa temperatur bumi semakin memanas. Usut punya usut, akhirnya ditemukan bahwa penyebabnya adalah adanya komposisi zat kimia yang terdapat di atmosfer. Zat kimia ini yang tak lain adalah gas karbon dioksida ternyata membuat panas akibat sinar matahari tidak bisa mantul lagi ke angkasa. Alhasil, panas ini terjebak di atmosfer dan membuat temperatur bumi makin lama makin panas. Sebenarnya sang penemu sendiri tidak melihat temuannya ini sebagai suatu yang berbahaya bahkan dalam benaknya adalah suatu hal positif bila terjadi proses memanasnya bumi (Karim, 2010)

Tapi tidak ada yang mau percaya dengan temuan ini. Banyak yang menganggap penemuan ini sebagai angin lalu saja yang tidak perlu dikomentari. Tidak heran penemuan ini dianggap sebagai angin lalu, karena pada abad ke-19, perkembangan industri di negara-negara Eropa dan Amerika sedang maju-majunya sehingga gosip-gosip seperti ini hanya akan menghambat proses indrustrialisasi. Meski ada bukti tentang pemanasan global, spirit zaman tidak memungkinkan penemuan ini untuk menjadi concern manusia. Berbicara mengenai era awal indrustrialisasi, tidak heran teori kelasnya Marx muncul juga pada kurun waktu abad ini karena pada abad ini, eksploitasi buruh untuk bekerja di pabrik-pabrik sangat tinggi di pabrik-pabrik industri (Karim, 2010)

Temuan dari Jean Baptiste tersebut sekarang lebih dikenal dengan sebutan Greenhouse effect atau Efek Gas Rumah Kaca (GRK). Greenhouse Effect adalah fenomena alam dimana beberapa gas di atmosfer membuat suhu bumi lebih panas daripada seharusnya. Dengan adanya efek inilah, tatkala malam hari, kita tidak akan mati kedinginan. Efek ini mengijinkan sinar matahari yang membawa panas untuk masuk ke bumi. Namun saat pantulan sinar matahari ini mau keluar, beberapa gas di atmosfer melarang seluruh sinar radiasi untuk keluar semua. Ada sebagaian panas matahari yang ditahan. Sebagaian sinar radiasi ini memberikan kita kehangatan di malam hari (Karim, 2010)

Tapi karena ulah manusia, keseimbangan gas yang terdapat di atmosfer terganggu. Normalnya, gas-gas terdapat di atmosfer menahan sebagaian kecil dari panas sinar matahari di atmosfer. Namun gara-gara ulah manusia, gas-gas ini menahan lebih banyak sinar matahari di atmosfer. Jelas, lambat laun, temperatur bumi semakin lama semakin panas (Karim, 2010)

Global warming atau pemanasan global adalah meningkatnya temperatur suhu rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi. Penyebab dari peningkatan yang cukup drastis ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumas oli dan gas alam sejenisnya yang tidak dapat diperbaharui). Pembakaran dari bahan bakar fosil ini melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi (Rusbiantoro, 2008)2. Penyebab Global Warming

Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1,5 - 40C pada akhir abad 21 (Hanapiah, 2011). Berikut adalah penyebab dari pemanasan global

A. Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)

Variasi system iklim terjadi secara alami, melalui proses internal dan juga pengaruh faktor eksternal termasuk aktivitas radiasi matahari, ledakan gunung berapi, perubahan pada orbit matahari, gas-gas rumah kaca dan saat ini oleh aktifitas manusia (Kodoatie & Sjarief, 2010)

Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pandek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai pemukaan bumi, permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagaian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa, walaupun sebagaian tetap terperangkap di atmosfer bumi. Gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbondioksida dan metana akan menjadi perangkap radiasii ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi ini menyebabkan suhu bumi menjadi semakin menghangat (Rusbiantoro, 2008)

Salah satu gas rumah kaca itu adalah CFC. CFC merupakan kepanjangan dari (Chloro Fluoro Carbon) atau yang disebut sebagai Freon, CFC ini menyerang ozon, akibatnya kandungan ozon di angkasa menipis dan mengakibatkan lubang di kutub utara dan selatan sehingga UV (ultraviolet) mampu menerobos masuk ke atmosfer dan menyebabkan terjadinya radiasi. Radiasi dari UV ini akan mengakibatkan kanker kulit jika terkena langsung kulit manusia dalam waktu yang cukup lama, apalagi bagi manusia yang mempunyai hobi berjemur. Jika lapisan ozon semakin menipis dan berlobang, maka bumi ini seakan telanjang dan tidak ada lagi pelindung dari radiasi UV. CFC ini dua ribu kali lebih efektif memperangkap radiasi gelombang panjang daripada karbon. Menurut Michael Allaby dalam bukunya Living in The Green House, molekul CFC ini dapat bertahan di atmosfer selama beberapa decade, sedangkan molekul karbon dioksida dapat bertahan sampai 100 tahun, satu molekul nitrous oksida selama 170 tahun, dan satu molekul metana selama 10 tahun (Rusbiantoro, 2008)

Gas rumah kaca lainnya adalah metana. Metana adalah gabungan kimia antara unsur formula molekul CH4. Metana ini adalah alkae yang sederhana dan merupakan gas alam yang utama. Metana ini cukup melimpah dan pembakarannya cukup bersih, sehingga bisa dijadikan bahan bakar dan biasannya dikonversi menjadi methanol. Metana dihasilkan secara alami oleh bakteri yang hidup dan tumbuh subur di rawa-rawa. Bakteri ini menghasilkan metana di dalam selnya. Metana juga terdapat di dalam system pencernaan binatang. Binatang pemamah biak seperti sapi dan kambing mempunyai mikroba dalam perutnya yang biasannya digunakan untuk mencerna rerumputan. Beberapa mikroba ini melepaskan metana sebesar 259 gram setiap harinya (Rusbiantoro, 2008)

Metana juga dihasilkan oleh padi di sawah. Proses pelepasan metana ini terjadi karena tumbuhan seperti padi pasti membutuhkan genangan air yang cukup. System pertanian dengan sawah semacam ini menciptakan lumpur yang menghasilkan bakteri penghasil metana. Metana akan dilepaskan ke udara saat sawah mulai dikeringkan. Selain itu, padi ini sendiri juga melepaskan beberap metana dan budidaya padi ini juga memproduksi nitrogen dioksida dari peruraian pupuk. Dengan peningkatan kebutuhan beras sebagai makanan pokok manusia terutama bagi penduduk di Asia, maka sawah-sawah semakin luas dan jumlah pelepasan metana di atmosfer bumi meningkat sangat tajam (Rusbiantoro, 2008)

Yang paling terkenal dari gas rumah kaca ini adalah karbondioksida karena jumlahnya yang paling melimpah dan menyerap puncak gelombang panjang. Penyerapan inilah yang menyebabkan pemanasan dan air akan menguap. Biasanya jika kita melepaskan karbondioksida maka kita membakar sesuatu yang mengandung karbon. Semua yang mengandung karbon adalah bahan bakar seperti kayu, batu bara, gas alam dan minyak dimana reaksi karbon dan oksigen akan menghasilkan karbondioksida yang merupakan suatu reaksi untuk menghasilkan energi. Setiap tahunnya manusia membuang 8 milyar metric ton karbon ke dalam atmosfer, 6,5 milyar ton dari bahan bakar fosil, dan 1,5 milyar dari pembabatan hutan, tapi 3,2 milyar ton tetap berada di atmosfer untuk memanaskan suhu planet bumi (Rusbiantoro, 2008)

Karbondioksida yang melimpah ini mengakibatkan pendinginan stratosphere, sehingga memicu percepatan lubang di lapisan ozon. Ozon sendiri adalah gas yang sangat jarang, menyerap radiasi gelombang pendek dari sinar matahari, dan melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV). Lapisan ozon ini terletak di ketinggian 30 sampai 50 km. lapisan ozon yang paling tebal berada di kutub utara dan selatan dan yang paling tipis mendekati garis khatulistiwa. Penyebab utama ozon berlobang sesungguhnya bukan disebabkan oleh efek dari pemanasan global, tapi lebih disebabkan pemakaian CFC atau Freon yang biasanya terdapat di dalam kulkas, AC dan lain-lain (Rusbiantoro, 2008)

B. Penipisan Lapisan OzonDalam atmosfer terdapat lapisan yang melindungi bumi yang disebut lapisan ozon. Yang dimaksud dengan lapisan ozon adalah lapisan penghalang yang melindungi bumi dari benda-benda asing di luar angkasa dan juga sebagai pelindung bumi dari panas matahari, serta melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang berbahaya bagi mahluk hidup. Tanpa lapisan ozon ini semua mahluk hidup akan terbunuh karena sinar ultraviolet. Ozon terletak pada lapisan stratosfer yaitu sekitar 15-30 km dari permukaan bumi. Lapisan ozon ini tersusun dari selapis tipis gas ozon (O3) yang merupakan salah satu tipe oksigen (Kodoatie & Sjarief, 2010)Lapisan ozon rusak akibat zat-zat kimiawi yang disebut CFC (chloro fluoro carbon) yang biasanya digunakan dalam aerosol (kaleng semprot), lemari es dan sejumlah bahan pembungkus. Sejauh ini tidak ada lubang sungguhan di lapisan ozon, akan tetapi lapisan ozon sebagaian telah menipis hingga kini telah banyak Negara yang menghentikan penggunaan CFC, hal ini bertujuan untuk melindungi ozon agar tidak berlubang (Kodoatie & Sjarief, 2010)

Matahari memancarkan energi dalam bentuk sinar panas dan cahaya yang disebut radiasi. Banyaknya energi panas dan cahaya yang mencapai planet-planet dalam Tata Surya tergantung pada jarak planet-planet tersebut dari matahari (Kodoatie & Sjarief, 2010)Udara tidak bisa berhenti bergerak. Partikel-partikel yang sangat kecil di udara yang disebut molekul selalu bertabrakan satu sama lain. Semakin sering molekul tersebut bertabrakan, tekanan udara semakin besar. Biasanya, tabrakan tersebut lebih sering terjadi di lapisan troposfer yang lebih rendah karena tarikan gravitasi membuat molekul tersebut jatuh ke permukaan bumi. Semakin tinggi kamu berada di suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah, dan oksigen di udara semakin sedikit (Kodoatie & Sjarief, 2010)

Panas menyebabkan udara bergerak. Ketika panas dari matahari memanasi molekul-molekul di udara, molekul tersebut bergerak lebih cepat dan lebih banyak menyebar. Ini mengakibatkan udara lebih ringan sehingga udara naik ke atas, dan menciptakan tekanan udara rendah. Sewaktu udara naik lebih tinggi, udara mendingin. Molekul-molekul tersebut bergerak lambat dan menjadi lebih berat lagi sehingga turun kembali ke bumi (Kodoatie & Sjarief, 2010)C. Kebakaran Hutan

kebakaran hutan di Indonesia pada saat ini dapat dipandang sebagai peristiwa bencana regional dan global. Hal ini disebabkan karena dampak dari kebakaran hutan sudah menjalar ke Negara-negara tetangga dan gas-gas hasil pembakaran yang diemisikan ke atmosfer seperti CO2 berpotensi menimbulkan pemanasan global (Adinugroho dkk, 2005)

Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia dengan luas hutan terbesar, yaitu 120,3 juta hektar. Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan produksi. Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia termasuk Negara paling kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut situs web Indonesian National Parks, Indonesia memiliki sekitar 10% spesies tanaman dari seluruh tanaman di dunia, 12% spesies mamalia (terbanyak di seluruh dunia), 16% reptile dan amfibi, 17% spesies burung dan lebih dari 25% spesies ikan di seluruh dunia. Hampir seluruh spesies tersebut endemik atau tak terdapat di negara lain. Padahal jika hutan beserta keanekaragaman hayatinya dipelihara dengan baik, maka sesungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, baik secara social maupun ekonomi (Kodoatie & Sjarief, 2011)3. Dampak Global Warming Terhadap Kenaikan Muka Air Laut

Peningkatan aktivitas manusia mengakibatkan terjadinya kenaikan kualitas dari kuantitas gas rumah kaca di atmosfer. Peningkatan ini memicu terjadinya peningkatan suhu global. Rata-rata suhu permukaan global telah meningkat sebesar 0,6 0,2C sejak akhir abad ke-19. Akibat terjadinya pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, muka air laut mengalami peningkatan secara perlahan. Peningkatan muka laut global akan mencapai ketinggian 9-88 cm pada tahun 2100 dibandingkan tahun 1990 (Church et al. 2001)

Global warming menyebabkan kenaikan tinggi muka air laut, baik akibat ekspansi volume air laut karena naiknya suhu air laut, maupun mencairnya es glasier dan es di kutub utara dan selatan. Meskipun dampak kenaikan tinggi muka air laut hanya menjadi wacana di kalangan ilmuwan, tetapi setiap penduduk terutama yang tinggal di daerah pantai harus tanggap akan resiko terhadap penurunan kualitas kehidupn di lingkungan pantai akibat naiknya tinggi muka air laut. Sementara itu berbagai hasil studi perubahan iklim menunjukan bahwa potensi kenaikan tinggi muka air laut akan bervariasi dari 60cm sampai 100cm, sampai dengan tahun 2100 (Church et al, 2001)

Kenaikan tinggi muka air laut (TML) secara gradual akibat pemanasan global merupakan salah satu aspek yang paling kompleks dari efek pemansan global, dengan akselerasi tingkat kenaikannya seiring dengan semakin intensifnya progress pemanasan global. Keanikan TML mempertinggi resiko terjadinya erosi, perubahan garis pantai dan mereduksi daerah wetland di sepanjang pantai. Sebagai tambahan, tingginya gelombang laut pada fase El Nino dan La Nina akan mempertinggi intensitas erosi dan abrasi, dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Pada akhirnya, dengan intensitas El Nino dan La Nina yang semakin tinggi, dapat mengakibatkan tingkat perubahan garis pantai yang semakin tinggi pula, meskipun tingkat kenaikan TML hanya 1cm/tahun (Church et al, 2001)

Wilayah yang paling merasakan dampak dari kenaikan muka air laut adalah wilayah pesisir. Di wilayah ini setidaknya 60% manusia melakukan aktivitasnya. Manusia melakukan aktivitas di wilayah pesisir dikarenakan berbagai hal, diantaranya yaitu kesubran daerah delta, ketersediaan bahan makanan dan akses transportasi (Church et al, 2001)

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil, (e) ancaman terhadap kegiatan social ekonomi masyarakat pesisir (Hanapiah, 2011)(a). Meningkatnya Frekuensi dan Intensitas Banjir

Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek, sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim) kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan (Hanapiah, 2011)(b). Perubahan Arus Laut dan Meluasnya Kerusakan Mangrove

Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhwatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi maka abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya (Hanapiah, 2011)(c). Meluasnya Intrusi Air Laut

Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencapai 50% dari luas wilayah Jakarta Utara (Hanapiah, 2011)(d). Berkurangnya Luas Daratan atau Hilangnya Pulau-Pulau Kecil

Terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi. Dengan asumsi kemunduran garis pantai sejauh 25 meter, pada akhir abad 2100 lahan pesisir yang hilang mencapai 202.500 ha (Hanapiah, 2011)(e). Ancaman Terhadap Kegiatan Social Ekonomi Masyarakat PesisirGangguan terhadap kondisi social ekonomi masyarakat yang terjadi diantaranya adalah : Gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan TimurSelatan Sumatera. Genangan terhadap pemukiman penduduk pada kotakota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya dan beberapa spot pesisir di Papua. Hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan USS 11,307 juta. Gambaran ini bahkan menjadi lebih parah apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4% saja dari keseluruhan wilayah nasional dan penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia (Hanapiah, 2011)4. Upaya Untuk Mengatasi Dampak Global warming

Upaya dalam menghadapi terjadinya perubahan iklim bisa dikategorikan ke dalam dua upaya yaitu upaya pencegahan dan upaya penanggulangan/pemulihan. Adapun program/kegiatan yang dapat ditujukan untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan dampak pemansan global dapat diuraikan sebagai berikut (Rusbiantoro, 2008)A. Upaya pencegahan terjadinya pemanasan global

Upaya pencegahan ditunjukan untuk memperlambat/mengurangi proses pemansan global. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah:1. mengurangi aktivitas yang menghasilkan GRK dan mengurangi pemggunaan bahan perusak ozon (BPO) dengan cara:

Mengurangi emisi gas karbon dengan cara mengurangi proses pembakaran sampah dan serasah di tempat pembuangan akhir (TPA), kawasan pertanian, peternakan dan kawasan lainnya.

Penggalakan pembangunan TPA sanitary landfill dalam usaha pengurangan emisi gas metan dan karbon. Melarang atau membatasi penggunaan alat-alat yang menghasilkan BPO. Penciptaan dan penggalakan penggunaan alat-alat yang ramah lingkungan. Membangun pembangkit listrik yang tidak menggunakan bahan bakar fosil (PLT Air, PLT Angin, PLTS, PLTN, PLT Fuell Cell) Penghematan penggunaan energi di bidang industri, pambangkit listrik berbahan bakar fosil, bangunan komersial, transportasi dan rumah tangga. Penggalakan kendaraan bermotor berbahan bakar gas, tenaga surya, fuell cell dan hybrid. Penggalakan penggunaan bahan bakar gas sebagai pengganti bahan bakar kayu atau fosil. Penggalakan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Mewajibkan uji emisi pada setiap kendaraan dan pemasangan catalytic converter pada kendaraan yang menghasilkan gas buang melebihi ambang batas. Pemasangan alat penyaring emisi (filter) pada berbagai cerobong yang menghasilkan GRK.2. menjaga keberadaan daerah terbuka hijau dalam upaya mempertahankan keberadaan daerah resapan air maupun penyerap karbon.

Mencegah terjadinya penebangan hutan secara liar. Mencegah konversi ruang terbuka hijau menjadi daerah terbangun. Mencegah perusakan hutan mangrove. Meningkatkan keberadaan hutan kota/kabupaten serta lahan terbuka hijau lainnya. Mencegah pembangunan di daerah resapan air.3. meningkatkan kepedulian terhadap data lingkungan laut, darat dan udara dengan cara:

Memperkuat keberadaan data lingkungan laut, darat dan udara.

Monitoring terhadap perubahan variabilitas iklim. Monitoring terhadap perubahan garis pantai.

Monitoring terhadap kenaikan muka air laut.

Monitoring terhadap kemungkinan banjir dan kekeringan di setiap wilayah.

Monitoring terhadap penyusutan ketersediaan air.

4. melakukan perencanaan tata ruang yang berwawasan lingkungan yang memadukan antara perencanaan ruang laut, pesisir dan daratan..5. peningkatan kepedulian masyarakat terhadap upaya memperlambat/ mencegah meningkatnya pemanasan global.B. Upaya penanggulangan dampak pemanasan global

Upaya penanggulangan ditunjukan untuk mengurangi dampak atau akibat dari pemanasan global yang sudah terjadi. Upaya-upaya tersebut antara lain (Rusbiantoro, 2008)1. peningkatan sarana dan prasarana penanggulangan bencana banjir dan kekeringan seperti:

penyesuaian desain dan system drainase yang ada dalam rangka penanggulangan banjir.

Peningkatan jumalah waduk dan sumur resapan dalam mempertahankan ketersediaan cadangan air. Peningkatan perangkat pemadam kebakaran baik pemadam kebakaran hutan maupun perumahan.

Peningkatan perangkat penanggulangan banjir.

2. merehabilitasi lahan kritis dengan cara penggalakan penanaman pohon (reboisasi) sebagai upaya memperbanyak media penyerap gas karbon serta meningkatkan ketersediaan cadangan air.

3. peningkatan penanggulangan lingkungan dan habitat pesisir, seperti:

merehabilitasi habitat hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun.

Peningkatan bangunan pelindung pantai dan pesisir.

Penyesuaian RTRW pesisir dan laut terhadap perubahan kondisi (lahan, infrastruktur, social dan lingkungan) sebagai akibat dari dampak pemanasan global.

4. peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.BAB IIIPENUTUP

1. KESIMPULANPemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biogeofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gunung pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit dan sebagaiannya). Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut: (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banirr, (b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan emangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan social ekonomi masyarakat pesisir, (e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

2. SARAN

Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.DAFTAR PUSTAKA

Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief, 2010, Tata Ruang Air, Yogyakarta, Penerbit: CV ANDI OFFSETDadang Rusbiantoro, 2008, Global Warming For Beginner: Pengantar komprehensif tentang pemanasan global, Yogyakarta, Penerbit: O2

Mochammad Faisal Karim, 2010, The End of Future, Jakarta, penerbit: NF Media Center

Muhi. Ali Hanapiah, 2010, Praktek lingkungan hidup, Jawa barat: institute pemerintahan dalam negeri (IPDN)

Church J.A., Gregory, J.M., Huybrechts, P., Kuhn, M., Lambeck, K., Nhuan, M.T., Qin, D. and Woodworth, P.L. 2001, 'Changes in Sea Level' , in Climate Change 2001: The Scientific Basis, eds. Houghton and Ding, Cambridge Univ. Press, Cambridge.Adinugroho W.C, dkk, 2005, Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, Bogor, penerbit : Wetlands International