Upload
farah-amalia
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Kewarganegaraan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jas merah (jangan sekali sekali melupakan sejarah), demikian Bung Karno Sang
Proklamator pernah berkata. Sejarah kejayaan Sriwijaya, Majapahit dan Singasari serta
mahakarya Borobudur dan Prambanan, menjadi bukti bahwa bangsa ini pernah berhasil
membangun tatanan ekonomi yang mensejahterakan, melewati batas lautan untuk
menjadi bagian dari percaturan dunia. Sementara itu Bung Karno ketika mengenalkan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, menyatakan bahwa butir butir
Pancasila adalah kristalisasi dari budaya atau nilai nilai yang telah berlaku pada
berbagai suku bangsa di tanah air. Bung Karno meyakini bahwa butir butir Pancasila
adalah fondasi bagi kejayaan Sriwijaya, Majapahit, Singasari dan Mataram Kuno.
Bagi bangsa Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, kenyataan
sejarah adalah kehendak Tuhan. Begitu pula Proklamasi, Pancasila dan UUD 1945
adalah kenyataan sejarah yang merupakan pertanda zaman bagi bangsa Indonesia yang
menunjukkan bahwa nasib bangsa Indonesia akan berubah dan berbalik dari sengsara
akibat imperalisme dan feodalisme menjadi bahagia berdasar cita-cita luhurnya.
Proklamasi Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945 adalah merupakan titik balik
sejarah, dari status terjajah dan terhinakan berbalik menjadi status merdeka dan
termuliakan. Hanya perlu diingat bahwa proses pembalikan status tersebut bukan terjadi
dengan sendirinya, melainkan harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan kerja
keras. Pernyataan “kemerdekaan” nya dalam kalimat alinea pertama Proklamasi
mempunyai makna hakiki yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila baik sebagai
pandangan hidup, sebagai filsafat, sebagai dasar negara, sebagai ideologi maupun
sebagai suatu sistem kehidupan umat manusia. Pernyataan pemindahan “kekuasaan“
dalam kalimat alinea kedua Proklamasi mempunyai makna pengalihan, pemberian dan
pembagian kekuasaan yang diatur dalam UUD 1945 antara negara dan rakyat sebagai
pemegang kedaulatan ( pasal 1 ayat (2) ). Pembagian kekuasaan antara negara dan
rakyat yang diatur dalam pasal-pasal dan ayat-ayat dari UUD 1945 menunjukkan bahwa
masing-masing memperoleh kekuasaan sebesar 70 %. Dalam gambar grafis superposisi
dari kedua kekuasaan menghasilkan tiga bentuk pengelolaan kekuasaan, yaitu 30 %
1
murni pengelolaan kekuasaan negara, 30 % murni pnegelolaan kekuasaan rakyat (atau
hak hidup rakyat), dan 40 % pengelolaan bersama (sharing dari negara dan rakyat)
dalam bentuk koperasi.
Dalam aspek ekonomi pengelolaan bersama merupakan pengelolaan koperasi
berskala nasional yang modalnya dihimpun bersama antara rakyat dan negara.
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang pun telah mulai berkenalan
dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian era Orde baru yang menjadikan
paradigma pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi panglima. Krisis
devaluasi rupiah yang lantas menjelma menjadi krisis moneter sepanjang 1997-1998
telah membutakan mata bahwa pondasi perekomomian Indonesia yang dibangun atas
dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh.
Namun, di era reformasi ini, kesadaran demikian tidak malah membangkitkan
semangat di kalangan pemerintahan untuk mencari alternatif sistem perekonomian yang
manusiawi dan berkeadilan sosial, justru sebaliknya, saat ini Indonesia mengalami
berbagai dentumen arus neoliberalisme yang terwujud dalam trio deregulasi, privatilasi,
dan liberalisasi perdagangan.
Di sisi lain, muncul perkembangan menarik dengan wacana Sistem Ekonomi
Pancasila yang merupakan sistem ekonmi yang berlandasan dan dijiwai spirit nilai-nilai
Pancasila, yang bisa dilacak dari ide-ide Bung Hatta, salah seorang proklamator RI.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, permasalahan yang muncul sebagai acuan adalah:
1. Bagaimana implementasi Ekonomi Pancasila saat ini?
2. Bagaimana pengembangan koperasi di Indonesia?
3. Bagaimana implementasi Ekonomi Pancasila melalui pengembangan koperasi di
Indonesia?
1.3 Tujuan
Perumusan masalah di atas menghasilkan tujuan yang akan dicapai dalam
penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami implementasi Ekonomi Pancasila saat ini.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengembangan koperasi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui implementasi Ekonomi Pancasila melalui pengembangan koperasi
di Indonesia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Ekonomi Pancasila
Sistem Ekonomi Pancasila sebagaimana dikemukakan oleh Mubyarto, yaitu
system ekonomi yang khas (berjati diri) Indonesia yang digalo dan dikembangkan
berdasarkan kehidupan ekonomi riil (real-life economy) rakyat Indonesia. Ekonomi
Pancasila berpijak pada kombinasi antara gagasan-gagasan normative dan fakta-fakta
empiric yang telah dirumuskan oleh bangsa Indonesia dalam wujud sila-sila dalam
Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan pasal-pasal (ekonomi) UUD 1945, yaitu pasal
27, 33, dan 34.
Berdasarkan definisi yang diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa system
ekonomi Pancasila adalah system ekonomi yang mengacu pada sila-sila dalam Pancasila
yang terwujud dalam lima landasan ekonomi, yaitu ekonomi moralistic(ber-Ketuhanan),
ekonomi kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi (ekonomi
kerakyatan), dan diarahkan untuk mencapai keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Selanjutnya, Boediono dalam bukunya Ekonomi Pancasila yang mengkaji
masalah pengendalian makro dalam ekonomi Pancasila. Pokok permasalahan yang
dibahasi adalah bagaimana corak dari cara-cara pengendaliannya. Permasalahan makro
di sini dibatasi permasalahan makro jangka pendek, yaitu inflasi, pengangguran, dan
ketimpangan neraca pembayaran.
Boediono memulai dengan menonjolkan lima ciri dari perekonomian Pancasila
yang memiliki kaitan langsung dengan masalah ekonomi makro beserta cara
pengendaliannya, kelima ciri khas tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Peranan dominan dari koperasi, bersama dengan perusahaan-perusahaan Negara
dan perusahaan swasta.
b. Memandang manusia secara utuh. “..manusia bukan ‘economic man’ tetapi juga
‘social and religious man’ dan sifat manusia yang terakhir ini bisa dilambangkan
setaraf dengan sifat yang pertama sebagai motor penggerak kegiatan duniawi
(ekonomi).
3
c. Adanya “kehendak social yang kuat ke arah egalitarianism atau kemerataan
social.”
d. Diberikannya prioritas utama pada terciptanya suatu “perekonomian nasional”
yang tangguh. Konsep “perekonomian nasional” ditafsirkan sebagai pemupukan
ketahanan nasional dan pemberian prioritas utama pada kepentingan nasional
untuk mencapai suatu perekonomian yang mandiri, tangguh, dan terhormat di
arena internasional dan yang didasarkan atas solidaritas dan harmoni dalam
negeri.
e. “Pengendalian pada system desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi
perkembangan ekonomi dicerminkan dalam cita-cita koperasi”.
2.2 Pengertian Koperasi
Istilah koperasi berasal dari bahasa asing co-operation. (Co = bersama, operation
= usaha), koperasi berarti usaha bersama, misalnya Koperasi Unit Desa (KUD) artinya
usaha bersama masyarakat di satu wilayah desa, Koperasi Karyawan artinya usaha
bersama para karyawan.
Menurut Undang-undang Nomor 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok
perkoperasian,”Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”(pasal 3 UU
No.12/1967).
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang
perkoperasian menyatakan bahwa koperasi adalah “badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan”.
Koperasi merupakan kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Koperasi harus
betul-betul mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan semata-mata dan bukan
kepada kebendaan. Kerjasama dalam koperasi didasarkan pada rasa persamaan derajat,
dan kesadaran para anggotanya. Koperasi merupakan wadah demokrasi ekonomi dan
sosial. Koperasi adalah milik bersama para anggota, pengurus maupun pengelola. Usaha
4
tersebut diatur sesuai dengan keinginan para anggota melalui musyawarah rapat
anggota.
Koperasi sebagai badan usaha dapat melakukan kegiatan usahanya sendiri dan
dapat juga kerja sama dengan badan usaha lain, seperti perusahaan swasta maupun
perusahaan negara. Perbedaan antara koperasi dan badan usaha lain, dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Dilihat dari segi organisasi
Koperasi adalah organisasi yang mempunyai kepentingan yang sama bagi para
anggotanya. Dalam melaksanakan usahanya, kekuatan tertinggi pada koperasi terletak
di tangan anggota, sedangkan dalam badan usaha bukan koperasi, anggotanya terbatas
kepada orang yang memiliki modal, dan dalam melaksanakan kegiatannya kekuasaan
tertinggi berada pada pemilik modal usaha.
b. Dilihat dari segi tujuan usaha
Koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bagi para anggotanya dengan melayani
anggota seadil-adilnya, sedangkan badan usaha bukan koperasi pada umumnya
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
c. Dilihat dari segi sikap hubungan usaha
Koperasi senantiasa mengadakan koordinasi atau kerja sama antara koperasi satu dan
koperasi lainnya, sedangkan badan usaha bukan koperasi sering bersaing.
d. Dilihat dari segi pengelolahan usaha
Pengelolahan usaha koperasi dilakukan secara terbuka, sedangkan badan usaha bukan
koperasi pengelolahan usahanya dilakukan secara tertutup.
Koperasi di Indonesia pada dasarnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Koperasi adalah kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Artinya, koperasi
mengabdi dan menyejahterakan anggotanya.
2. Semua kegiatan di dalam koperasi dilaksanakan dengan bekerja sama dan
bergotong royong berdasarkan persamaan derajat, hak, dan kewajiban anggotanya
yang berarti koperasi merupakan wadah ekonomi dan sosial.
3. Segala kegiatan di dalam koperasi didasarkan pada kesadaran para anggota, bukan
atas dasar ancaman, intimidasi, atau campur tangan pihak-pihak lain yang tidak
ada sangkut pautnya dengan koperasi.
4. Tujuan ideal koperasi adalah untuk kepentingan bersama para anggotanya.
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Impementasi Ekonomi Pancasila
Mengenai sistem perekonomian Indonesia saat ini, melihat kenyataan seperti
banyaknya pengangguran, kaum pemodal semakin berkuasa, yang miskin semakin
miskin, eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, kesenjangan social, dan
seterusnya. Bila ditelisik, ternyata sistem perekonomi Indonesia hamper mirip dengan
sistem perekonomian kapitalis. Di Indonesia dapat dihitung dengan jari, para
konglomerat yang menguasai perekonomian. Hanya segelintir orang yang menguasai
perekonomin di Indonesia. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuansi kita menganut
ekonomi kapitalis, walaupun pemerintah tidak secara gamblang menyatakannya. Namun
pada prakteknya, sistem ekonomi liberal atau kapitalis inilah yang sebenarnya
dijalankan di Indonesia. Maka berangkat dari kenyataan itu, sudah saatnya ekonom-
ekonom kita mencoba merajut ulang sistem ekonomi yang akan dijalankan di Indonesia
ke depan, agar rakyat Indonesia ditempatkan sebagai rakyat yang berhak merasakan
kesejahteraan dengan nyata. Saatnya kita untuk menganut sistem ekonomi mandiri yang
berkeadilan sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia, tidak menerapkan secara
mentah-mentah dan membabi buta sistem ekonomi yang berasal dari negara asing yang
jelas-jelas telah menyengsarakan rakyat Indonesia.
Meskipun dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem
perekonomian yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah
dicengkrami sistem ekonomi komando di era Orde Lama yang bercorak sosialisme,
berikutnya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pasar yang bercorak
kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme pun semakin menguat seiring
derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen kapitalisme global
seperti World Bank dan IMF setelah Indonesia mengalami krisis moneter.
Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi penelikungan sitem ekonomi
nasional sehingga Pancasila sebagai dasar Negara belum sepenuhnya menjiwai sistem
perekonomian Negara ini, baik oleh faktor eksternal yang dimotori oleh World Bank
dan IMF maupun oleh faktor internal yang bersifat neoliberal dan kalangan intelektual
ekonomi dengan pemikiran-pemikirannya.
6
Dalam prakteknya, menurut Mubyanto (Kepala PUSTEK UGM), fakultas
ekonomi sebagai gedung pemikiran ilmu ekonomi telah menyumbsng 3 dosa dalam
pengajarannya yang berperan memperparah marginalisasi Ekonomi Pancasila, yaitu :
1. Bersiat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonomi kalsik Adam Smith. Konsep
Smith tentang Manusia Sosial (homococius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan,
sedangkan ajaran berikutnya pada tahun 1776 (manusia sebagai homoeconomicus)
dipuja puji secara membabi buta.
2. Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik di ajarkan secara penuh,
sedangkan metode analis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan
Alfred Marshall dan gustave Schmoler, dua tokoh ekonomi neoklasik, untuk memakai
dua metode secara serentak laksana dua kaki.
3. Ilmu ekonomi menjadi spesialistis dan lebih iarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi
matematika. Menurut Kenneth Boulding dalam Economic as A Sciense. Ilmu ekonomi
dapat dikembangkan menjadi salah satu atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut
: (a) ekonomi sebagai ilmu sosial (social science); (b) ekonomi sebagai ilmu ekologi
(ecological science); (c) ekonomi sebagai ilmu prilaku (behavioral science); (b)
ekonomi sebagai ilmu politik (political science); dan (f) ekonomi sebagai ilmu moral
(moral science).
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-
bukan, bukan kapitalisme juga sosialime, menawarkan garapan berupa sistem
perekonomian alternative yang bersifat komprehensif integral bagi jutaan masyarakat
Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaksud dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945.
Sejak repormasi, terutama sejak SI-MPR 1998, menjadi populer istilah Ekonomi
Kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang harus diterapkan di Indonesia, yaitu sistem
ekonomi yang demokrasi yang melibatkan seluruh kekuatan ekonomi rakyat. Mengapa
ekonomi rakyat bukan ekonomi rakyat atau ekonomi Pancasila? Sebabnya adalah
karena kata ekonomi rakyat dianggap berkonotasi komunis seperti di RRC (Republik
Rakyat Cina). Sedangkan ekonomi Pancasila dianggap telah dilaksanakan selama Orde
Baru yang terbukti gagal.
Pada bulan Agustus 2002 bertepatan dengan peringatan 100 tahun Bung Hatta,
UGM mengmumkan berdirinya Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) yang akan
7
secara serius mengadakan kajian-kajian tentang Ekonomi Pancasila dengan penerapan
di Indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah-daerah. Sistem Ekonomi
Pancasila yang bermoral, manusiawi, nasionalistik, demokratis dan berkeadilan, jika
diterapkan secara tepat pada setiap kebijakan dan program akan membantu terwujudnya
keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Sistem Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang mengacu pada
ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam sistem Ekonomi Pancasila,
pemerintah dan masyarakat memihak pada (kepentingan) ekonomi rakyat sehingga
terwujud kemeralatan sosial dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Inilah sistem
ekonomi kerakyatan yang demokratais yang melibatkan semua orang dalam proses
produksi dan hasilnya dinikmati oleh semua warga orang dalam proses produksi dan
hasilnya dinikmati oleh semua warga masyarakat.
Aturan main sitem ekonomi Pancasila yang lebih ditekankan pada sila ke 4
(Kerakyatan yang dipimpin olek hikmat kebuijaksanaan dan
permusyawaratan/perwakilan) menjadi selogan baru yang di perjuangakan sejak
eformasi. Melalui gerakan reformasi banyak kalangan terhadap hukum dan moral dapat
dijadikan landasan pikir dan landasan kerja. Sitem ekonomi kerakyatan adalah sistem
ekonomi yang memihak pada dan melindungi kepentingan ekonomi rakyat. Sistem
ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem dari ekonomi Pancasila, yang diharapkan
mampu meredam akses kehidupan ekonomi yang liberal.
3.2 Pengembangan Koperasi di Indonesia
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang
berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan
anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam mengembangkan
koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu
bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan kaidah-kaidah
ekonomi.
Selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama, pembangunan kopersi di
Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memuaskan. Selain mengalami
pertumbuhan secara kuantitatif, secara kualitatif juga berhasil mendirikan pilar-pilar
utama untuk menopang perkembangan koperasi secara mandiri. Pilar-pilar itu meliputi
antara lain: Bank Bukopin, Koperasi Asuransi Indonesia, Kopersi JasaAudit, dan
8
Institut Koperasi Indonesia. Walaupun demikian, pembangunan koperasi selama PJP I
masih jauh darisempurna.
Berbagai kelemahan mendasar masih tetap mewarnai wajah koperasi. Kelemahan-
kelemahan mendasar itu misalnya adalah: kelemahan manajerial, kelemahan sumber
daya manusia, kelemahan modal, dan kelemahan pemasaran. Selain itu, iklim usaha
yang ada juga terasa masih kurang kondusif bagi perkembangan koperasi. Akibatnya,
walaupun secara kuantitatifan kualitatif koperasi telah mengalami perkembangan,
namun perkembangannya tergolong masih sangat lambat. Bertolak dari pengalaman
pembagunan koperasi dalam era PJP I itu, maka pelaksanaan pembangunan koperasi
dalam era PJP II diharapkan lebih ditingkatkan, sehingga selain koperasi tumbuh
menjadi bangun perusahaan yang sehat dan kuat, peranannya dalam berbagai aspek
kehidupan bangsa dapat lebih ditingkatkan pula. Hal itu sejalan dengan salah satu
sasaran pembangunan ekonomi era PJP II, yaitu pertumbuhan koperasi yang sehat dan
kuat. Untuk mencapai sasaran itu, maka sebagaimana dikemukakan dalam GBHN,
kebijakan umum pembangunan koperasi yang dijalankan oleh pemerintah dalam
PelitaVI ini diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi makin maju, makin
mandiri,dan makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat
dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi
rakyat,dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Untuk itu, maka pembangunan koperasi diselenggarakan melalui peningkatan
kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan permodalan dengan didukung
oleh peningkatan jiwa dan semangat berkoperasi menuju pemantapan perannya sebagai
soko guru perekonomian nasional.
3.3 Implementasi Ekonomi Pancasila melalui Pengembangan Koperasi di
Indonesia
Berbeda dengan koperasi pada umumnya, maka koperasi yang dimaksud oleh
Pancasila dan UUD 45, sesuai gambar grafis superposisi tersebut diatas adalah
merupakan lembaga kehidupan rakyat Indonesia untuk menjamin hak hidupnya
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sehingga
mewujudkan suatu Masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia,
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang sepenuhnya merupakan
hak setiap warga negara.
9
Pada dasarnya rakyat Indonesia memang bukan “homo ekonomikus” melainkan
lebih bersifat “homo societas”, lebih mementingkan hubungan antar manusia ketimbang
kepentingan materi/ekonomi (Jawa: Tuna sathak bathi sanak), contoh : membangun
rumah penduduk dengan sistim gotong-royong (sambatan). Akibatnya di dalam sistem
ekonomi liberal orang asli Indonesia menjadi termarginalkan tidak ikut dalam gerak
operasional mainstream sistem ekonomi liberal yang menguasai sumber kesejahteraan
ekonomi sehingga sampai kapanpun rakyat Indonesia tidak akan mengenyam
kesejahteraan.
Oleh karena itu sistem ekonomi yang cocok bagi masyarakat Indonesia adalah
sistem ekonomi tertutup yang bersifat kekeluargaan atau ekonomi rumah tangga, yaitu
bangun koperasi yang menguasai seluruh proses ekonomi dari hulu hingga hilir, dari
anggota, oleh anggota dan untuk anggota, sebagaimana dimaksud oleh Pasal 33 ayat (1)
UUD 1945 beserta penjelasannya.
Dengan demikian maka koperasi betul-betul menguasai sumber
kesejahteraan/rejeki dari sistem ekonomi itu dan dapat mendistribusikannya secara adil
dan merata kepada seluruh anggotanya tanpa kecuali, tetapi sangat dipersyaratkan
bahwa sistem pengeloaannya haruslah benar dan tertib tanpa kecurangan.
Sebagai contoh pengalaman atas pengelolaan sebuah koperasi yang benar dan
tertib adalah Kosudgama (Koperasi Serba Usaha Dosen Gadjah Mada).
Dari pengalaman KOSUDGAMA dapat ditarik pelajaran bahwa:
Pertama : kesungguhan kerja pengurus dan staf serta kesetiaan mereka pada
prinsip-prinsip koperasi, yaitu bekerjasama dengan ikhlas dan jujur demi kepentingan
anggota.
Kedua : KOSUDGAMA adalah koperasi kumpulan orang, bukan organisasi yang
terutama dibentuk untuk menghimpun modal, jadi memenuhi prinsip-prinsip dasar
koperasi.
Dengan demikian sebagai salah satu pilar dalam sistem ekonomi Pancasila
koperasi Indonesia merupakan sakaguru perekonomian rakyat yang paling strategis
untuk menjamin terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Gambaran lebih konkrit dari wujud Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
adalah apabila setiap anggota keluarga memperoleh penghasilan yang cukup untuk
membiayai kehidupan keluarga dengan cukup dalam memenuhi 5 jenis kebutuhan dasar
10
hidupnya, yaitu di bidang 1.pangan (cukup gizi), 2.pakaian (pantas, sehat, sopan),
3.perumahan (sehat, aman, nyaman), 4.kesehatan (fisik, mental, lingkungan), dan
5.pendidikan (gratis selama 9 – 15 tahun pertama).
Pengelolaan untuk memenuhi kelima jenis kebutuhan dasar anggota koperasi itu
dapat diatur untuk memenuhi 5 jenis kebutuhan pokok yang lain, yaitu : 1.penyediaan
lapangan kerja, 2.jaminan sosial, 3.transportasi dan komunikasi, 4.informasi dan
pengetahuan umum, 5.pengembangan pribadi. Peningkatan kebutuhan-kebutuhan lain
ini akan dapat semakin meningkatkan pendapatan keluarga dan sekaligus untuk
memanfaatkan potensi kinerja yang dimiliki tiap anggota koperasi yang hingga kini
masih tersia-siakan karena tidak terprogram.
Andil dari negara adalah hak guna pemanfaatan kekayaan alam baik di darat
maupun di laut yang dibutuhkan oleh koperasi dalam rangka melaksanakan tugasnya
untuk memenuhi kelima kebutuhan dasar hidup maupun kelima kebutuhan pokok para
anggotanya, dan berupa fasilitas kemudahan bagi terselenggaranya kerja koperasi antara
lain modal dana baik hibah maupun pinjaman lunak.
11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1) Saat ini, implementasi ekonomi Pancasila belum maksimal karena sistem ekonomi
yang diterapkan di Indonesia masih mengacu pada sistem ekonomi kapitalis.
Namun, para ekonom dan pemerintah sedang mencoba merajut ulang sistem
ekonomi yang akan dijalankan di Indonesia ke depan, agar rakyat Indonesia
ditempatkan sebagai rakyat yang berhak merasakan kesejahteraan dengan nyata.
2) Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang
berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan
kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam
mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka
koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip
koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.
3) Koperasi betul-betul menguasai sumber kesejahteraan/rejeki dari sistem ekonomi
Pancasila dan dapat mendistribusikannya secara adil dan merata kepada seluruh
anggotanya tanpa kecuali, tetapi sangat dipersyaratkan bahwa sistem
pengeloaannya haruslah benar dan tertib tanpa kecurangan.
4.2 Saran
Berikut ini saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat.
1) Pengembangan koperasi di Indonesia harus benar-benar diterapkan untuk
memajukan sistem ekonomi Pancasila di Indonesia.
2) Sebagai warga Negara Indonesia, kita wajib turut berperan aktif dalam
implementasi ekonomi Pancasila melalui partisipasi dalam koperasi di Indonesia.
12
Daftar Pustaka
Hariyono. 2003. Strategi Pengembangan Ekonomi Pancasila. Tersedia:
http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/sembul05_1.htm diakses
pada 14 April 2014.
Kurniawan. 2013. Ekonomi Pancasila dan Penerapannya. Tersedia:
http://motivasi2013saya.blogspot.com/2013/05/ekonomi-pancasila-dan-
penerapan-ekonomi.html diakses pada 14 April 2014.
Setiati, Dwi. 2013. Cara Memajukan Koperasi di Indonesia. Tersedia:
http://dwisetiati.wordpress.com/cara-memajukan-koperasi-di-indonesia/ diakses
pada 14 April 2014.
Septyagati, Hikma Yogandita. 2013. Pengertian Koperasi dan Ciri-ciri Koperasi.
Tersedia: http://hikmayogandita.wordpress.com/2013/10/03/ekonomi-koperasi/
diakses pada 14 April 2014.
Suryadi. 2014. Penerapan Ekonomi Pancasila di Indonesia pada Masa Sekarang.
Tersedia: http://akangsuryad.blogspot.com/2014/01/penerapan-sistem-ekonomi-
pancasila-di.html diakses pada 14 April 2014.
Wijayanta, Bambang dan Vidyaningsih, Aristanti. 2007. Ekonomi dan Akuntansi:
Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: Penerbit Citra Raya.
13
LAMPIRAN
Tabel 1. Keanggotaan Kosudgama 1998 – 2002
Tahun Anggota Biasa Anggota Luar Biasa (LB)
Jumlah
1998 883 (87%) 127 (13%) 1010 (100%)
1999 1016 (69%) 455 (31%) 1471 (100%)
2000 1170 (42%) 1624 (58%) 2794 (100%)
20012002
1285 (32%) 1.371 (26%)
2778 (68%) 3.961 (74%)
4063 (100%) 5.332 (100%)
Sumber: Kosudgama Laporan Tahunan 2001-2002, Periode Kepengurusan 2000-2002
Tabel 2. Pinjaman Kepada Anggota (juta rupiah)
Tahun Pinjaman Jasa Jumlah Peminjam
Rata-rata Pinjaman
SHU
1998 1.036,75 412,43 422 2,46 130,97
1999 2.872,19 1.252,30 823 3,49 728,94
2000 6.498,70 3.159,19 1.514 4,29 2.999,32
20012002
7.311,8811.846.542
3.513,19 3.541.490
1.4781.936
4,955,97
3.043,551.480.10
Sumber: Laporan Tahunan Kosudgama 2001- 2002
14
Biografi Penulis
Farah Fajrina Amalia, kelahiran Pekanbaru, 21 Juli
1995. Mengawali pendidikan di TK Al-Irsyad Kraksaan pada
tahun 1999, kemudian dilanjutkan di SD Al-Irsyad tahun
2001. Pendidikan menengah ditempuh di SMP Bhakti Pertiwi
Paiton pada tahun 2007 dan SMA Tunas Luhur Paiton pada
tahun 2010. Saat ini berdomisili di Surabaya dan aktif sebagai
mahasiswa jurusan Statistika di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember sejak tahun 2013. Beberapa penghargaan yang
pernah diraih adalah: Lulusan Terbaik SMP Bhakti Pertiwi
(2010), Rhapsody Young Artists Performance dengan Predikat Gold (2011), Semifinalis
Olimpiade Bahasa Inggris Nasional UM (2012), dan Lulusan Terbaik SMA Tunas
Luhur (2012). Motto hidup yang dianut hingga hari ini adalah “Do the best and let
Allah do the rest.”
15