38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kondisi yang kompleks, terjadi antara proses mengajar oleh guru/dosen dan pebelajar oleh siswa/mahasiswa. Sehingga proses pembelajaran tidak dipandang sebagai proses yang mudah dilalui melalui penghafalan suatu fakta, atau pendefenisian suatu istilah oleh guru/dosen saja. Melainkan proses dengan kegiatan yang berkualitas antara guru dan siswa atau antara dosen dan mahasiswanya. Telah disinggung pada pertemuan sebelumnya bahwa pembelajaran berlandaskan pada tiga teori pembelajaran yaitu behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme, serta humanisme. Apa dan bagaimana ketiga teori tersebut diterapkan dalam pembelajaran telah diulas satu persatu, nah kini saatnya memfokuskan bagaimana teori perkembangan kognitif dan metakognitif dalam pembelajaran. Mengapa hal ini penting dikaji, karena pembelajaran berkaitan dengan manusia yang dinamis, seorang guru mengajar di kelas bertemu dengan berbagai karakteristik siswa, ditinjau dari segi umur, jenis kelamin, status social, minat dan banyak hal lainnya, sebab itu dengan memahami kajian perkembangan kognitif

Makalah Kog-metakog Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori kgnitif adalah sebuah teori tentang pehamahaman konsep yang dikeluarkan dari otak siswa sehingga pemikiran siswalah, jadi hal ini siswa dituntut mandiri dalam belajar

Citation preview

Page 1: Makalah Kog-metakog Fix

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan kondisi yang kompleks, terjadi antara proses

mengajar oleh guru/dosen dan pebelajar oleh siswa/mahasiswa. Sehingga proses

pembelajaran tidak dipandang sebagai proses yang mudah dilalui melalui

penghafalan suatu fakta, atau pendefenisian suatu istilah oleh guru/dosen saja.

Melainkan proses dengan kegiatan yang berkualitas antara guru dan siswa atau

antara dosen dan mahasiswanya.

Telah disinggung pada pertemuan sebelumnya bahwa pembelajaran

berlandaskan pada tiga teori pembelajaran yaitu behaviorisme, kognitivisme dan

konstruktivisme, serta humanisme. Apa dan bagaimana ketiga teori tersebut

diterapkan dalam pembelajaran telah diulas satu persatu, nah kini saatnya

memfokuskan bagaimana teori perkembangan kognitif dan metakognitif dalam

pembelajaran. Mengapa hal ini penting dikaji, karena pembelajaran berkaitan

dengan manusia yang dinamis, seorang guru mengajar di kelas bertemu dengan

berbagai karakteristik siswa, ditinjau dari segi umur, jenis kelamin, status social,

minat dan banyak hal lainnya, sebab itu dengan memahami kajian perkembangan

kognitif secara mendasar membantu guru mengenal lebih dalam tentang siswa-

siswa di kelasnya atau sebagai seorang dosen untuk lebih mengenal mahasiswa di

kelasnya.

Teori perkembangan kognitif adalah teori yang dikembangkan oleh Jean

Piaget, seorang psikolog Swis tahun 1896 – 1980, teorinya memberikan banyak

konsep utama dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap

perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas muncul dan diperolehnya

schemata – skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya

dalam tahapan – tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru

dalam merepresentasikan informasi secara mental (Setiani, 2010). Hasil dari suatu

pembelajaran adalah hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar dapat dikatakan

berkualitas apabila pebelajar secara sadar mampu mengontrol proses kognitifnya

Page 2: Makalah Kog-metakog Fix

2

secara berkesinambungan dan berdampak pada peningkatan kemampuan

metakognitif. Oleh karena itu lanjutan dari suatu perkembangan kognitif adalah

metakognitif. Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui

dan apa yang tidak diketahui, dalam pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana

untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimilki, dan

mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif (Hafis, 2011).

Salah satu aspek perkembangan yang selalu menjadi fokus perhatian adalah

perkembangan kognitif anak dengan tidak mengabaikan aspek perkembangan

lainnya. Perkembangan kognitif dianggap penting karena sering dikaitkan dengan

kecerdasan anak. Perkembangan kognitif yang normal mengindikasikan

berkembangnya kecerdasan anak. Sementara perkembangan kognitif berlaku sejak

awal kelahiran atau bahkan semenjak prenatal, aspek lain seperti emosi dan

spiritual mengalami perkembangan yang pesat sesudahnya walaupun dasar-

dasarnya telah mulai dididikkan sejak dini (Lidinillah, 2009:1).

Perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual

anak. Kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan

serta juga dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara

biologis. Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana

mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi

atau permasalahan. Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri

secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang akan

menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk

menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh

karena itu, sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya

sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini

disebut dengan metakognitif (Lidinillah, 2009:1).

Saat ini, kajian tentang metakognitif telah berkembang bahkan telah

diterapkan dalam pembelajaran seperti matematika dan bahasa. Misalnya, dalam

memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan

metakognitif untuk mengatur strategi pemecahan masalah, sedangkan dalam

pembelajaran bahasa adalah siswa harus memiliki kemampuan metakognitif

dalam membaca buku. Namun demikian, selama ini kemampuan metakognitif

Page 3: Makalah Kog-metakog Fix

3

dianggap baru dapat dikuasai oleh orang yang dewasa tetapi ternyata sudah dapat

dimiliki oleh seorang anak walaupun dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan

hal ini maka perlu kiranya upaya mengungkap lebih lanjut tentang perkembangan

metakognitif.

Atas dasar pemikiran itulah maka, makalah ini disusun untuk memaparkan

pembelajaran dengan perkembangan kognitif dan bagaimana mengatur kognitif

pembelajar (siswa) agar mereka dapat memahami dan menyadari tingkat kognitif

mereka dalam pembelajaran, sehingga dapat mengatasi masalah dan situasi dalam

proses tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam makalah ini adalah:

a) Apakah pengertian perkembangan, kognitif dan metakognitif?

b) Bagaimanakah pola perkembangan kognitif dan metakognitif?

c) Bagimanakah implementasi prinsip perkembangan kognitif dan

metakognitif dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini

bertujuan untuk:

a) Mengetahui pengertian perkembangan, kognitif dan metakognitif.

b) Mengetahui pola perkembangan kognitif dan metakognitif.

c) Mendeskripsikan implementasi prinsip perkembangan kognitif dan

metakognitif dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat Penulisan

a) Sebagai informasi ilmiah bagi para mahasiswa yang mempelajari mata

kuliah PBM Biologi mengenai pembelajaran humanistik.

b) Sebagai sarana diskusi dalam proses pembelajaran mata kuliah PBM

Biologi.

Page 4: Makalah Kog-metakog Fix

4

BAB II

PEMBAHASAN

b.1 Pengertian Perkembangan, Kognitif dan Metakognitif

b.1.1 Pengertian Perkembangan

Menurut Depkes RI (2007) perkembangan adalah bertambahnya struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak

halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi

secara simultan dengan perkembangan. Sejalan dengan hal tersebut, Syah (2004)

mengemukakan bahwa perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang

mengacu  pada mutu fungsi organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu

sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada

penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan itu adalah perubahan dan

pertambahan kualitatif daripada setiap fungsi disebabkan adanya proses

pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, di samping itu juga

disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Jadi kita

dapat merumuskan pengertian perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif

dari setiap fungsi.

Chaplin mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang

berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai dari lahir sampai mati.

Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari

potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan

ciri-ciri baru. Sementara Monks menegaskan bahwa perkembangan menunjuk

pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali,

(Fauzi, 2009).

Berbagai pengertian perkembangan menurut para pakar tersebut di atas

dapat menjadi dasar bagi kita untuk menarik simpulan bahwa "Perkembangan"

adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-

organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani tersebut, sehingga penekanan arti

perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikhologis yang

Page 5: Makalah Kog-metakog Fix

5

termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan

berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedang proses pertumbuhan seringkali

akan berhenti bila seseorang telah mencapai kematangan fisik.

Setiap perubahan dalam arti perkembangan yang dialami anak merupakan

hasil integrasi dan pengaruh timbal balik antara potensi hereditas yang dibawa

anak sejak lahir, yang menurut Ki Hajar Dewantoro disebut dengan faktor

“dasar” dengan faktor-faktor lingkungan yang diistilahkan dengan faktor “ajar”.

Perkembangan setiap anak pada batas-batas tertentu banyak diwarnai oleh

pengaruh hereditas yang berupa potensi fisik, dan psikis. Dan kualitas alami

tersebut mempengaruhi cara bereaksi atau respon anak terhadap segala pengaruh

dari lingkungan fisik maupun sosialnya. Kualitas-kualitas  bawaan anak tampak

pada ciri-ciri fisik misalnya:  postur tubuh, warna rambut, bentuk  hidung, dan

lain-lain. Hal ini juga tampak pada karakteristik psikis misalnya: kecerdasan,

ketekunan, minat, temperamen, dan sebagainya.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain (Kartono, 2004):

a) Faktor herediter (warisan sejak lahir), bawaan).

b) Faktor lingkungan, yang menguntungkan atau yang merugikan.

c) Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis.

d) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan

sosial, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.

Antara hereditas dan lingkungan membentuk integritas dalam menentukan

kualitas dan arah perkembangan manusia. Bagaimanapun tinggi kualitas

kecenderungan pada hereditas tidak mungkin terwujud menjadi prestasi bila

lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, sebaliknya

kecenderungan yang tidak begitu berkualitas, dapat menjadi prestasi yang

menonjol karena memperoleh rangsangan kuat dari lingkungan. Nurwidodo et al.

(2010) menguraikan interaksi kedua faktor tersebut sebagai sumber pengaruh

dalam perkembangan anak, dimana perkembangan merupakan keluaran fungsi

bersama dari ubahan organismik dan ubahan lingkungan, yang kompleksitas

interaksinya digambarkan skema berikut ini:

Page 6: Makalah Kog-metakog Fix

Faktor Genetik

Lingkungan Rahim

KarakteristikKonstitutional

Bayi lahir

Proses Kelahiran

Proses Pematangan

Lingkungan Pasca lahirINDIVIDU

BERKEMBANG

Prenatal

Kelahiran

Pasca lahir

Interaksi

InteraksiInteraksi

Anak orang tua

6

INTERNAL EKSTERNAL

Gambar 1. Interaksi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

(Nurwidodo et al., 2010).

Seberapa besar kedua faktor tersebut memberikan warna terhadap

perkembangan individu, juga sangat bervariasi rumusannya. Dari banyak

pendapat tersebut secara garis besar terbagi menjadi tiga kelompok ialah:

Pendapat para ahli yang mengikuti aliran Nativisme, Pendapat para ahli yang

mengikuti aliran Empirisme, dan Pendapat para ahli yang mengikuti aliran

Konvergensi, dan teori-teori lainnya.

b.1.2 Pengertian Kognitif

Menurut Gagne kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam

pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir, Neisser mengungkapkan

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,

mengerti, pengertian yang luas tentang cognition (kognisi) adalah perolehan,

penataan, dan penggunaan pengetahuan (Nadhirin, 2010). Kognitif merupakan

konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan dengan kegiatan mental dalam

memperoleh, mengolah, mengorganisasi dan menggunakan pengetahuan (Mussen

et al., 1988:194). Istilah kognitif digunakan psikolog untuk menjelaskan semua

aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan

pengolahan informasi yang memungkinakn seseorang memperoleh pengetahuan,

Page 7: Makalah Kog-metakog Fix

7

memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan. Kognitif juga berarti

semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,

memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan

memikirkan lingkungannya (Desmita, 2006:103).

Proses utama yang termasuk di dalam istilah kognisi mencakup mendeteksi,

menginterpretasi, mengklarifikasi, mengingat informasi, mengevaluasi gagasan,

menyaring prinsip, dan menarik kesimpulan dari aturan; membayangkan

kemungkinan, mengatur strategi, berfantasi dan bermimpi (Mussen et al.,

1988:194). Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa

“kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni

persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran” Ruang Lingkup

dari kognisi adalah sebagaimana dalam gambar di bawah.

Gambar 2. Ruang Lingkup Kognisi (Nurwidodo et al., 2010).

Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahawa kemampuan kognitif

merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku siswa.

Dengan kemampuan kognitif ini, maka siswa dipandang sebagai individu yang

secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

Page 8: Makalah Kog-metakog Fix

8

b.1.3 Pengertian Metakognitif

Perkembangan dalam psikologi bidang pendidikan berjalan sangat pesat,

salah satunya adalah perkembangan konsep metakognisi (metacognition) yang pada

intinya menggali pemikiran orang tentang berpikir ” thinking about thinking”.

Konsep dari metakognisi adalah ide dari berpikir tentang pikiran pada diri sendiri.

Termasuk kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan

metakognitif), apa yang dapat dilakukan seseorang (keterampilan metakognitif) dan

apa yang diketahui seseorang tentang kemampuan kognitif dirinya sendiri

(pengalaman metakognitif) (Fauzi, 2009:1). Metakognisi (metacognition)

merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976.

Menurut sejarah konsep metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh John Flavell

pada tahun 1976 yang didasarkan pada konsep metamemori. Flavell (1976)

menggunakan istilah metakognisi mengacu pada kesadaran seseorang tentang

pertimbangan dan kontrol dari proses dan strategi kognitifnya. Sejak pertama kali

diperkenalkan oleh Flavell sudah banyak arti yang diberikan pada istilah

metakognisi. Meskipun demikian telah ada acuan yang dibuat pada dua aspek dari

metakognisi yaitu pengetahuan tentang kognisi dan pengaturan dari kognisi

tersebut. Sejak tahun 1970-an metakognisi sudah dikenal dalam bidang psikologi

kognitif. Awalan meta mengisyaratkan bahwa proses internal merupakan sentral

dari konsep aktivitas kognitif. Secara umum metakognisi adalah model dari

kognisi, yang merupakan aktivitas pada suatu meta-level dan dihubungkan untuk

objek (seperti kognisi) melalui monitoring dan fungsi kontrol. Meta-level

diinformasikan oleh objek-kata melalui fungsi monitoring dan memodifikasi

objek-kata melalui fungsi kontrol. Sehingga metakognisi mempunyai peranan

ganda yaitu sebagai suatu bentuk representasi kognisi yang didasarkan pada

proses monitoring dan kontrol guna pada kognisi yang didasarkan pada

representasi dari kognisi.

Metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang diketahui

tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana dia mengontrol serta

menyesuaikan prilakunya. Seseorang perlu menyadari kekurangan dan kelebihan

yang dimilikinya. Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat

pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal.

Page 9: Makalah Kog-metakog Fix

9

Dengan kemampuan seperti ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan

tinggi dalam memecahkan masalah, sebab dalam setiap langkah yang dia kerjakan

senantiasa muncul pertanyaan : “Apa yang saya kerjakan?”; “Mengapa saya

mengerjakan ini?”; “Hal apa yang membantu saya untuk menyelesaikan masalah

ini?” (Suherman et al., 2001: 95).

Jonassen (2000:14) memberikan definisi metakognitif sebagai kesadaran

seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran

sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya,

kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan

kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri. Sedangkan pengalaman

metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol

aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif.

Sementara menurut Desmita (2006:137), metakognitif adalah “knowledge

and awareness about cognitive processes – or our thought about thinking”. Jadi

metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana

kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat

penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam

menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai

“thinking about thingking”. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk

keperluan efisiensi penggunaan kognitif siswa dalam proses pembelajarannya.

Sukmadinata & As’ari (2006: 26) memberikan rincian dari pengetahuan

yang dapat dikuasi atau diajarkan pada setiap tahapan kognitif. Dalam lingkup

pengetahuan tersebut, pengetahuan metakognitif menempati pada tingkat tertinggi

setelah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural.

Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan strategik, pengetahuan tugas-

tugas berpikir dan pengetahuan pribadi. Sebagai contoh pengetahuan

metakognitif, yaitu pengetahuan tentang langkah-langkah penelitian, rencana

kegiatan dan program kerja; pengetahuan tentang jenis metode, tes yang harus

digunakan dan dikerjakan guru; dan pengetahuan tentang sikap, minat,

karakteristik yang harus dikuasai untuk menjadi seorang guru yang baik.

Berdasarkan beberapa definisi tentang metakognisi, maka Kuntjojo (2009)

mengemukakan pokok-pokok pengertian tentang metakognisi sebagai berikut

Page 10: Makalah Kog-metakog Fix

10

a) Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok

kognisi.

b) Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses

kognisi yang terjadi pada diri sendiri.

c) Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi

yang terjadi pada diri sendiri.

d) Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar di-

lakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.

e) Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan

demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang

sedang berlangsung pada diri sendiri.

Menurut Flavell (1976), pengetahuan metakognitif secara umum dapat

dibedakan menjadi 3 variabel, yaitu:

a) Variabel individu

Mencakup pengetahuan tentang persons, manusia (diri sendiri dan juga

orang lain), yang mengandung wawasan bahwa manusia, termasuk saya

sendiri, memiliki keterbatasan dalam jumlah informasi yang dapat diproses.

b) Variabel Tugas

Mencakup pengetahuan tentang tugas-tugas, yang mengandung wawasan

bahwa beberapa kondisi sering menyebabkan kita lebih sulit atau lebih

mudah memecahkan suatu masalah atau menyelesaikan suatu tugas.

c) Variabel Strategi

Mencakup pengetahuan tentang strategi, pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu atau bagaimana mengatasi kesulitan.

b.2 Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Metakognitif

b.2.1 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia

yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis

yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan

lingkungannya. Salah satu tokoh yang penting yang mengkaji dan meneliti

Page 11: Makalah Kog-metakog Fix

11

perkembangan kognitif anak adalah Jean Piaget. Jean Piaget meneliti dan menulis

subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Piaget

menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan

dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara

kualitatif. Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan individu/pribadi serta

perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.

Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata

(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat

mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan

karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis,

sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian

seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap

dibandingkan ketika ia masih kecil.

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang

menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek

dan kejadian-kejadian sekitarnya, bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi

dari objek-objek seperti, bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk

mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk

memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-

peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut

(Fauzi, 2009).

Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda (Nadhirin,

2010), yaitu:

1. Struktur disebut juga scheme (skemata/Schemas). Dua hal penting yg harus

diingat tentang membangun struktur kognitif: 1) seseorang terlibat secara

aktif dalam membangun proses. 2) lingkungan dimana seseorang

berinteraksi penting untuk perkembangan struktural. Piaget tidak melihat

struktur kognitif sebagai mekanisme biologis lahiriah. Dia tidak percaya

bahwa anak-anak memasuki dunia dengan “piranti dasar” untuk memahami

realita. Anak-anak secara perlahan & bertahap membangun cara pandang

mereka sendiri terhadap realita. Pembentukan struktur kognitif mulai pada

awal kehidupan segera setelah bayi mulai memiliki pengalaman dengan

Page 12: Makalah Kog-metakog Fix

12

lingkungan. Piaget percaya bahwa seorang bayi yg tidak berpengalaman

penuh memiliki struktur yg sudah terbentuk yg memprogramkan mereka

untuk berinteraksi dengan lingkungan, ini yg disebut struktur fisik, seperti

sistem syaraf & otak manusia serta organ sensorik spesifik. Dan refleks-

refleks yg disebut sebagai “automatic behavioral reactions”. Bayi melatih

struktur-struktur ini dalam interaksi dengan lingkungan & memulainya

dengan segera untuk mengembangkan struktur kognitif.

2. Isi disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu

menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang

tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang

mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding

dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi,

sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau

intelektual.

3. Fungsi disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif

dibangun. Semua organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan

mempunyai fungsi melalui proses organisasi & adaptasi. Organisasi:

cenderung untuk mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari

bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang penuh arti, sebagai suatu cara

untuk mengurangi kompleksitas. Adaptasi terhadap lingkungan terjadi

dalam 2 cara: Asimilasi yaitu organisme memanipulasi dunia luar dengan

cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya, asimilasi mengambil

sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam struktur yang sudah

ada. Akomodasi organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih

menyukai lingkungannya, ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka

mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang

berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di

atasnya. Kemajuan dalam kemampuan kognitif dianggap bertahap dan teratur

selama masa kanak-kanak, tetapi Piaget menggambarkan urutan dari empat tahap

kualitatif tertentu. Piaget, mengemukakan 4 (empat) tahapan perkembangan

kognitif individu, (Mussen et al., 1988:201-209) menjelaskan, yaitu:

Page 13: Makalah Kog-metakog Fix

13

1. Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun), inteligensi sensori-motor dipandang

sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang berfaedah untuk

belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berfikir

mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi individu pada tahap ini

masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar yang amat

berarti untuk menjadi fundasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan

dimiliki anak kelak. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal objek

permanen. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau

tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada.

2. Tahap Pra Operasional (2–7 tahun), pada tahap ini anak sudah memiliki

penguasaan sempurna tentang objek permanen. Artinya, anak tersebut

sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada

atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak

dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi

benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor,

yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ini

ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak

untuk mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan

kemampuan berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta

mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.

Page 14: Makalah Kog-metakog Fix

14

3. Tahap konkret-operasional (7-11 tahun), pada periode ini ditandai oleh

adanya tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan

langkah berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran

dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Pada

dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah

sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada

keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Pada

periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda

dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

4. Tahap formal-operasional (11 tahun-dewasa), pada periode ini seorang

remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara

simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu:

kapasitas menggunakan hipotesis; kemampuan berfikir mengenai sesuatu

khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan

dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas

menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Kapasitas menggunakan prinsip –

prinsip abstrak; kemapuan untuk mempelajari materi – materi pelajaran

yang abstrak secara luas dan mendalam.

Urutan perkembangan di atas tidak berubah-ubah, berarti tiap-tiap anak

normal melalui tahap-tahap ini dalam urutan yang sama. Tidak seorang pun anak

melewati tahap pra operasional ke tahap operasional formal tanpa melalui tahap

operasional konkret. Hal ini disebabkan karena masing-masing tahap tumbuh dan

merupakan penurunan hasil yang dicapai pada tahap sebelumnya. Pada setiap

tahap, kemampuan kognitif yang baru, yang lebih adaptif ditambahkan dari apa

yang telah dicapai sebelumnya (Mussen et al., 1988:201).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari berbagai definisi diatas adalah bahwa

perkembangan kognitif serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus

menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang

dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui belajar. Perkembangan

menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari

tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi. Sehingga perkembangan

Page 15: Makalah Kog-metakog Fix

15

kognitif disusun dari kemampuan kognisi yang sederhana ke kognisi yang

kompleks. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tapi pasti, melalui

suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju. Seperti

yang dijelaskan oleh Setiani (2010) tentang perkembangan kognitif adalah tahap-

tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa;

mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi

yaitu konsep-konsep abstrak dan logis.

b.2.2 Perkembangan Metakognitif

Pada umumnya teori-teori tentang kemampuan metakogntif mendapat

inspirasi dari penelitian J.H Plavel mengenai pengetahuan metakognitif dan

penelitian A.L. Brown mengenai metakognitif atau pengontrolan pengaturan diri

(self-regulation) selama pemecahan masalah. Penelitian Flavel tentang

metakognitif lebih difokuskan pada anak-anak. Flavel menunjukkan bahwa anak-

anak yang masih kecil telah menyadari adanya pikiran, memiliki keterkaitan

dengan dunia fisik, terpisah dari dunia fisik, dapat menggambarkan objek-objek

dan peristiwa-peristiwa secara akurat atau tidak akurat, dan secara aktif

menginterpretasi tentang realitas dan emosi yang dialami. Anak-anak usia 3 tahun

telah mampu memahami bahwa pikiran adalah peristiwa mental internal yang

menyenangkan, yang referensial (merujuk pada peristiwa-peristiwa nyata atau

khayalan), dan yang unik bagi manusia. Mereka juga dapat membedakan pikiran

dengan pengetahuan (Desmita, 2006: 137-138).

Dari beberapa penelitian lain terungkap bahwa anak-anak yang masih kecil

usia 2 – 2,5 tahun telah mengerti bahwa untuk menyembunyikan sebuah objek

dari orang lain mereka harus menggunakan taktik penipuan, seperti berbohong

atau menghilangkan jejak mereka sendiri. Sementara Wellman dan Gelman

(Desmita, 2006 : 138) menunjukkan bahwa pemahaman anak tentang pikiran

manusia tumbuh secara ekstensif sejak tahun-tahun pertama kehidupannya.

Kemudian pada usia 3 tahun anak menunjukkan suatu pemahaman bahwa

kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan internal dari seseorang

berkaitan dengan tindakan-tindakan orang tersebut. Secara lebih rinci Wellman

menunjukkan kemajuan pikiran anak usia 3 tahun dalam empat tipe pemahaman

yang menjadi dasar bagi pikiran teoritis mereka, yaitu : (1) memahami bahwa

Page 16: Makalah Kog-metakog Fix

16

pikiran terpisah dari objek-objek lain; (2) memahami bahwa pikiran menghasilkan

keinginan dan kepercayaan; (3) memahami tentang bagaimana tipe-tpe keadaan

mental yang berbeda-beda berhubungan; dan (4) memahami bahwa pikiran

digunakan untuk menggambarkan realitas eksternal.

Berdasarkan hal ini, berarti kemampuan metakognitif telah berkembang

sejak masa anak-anak awal dan terus berlanjut sampai usia sekolah dasar dan

seterusnya mencapai bentuknya yang lebih mapan. Pada usia sekolah dasar seiring

dengan tuntutan kemampuan kognitif yang harus dikuasai oleh anak/siswa, mereka

dituntut pula untuk dapat menggunakan dan mengatur kognitif mereka.

Metakognitif banyak digunakan dalam situasi pembelajaran, seperti dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika, membaca buku, serta dalam

melakukan kegiatan drama atau bermain peran.

Kemampuan metakognitf anak tidak muncul dengan sendirinya, tetapi

memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman et al. (2001:96)

menyatakan bahwa perkembangan metakognitif dapat diupayakan melalui cara

dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan

kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia obeservasi. Oleh karena itu,

sangat penting bagi guru atau pendidik (termasuk orang tua) untuk

mengembangkan kemampuan metakognitif baik melalui pembelajaran ataupuan

mengembangkan kebiasaan di rumah.

b.3 Penerapan Prinsip Perkembangan Kognitif dan Metakognitif dalam

Pembelajaran

b.3.1 Penerapan Prinsip Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran

Menurut Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui

perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional,

perkembangan kognitif (berpikir) dan perkembangan bahasa. Perkembangan

kognitif sebagian besar bergantung kepada sejauh mana anak aktif memanipulasi

dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya (Riyanto, 2010:126). Implikasi teori

Piaget dalam pembelajaran berikut ini (Slavin, 1994) sejalan dengan petunjuk

pelaksanaan pembelajaran di sekolah, yaitu:

Page 17: Makalah Kog-metakog Fix

17

a) Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, dan

tidak sekedar kepada hasilnya.

b) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan

aktif dalam kegiatan pembelajaran.

c) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan.

Dari implikasi teori Piaget di atas, jelaslah guru harus mampu menciptakan

keadaan pebelajar yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya, guru tidak

sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pebelajar, tetapi guru dapat

membangun pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar

(Trianto, 2010:73). Penerapan teori Piaget dalam pembelajaran juga berarti secara

terus-menerus menggunakan demontrasi dan merepresentasikan ide secara fisik.

Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi

terpisah namun untuk memahami lingkungan mereka sehingga prinsip belajar

kognitif yang banyak dipakai dalam perancangan dan pengembangan sistem

instruksional adalah sebagai berikut (Riyanto, 2010: 127-128):

a) Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran

apabila pelajaran itu disusun dengan baik berdasarkan pola dan logika

tertentu.

b) Penyusunan materi pelajaran ini harus dari yang sederhana ke yang sulit.

c) Belajar dengan pemahaman adalah lebih baik daripada dengan hafalan

tanpa pengertian.

d) Kepada siswa perlu diberikan suatu umpan balik kognitif dengan kata

lain siswa harus mengetahui keberhasilan atau kegagalan dalam

melaksanakan tugas yang diberikan.

e) Adanya perbedaan individual perlu diperhatikan, karena faktor ini

sangat mempengaruhi proses belajar siswa.

b.3.2 Penerapan Prinsip Perkembangan Metakognitif dalam

Pembelajaran

Page 18: Makalah Kog-metakog Fix

18

Kemampuan metakognitif adalah prosedur pengetahuan. Hal ini adalah apa

yang dilakukan seseorang secara sengaja untuk mengontrol kognisi. Sejak tahun

1980-an kurikulum matematika pada beberapa negara menekankan pada

pentingnya problem solving dan metakognisi diidentifikasikan sebagai suatu

faktor kunci dalam proses pemecahan masalah. Selanjutnya Foong (2002 : 135)

berpendapat bahwa mengajar melalui pemberian masalah-masalah memberikan

kesempatan pada siswa untuk membangun konsep matematika dan

mengembangkan keterampilan matematikanya. Untuk menyelesaikan masalah,

siswa harus mengamati, menghubungkan, bertanya, mencari alasan dan

mengambil kesimpulan. Keberhasilan dalam memecahkan masalah sangat erat

hubungannya dengan proses berpikir siswa dan tingkat kemampuan

metakognisinya.

Dengan demikian, menurut teori pemrosesan informasi, memori jangka

panjang memegang peranan yang sangat penting, karena dalam memori ini semua

pengetahuan yang telah dipelajari disimpan. Informasi yang telah ada di memori

jangka panjang dapat diambil atau diungkapkan kembali untuk suatu keperluan,

misalnya memecahkan masalah bidang akademik di sekolah, atau dalam

kehidupan sehari-hari di luar sekolah. Alur pemrosesan informasi disajikan dalam

diagram 1 berikut.

Gambar 3. Alur Pemprosesan Informasi (Fauzi, 2009)

Page 19: Makalah Kog-metakog Fix

19

Kemampuan metakognitif merupakan bagian dari apa yang disebut ”proses

eksekutif” atau ”strategi metakognitif”. Kemampuan metakognitif ini meliputi

aktivitas seperti perhatian, persepsi, orientasi/monitoring pengertian persyaratan

tugas, merencanakan langkah-langkah yang diambil untuk proses tugas,

merespon/mengecek dan mengatur proses kognitif jika terjadi kegagalan, dan

mengevaluasi hasil proses. Kemampuan metakognitif sebagai bagian dari proses

pengaturan diri, kemampuan mengontrol proses berpikir diri sendiri ada dalam

tiap tahapan dalam problem solving. Pada tiap tahap (tahap orientasi, tahap

organisasi, tahap eksekusi, dan tahap verifikasi) dalam menyelesaikan masalah

siswa harus memonitor berpikirnya sekaligus membuat keputusan-keputusan

dalam melaksanakan tahapan yang dipilihnya itu agar masalah dapat terselesaikan

dengan baik bahkan pada tahap akhir, siswa harus mempertanyakan kembali atas

jawaban yang dibuatnya apakah jawabannya benar-benar telah sesuai dan apakah

memungkinkan ada cara lain yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah yang

diberikan itu.

Lidinillah (2009) menyatakan bahwa perkembangan metakognitif dapat

diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa

yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia

obeservasi, oleh karena itu, sangat penting bagi guru atau pendidik (termasuk

orang tua) untuk mengembangkan kemampuan metakognitif baik melalui

pembelajaran ataupuan mengembangkan kebiasaan di rumah.

Setyono (2008) mengemukakan konsep metakognisi Flavell dalam

pengertian yang bersifat fungsional, yaitu: 1) pengetahuan deklaratif seseorang

tentang proses kognitifnya, 2) prosedur pengaturan diri sendiri, mencakup

monitoring dan pengambilan keputusan langsung, dan 3) keyakinan dan

kesungguhan serta pengaruhnya terhadap unjuk kerjanya. Proses pengaturan diri

mencakup a) memahami hakikat masalah sebelum mengusahakan solusinya, b)

merencanakan pemecahannya, c) memantau atau memonitor apakah proses

berjalan dengan baik sehingga solusi dapat tercapai, dan d) mengalokasikan data

informasi atau memutuskan apa yang sebaiknya dikerjakan selagi berusaha

memecahkan masalah tersebut.

Page 20: Makalah Kog-metakog Fix

20

Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi

pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan

yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai

berikut (Taccasu Project, 2008).

1. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.

2. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan

belajar.

3. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide

yang baru.

4. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai

sumber belajar.

5. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.

6. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah

kelompok.

7. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu

yang telah berhasil dalam bidang tertentu.

8. Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu

yang telah berhasil dalam bidang tertentu.

9. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.

Melalui implementasi prinsip perkembangan metakognitif dalam

pembelajaran, maka diharapkan proses pembelajaran selanjutnya dapat lebih

bermakna bagi siswa maupun mahasiswa sebagai pebelajar yang dinamis.

Metakognitif dalam pembelajaran membantu pebelajar memahami struktur dan

perkembangan kognitifnya sehingga mempermudah dalam proses

pembelajarannya.

Page 21: Makalah Kog-metakog Fix

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a) (1) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (2) Kognisi adalah istilah umum

yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi,

penangkapan makna, penilaian dan penalaran. (3) Metakognisi mengacu

pada kesadaran seseorang tentang pertimbangan dan kontrol dari proses

dan strategi kognitifnya.

b) (1) Piaget dalam teorinya membagi perkembangan kognitif menjadi empat

tahapan yaitu: tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun), tahap pra-

operasional (umur 2 – 7 tahun), tahap operasional konkret (umur 7 – 11/12

tahun) dan tahap operasional formal (umur 11/12 ke atas). Ciri pokok

perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta

logis dan probabilitas. (2) Kemampuan metakognitif telah berkembang

sejak masa anak-anak awal dan terus berlanjut sampai usia sekolah dasar

dan seterusnya mencapai bentuknya yang lebih mapan. Metakognitif

banyak digunakan dalam situasi pembelajaran, seperti dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika, membaca buku, serta

dalam melakukan kegiatan drama atau bermain peran.

c) (1) Implikasi teori Piaget menuntutu guru mampu menciptakan keadaan

pebelajar yang mampu untuk belajar sendiri. Guru tidak sepenuhnya

mengajarkan suatu bahan ajar kepada pebelajar, tetapi guru dapat

membangun pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.

Penerapan teori Piaget dalam pembelajaran juga berarti secara terus-

Page 22: Makalah Kog-metakog Fix

22

menerus menggunakan demontrasi dan merepresentasikan ide secara fisik.

(2) Metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana

seharusnya belajar yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan

melakukan aktivitas-aktivitas yang direkomendasikan. Metakognitif dalam

pembelajaran membantu pebelajar memahami struktur dan perkembangan

kognitifnya sehingga mempermudah dalam proses pembelajarannya.

3.2 Saran

a) Mahasiswa dapat berpartisipasi dalam mengkaji makalah ini dengan

efektif dan bekerja sama dengan baik.

b) Sebagai calon guru dan dosen maka mahasiswa sudah seharusnya

memahami perkembangan kognitif dan metakognitif sehingga dapat

diterapkan di proses pembelajarannya.

c) Kemampuan metakognitf anak tidak muncul dengan sendirinya, tetapi

memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan. Perkembangan

metakognitif dapat diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk

mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk

merefleksi tentang apa yang dia obeservasi, oleh karena itu, sangat penting

bagi guru atau pendidik (termasuk orang tua) untuk mengembangkan

kemampuan metakognitif baik melalui pembelajaran ataupuan

mengembangkan kebiasaan di rumah.

Page 23: Makalah Kog-metakog Fix

23

DAFTAR RUJUKAN

Desmita. 2006.Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fauzi, K.M.A. 2009. Peranan Kemampuan Metakognitif Dalam Pemecahan Masalah Matematika Sekolah Dasar. Kultura. Volume: 10 No.1 Juni 2009.

Flavell, J. 1976. Metakognitive Aspects of Problem Solving. In L.Resnick, (Ed), The Nature of Intelligence. Hillsdale, NJ : Erlbaum.

Foong, P.Y. 2002. Using Short Opend-Ended Mathematics Questions to Promote Thinking and Undestanding. National Institute of Education, Singapore [Online). (http:/www.math.unipa.it/~grim/SiFoong. PDF, diakses tanggal 28 September 2012).

Hafis, M. 2011. Pengertian Konsep Metakognitif. (Online). (http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/03/15/pengertian-konsep-metakognitif/, diakses tanggal 28 September 2012).

Jonassen, D. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi: Research and Depelopement. [online] http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf, diakses tanggal 28 September 2012).

Kartono, K. 2004. Psikologi Anak Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju.

Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik. (Online). (http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-peserta-didik/, diakses tanggal 28 September 2012).

Lidinillah, D.A.M. 2009. Perkembangan Metakognitif dan Pengaruhnya pada Kemampuan Belajar Anak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia..

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J. & Huston, A.C. 1988. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Edisi Keenam Jilid 1. Diterjemahkan oleh Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nadhirin, A.L. 2010. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Online). (http://nadhirin.blogspot.com/2010/04/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget.html, diakses tanggal 28 September 2012).

Page 24: Makalah Kog-metakog Fix

24

Nurwidodo, Poerwanti, E., Sabilah, F., Syaifudin, M. & Purwanti, E. 2011. Bahan Ajar Cetak Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Ketenagaan, DIKTI DEPDIKNAS.

Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana.

Setiani. 2010. Makalah Teori Perkembangan Kognitif. (Online). (http://teni-setiani.blogspot.com/2010/06/teori-perkembangan-kognitif.html, diakses tanggal 28 September 2012).

Suherman et al. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia..

Sukmadinata & As’ari. 2006 .Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di PT. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Syah, M. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Taccasu Project. 2008. Metacognition. (Online). (http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html, diakses pada 28 September 2012).

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.