21
Revisi Makalah Kelompok DEMOKRASI Disusun oleh : Yoga Pratama (12650014) Fakultas Sains & Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Makalah Kewarganegaraan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Demokrasi

Citation preview

Page 1: Makalah Kewarganegaraan

Revisi Makalah Kelompok

DEMOKRASI

Disusun oleh :

Yoga Pratama (12650014)

Fakultas Sains & TeknologiUniversitas Islam Negeri

Sunan KalijagaYogyakarta

Page 2: Makalah Kewarganegaraan

Kata Pengantar

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Saya akan membahas beberapa hal tentang demokrasi yang ada di Indonesia. Sering kali muncul argumen yang mengatakan bahwa demokrasi yang sedang berlangsung ini terlalu kebablasan. Bahkan dikatakan juga bahwa demokrasi yang berkembang saat ini keluar dari nilai-nilai yang kita miliki, yang menyebabkan seolah olah nilai-nilai kita sendiri tercabut dari akarnya. Hal terpenting adalah mewujudkan keadilan, karena keadilan akan menyelamatkan dan keadilan yang absolut akan menyelamatkan segalanya.

Semoga tulisan saya ini dapat dijadikan tambahan bahan ajar agar bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 27 Desember 2012

Yoga pratama

Revisi Makalah PKn 2

Page 3: Makalah Kewarganegaraan

Daftar Isi

A. Kata pengantar ..................................................................................................... 2B. Daftar isi ............................................................................................................... 3C. Pendahuluan

1. Latar Belakang ............................................................................................... 42. Maksud dan tujuan ........................................................................................ 4

D. Pembahsan1. Pengertian Demokrasi .................................................................................... 52. Sejarah Demokrasi.......................................................................................... 63. Bentuk-bentuk demokrasi .............................................................................. 64. Model-model demokrasi................................................................................. 75. Prinsip-prinsip demokrasi................................................................................ 76. Ciri-ciri pemerintah demokrasi ....................................................................... 87. Perkembangan Demokrasi di barat ................................................................. 88. Perkambangan demokrasi di Indonesia .......................................................... 99. Islam dan demokrasi ....................................................................................... 13

E. Penutup1. Daftar pustaka ................................................................................................. 15

Revisi Makalah PKn 3

Page 4: Makalah Kewarganegaraan

Pendahuluan

1. Latar BelakangKata Demokrasi terkesan sangat akrab dan seakan sudah dimengerti begitu saja.

Namun apa dan bagimana sebenarnya makna dan hakikat substansi demokrasi mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati, sehingga perbincangan tentang demokrasi bisa saja tidak menyentuh makna dan hakikat substansi serta dilakukan secara tidak demokratis.

Indonesia telah memasuki fase dan babak baru yang jauh lebih berada dari era sebelumnya, termasuk dalam konteks ini dari dimensi politik. Reformasi tahun 1998 akhirnya mengubah paradigm dan sistem politik di negri ini. Reformasi telah mengubah segalanya, dari tatanan yang otoriter kepadatatanan Negara dengan konteks yang lebih baik dalam berdemokrasi. Pada kenyataannya, reformasi tak hanya mengubah peta politik, namun juga berbagai kecenderungan lainnya seperti terjadinya perubahan social dalam masyarakat. Masyarakat tampil lebih terbuka, merdeka, bebas, bahkan bereuforia yang berlebihan. Proses demokrasi di negeri ini belum juga menampakkan hasil yang cukup memuaskan. Bahkan perkembangan kesejahteraan masyarakat berjalan sangat lambat. Informasi yang lebih terbuka akhirnya memperlihatkan bahwa kesejahteraan masyarakat berada pada tingkatan yang sangat parah, bahkan jauh dari harapan.

Bagaimana pun, reformasi dan perubahan politik secara besar-besaran di Indonesia adalah sebuah proses besar bangsa Indonesia. Konsekuensi dari pilihan sikap politik masyarakat Indonesia ini bagaimana pun harus dibaca dan dilihat secara objektif, bahwa ini merupakan proses awal demokrasi. Bagaimanapun sebuah proses akan memerlukan waktu, kadang memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit.

2. Maksud dan tujuan Mengetahui bentuk-bentuk demokrasi di Dunia Barat, dan Indonesia Mengetahui pelaksanaan demokrasi dalam Islam Mengetahui perkembangan-perkembangan demokrasi

Revisi Makalah PKn 4

Page 5: Makalah Kewarganegaraan

Pembahasan

1. Pengertian Demokrasi

1.1 Pengertian secara umumIde demokrasi dari kaca mata perkembangaan peradaban politik umat manusia adalah prinsip etika yang digunakan dalam politik pemerintahan. Dalam ragam pendapat dan uraian yang dilontarkan oleh berbagai pakar mengenai demokrasi, dapat kita klasifikasi adanya esensi yang merupakan benang merah daari konsep demokrasi itu. Pertama, demokrasi dapat dimasukan ke dalam konteks negara maupun yang bukan dalam konteks kedua. Kedua, demokrasi yang dicerna sebagai ide atau semangat yang membawa nilai-nilai pandangan hidup, way of life atau weltanschauung. Dari gambaran tersebut dapat kita tarik kesimpulan, demokrasi adalah spirit (ide) dan institusionalisasi dari prinsip-prinsip kebebasan dan kesamaan dengan segala derivatifnya menuju persetujuan politik melalui kedaulatan suara mayoritas yang dimasukan dalam kerangka yuridis. Jadi dalam hal ini demokrasi mengandung 3 fenomena, yaitu fenomena politik (kekuasaan), fenomena etika (ajaran moral) dan fenomena hukum.

1.2 Pengertian secara filosofis Konsep kekuasaan atas kehendak rakyat, sehingga demokrasi adalah bagian

dari perbincangan besar ilmu politik, filsafat politik dan ilmu sosial. Operasional dan institusionalisasi dari prinsip kebebasan kesamaan beserta

derivatifnya, dan persetujuan rasional dari rakyat yang diukur melalui prinsip mayoritas ke dalam semangat dan mekanisme pengelolaan negara yang dapat dikontrol oleh rakyat secara efektif.

Abraham Lincoln menguraikan pengertian “Kekuasaaan Rakyat” itu ke dalam slogan, yaitu “from the people, by the people, and for the people” yang semua itu berintikan ide “Rule by the people”.

1.3 Pengertian secara etimologisSecara etimologis demokrasi terdiri 2 kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat/penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara dimana dalam sistem kedaulatnya berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.1

1 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 110

Revisi Makalah PKn 5

Page 6: Makalah Kewarganegaraan

1.4 Pengertian secara terminologisSementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut:a. Joseph A.Schmeter

Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

b. Sidney HookDemokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintahan yang penting secara langsung/tidak langsung didasarkan pada keputusan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

2. Sejarah Demokrasi

Pada abad ke-5 SM, seseorang dari Yunani, tepatnya di kota Athena mempunyai suatu gagasan adanya suatu sistem politik yang didalamnya para anggotanya mempunyai kesamaan dalam berpolitik dan berdaulat dan memiliki segala kemampuan untuk mmerintah diri sendiri, yaitu Plato, guru dari Aristoteles. Lalu Aristoteles mengembangkannya. Dikarenakan kota Athena adalah pusat perdagangan, mulailah menyebarnya paham tersebut, terutama ke Roma. Setelah Roma menaklukan semenanjung Italia, sebagian besar Eropa dan Laut Tengah. Maka untuk mengefektifkan gagasan tersebut dibuatlah seperangkat lembaga politk yang benar-benar yang dinamakan Demokrasi.Aristoteles berpendapat bahwa bentuk pemerintahan Demokrasi adalah pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat. Demokrasi terbentuk menjadi suatu sistem pemerintahan sebagai respon kepada masyarakat umum di Athena yang ingin menyuarakan pendapat mereka.

3. Bentuk – Bentuk Demokrasi

Secara umum ada dua bentuk demokrasi, yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan:a. Demokrasi langsung

Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung digunakan pada awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut

Revisi Makalah PKn 6

Page 7: Makalah Kewarganegaraan

partisipasi tinggi dari rakyat, sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik negara.

b. Demokrasi perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

4. Model-Model Demokrasi

Sklar mengajukan lima corak atau model demokrasi, yaitu :1. Demokrasi Liberal, yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan

pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg. Banyak Negara Afrika menerapkan model ini, tapi hanya sedikit yang bisa bertahan.

2. Demokrasi Terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka dipercaya rakyat tetepi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai kendaran untuk menduduki kekuasaan.

3. Demokrasi Sosial, adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayan politik.

4. Demokrasi Partisipasi, yang menekankan hubungan timbal-balik antara penguasa dan yang dikuasai.

5. Demokrasi Consociational , yang menekankan proteksi khusus bagi kelompok-kelompok budaya yang menekankan kerja sama yang erat diantara elit yang mewakili bagian budaya.2

5. Prinsip – Prinsip Demokrasi

Prinsip- prinsip demokrasi dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal sebagai “soko guru demokrasi”. Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:

1. Kedaulatan rakyat2. Pemerintahaasarkan persetujuan yang diperintah3. Kekuasaan mayoritas4. Hak-hak minoritas5. Jaminan hak asasi manusia6. Pemilihan yang bebas adil dan jujur7. Persamaan di depan hukum8. Proses hukum yang wajar9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik11. Nilai – nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat 3

2 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 121

3 Wikipedia : demokrasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses tanggal 26 desember 2012

Revisi Makalah PKn 7

Page 8: Makalah Kewarganegaraan

Tiga nilai utama prinsip demokrasi yaitu : kebebasan, kesamaan, dan kedaulatan suara mayoritas (rakyat).4

6. Ciri-ciri Pemerintahan Demokratis

Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut.1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik,

baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat

(warga negara).3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat

penegak hukum5. Adanya kebebasa dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara6. Adanya pers (media massa ) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan

mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga

perwakilan rakyat.8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil utntuk menetukan (memilih)

pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragaman (suku, agama, golongan, dan

sebagainya).5

7. Perkembangan Demokrasi di Barat

Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan. Masyarakat abad pertengahan dicirikan oleh struktur masyarakat yang feodal, kehidupan spiritual dikuasai oleh Paus dan pejabat agama, sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan diantara para bangsawan.6 Namun demikian menjelang akhir abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan menghidupkan demokrasi. Lahirnya Magna Charta (Piagam Besar) sebagai suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja John di Inggris merupakan tonggak baru kemunculan demokrasi empirik. DalamMagna Charta ditegaskan bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak khusus bawahannya. Selain itu piagam tersebut juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar : pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja ; kedua, hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.

4 Nurtjahjo, Hendra : Filsafat Demokrasi: 2006, halaman 75

5 Wikipedia : demokrasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses tanggal 26 desember 2012

6 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 121

Revisi Makalah PKn 8

Page 9: Makalah Kewarganegaraan

Momentum lain yang menandai kemunculan kembali demokrasi di Dunia Barat adalah gerakan Renaissance dan Reformasi. Rennaisance di Eropa yang bersumber dari tradisi keilmuan Islam dan berintikan pada pemuliaan akal pikiran untuk selalu mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan telah mengilhami munculnya kembali gerakan demokrasi. Gerakan reformasi yang terjadi di Eropa pada abad ke-16 yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan dalam gereja ketolik. Hasil dari gerakan reformasi adalah adanya peninjauan terhadap doktrin gereja katolik yang berkembang menjadi protetanisme. Sebelum gerakan reformasi ini muncul kekuasaan gereja begitu dominan dalam menentukan tindakan warga negara pada masa itu.Kecaman dan dobrakan terhadap absolutisme monarki dan gereja pada masa itu didasarkan pada teori rasionalitas sebagai "social-contract" yang salah satu asanya menentukan bahwa dunia ini dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip prinsip keadilan yang universal, berlaku untuk semua waktu dan semua orang. Dengan demikian teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak politik rakyat dalam satu asas yang disebut demokrasi. John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-hak politik rakyat mencakup hak atas hidup, kebebasan, dan hak memilih (live, liberal, property) ; sedangkan Montesquieu (1689-1994) mengungkapkan sistem pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak politi tersebut melalui "trias politica"-nya, yakni suatu sistem pemisah kekuasaan dalam negara menjadi tiga bentuk kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang masing-masing harus dipegang oleh organ sendiri secara merdeka.7 Pada kemunculannya kembali di Eropa, hak-hak politik rakyat dan hak-hak asasi manusia secara individu merupakan tema dasar dalam pemikiran politik (ketatanegaraan). Untuk itu, timbullah gagasan tentang cara membatasi kekuasaaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Diatas konstitusa inilah bisa ditentukan batas-batas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak politik rakyat. Gagasan inilah yang kemudian dinamakan konstitusionalisme dalam sistem ketatanegaraan.Salah satu ciri penting pada negara yang menganut konstitusionalisme (demokrasi konstitusional) yang hidup pada abd ke-19 ini adalah sifat pemerintah yang pasif, artinya pemerintah hanya menjadi wasit atau pelaksana sebagai keinginan rakyat yang dirumuskan oleh wakil rakyat di parlemen.Berbeda dengan Trias Politica Montesqiueu, tugas pemerintah dalam konstitusionalisme ini hanya terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksanakan undang-undang yang telah dibuat oleh parlemen atas nama rakyat.

8. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia, masalah pokok yang dihadapi ialah bagaimana mewujudkan dirinya dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut adalah penjelasan periode demokrasi di Indonesia :

7 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 127

Revisi Makalah PKn 9

Page 10: Makalah Kewarganegaraan

a. Demokrasi Pada Periode 1945-1959Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai politik usia kabinet pada masa ini jarang dapat bertahan cukup lama. Disamping itu ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik yang tidak memperoleh saluran dan tempat yang realistis dalam konstelasi politik, padahal merupakan kekuatan yang paling penting, yaitu seorang presiden yang tidak mau bertindak sebagai "rubber stamp president" dan tentara yang karena lahir dalam revolusi merasa bertanggung jawab untuk turut menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Ditambah dengan tidak mampunya anggota-anggota partai-partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara untuk undang-undang dasar baru, Ir. Soekarno sebagai Presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian masa demokrasi parlementer berakhir.

b. Demokrasi Pada Periode 1959-1965Ciri-ciri periode ini adalah dominasi Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.8 Undang-Undang Dasar 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah "membatalkan pembatasan lima tahun ini". Selain daripada itu banyak sekali tindakan yang menyimpang dari atau menyeleweng terhadap ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar. Misalnya pada tahun 1960 Ir. Soekarno sebagai presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 secara ekspilit ditentukan bahwa presiden tidak punya wewenang untuk berbuat demikian. Selain dari itu terjadi penyelewengan di bidang perundang-undangan dimana berbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden yang memakai Dekrit 5 juli sebagai sumber hukum. G. 30 S/PKI telah mengakhiri periode ini dan membuka peluang untuk dimulainya masa deokrasi pencasila.Dalam pandangan A. Syafi'i Ma'arif demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno sebagai Ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian kekeliruan yang sangat besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin, sehingga tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.9

c. Demokrasi Pada Periode 1965-1998

8 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 131

9 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 133

Revisi Makalah PKn 10

Page 11: Makalah Kewarganegaraan

Landasan formil dari periode ini adalah pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Dalam usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap Undang-Undang Dasar yang telah terjadi dalam masa demokrasi terpimpin, kita telah mengadakan tindakan korektif. Ketetapan MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap lima tahun. Begitu pula tata tertib meniadakan pasal yang memberi wewenang kepada Presiden untuk memutuskan permasalahan yang tidak dapat dicapai mufakat antara badan legislatif. Golongan Karya, dimana anggota ABRI memainkan peran penting, diberi landasan konstitusionil yang lebih formil. Beberapa perumusan tentang demokrasi pancasila sebagai berikut :

a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan kembali azas-azas negara hukum dan kepastian hokum

b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua warga Negara

c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya bahwa pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak 10

Namun demikian "Demokrasi Pancasila" dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehiduan berdemokrasi. Seperti dikatakan oleh M. Rusli Karim rezim Orde Baru ditandai oleh :

a. Dominannya peran ABRIb. Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politikc. Pengebirian peran dan fungsi partai politikd. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan publike. Masa mengambangf. Monolitisasi ideologi negarag. Inkorporasi lembaga non pemerintah

d. Demokrasi Pada Periode 1998-SekarangRuntuhya rezim otoriter Orde Baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan ditentukan ke arah mana demokrasi yang akan dibangun. Selain itu dalam fase ini pula bisa saja terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan negara yang akan menghantar Indonesia kembali memasuki masa otoriter sebagaimana yang terjadi pada periode orde lama dan orde baru.

Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada empat faktor kunci, yaitu :

a. Komposisi elite politik b. Desain institusi politikc. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non

elite

10 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 134

Revisi Makalah PKn 11

Page 12: Makalah Kewarganegaraan

d. Peran civil society (masyarakat madani)11

Keempat faktor itu harus jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai modal untuk mengonsolidasikan demokrasi. Karena itu seperti dikemukakan oleh Azyumaardi Azra1 langkah yang harus dilakukan dalam trasisi Indonesia menuju dmokrasi sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam tiga bidang besar. Pertama, reformasi sistem (constitutional reform) yang menyangkut perumusan kembali falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik. Kedua, reformasi kelembagaan (institutional reform and empowerment) yang menyangkut pengembangan dan pemberdayaan lembaga-lembaga politik. Ketiga, pengembangan kultur atau budaya politik (political culture) yang lebih demokratis.12

Pengalaman negara-negara demokrasi yang sudah established memperlihatakan bahwa institusi-institusi demokrasi bisa tetap berfungsi walaupun jumlah pemilihannya kecil.karena itu, untuk mengukur tingkat kepercayaan publik terhadap institusi demokrasi tidak terletakkan pada seberapa besar partisipasi politik warga. Yang bisa dijadikan indikasi bahwa masyarakat memiliki kepercayaan terhadap institusi-institusi demokrasi adalah apakah partisipasi politik mereka itu dilakukan secara sukarela atau dibayar dan digerakkan. Harapan lain dalam suksesnya transisi demokrasi Indonesia mungkin adalah pada peran civil society untuk mengurangi polarisasi politik dan menciptakan kultur toleransi. Makannya akan sangat memprihatinkan jika benar bahwa sekarang mulai muncul kecenderungan kantong-kantong civil society larut ke dalam arus permainan politik. Secara historis, semakin berhasil suatu rezim dalam menyediakan apa yang diinginkan rakyat, semakin mengakar kuat dan dalam keyakinan mereka terhadap legitimasi demokrasi. Indikasi ke arah terwujudnya kehidupan demokratis dalam era transisi menuju demokrasi di Indonesia antara lain adanya reposisi dan redefinisi TNI dalam kaitannya dengan keberadaannya pada sebuah negara demokrasi, diamandemennya pasal-pasal dalam konstitusi negara RI (amandemen I-IV), adanya kebebasan pers, dijalankannya kebijakan otonomi daerah, dan sebagainya. Akan tetapi sampai saat ini pun masih dijumpai indikasi-indikasi kembalinya kekuasaan status quo yang ingin memutarbalikkan arah demokrasi Indonesia kembali ke periode sebelum orde reformasi. Oleh sebab itu, kondisi transisi demokrasi Indonesia untuk saat ini masih berada di persimpangan jalan yang belum jelas ke mana arah pelabuhannya. Perubahan sistem politik melalui paket amandemen konstitusi dan pembuatan paket perundang-undangan politik (UU Partai Politik, UU Pemilu, UU Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, UU Susunan dan Kedudukan DPR, DPRD, DPD) mampu mengawal transisi menuju demokrasi, masih menjadi pertanyaan besar.

9. Islam dan Demokrasi

Salah satu isu yang paling populer sejak dasawarsa abad ke dua puluh yang baru lalu

11 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 135

12 Rosyada, Dede dkk: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani : 2003, halaman 135

Revisi Makalah PKn 12

Page 13: Makalah Kewarganegaraan

adalah isu demokrasi. Diantara indikator paling jelas dari kepopuleran tersebut adalah berlipat gandanya jumlah negara yang menganut sistem pemerintahan demokratis. Namun demikian ditengah gemuruh proses demokratisasi yang terjadi di belahan dunia, dunia Islam sebagaimana dinyatakan oleh para pakar seperti Larry Diamond, Juan J. Linze, Seymour Martin Lipset tidak mempunyai prospek untuk menjadi demokratis serta tidak mempunyai pengalaman demokrasi yang cukup. Hal senada juga dikemukakan oleh Samuel P. Huntinghon yang meragukan ajaran Islam sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.13 Karena itu dunia Islam dipandang tidak menjadi bagian dari gemuruhnya proses demokratisasi dunia. Dalam bahasa Abdelwahab Efendi (pemikir Sudan) "angin demokratisasi memang berhembus ke seluruh penjuru dunia, namun tak ada satupun daun yang dihembusnya sampai ke dunia muslim". Dengan demikian terdapat pesimisme berkaitan pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam. Perdebatan dan wacana tentang hubungan antara Islam dan demokrasi sebagaimana diakui oleh Mun'im A. Sirry memang masih menjadi tema perdebatan dan wacana yang menarik dan belum tuntas. Karena itu kesimpulan yang diberikan oleh para pakar di atas bahwa Islam tidak sesuai dengan demokrasi hanyalah bagian dari wacana yang berkembang di kalangan para pakar politik Islam ketika mereka mengkaji hubungan Islam dan demokrasi. Berdasarkan pemetaan yang dikembangkan oleh John L. Esposito dan James P. Piscatory secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok pemikiran.14

Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi. Islam merupakan sistem politik yang self-sufficient . Hubungan keduanya bersifat mutually exclusive. Islam dipandang sebagai sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Dengan demikian Islam dan demokrasi adalah dua hal yang berbeda, karena itu demokrasi sebagai konsep barat tidak tepat dijadikan sebagai acuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sementara Islam sebagai agama yang kaffah (sempurna) yang tidak saja mengatur persoalan teologi dan ibadah, melainkan mengatur segala aspek kehidupan umat manusia. Kedua, Islam berbeda dengan demokrasi apabila demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti dipahami dan dipraktikkan di negara-negara Barat, sedangkan Islam merupakan sistem politik demokratis jika demokrasi didefinisikan secara substantif, yakni kedaulatan di tangan rakyat dan negara merupakan terjemahan dari kedaulatan rakyat ini. Dengan demikian dalam pandangan kelompok ini demokrasi adalah konsep yang sejalan dengan Islam setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri. Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi seperti yang dipraktikkan negara-negara maju. Di Indonesia, pandangan yang ketiga tampaknya yang lebih dominan karena demokrasi sudah menjadi bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan negara-negara muslim lainnya.15 Penerimaan negara-negara muslim (dunia islam) terhadap demokrasi sebagaimana yang dikemukkan oleh kelompok ketiga tidak berarti bahwa demokrasi dapat tumbuh dan berkembang di negara muslim secara otomatis dan cepat. Belum tumbuh dan berkembangnya demokrasi di dunia Islam (bahkan yang terjadi sebaliknya dimana negara-negara muslim justru merupakan negara yang langka dalam menerapkan demokrasi,

13 Bahtiar Effendy, Kata Pengantar, 2002

14 Pendapat dari Mun’in A. Sirry

15 Pernyataan dari R. William Liddle dan Saiful Mujani

Revisi Makalah PKn 13

Page 14: Makalah Kewarganegaraan

sementara rezim otoriter menjadi trend dan dominan). Ada beberapa alasan teoritis yang bisa menjelaskan tentang lambannya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi (demokratisasi) di dunia Islam.Pertama, pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi. Teori ini dikembangkan oleh Elie Khudourie bahwa "gagasan demokrasi masih cukup asing dalam mind-set Islam". Hal ini disebabkan oleh kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Untuk mengatasi hal itu perlu dikembangkan upaya liberalisasi pemahaman keagamaan dalam rangka mencari konsensus dan sintesis antara pemahaman doktrin Islam dengan teori-teori modern seperti demokrasi dan kebebasan.Kedua, persoalan kultur. Demokrasi sebenarnya telah dicoba di negara-negara muslim sejak paruhpertama abad dua puluh tapi gagal. Tampaknya ia tidak akan sukses pada masa-masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat muslim sudah terbiasa dengan otokrasi dan ketaatan pasif. Sejauh ini persoalan kultur politik ditenggarai sebagai yang paling bertanggung jawab kenapa sulit membangun demokrasi di negara-negara muslim. Sebab ditilik secara doktrinal, pada dasarnya hampir tidak dijumpai hambatan teologis di kalangan tokoh-tokoh partai, ormas, ataupun gerakan Islam yang memperhadapkan demokrasi vis a vis Islam. Bahkan ada kecenderungan untuk merambah tugas baru yaitu merekonsiliasi perbedaan-perbedaan antara berbagai teori politik modern dengan doktrin Islam. Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam tidak ada hubungan dengan teologi maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan kesungguhan, kesabaran, dan diatas segalanya adalah waktu. Terlepas dari itu semua, tak diragukan lagi, pengalaman empirik deokrasi dalam sejarah Islam memnag sangat terbatas. Dengan mempergunakan parameter yang sangat sederhana, pengalaman empirik demokrasi hanya bisa ditemukan selama pemerintahan Rasulullah sendiri yang kemudian dilanjutkan oleh empat sahabatnya, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, Ali bin Abi Thalib, yang dikenal dengan zaman Khulafa al Rasyidin. Setelah pemerintahan keempat sahabat tersebut menurut catatan sejarah sangat sulit kita menemukan demokrasi di dunia Islam secara empirik sampai saat ini.

Penutup

1. Daftar Pustaka

Nurtjahjo, Hendra. 2006. “Filsafat Demokrasi”. Jakarta : Sinar Grafika Offset.

Rosyada, Dede dkk. 2003.”Pendidikan Kewargaan : Demokrasi, Hak Asasi Manusia,

Revisi Makalah PKn 14

Page 15: Makalah Kewarganegaraan

Masyarakat Madani”. Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah.

http ://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

Revisi Makalah PKn 15