50
MAKALAH KEWARGANEGARAAN KORUPSI OLEH KELOMPOK 1 KELAS A 1. Adli Satria Sandika (1207136334) 2. Annur Fauzi. S (1207113567) 3. M. Khaidiz Rafi (1207154316) 4. Nico Gunawan (1207113557) 5. Yesi Afriani (1207112173) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pancasila

Citation preview

Page 1: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KORUPSI

OLEH

KELOMPOK 1

KELAS A

1. Adli Satria Sandika (1207136334)

2. Annur Fauzi. S (1207113567)

3. M. Khaidiz Rafi (1207154316)

4. Nico Gunawan (1207113557)

5. Yesi Afriani (1207112173)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Kata pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt yang atas hidayah dan ridho

nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam

menyelesaikan tugas kewarganegaraan yang diberikan oleh dosen mata kuliah

Pancasila, ibu Ermiyati.

Makalah ini berisikan tentang permasalahan korupsi dan penanggulangan nya.

Seperti yang kita lihat bahwa pada saat ini banyak terjadi penyelewengan uang

negara untuk kepentingan sendiri atau golongan.

Oleh sebab itu,kami sebagai penulis merasa khawatir dengan keadaan ini dan

berusaha untuk melakukan upaya yang bisa meminimalisir tindakan korupsi

tersebut dengan cara membuat makalah ini.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pancasila, Ibu

Ir.ermiyati yang telah memberikan bimbingan kepada penulis serta pihak-pihak

terkait yang membantu penyelesaian makalah ini.

Makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran pembaca agar kami lebih baik dikemudian

harinya.

Pekanbaru,11 Desember 2013

Penulis

Page 3: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan

keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu

proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan

masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh

dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak

dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor

tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan

salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber

daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara

lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan

termasuk negara yang miskin.

Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.

Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi

juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan

rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan

terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi

social (penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam semua

aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah

mengakibatkan kerugian materil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang

lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan

keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif

dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar

batas kewajaran.

Page 4: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

1.2 Tujuan

1.mahasiswa dapat memahami pengertian korupsi

2.mahasiswa dapat mengetahui akibat akibat dari korupsi

3.mahasiswa dapat mengetahui UU mengenai Korupsi

4.mahasiswa dapat mengetahui cara cara penanggulangan korupsi

1.3 Rumusan Masalah

Apa pengertian dari korupsi?

Apa saja tingkatan dari korupsi?

Sebutkan faktor faktor penyebab korupsi?

Sebutkan dampak dari korupsi?

Sebutkan nilai dan prinsip anti korupsi?

Sebutkan perangkat hukum dan UU tentang korupsi?

Page 5: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Bab II

ISI

2.1. Pengertian Korupsi

a. Secara etimologi

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin “corrumpere”, “corruptio” ,

“corruptus”.Kemudian diadopsi oleh beberapa bangsa di dunia. Beberapa

bangsa di dunia memiliki istilah tersendiri mengenai korupsi.Dalam bahasa

inggris korupsi berasal dari kata Corruption, Corruptyang berarti Jahat, rusak,

curang.Dalam bahasa prancis korupsi berasal dari kata Corruption yang

berarti Rusak.Dalam bahasa belanda korupsi berasal dari kata

Corruptie,Korruptie .Istilah “korupsi” yang dipakai di Indonesia merupakan

turunan dari bahasa Belanda

b. Secara Terminologi

• Korup = busuk, palsu, suap (kamus besar bahasa Indonesia, 1991)

• Korup = suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang/barang milik

perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan jabatan untuk

kepentingan pribadi (kamus hukum, 2002)

• Korup = kebejatan, ketidakjujuran, tidak bermoral, penyimpangan dari

kesucian (the lexicon webster dictionary, 1978)

c. Menurut para ahli

• David M. Chalmers:

Tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang

membahayakan ekonomi (financial manipulations and decision injurious to

the economy are often libeled corrupt).

• J.J. Senturia:

Penyalahgunaankekuasaan pemerintahan untuk keuntungan pribadi (the of

public power for private profit).

Page 6: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

• Syed Husein Alatas:

Tindakan yang meliputi penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan

nepotisme.

d. Transparency International:

Penyalahgunaan kekuasaan (amisuseof power), kekuasaan yang dipercayakan

(a power that isentrusted), dan keuntungan pribadi (a private benefit) baik

sebagai pribadi, anggota keluarga, maupun kerabat dekat lainnya.

e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang Negara, atau

perusahaan, dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

f. Menurut Kamus Hukum yang ditulis Prof. R. Subekti, SH. Dan

Tjtrosudibio :

Korupsi adalah perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan uang Negara.

g. Menurut Kamus Hukum yang ditulis Dr. Andi Hamzah, SH.

korupsi adalah suatu perbuatan buruk, busuk, bejat, suka disuap, perbuatan

yang menghina atau memfitnah, menyimpang dari kesucian, tidak bermoral.

2.1.2. Tingkatan korupsi

Pengkhianatan terhadap kepercayaan (betrayal of trust)

Pengkhianatan merupakan bentuk korupsi paling sederhana. Semua orang

yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan atau amanat yang

diterimanya adalah koruptor. Amanat dapat berupa apapun, baik materi

maupun non materi (ex: pesan, aspirasi rakyat).Anggota DPR yang tidak

menyampaikan aspirasi rakyat/menggunakan aspirasi untuk kepentingan

pribadi merupakan bentuk korupsi

Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power)

Abuse of power merupakan korupsi tingkat menengah.Merupakan segala

bentuk penyimpangan yang dilakukan melalui struktur kekuasaan, baik pada

Page 7: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

tingkat negara maupun lembaga-lembaga struktural lainnya, termasuk

lembaga pendidikan, tanpa mendapatkan keuntungan materi.

Penyalahgunaan kekuasan untuk mendapatkan keuntungan material (material

benefit).

Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan material baik bagi

dirinya sendiri maupun orang lain. Korupsi pada level ini merupakan tingkat

paling membahayakan karena melibatkan kekuasaan dan keuntungan material.

Ini merupakan bentuk korupsi yang paling banyak terjadi di Indonesia

2.1.3. Macam macam korupsi

• Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo UU No

20 Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,

terdapat 33 jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33

tindakan tersebut dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni :

• Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara

• Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap

• Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan

• Korupsi yang terkait dengan pemerasan

• Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang

• Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan

• Korupsi yang terkait dengan gratifikasi, dll.

• Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan

menjadi dihasilkan tiga macam model korupsi (2002: 22-23) yaitu :

• Model korupsi lapis pertama

Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari

pengusaha atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas

pelayanan publik atau pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara,

Page 8: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

pemerasan (extortion) dimana prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari

birokrat atau petugas pelayan publik lainnya.

• Model korupsi lapis kedua

Jarring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan

hukum, dan perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Menurut

Aditjandra, pada korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan

yang nepotis antara beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya

bisa mencapai level nasional.

• Model korupsi lapis ketiga

Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana

kedudukan aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua

digantikan oleh lembaga-lembaga internasional yang mempunyai otoritas di

bidang usaha maskapai-maskapai mancanegara yang produknya terlebih oleh

pimpinan rezim yang menjadi anggota jarring-jaring korupsi internasional

korupsi tersebut.

2.1.4. Faktor penyebab korupsi

Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi

menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Faktor-faktor penyebabnya

bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi

lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini

adalah aspek-aspek penyebab seseorang berbuat Korupsi.

Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Menurut Prop. Dr. Nur

Syam, M.Si. penyebab seseorang melakukan korupsi adalah karena

ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya.

Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke

arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah seseorang

akan melakukan korupsi. Jadi, jika menggunakan cara pandang penyebab korupsi

seperti ini, maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap

Page 9: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

kekayaan. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara

yang salah dalam mengakses kekayaan. Korupsi dengan demikian kiranya akan

terus berlangsung, selama masih terdapat kesalahan tentang cara memandang

kekayaan. Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan, maka

semakin besar pula kemungkinan orang akan melakukan kesalahan dalam

mengakses kekayaan.

Singh (1974) menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya

korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%),

hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %).

Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi

adalah sebagai berikut :

a. Peninggalan pemerintahan kolonial.

b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.

c. Gaji yang rendah.

d. Persepsi yang populer.

e. Pengaturan yang bertele-tele.

f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yaitu :

a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.

b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.

c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah

dengan upeti atau suap.

d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap

bertentangan dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.

e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat

dihindarkan.

f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan

korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.

Page 10: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan

organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.

Kemudian menurut Erry R.Hardjapamekas, ia menyebutkan tingginya kasus

korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,

2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,

3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan

perundangan,

4. Rendahnya integritas dan profesionalisme,

5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan,

dan birokrasi belum mapan,

6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat,

7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan

tindakan korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat,

kehendak, dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan

dari teman-teman, kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya).

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut

GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi

meliputi:

Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang

secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

Opportunities (kesempatan) : berkaitan dengan keadaan organisasi

atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka

kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.

Needs (kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan

oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

Page 11: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Exposures (pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau

konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku

diketemukan melakukan kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku

(aktor) korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di

luar organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban.

Sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban

perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang

kepentingannya dirugikan.

Selain itu, faktor-faktor yang juga mempengaruhi seseorang untuk

melakukan tindakan pidana korupsi, diantarnya;

Klasik

a. Ketiadaan dan kelemahan pemimpin.

Ketidakmampuan pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya, merupakan peluang bawahan melakukan korupsi. Pemimpin

yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan kontrol manajemen

lembaganya. Kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke leadershipan,

artinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah

dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan

rasa takut di kalangan staf untuk melakukan penyimpangan.

b. Kelemahan pengajaran dan etika.

Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan substansi pengajaran

yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih ditekankan pada

pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk

pengimplementasiannya.

c. Kolonialisme dan penjajahan.

Page 12: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang

tergantung, lebih memilih pasrah daripada berusaha dan senantiasa

menempatkan diri sebagai bawahan. Sementara, dalam pengembangan

usaha, mereka lebih cenderung berlindung di balik kekuasaan (penjajah)

dengan melakukan kolusi dan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang

menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan

korupsi..

d. Rendahnya pendidikan.

Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya korupsi.

Minimnya keterampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang usaha

adalah wujud rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah

mereka berupaya mencari peluang dengan menggunakan kedudukannya

untuk memperoleh keuntungan yang besar. Yang dimaksud rendahnya

pendidikan di sini adalah komitmen terhadap pendidikan yang dimiliki.

Karena pada kenyataannya  koruptor rata-rata memiliki tingkat

pendidikan yang memadai, kemampuan, dan skill.

e. Kemiskinan.

Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas

kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung

melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya. Atas keinginannya

yang berlebihan ini, orang akan menggunakan kesempatan untuk mengeruk

keuntungan yang sebesar-besarnya.

f. Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup

atau di buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman seperti itulah yang

diperlukan untuk menuntaskan tindak korupsi.

g.   Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.

Page 13: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Modern

a. Rendahnya Sumber Daya Manusia.

Penyebab korupsi yang tergolong modern itu sebagai akibat rendahnya

sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empat komponen, sebagai

berikut:

1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai

permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.

2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen

bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara,

kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh umat manusia.

Komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatu

hanya yang terbaik dan menguntungkan semua pihak.

3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemampuan seseorang

mengemban tanggung jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki

kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan

kesehatan yang prima, tidak mungkin standardalam mencapai tujuan.

b. Struktur Ekonomi

Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan kebijakan

ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap. Sekarang tidak

ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya, sehingga semuanya

tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalumemporak-perandakan produk

lama yang bagus.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal-hal atau faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi antara lain;

Kurang atau dangkalnya pendidikan agama dan etika sehingga

memebrikan peluang untuk dilakukannya tindak pidana korupsi.

Page 14: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Kurangnya sanksi yang keras.

Kurangnya gaji dan pendapatan pegawai dibandingkan dengan kebutuhan

yang makin hari makin meningkat.

Lemahnya pengawasan terhadap para penyelenggara Negara.

Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan

sumber atau sebab meluasnya korupsi.

Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien,

yang memberikan peluang orang untuk korupsi.

2.1.5. Dampak Korupsi

• Korupsi menghambat pembangunan & kegiatan usaha di Indonesia

• Setiap kegiatan perekonomian harus melewati “pintu-pintu” korupsi

• Perkembangan kegiatan usaha terhambat, pengangguran makin banyak, harga

barang & jasa menjadi melambung

• Pendidikan dan kesehatan sangat mahal

• Rendahnya kualitas infrastruktur dan pelayanan publik;

• Timbulnya ekonomi biaya tinggi;

• Berkurangnya penerimaan negara;

• Runtuhnya lembaga dan nilai-nilai demokrasi;

• Membahayakan kelangsungan pembangunan dan supremasi hukum;

• Meningkatnya kemiskinan dan kesengsaraan rakyat;

• Bertambahnya masalah sosial dan kriminal;

• Adanya mata rantai antara korupsi dengan bentuk kejahatan lain, khususnya

kejahatan terorganisir dan kejahatan ekonomi.

Dampak korupsi diberbagai bidang :

Dampak korupsi Terhadap Perekonomian Nasional

• Laju pertumbuhan Yang Lamban

• Pengangguran Yang tinggi

• Jumlah Orang miskin absolut yang tinggi

Page 15: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

• Tergantung pada utang / investasi luar negeri

• Kebocoran dana pembangunan

Dampak korupsi Terhadap Sumber Daya Alam

• Minyak akan habis sebelum tahun 2030

• Tingkat Kerusakan hutan sudah dalamm keadaan bahaya (stadium 4)

• Pencemaran Laut dan hilangnya potensi kelautan

• Bencana alam marak secara nasional

Dampak korupsi Terhadap Keamanan dan Keutuhan Negara

• Konflik Vertikal dan Horizontal

• Disintegrasi

• Kelemahan pertahanan

Dampak korupsi Terhadap Sosial Budaya

• Keretakan kehidupan rumah tangga

• Lahir Generaasi yang split personality

• Lahir Budaya keganasan

• Lahir Budaya Hedonisme

2.1.6. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

Prinsip-prinsip antikorupsi pada dasarnya merupakan langkah-langkah

antisipatif yang harus dilakukan agar laju pergerakan korupsi dapat dibendung

bahkan diberantas. Pada dasarnya prinsip-prinsip antikorupsi terkait dengan semua

aspek kegiatan public yang menuntut adanya integritas, objektivitas, kejujuran,

keterbukaan, tanggung gugat, dan meletakkan kepentingan public di atas kepentingan

individu.

Dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus ditegakkan untuk

mencegah terjadinya korupsi, yaitu prinsip akuntabilitas, transparansi, kewajaran

(fairness), dan adanya aturan main yang dapat membatasi ruang gerak korupsi serta

control terhadap aturan main tersebut.  

a. AKUNTABILITAS

Page 16: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Prinsip akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka mencegah terjadinya

korupsi. Prinsip ini pada dasarnya dimaksudkan agar segenap kebijakan dan langkah-

langkah yang dijalankan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan secara

sempurna. Oleh karena itu prinsip akuntabilitas sebagai prinsip pencegahan tindak

korupsi membutuhkan perangkat-perangkat pendukung, baik berupa perundang-

undangan (de jure) maupun dalam bentuk komitmen dan dukungan masyarakat (de

facto). Keberadaan undang-undang maupun peraturan secara otomatis mengharuskan

adanya akuntabilitas. Dalam hal keuangan Negara pemerintah memliki undang-

undang tentang pengelolaan anggaran Negara. Sesuai dengan penjelasan pasal 12 ayat

3 undang-undang tentang keuangan Negara, defisit anggaran dibatasi maksimal 3

persen dari produk domestik bruto (PDB) dan jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60

persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Dalam penyusunan APBD defisit juga

tidak boleh melebihi 3 persen dan utang tidak boleh melebihi 60 persen dari PBD.

Sebagai bentuk perwujudan prinsip akuntabilitas, undang-undang keuangan

Negara juga menyebutkan adanya kewajiban ganti rugi yang diberlakukan atas

mereka yang karena kelengahan atau kesengajaan telah merugikan Negara. Prinsip

akuntabilitas pada sisi lain juga mengharuskan agar setiap penganggaran biaya dapat

disusun sesuai target atau sasaran.

Agenda-agenda yang harus ditempuh untuk mewujudkan prinsip-prinsip

akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara meliputi dua aspek yaitu :

1.)    Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban. Mekanisme yang berjalan selama

ini adalah bahwa setiap pengelolaan anggaran Negara dibuat dalam beberapa rangkap

yang ditunjukkan kepada penanggungjawab proyek pada lembaga yang bersangkutan

dan yang menadai, yakni Direktorat Jendral Anggaran Departemen Keuangan, yang

kemudian ditembuskan kepada komponen-komponen atau lembaga yang melakukan

pengawasan.

Melalui prinsip akuntabilitas, maka mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban

tidak hanya diajukan kepada segelintir pihak seperti penanggung jawab proyek dan

Page 17: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

direktorat jendral anggaran departemen keuangan , melainkan kepada semua pihak

khususnya kepada lembaga-lembaga control seperti DPR yang membidanginya serta

kepada masyarakat. Disamping itu, prinsip akuntabilitas akan menekankan

pentingnya proses penganggaran keuangan yang lebih memfokuskan pada produk-

produk anggaran yang riil. Demikian juga dengan forum-forum untuk penentuan

anggaran dana pembanguna harus dilakukan dengan cara yang mudah sehingga

masyarakat memiliki akses untuk forum-forum tersebut jika forum-forum

penganggaran biaya pembangunan itu rumit atau terkesan rahasia maka akan menjadi

sasaran koru[tor untuk memainkan peran jahatnya dengan maksimal.

2.)    Berkenaan dengan upaya-upaya evaluasi. Selama ini evaluasi hanya terbatas sebagai

penilaian dan evaluasi terhadap kinerja administrasi dan proses pelaksanaan seperti

diuraikan sebelumnya dan tidak dilakukan. Evaluasi terhadap dampak dan manfaat

yang diberikan oleh setiap proyek kepada masyarakat, baik dampak langsung maupun

manfaat jangka panjang setelah beberapa tahun proyek itu dilaksanakan. Sector

evaluasi merupakan sector yang wajib di akuntabilitasi demi menjaga kredibilitas

keuangan yang telah dianggarkan. Ketiadaan evaluasi yang serius akan

mengakibatkan tradisi penganggaran keuangan yang buruk.

b. TRANSPARANSI

Transparansi merupakan prinsip yang menghartuskan semua proses kebijakan

dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh

public. Transparansi menjadi pintu masuk, sekaligus konrtol bagi seluruh proses

dinamika structural kelembagaan sluruh sector kehidupan public mensyatratkan

adanya transparasi, sehingga tidak terjadi distorsi dan penyelewengan yang

merugikan masyarakat. Dalam bentuk yang paling sederhana, keterikatan interaksi

antar dua individu atau lebih mengharuskan adanya keterbukaan. Keterbukaan dalam

konteks ini merupakan bagian dari kejujuran untuk saling menjunjung kepercayaan

(trust) yang terbina antar individu.

Page 18: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Dalam konteks pemberantasan korupsi yang melibatkan kekuasaan dan

keuangan, ada sektorsektor yang mengharuskan keterlibatan masyarakat agar tidak

terjebak dalam lingkartan setan korupsi yang begitu akut dan menyengsarakan

rakyat. Sektorsektor yang harus melibatkan masyarakat adalah sebagai berikut:

Pertama, proses penganggaran yang bersifat dari bawah ke atas (bottom up),

mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian

(evaluasi) terhadap kinerja anggaran, hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan

masyrakatr melakukan control terhadap pengelolaan anggaran.

Kedua, proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan dan anggaran.

Hal ini terkait pula dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan

(anggartan pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja) pada semua

tingkatan yang tidak cukup hanya melibatkan pihak-pihak tertentu.

Ketiga, proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang

beraturan dengan strategi penggalangan dana pembangunan dlam penetapan retribusi,

pajak serta aturan-aturan lain yang berkaitan dengan penganggaran pemerintah.

Keempat, proses pembahasan tentang tata cara dan mekanisme pengelolaan

proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan financial

pertanggung jawaban secara teknis dari proyek yang dikerjakan oleh pimpinan

proyek atau kontraktor. Proses pengawasan dalam pelaksanam program dan proyek

pembangunan yang berkaitan dengan kepentinagn public atau pemenuhan kebutuhan

masyarakat dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh

masyarakat sendiri.

Kelima, proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan

secara terbuka dan bukan hanya pertanggung jawaban secara administratif. Evaluasi

harus dilakukan sebagai pertanggung jawaban secara teknis dan fisik dari seriap out

put kerja-kerja pembangunan.

Page 19: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Untuk memperjelas gambaran peran serta masyarakat dalam proses

transparansi kebijakan pembangunan, khusunya yang bersentuhan dengan anggaran

tersebut, maka dapat di gambarkan sebagai berikut:

Dengan demikian, secara teknis yang dapat dikembangkan dalam system

penganggaran hingga proses pelaksanaanya adalah adanya transparansi dan

keterbukaan kepada public. Salah contoh konkret yang lain adalah dalam hal tender

pelaksanaan proyek, tender ini harus dilakukan secara transparan, lelenag terbuka

berdasarkan komitmen bersama antara semua komponen (stakebolder) terkait dengan

proyek yang akn dikerjakan. demikian pula dalam hal pengawasan dan control,

masyarakat harus mendapat legitimasi dan secara yuridis mendapatkan pengakuan

dari pemerintah. Faktor lain adalah persyaratan jangka waktu teknis dari suatau

proyek. Kebanyakan penyimpangan terjadi karena tidak ada ketegasan atau penetapan

syarat jangka waktu teknis atau proyek proyek fisik). Sehubungan dengan ini, maka

seharusnya bukan hanya aspek ketepatan waktu penyelesain proyek yang ditetapkan

bagi setiap kontraktor, dimana pekerjaan dianggap selesai setelah serah terima hasil

(out put) pekerjaan. Akan tetapi harus ada pertanggung jawaban waktu teknis dari

setiap output pekerjaan. Misalnya, pertanggung jawaban terhadap kualitas pekerjaan

yang telah diselesaikan (ada garansi hasil pekerjaan dari kontraktor sebagi jaminan

atas kualitas pekerjaan yang diselesaiakan), khususnya untuk proyek-proyek fisik.

Kurangya transparansi dalam pengelolaan keuangan Negara ini dapat dilihat

dari tidak tertatanya adminidtrasi keuangan Negara dengan baik. Hal ini misalnya

bias dilihat dari aliran dana tertentu (non budgeter) yang ada dibeberapa departemen.

Dana-dana tersebut biasanya hanya diketahui segelintir orang. Tentu saja semua itu

merupakan makanan empuk bagi para pejabat bermental korup. Ketidaktahuan

masyarakat akan dana-dana tersebut memberikan keleluasaan bagi oknum aparat

untuk menikmatinya sesuka hati. Jika saja dana-dana non-bujeter tersebut - yang

tentu saja bisa berasal dari APBN – maka bias dipastikan betapa besar kerugian

Negara yang harus ditanggung oleh karenanya, masyarakat harus memiliki akses

Page 20: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

terhadap pengelolaan keuangan Negara, sehingga ketidaktahuan rakyat akan dana-

dana tersebut tidak terulang kembali.

Transparansi pengelolaan keuangan negara sangat mendesak untuk dilakukan

semua itu penting agar lembaga-lembaga control sepeti DPR maupun lembaga

control dari lsm mendapatkan kemudahan untuk mengetahui segenap dana-dan yang

tidak terdeteksi atau tidak diketahui umum. Oleh karenanya, salah satu bentuk umum

dari metode transparansi keuanagn Negara ini adalah diharuskannya pemisahan

fungsi kepengurusan pembukuan (book keeping). Rentang kendali seperti ini

diharapkan tidak menimbulkan rendahnya control (pengendalian intern), sehingga

dapat menimbulkan in-efisiensi dan ketidakefektifan pengelolaan keuangan Negara.

Proses transparansi di masing-masing Negara berbeda-beda. Di hongkong

misalnya, badan yang bertugas mengatasi korupsi diberi wewenang untuk

mempelajari dan menelah tata kerja di instansi atau kantor tersebut. Dari teknis

tersebut kemudian di buat rekomendasi kepada instansi atua kantor yang

bersangkutan tentang bagaimana tata cara kerja yang seharusnya di lakukan supaya

tidak terjadi korupsi, atau setidaknya memperkecil kemungkinan tewrjadinya

korupsin dengan tata cara yangb di rekomendasikan tersebut. Langakah ini member

inisiatif kepad lembaga pengontrol untuk tidak hanya menilai kinerja sebuah lembaga

melalui laporan kegiatan dan evaluasi semata. Lembaga komntrol ini secara aktif

mengamati secara langsung mekanisme kerja masinh-masing lembaga, sehingga

mereka mengetahui proses terjadinya korupsi sekaligus mengambil langkah-langkah

penyelesainnya.

c. FAIRNESS

Fairness merupakan salah satu prinsip antikorupsi yang mengedepankan

kepatuhan atau Kewajaran. Prinsip fairness saesungguhnya lebih ditujukan untuk

mencegah terjadinya manipulasi dalam penganggaran proyek pembangunan, baik

dalam bentuk merk up maupun ketidakwajaran kekuasaan lainnya. Jika mempelajari

definisi korupsi sebelumnya, maka dalam korupsi itu sendiri terdapat unsur-unsur

Page 21: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

manipuilasi yang penyimpangan baik dalam bentuk anggaran, kebijakan, dan

sebagainya.

Berdasarkan kondisi tersebut maka, maka para perumus kebijakan pembangunan

menekankan pentingnya prinsip fairness dalam proses penganggaran hingga

pelaksanaanya. Prinsip ini merupakan bagian dari tegaknya Good Coorperate

Governance (GCG). Munculnya wacana GCG yang salah satunya berprinsipkan

fairness (kewajaran) ini dilatarbelakangi oleh terjadinya skandal keuangan secara

beruntun yang menerpa perusahaan-perusahaan besar di AS, seperti enron, Qwest

Communications, Global crossing, Tyco dan Worldcom. Skandal keuangan tersebut

di lakukan oleh para penjahat kelas elit, di mana tindakan mereka ini sering di seburt

sebagai kejahatan kerah putih (White collar crime).

Hyzell croal dalam bukunya White collar crime (kejahatan kerah putih)

merumuskan kejahatan kerah putih atau koruptor sebagai kejahatn ornag-orang yang

menyukai cara-cara licik. Menipu ,dan jauh dari sifat-sifat fairness. Croall berkata:

“white collar crime is defined as the abuse of legimate occupational rol which is

regulated by law. Selanjutnya dikatakanya pula the tirm white collar crime with fraud

embexxl ment and other offences associated bigh status employess. Apa yang menjadi

makna pernyataan croall tersebut adalah bahwa kejahatn yang sellu menggorogoti

aset perusahaan dalam jumlah besar ini, umumnya di lakukan dengan cara menipu,

menggelapkan, dan cara-cara licik lainnya. Mereka adalah orang-orang yang tidak

jujur (unfair) dan tidak menyukai kejujuran (dislike to fairness).

Untuk menghindari pelanggaran terhadap prinsip fairness, khususnya dalam

proses penganggaran, di perlukan beberapa lanhkah sebagai berikut:

Pertama, komprehensif dan disiplin yang berarti mempertimbangkan

keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran,

dan tidak melampaui batas (off budget). Asas ini di maksudkan agar anggaran bias di

manffatkan secara sewajarnya.

Page 22: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Kedua,fleksibilitas yaitu adanya diskresi tertentu dalam konteks efisiensi dan

efektibilitas (prinsip tak tersangka, perubahan, pergeseran, dan dio sentralisasi

manajemen).

Ketiga, terprediksi, yaitu ketetapan perencanaan atasa dasar asas value vor

money dan menghindari defisit dalam trahun anggaran berjalan. Anggaran yang

terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses

pembangunan. Sudah menjadi kewajaran manakala anggaran pembangunan ini sebisa

mungkin menghindari deficit. Pada waktu-waktu lalu, terjadinya deficit sering di

akibatkan oleh tingkah polah koruptor yang sengaja mengeruk-ngeruk anggaran

pembangunan yang sudah pasti. Akibatnya pemerintah harus membayar kerugian-

kerugian defisat tersebut. Keempat, kejujuran, yaitu adanya bias perkiraan

penerimaan maupun pengeluaraan yang di sengaja, yang berasal dari pertimbangan

teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness.

Dengan kejujuran, maka segala hal yang bersangkuran dengan pembangunan, baik

mulai dari proses penganggaran hingga pelaksanaanya harus sesuai dengan apa yang

di tetapkan. Tidak lagi terjadi nantinya bahwa ap yang menjadi kenyataan di lapangan

berbeda dengan apa yang telah di rumuskan. Semuanya harus wajar, harus jujur, dan

berjalan dengan seperti apa yang di rencanakan dan di tetapkan.

Kelima, informative, yakni perlu system informasi pelaporan yang teratur dan

informative sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengembalian

keputusan. Sifat informatif merupakan cirri khas dari kejujuran. Pemerintah yang

informatif dan membantu kerja-kerja lembaga control seperti DPR, LSM maupun

masyarakat secara langsung, berarti merupakan pemerintah yang telah bersikap wajar

dan jujur dan tidak menutup-nutupi apa yang memang harus di sampaikan.

Prinsip fairness akan teraktualisasi secara signifikan apabila didukung oleh

prinsip meritokrasi, yaitu sebuah system yang menekankan pada kualitas,

kompetensi, dan prestasi seseorang selama ini, prinsip meritokrasi terabaikan oleh

adanya ikatan-ikatan primordial yang di dukung oleh kekuasaan yang birokratis-

Page 23: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

sentralistik, sehingga memancing timbulnya tindakan-tindakan yang menyimpang

dari prinsip-prinsip kewajaran

Dengan demikian, prinsip fairness bertujuan mencegah menjalarnya

praktekpraktek ketidakwajaran, baik berupa penipuan maupun penyimpangan dalam

segala level kehidupan. di samping itu, fairness dapat menggiring setiap proses

pembangunan khususnya yang berkaitan dengan penganggaran berjalan secara wajar,

jujur, dan sesuai dengan prosedur yang telah di sepakati bersama pemerintah dan

rakyat.

2.1.7. Kebijakan Antikorupsi

Kebijakan merupakan sebuah usaha mengatur tata interaksi dalam ranah

sosial. Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa yang mengancam tata kehidupan

berbangsa telah memaksa setiap Negara membuat undang-undang untuk

mencegahnya. Beberapa Negara membuat aturan main anti korupsi yang

mempersempit ruang gerak perilaku korupsi. Kebijakan tersebut tidak selalu identik

dengan undang-undang anti korupsi, namu bias berupa undang-undang kebebasan

mengakses informasi, undang-undang di sentralisasi, undang-undang anti monopoli,

mauoun yang lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus

mengontrol kinerja dan penggunaan anggaran Negara oleh para pejabat Negara.

Signifikan kebijakan anti korupsi terletak padsa asumsi bahwa hokum atau

penegakan hokum di yakini sebagai cara efektif untuk mengendalikan naluri berbuat

korupsi. Korupsi bagian dari nilai-nilai yang ada dalam diri seseorang dapat di

kendalikan dan di control oleh peraturan atau undang-undang langkah ini merupakan

subsistem dari keseluruhan sistem kehidupan sebuah Negara yang merangkul

sekaligus menat beragam kepentigan, demi terciptanya sebuah kenegaraan yang

harmonis.

Kebijakan antikorupsi dapat di lihat dalam beberapa perspektif:

Page 24: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Pertama,isi kebijakan. Komponen penting dari sebuah kebijakan adalah

konten atau isi dari kebijakan tersebut. Dengan kata lain, kebijakan anti-korupsi

menjadi efektif apabila di dalamnya terkandung unsure-unsur yang terkait dengan

persoalan korupsi sebagai focus dari kegiatanm tersebut. Paling tidak, di dalamnya

terkandung unsure-unsur yang secara teoretis dapat menjawab persoalan yang hendak

di atur dalam kebijakan antikorupsi.

Kedua, pembuat kebijakan. Kebijakan antikorupsi tidak bias dilepaskan dari

para pembuat kebijakan. Paling tidak, isi dari kebijakan merupakan cermin dari

kualitas dan integritas pembuatnya. Sekaligus akan menentukan kualitas isi kebijakan

tersebut. Apabila pembuat kebijakan antikorupsi adalah mereka yang tidak

memahami duduk masalah korupsi atau justru mereka menjadi bagian dari carut

marut perilaku koruptif, maka alih-alih dapat menjadi control dan memberikan jalan

dari tindakn korupsi, justru tindakan tersebut bias menjadi bumerang bagi

pemberantasan korupsi.

Ketiga, penegakan kebijakan. Kebijakan yang telah di buat dapat berfungsi

apabila di dukung oleh actor-aktor penegak kebiajakn itu sendiri. Penegak kebijakan

dalm struktur kenegaraan modern terdiri dari kepolisian, pengadilan, pengacara, dan

lembaga pemasyarakatan. Apabila penegak kebijakan tidak memiliki komitmen untuk

meletakkanya sebagai aturan yang mengikat bagi semua, termasuk bagi dirinya, maka

sebuah kebijakan hanya akan menjadi instrumen kekuasaan yang justru melahirkan

kesenjangan, Ketidakadilan, dan bentuk penyimpangan lainya.

Keempat, kultue kebijakan (hokum). Eksitensi sebuah kebijakan terkait

dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap

hokum undang-undang anti korupsi. Lebih jauh kultur kebijakan ini akan menentukan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

Keempat hal tersebut akan menentukan efektifitas pelaksanaan dan fungsi

sebuah kebijakan. Dalam konteks kebijakan antikorupsi, maka keempat komponen

Page 25: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

tersebut akan berpengaruh terhadap efektifitas pemberantasan korupsi melalui

kebijakan yang ada.

Namun, sebagai produk politik, sebuah kebijakan seringkali tidak berfungsi

secara maksimal baik karena adanya intervensi kekuasaan maupun karena tidak di

potong oleh sistem maupun budaya masyarakat. Akibatnya, langkah pemberantasan

korupsi yang seharusnya bias efektif melalui peraturan tidak berjalan secara normal.

hal ini bias di lihat dari sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia yang belum

mampu menghasilkan kerja maksimal di bandingkan dengan keberadaan undang-

undang atau peraturan antikorupsi yang sudah ada sejak lama. Bahkan sebagai

Negara asia yang memiliki undang-undang antikorupsi, Indonesia jusdtru berada di

tingkat yang sangat rendah dalam peringkat Negara-negara yang bebas dari korupsi.

2.1.8. Control Kebijakan

Tradisi pembangunan yang di anut selama ini lebih bersifat sentralistik.

Menurut David Korten lebih dari tiga dasawarsa, pembangunan di ansumsikan dari

pemerintah dan untuk pemerintah sendiri. Ini berarti bahwa fungsi, peran, dan

kewenangan pemerintah teramat dominan hingga terkesan bahwa proses kenegaraan

hanya menjadi tugas pemerintah dan sama sekali tidak perlu melibatkan rakyat.

Seolah-olah, pemerintah dan sama sekali tidak perlu melibatkan rakyat. Seolah-olah,

pemerintah paling mengetahui seluk beluk kehidupan masyarakat di negaranya. Itulah

sebabnya, di tengah arus demokratisasi, paradigma tersebut harus di rekonstruksi

sehingga tumbuh tradisi baru berupa control kebijakan.

Tradisi control kebijakan ini memeiliki perbedaan di berbagai Negara di

dunia. Negara dengan basis sistem politik dan sistem pengawasan kebijakan yang

lemah semisal di Negara-negara berkembang, lebih rentan bagi tumbuh suburnya

korupsi dari pada di Negara- Negara modern yang memiliki sistem politik serta

control yang relatif kuat. Control sosial dan control lembaga pada Negara-negara

berkembang dan terbelakang relatif masih lemah, sehingga tidak mempu

Page 26: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

membendung perilaku aparat pemerintah dalam melakukan tindakan penyimpoangan

dan penyelewengan.

Kenyataan tersebut menunjukkan adanya peran pemerintyah yang begitu kuat

(exevutive beavy), sehingga memaksa semua pihak berada dalam kendalanya tanpa

reserve. Masalah ini m,enjadi semakin kompleks ketika persoalan mentalitas di

kalangan aparat pemerintah lebih menonjolkan kepentinganya masing-masing.

Konsekuensinya, pembangunan tidak hanya menjadi kaku dalam pelaksanaanya,

tetapi sering memihak pada kelompok ekonomi dan sosial yang kuat. Memihak pada

kelompok yang kuat akan lebih menjanjikan imbalan materi bagi aparat pelaksana

proyek dari pada memihak pada kelompok yang lemah.

Dari perspektif di atas, hubungan kolusi antara penguasa dan pengusaha

acapkali terjadi dalam bingkai terlalu dominannya kekuasaan yang tidak di imbangi

oleh pengawasan dan control kebijakan. Tidak adanya pengawasan dan kebijakan

terhadap pemerintah menyebabkan pemerintah sering kali mengambil kebijakan yang

hanya menguntungkan segelintir orang dan merugikan banyak orang. Control

kebijakan merupakan salah satu cara yang jitu untuk memberantas atau minimal

mengurangi tindakn korupsi yang merajalela.

Terbentuknya lembaga atau forum-forum yang peduli terhadap masalah-

masalah penganggaran merupakan embrio bagi tumbuh dan berkembangya gerakan

rakyat untuk melakukan control dan pengawasan kepada pemerintah. Pada saat

kesadaran masyarakat yang kian bangkit itu, maka langkah-langkah yang dan

konkret dari setiap lembaga di harapkan mengembalikan tiga strategi pokok yang

saling terkait yaitu: analisis kebijakan, advokasi, dan pemberdayaan komunitas local.

Semuanya mengarah pada upaya menciptakn proses-proses penganggaran yang

transparan untuk kepentingan masyarakat local dan daerah.

Paling tidak terdapat tiga model control terhadap kebijakan pemerintah, yaitu

oposisi, penyempurnaan, dan perubahan terhadap pemerintah. Penggunaan tioga

model control tersebut tergantung pada bentuik rumusan dan pelaksanaan kebijakan

Page 27: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

pemerintah serta pilihan politik yang hendak di bangun. Namun, substansi dari ketiga

model itu adalah keterlibatan masyarakat dalam mengontrol kebijakan Negara.

Dengan mengacu kepada prinsip-prinsip penganggaran dan pengelolaan keuangan

Negara, yakni tertib waktu dan administrasi, taat perundang-undangan, transparan,

akuntabilitas, alokasi dan distribusi, stabilitas dan kepatuhan seta keadilan, maka

keterlibatan rakyat menjadi sangat strategis. Keterlibatan rakyat dalam proses

penganggaran tidak hanya pada tahap perencanaan atau program hingga proyek,

tetapi juga pada saat pembahasan dan pengalokasian anggaran. Lebih jauh lagi rakyat

juga harus terlibat ketika anggaran itu di kelola di lapangan, pada saat di turunkan

dalam bentuk proyek baik kegiatan yang berbentuk fisik maupun non-fisik. Peran dan

keterlibatan rakyat dalam melakukan pengawasan dan control pada saat implementasi

sangat penting untuk menghindari adanya penyelewengan dan penyimpangan

anggaran. Termasuk pula dalam hal evaluasi dan penelitian kinerja anggaran, rakyat

atau masyarakat tetap harus ikut bertanggung jawab untuk melakukannya sebagai

bahan dalam menyusun rencana kegiatan atau program selanjutnya.

Secara lebih focus, yang menjadi sasaran pengawasan dan control public

dalam proses pengewloolaan anggaran Negara adalah: pertama, berkaitan dengan

konsistensi dalam perencanaan program atau kegiatan. Dan kedua, berkaitan denghan

pelaksanaan penganggaran itu sendiri.

Melalui focus atau sasaran pertama, program program kegiatan atau proyek

yang di tetapkan DPR/DPRD bersama dengan pemerintah (presiden, gubernur, dan

bupati) harus sesuai denghan yang di usulkan oleh rakyat dan sesuai puila dengan

kegiatan proyek/program yang telah disosialisasikan kepada rakyat.

Sementara melalui focus dan sasaran yang kedua, dimaksudkan agar

masyarakat secara intensif melakukan control dan pengawasan terhadap sector-sektro

yang meliputi:

1.      Sumber-sumber pendapatan Negara yang utama seperti pajak dan retribusi,

penjualan migas dan sumber-sumber lain yang di kelolah oleh pemerintah.

Page 28: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

2.      Tata cara penarikan dana dari berbagai sumber anggaran Negara seperti proses

penepatan pajak retribusi dan penetapannya, dana perimbangan (pusat dan daerah),

penetapan pinjaman luar negeri dan pengolalanya dalam penganggaran.

3.      Memonitor lapangan pertanggung jawaban pelaksanaan proyak yang di sampaikan

oleh kontraktor atau pemimpin proyek, baik secara administrasi maupun kualitas

pekerjaan secara fisik.

4.    Limit waktu dalam penyelesaian proyek tidak hanya dibatasi pada aspek ketepatan

dalam penyelesaiaan proyek dimana proyek dianggap selesai setelah serah terima

hasil (out put) pekerjaan, tetapi harus ada pertanggung jawaban teknis terhadap

kualitas setiap pekerjaan yang telah dikerjakan , terutama proyek-proyek fisik.Dengan

demikian, control terhadap kebijakan mulai proses pembuatan sampai pelaksanaan

dan dampat yang di hasilkan dapat dievaluasi dan terus di sempurnakan. Lebih dari

itu, seluruh rangkaian kebiojakan tersebut dapat menutup peluang bagi berseminya

korupsi.

2.1.9. Upaya Yang Dapat Ditempuh Dalam Pemberantasan Korupsi

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi

di Indone-sia, antara lain sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan (preventif).

b. Upaya penindakan (kuratif).

c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.

d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Upaya Pencegahan (Preventif)

Page 29: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan

pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan

agama.

b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki

tang-gung jawab yang tinggi.

d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan

masa tua.

e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab

etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan

mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2.10.2 Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar

dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum

pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov

Rusia milik Pemda NAD (2004).

b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga

melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI

Jakarta (2004).

d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan

keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).

Page 30: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement

deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).

f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).

g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

i. Menetapkan SEOrang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam

kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar

Rp 15,9 miliar (2004).

j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol

sosial terkait dengan kepentingan publik.

b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa

hingga ke tingkat pusat/nasional.

d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan

peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif

dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang

meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia

dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk

memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat

melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-

Page 31: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-Soeharto

yg bebas korupsi.

b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan

memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba

se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju

organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah

Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks

Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai

kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam.

Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara

terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan,

Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari

Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &

Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

Page 32: MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Daftar Pustaka

Membaca Akhiar Salmi, Paper 2006, "Memahami UU tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi", MPKP FE, UI

Drehel, Axel and Christos Kotsogiannis, Corruption Around the World: Evidence

from a Structural Mode. 2004

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta :

GhaliaIndonesia

Lembaga Administrasi Negara, SANKRI ( Sistem Administrasi Negara Kesatuan

Republik Indonesia), prinsip-prinsip Penyenggarraan Negara, Jakarta, 2003.

Pope, Jeremy, Strategi Memberantas Korupsi, Elemen Sistem Integritas

Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003.

TAP MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan NegaraYang

Bersih dan Bebas KKN.

Page 33: MAKALAH KEWARGANEGARAAN