Upload
idha-nur-hidayati
View
858
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
MAKALAH PENYEHATAN AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PENYAKIT TIDAK MENULAR
AKIBAT LOGAM BERAT ARSEN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PAPLC
Disusun oleh :
1. Mufti Afrizal P07133111024
2. Muhammad Andy Firmansyah P07133111025
3. NimasNurida P07133111026
4. Noor Fadli P07133111027
5. Nur Hidayati P07133111028
6. RatnaDwiYulintina P07133111030
7. SitiNurjannah P07133111032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Pengolahan Air dan Penyehatan Limbah Cair (PAPLC) ini. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan umatnya yang masih istiqomah di jalan beliau.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
2. Haryono, SKM, M.Kes, selaku pengampu mata kuliah Penyehatan Air
dan Pengolahan Limbah Cair Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Yogyakarta.
3. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi serta bantuan
baik secara moral maupun spiritual.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah hini.
Penyusun menyadari bahwa “tak ada jalan yang tak berkelok, tak ada gading
yang tak retak”, begitu pula dengan makalah ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
dari semua pihak demi karya yang lebih baik. Akhir kata dengan segala
kerendahan hati semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, September 2012
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................ 4
B. Tujuan ........................................................................................................ 5
C. Ruang Lingkup........................................................................................... 5
D. Manfaat ...................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
1. Pengertian Penyakit Tidak Menular ………………………………........... 6
2. Sumber Pencemaran Air Oleh Arsen ……………………………………. 7
3. Baku Mutu Logam Berat ........................................................................... 8
4. Jenis Penyakit TidakMenular akibat Logam Berat Arsen ......................... 8
5. Mekanisme Pencemaran Air Oleh Arsen ……………………………….. 9
6. Dampak Pencemaran Air Oleh Arsen ………………………………....... 13
7. Cara Pengendalian dan Penanggulangan Paparan Logam Berat Arsen .... 14
8. Permasalahan dan Analisis ……………………………………………… 16
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 18
1. Kesimpulan …………………………………………………………….. 18
2. Saran …………………………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun
1997, yang menyusun ”top-20” B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) antara
lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated
Biphenyls (PCBs), dll. Beberapa diantaranya merupakan logam berat,
antara lain Arsenic(As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan
Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Dalam konsentrasi tinggi logam-logam
berat tersebut akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di
dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.
Arsen atau arsenik merupakan salah satu logam berat yang dapat
digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian (sebagai campuran dalam
pembuatan pestisida, herbisida, insektisida, dll), pengawetan kayu, dan lainnya.
Namun penggunaan arsen yang tidak tepat dapat berakibat buruk bagi
lingkungan, bahkan bagi manusia. Arsen merupakan unsur dari komponen
obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya pernah
digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka
panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya
gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat
untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba,
spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena
ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai
saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep homeopathi.
5
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian penyakit tidak menular.
2. Mengetahui dan memahami sumber pencemaran air oleh arsen.
3. Mengetahui dan memahami jenis penyakit tidak menular akibat
pencemaran air oleh arsen.
4. Mengetahui dan memahami baku mutu logam berat.
5. Mengetahui dan memahami mekanisme toksisitas oleh arsen.
6. Mengetahui dan memahami dampak paparan logam berat arsen.
7. Mengetahui dan memahami cara pengendalian dan penanggulangan
paparan arsen.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah bidang penyehatan
air dan pengolahan limbah cair tentang penyakit tidak menular yang
timbul akibat pencemaran logam berat arsen.
D. Manfaat
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah
untuk memahami sumber, sifat-sifat, proses atau mekanisme pencemaran
yang disebabkan oleh arsen di air, baku mutu yang mengatur tentang kadar
yang diperbolehkan adanya arsen di air, penyakit tidak menular yang
diakibatkan oleh paparan arsen melalui air, serta dampak yang ditimbulkan
dan cara pengendalian serta penanggulangan yang tepat yang dapat
dilakukan agar pencemaran air akibat arsen dapat dicegah sehingga
beberapa penyakit tidak timbul lagi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang tidak disebabkan
oleh kuman ataupun mikroorganisme patogen, melainkan disebabkan oleh
gangguan fisiologis tubuh manusia dikarenakan lingkungan yang tidak
sehat.
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering
diklasifikasikan sebagai logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak
seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk
anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh
lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh
debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di
perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada
awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa
organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated
Arsenic (CCA).
Arsen (As) dialam ditemukan berupa mineral, antara lain
arsenopirit, nikolit, orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan
industry mineral, Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu sehingga As
berkondensasi menjadi bentuk padat.
Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara
sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As)
dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada
akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan unsur kerak
bumi yang berjumah besar, yaitu menempati urutan keduapuluh dari
unsure kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air
tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti
yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan
7
mengandung Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan
pada batuan beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya
mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–40 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.
Klasifikasi arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan
organik.Berbagai macam senyawa arsen adalah sebagai berikut:
a. Asam arsenat (H3AsO4)
b. Asam arsenit (H3AsO3)
c. Arsen trioksida (As2O3)
d. Arsin (Arsen Trihidrida AsH3)
e. Kadmium arsenida (Cd3As2)
f. Galium arsenida (GaAs)
g. Timbal biarsena
B. Sumber Pencemaran Air oleh Arsen
Pembakaran batubara dan pelelehan logam merupakan sumber
utama pencemaran arsen dalam udara. Pencemaran arsen terdapat di
sekitar pelelehan logam (tembaga dan timah hitam). Arsen merupakan
salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih logam non-
besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun. Ketika
tailing dari suatu kegiatan pertambangan dibuang di dataran atau
badan air, limbah unsur pencemar kemungkinan tersebar di sekitar
wilayah tersebut dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Bahaya pencemaran lingkungan ini terbentuk jika tailing yang
mengandung unsur tersebut tidak ditangani secara tepat. Tingginya
tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia pada wilayah tropis,
akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun.
Selanjutnya dapat memasuki sistem air permukaan atau merembes ke
dalam akifer-akifer air tanah setempat. Ini terjadi di negara-negara
yang memproduksi emas dan logam dasar.
8
C. Baku Mutu Ambang Batas Logam Berat
Menurut PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN
2001 tanggal 14 DESEMBER 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendaian Pencemaran air.
D. Jenis Penyakit TidakMenular akibat Logam Berat Arsen
Adanya paparan arsen yang terus menerus mengenai tubuh
manusia menimbulkan beberapa gangguan yang diantaranya :
1. Mata
Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan
kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya
pandang (visual fields) mata.
9
2. Kulit
Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan
kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit
(dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).
3. Darah
Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang dan
terjadinya pancytopenia (menurunnya jumlah sel darah perifer).
4. Liver
Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan
menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas
enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT),ichterus
(penyakit kuning), liver cirhosis (jaringan hati berubah menjadi
jaringan ikat danascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut).
5. Ginjal
Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage
(terjadi ichemia dan kerusakan jaringan).
6. Saluran pernapasan
Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan
timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus)
dan dapat pula menyebabkan kanker paru.
7. Pembuluh darah
Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah,
sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya
pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena
faktor pembuluh darah potal), edema paru dan penyakit pembuluh
darah perifer (varises, penyakit burger).
.
E. Mekanisme Masuknya Arsen Ke Dalam Tubuh
Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui
oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan
diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah
(Wijanto, 2005).
10
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal
tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH),
terutama yang berada dalam enzim. Salah satu sistem enzim tersebut
ialah kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam
siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari
beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi
yang mengikat koenzim A (CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA
dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.
Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang
membentuk kelat. Kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat
reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system
enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase
kedua dari glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalam
reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat
reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP. Selama
Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –SH yang
terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati yang
terikat sebagai enzim metabolik. Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang
menyebabkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.
Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih
dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk
organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada
bentuk arsenik anorganik. Penelitian telah menunjukkan bahwa
arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi
daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik
yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1
11
mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak
disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen,
terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada
arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi
air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan,
suara serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau
kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada
organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity dari
ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair (www.wikipedia.org,
2009).
Gejala Toksisitas Arsen
1. Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit
perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi
(pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan
terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan
usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare
(kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas
seperti bawang putih, diare profus menyebabkan banyak cairan
tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya
diare profus menyebabakan banyak larutan protein terbuang keluar
tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak berfungsi normal
(enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas
mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis
dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal
akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah
dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) ,
tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan
anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh,
dan daya reflex menurun
12
2. Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah
populasi penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn
lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas,
bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen
kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang
mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut
dapat mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm
waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air
yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah
adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya
hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya
kulit dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab
risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-
angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa
kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis As dapat
menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi
air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-
15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali
(pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat
karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala
kerusakan hati ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan
peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan
tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.
Syaraf kaki akan lebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan
kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik. Terlihat
13
kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan,
hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni
(sel darah berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih
menurun). Produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran
basophilic stippling. Anemia yang ada hubungannya dengan
defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara
toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan
ditemukannya kasus kanker paru, kanker limfa, dan kanker kulit.
F. Dampak Paparan Logam Berat Arsen
Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia
tersimpan dalam hati, ginjal, dinding saluran pencernaan, limfa, dan
paru-paru. Juga tersimpan dalam jumlah sedikit dalam rambut dan
kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa tahun
setelah keracunan kronis. Di dalam darah yang normal ditemukan
arsen 0,2µg/100ml. Sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan
10µg/100ml dan pada orang yang mati keracunan arsen ditemukan 60-
90µg/100ml.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari
permukaan air, tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan
atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air
tanah sebesar 50 ppb. Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air
minum bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu akibat yang
14
merugikan dari arsen adalah apabila dalam air minum mengandung
unsur arsen melebihi nilai ambang batas, yaitu bila kadarnya melebihi
100 ppb dalam air minum. Gejala keracunan kronis yang
ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus, kerusakan
syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus.
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak
lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada
umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan
pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung,
kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
G. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Paparan Logam Berat
Arsen.
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah
pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai
potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
1. Masker yang memadai
2. Sarung tangan yang memadai
3. Tutup kepala
4. Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis,
yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara
rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan
biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar
arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas
udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan
kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan.
15
Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
Sementara untuk upaya penanggulangan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi paparan Arsen diantaranya yaitu :
1. Remidiasi
Adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remidiasi tanah, yaitu in-situ (on-site)
dan ex-situ (off-site)
2. Bioremidiasi
Adalah prosess pembersihan pencemaran tanah dengan bn bbf/
mikroorganisme (jamur,bakteri).
Dan pada kasus keracunan arsen, untuk kasus keracunan akut
perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk mencegah
terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian
khelasispesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg
yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti dengan pemberian
2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg
setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian pengobatan
tersebut, sampel urine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan segera
dihentikan jika konsentrasi Arsen dalam urine kurang dari 50 mg.
Pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yang
diberikan setiap 6 jam selama 5 hari. Sementara pada kasus keracunan
kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan sumber
kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan,
karena Arsen mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.
H. Permasalahan dan Analisnya
Kasus di teluk buyat
Pada pertengahan tahun 2004, kelompok nelayan setempat
memohonkan penyelidikan independen kepada Pemerintah Indonesia
atas kadar limbah tambang Newmont di Teluk Buyat. Nelayan
16
setempat melihat jumlah ikan yang mati mendadak amat tinggi
disertai dengan pembengkakan yang tak biasa, hilangnya ikan
bandeng muda dan spesies lain di wilayah teluk. Mereka juga
mengeluhkan masalah kesehatan yang tak biasa seperti penyakit kulit
yang tak dapat dijelaskan, tremor, sakit kepala, dan pembengkakan
aneh di leher, betis, pergelangan tangan, bokong, dan kepala.
Penelitian itu menemukan beberapa logam berat seperti arsen,
antimon, merkuri, dan mangan yang tersebar di sana dengan
kepadatan tertinggi di sekitar daerah penimbunan.
Jalur pipa dibangun untuk menyalurkan tailing dari daerah
pertambangan ke teluk yang memanjang sekitar 900 m ke laut dan
menimbun bahan itu pada kedalaman 82 m. Pada bulan Juli 2004,
beberapa lembaga swadaya masyarakat memulai kampanye
mendakwa PT Newmont Minahasa Raya mencemari Teluk Buyat
dengan sengaja, yang menimbulkan efek samping pada kesehatan
warga setempat.
Analisis Kasus
Dari kasus di atas dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Sumber pencemar Arsen berasal dari limbah tambang Newmont di
Teluk Buyat yang disebabkan oleh jalur pipa dibangun untuk
menyalurkan tailing dari daerah pertambangan ke teluk yang
memanjang sekitar 900 m ke laut dan menimbun bahan Arsen
pada kedalaman 82 m. Penimbunan bahan Arsen melebihi daya
tampung sehingga menumpuk dan menyebar ke Teluk Buyat.
2. Dampak dari kasus di atas, ikan yang mati mendadak amat tinggi
disertai dengan pembengkakan yang tak biasa, hilangnya ikan
bandeng muda dan spesies lain di wilayah teluk. Mereka juga
mengeluhkan masalah kesehatan yang tak biasa seperti penyakit
kulit yang tak dapat dijelaskan, tremor, sakit kepala, dan
17
pembengkakan aneh di leher, betis, pergelangan tangan, bokong,
dan kepala. Penelitian itu menemukan beberapa logam berat
seperti arsen, antimon, merkuri, dan mangan yang tersebar di sana
dengan kepadatan tertinggi di sekitar daerah penimbunan.
3. Upaya penanggulangan
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kasus
pencemaran Arsen di Teluk Buyat yaitu diantaranya dapat
dilakukan bioremediasi dengan busa dan ion ion aktif untuk
mengikat logam berat khususnya Arsen pada air sehingga
diharapkan pencemaran tersebut tidak akan terus terjadi dan
masyarakat tidak mengalami keluhan tentang kesehatan mereka.
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Arsen
merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk
organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk
arsenik anorganik. Baik Arsen organik maupun anorganik bilamana
mencemari lingkungan khususnya air dapat mengakibatkan penyakit yang
sifatnya kronis. Penyakit tidak menular yang ditimbulkan dari pencemaran
air oleh Arsen seperti, gangguan mata, perubahan warna pigmen kulit,
liver, ginjal, gangguan saluran pernapasan dan gangguan pembuluh darah.
Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri
dan melakukkan surveilance medis.
2. Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen
melalui air ataupun melalui udara, tanah, biota dan kegiatan industri
lainnya maka yang harus dilakukan adalah menggunakkan alat proteksi
diri , seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat berada di
lingkungan kerja yang berhubungan dengan pertambangan misalnya.
Selain itu melakukan surveilance medis setiap tahun secara rutin. Hal ini
ditujukan agar terjadinya keracunan akibat paparan Arsen dapat ditekan
sehingga tidak menimbulkan banyak korban-korban lain akibat paparan
arsen.
19
DAFTAR PUSTAKA
Darmono .2009 .FarmasiForensikdanToksikologi .Jakarta : UI-Press.
Adnan Agnesa. 2010. MakalahToksikologiIndustri ARSEN. http://kesmas-
unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30
Maret 2012. diakses pada tanggal 17 September 2012.
Fhazira. 2010. LogamBeratArsen.
http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 30
Maret 2012. diakses pada tanggal 17 September 2012.
Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : UI Press
Wikipedia Bahasa Indonesia. 6 mei 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk_Buyat. diakses pada tanggal 17
September 2012.
Runtah.com. 23 november 2011. Unsur Arsen. http://runtah.com/unsur-
arsen/. diakses pada tanggal 17 September 2012.
Rohsyid82’s Blog. 12 Februari 2009. Sifat kimia Arsenik.
http://rosyid82.wordpress.com/2009/02/12/sifat-kimia-arsenik/. diakses
pada tanggal 17 September 2012.
Feviliansari. 7 Juli 2011. Arsen.
http://feviliansari.wordpress.com/2011/07/07/arsen/. diakses pada tanggal
17 September 2012.